• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran Konseptual Konsep Kelembagaan

Secara definitif, kelembagaan diartikan sebagai suatu gagasan aturan (rule of conduct) formal (seperti hukum, sistem politik, pasar dan sebagainya) serta informal (seperti norma, tradisi, sistem, nilai, agama, tren sosial dan lain sebagainya (Fauzi 2005 dalam Raharjo 2009); kelembagaan merefleksikan sistem nilai dan norma dalam masyarakat, tetapi nilai dan norma itu bukanlah kelembagaan itu sendiri (Manig 1999 dalam Yustika 2006); kelembagaan (institutions) memiliki dua pengertian, yaitu: kelembagaan sebagai aturan main (rule of the games), dan kelembagaan sebagai suatu organisasi yang berjenjang. Sebagai aturan main, kelembagaan diartikan sebagai sekumpulan aturan, baik formal maupun informal, tertulis maupun tidak tertulis, mengenai tata hubungan manusia dengan lingkungannya yang menyangkut hak-hak dan perlindungan hak- haknya serta tanggung jawabnya. Sedangkan kelembagaan sebagai organisasi yang berjenjang, dalam pengertian ekonomi menggambarkan aktivitas ekonomi yang dikoordinasikan bukan oleh sistem harga tetapi oleh mekanisme administratif atau kewenangan (North 1991 dalam Ambariyanto dan Herawati 2010); kelembagaan adalah semua yang berkenaan dengan lembaga, dimana lembaga merupakan hal-hal yang menjadi penentu dalam perilaku manusia dalam masyarakat yakni berupa norma, nilai-nilai, aturan formal dan informal, dan pengetahuan struktural (Scott 2008 dalam Syahyuti 2012). Kelembagaan memiliki tiga komponen, yakni aturan formal (formal institutions), aturan informal (informal institutions), dan mekanisme penegakan (enforcement mechanism).

16

Kelembagaan atau institution merupakan faktor penting yang menjadi variabel pendukung pertumbuhan ekonomi suatu negara karena posisi kelembagaan yang mampu berjalan diatas realitas sosial. Kelembagaan dipandang penting karena kelembagaan merupakan hal yang mendasari keputusan untuk produksi, investasi dan kegiatan ekonomi lainnya, yang dibuat oleh individu atau sebuah organisasi dalam konteks sosial atau interaksi dengang pihak lain. Perubahan dalam kelembagaan akan mengubah kesempatan yang dihadapi oleh pelaku ekonomi sehingga keragaan ekonomi seperti produksi, kesempatan kerja, kemiskinan, kerusakan lingkungan, distribusi pedapatan dan lain-lain menuntut adanya perubahan dalam kelembagaan (Pakhpahan 1991).

Kelembagaan juga dianggap unsur terpenting dari pencapaian kemajuan ekonomi suatu negara. Kondisi geografis yang baik, sumberdaya alam yang melimpah, teknologi yang memadai, dan penduduk yang bermutu mungkin menjadi pertumbuhan ekonomi, namun disatu sisi semua hal tersebut tidak mampu menciptakan kesejahteraan apabila tidak dipadukan dengan sistem kelembagaan ekonomi yang baik (Yustika 2006). Menurut Samuel (1995) dalam Yustika (2006), teori kelembagaan merupakan nilai (value) yang tidak melihat harga-harga relatif (relative price), namun nilai kepentingan terhadap kelembagaan, struktur sosial dan perilaku. Sehingga ekonomi kelembagaan dianggap sebagai cara pandang yang menyeluruh dan mencoba menjelaskan aktivitas ekonomi dalam perspektif multidisipliner.

Perspektif Ekonomi Kelembagaan Baru (New Institusional Economics), Williamson (2000) dalam Raharjo (2009) melihat kelembagaan beroperasi pada level makro maupun mikro. Pada tingkat makro kelembagaan merupakan rules of the game yang mempengaruhi perilaku dari keragaan dan pelaku ekonomi, sebagai suatu gugus fundamental dan aturan mendasar mengenai aspek politik, sosial, dan legal yang mendasari proses produksi, pertukaran dan distribusi. Pada tingkat mikro, aspek kelembagaan lebih dikenal sebagai institusional arangement yang lebih mengedepankan aspek institusions of governance. Kelembagaan juga harus dibedakan dengan organisasi. Organisasi adalah structure of roles (struktur dan peran), sedangkan kelembagaan tidak terlepas dari biaya transaksi yang artinya kelembagaan berkaitan dengan kesepakatan yang meminimalisasi biaya. Kelembagaan dapat berbentuk organisasi (merujuk pada lembaga formal yang memiliki hierarki yang jelas) seperti koperasi, unit usaha (asosiasi) dan kelembagaan bisa juga berbentuk bukan organisasi, misalnya produk hukum dan perundang-undangan. Sedangkan organisasi ada yang bukan merupakan lembaga, seperti organisasi grass-root. Kelembagaan dapat berbentuk informal yang terjalin berdasarkan suatu ikatan seperti kelompok tani yang terbentuk melalui ikatan antar anggotanya atau ikatan antar pelaku usaha seperi petani dengan pedagang pengumpul dan pedagang pengumpul dengan pedagang besar.

Kelembagaan tidak dapat dilepaskan dari peranan. Bottomore 1975 dalam Taryoto (1995) medefinisikan kelembagaan sebagai a complex or cluster of roles, konsep peranan merupakan komponen utama kelembagaan. Kelembagaan bermula dari kebiasaan (folkways) yang meningkat menjadi budaya (custom), kemudian berkembang menjadi tatakelakuan (more), dan akhirnya matang ketika ia berperan dan menentukan setiap perilaku masyarakat. Pada titik ini, struktur peran telah dimantapkan sehingga kelembagaan dikatakan telah sempurna (Saptana et al. 2013). Soekanto (2012) menyevutkan peranan dianggap telah

17 dijalankan bila kewajiban dan hak telah terpenuhi. Peranan dianggap penting karena peranan mengatur perilaku berdasarkan norma-norma yang berlaku. Peranan juga lebih menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Oleh karena itu, menurut Levinson sebagaimana dirujuk oleh Soekanto (2012) menyatakan, bahwa peranan setidaknya mencakup tiga hal, yaitu: (1) peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau kedudukan seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini adalah rangkaian peraturan- peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat; (2) peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi; (3) peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran dapat ditinjau dari dua aspek yaitu aspek ilmu ekonomi dan aspek ilmu manajemen. Dalam aspek ilmu ekonomi, pemasaran diartikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari sub-sub sistem fungsi-fungsi pemsaran yaitu fungsi pertukaran, fasilitas dan fisik. Fungsi-fungsi tersebut merupakan aktivitas bisnis atau kegiatan produktif dalam mengalirkan produk atau jasa pertanian dari petani produsen ke konsumen akhir (Asmarantaka 2012). Sedangkan dalam aspek ilmu manajemen, pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler dan Amstrong 2004). Pemasaran dapat juga diartikan sebagai suatu fungsi organisasi dan kumpulan proses mendesain perencanaan, menciptakan, mengkomunikasikan dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk membangun hubungan yang efektif dengan cara yang mengutungkan perusahaan dan stakeholders (Levens 2010).

Dalam pertanian, pemasaran diartikan Kohls dan Uhl (2002) sebagai sistem karena terdiri dari berbagai komponen yang saling berkaitan. Sistem pemasaran meliputi 2 jenis aktivitas utama, yaitu aktivitas penyaluran produk dari produsen ke konsumen dimulai dari bahan baku menjadi barang jadi serta aktivitas pertukaran dan proses penetapan harga dalam sistem pasar. Sedangkan Dahl dan Hammond (1977), mendefinisikan pemasaran sebagai serangkaian fungsi yang diperlukan dalam menggerakkan input atau produk dari tingkat produksi primer sampai konsumen akhir. Pemasaran agribisnis pada akhirnya dapat disebut sebagai aliran yang bertujuan untuk memberikan kepuasan konsumen dan keuntungan bagi lembaga-lembaga yang memiliki andil dalam berjalannya kegiatan penyaluran produk pertanian tersebut. Ada beberapa pendekatan dalam melakukan studi pemasaran menurut Kohls dan Uhl (2002), yaitu:

1. Pendekatan serba fungsi,

Berbagai aktivitas pemasaran diklasifikasikan ke dalam berbagai fungsi pemasaran. Pendekatan pada isu “what is done”.

- Fungsi pertukaran (exchange function)

Terdiri dari fungsi pembelian dan penjualan. Fungsi pembelian adalah mencari supply, mengumpulkan produk, dan mengerjakan aktivitas yang berkaitan dengan pembelian. Fungsi penjualan harus diinterpretasikan

18

secara luas. Pada fungsi ini terdapat berbagai macam aktivitas yang terkadang dapat disebut aktivitas perdagangan.

- Fungsi fisik (physical function)

Fungsi fisik berkaitan dengan aktivitas pemeliharaan, pemindahan, dan perubahan fisik dari komoditas itu sendiri. Fungsi ini mampu menyelesaikan permasalahan “when, what, dan where” dalam pemasaran. Fungsi ini terdiri dari penyimpanan, transportasi dan pengolahan. Fungsi penyimpanan berkonsentrasi pada ketersediaan barang ketika dibutuhkan. Fungsi transportasi tujuan utamnya adalah membuat barang berada pada tempat yang tepat. Fungsi pengolahan terkadang tidak menyangkut pada fungsi pemasaran karena secara mendasar telah terjadi perubahan aktivitas. Akan tetapi dalam kegiatan pemasaran pertanian, hal ini tidak dapat dilupakan. Fungsi pengolahan pemasaran menyangkut pada kegiatan produksi yang mengolah bahan baku dari sebuah produk.

- Fungsi fasilitas (facilitating function)

Fungsi ini terdiri dari standarisasi, pembiayaan, pengelolaan resiko, dan market intelligence. Fungsi standarisasi bertujuan untuk membuat dan memelihara sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan. Fungsi finansial mengamankan berbagai macam aspek pada pemasaran. Fungsi pengelola resiko adalah menerima segala kemungkinan kerugian pada pemasaran produk. Intelejen pasar memiliki tugas untuk mengumpulkan, menginterpretasi dan mendiseminasi dari berbagai macam data yang dibutuhkan pada proses pemasaran.

2. Pendekatan perilaku

Analisis fungsi dari berbagai perantara merupakan pendekatan yang dapat membantu dalam mengevaluasi biaya pemasaran. Pendekatan perilaku juga membantu untuk mengerti perbedaan biaya pemasaran dari berbagai macam komoditas. Ada tiga karakteristik yang paling penting dalam fungsi pemasaran ini, yaitu 1) efek dari fungsi ini bukan selalu berkaitan dengan biaya dari pemasaran makanan tetapi berkaitan dengan nilai dari produk makanan tersebut hingga sampai ke tangan konsumen, 2) meskipun dimungkinkan untuk menghilangkan pelaku perantara, namun tidak mungkin untuk menghilangkan fungsi pemasarannya, 3) ini akan selalu dapat dilihat dimanapun dalam food system.

3. Pendekatan kelembagaan

Pendekatan ini dititik beratkan pada “who´, yang berarti mempelajari pelaku yang terlibat dari kegiatan pemasaran. Pendekatan kelembagaan membantu mengerti mengapa terdapat spesialisasi pedagang perantara dalam sistem pemasaran, mengapa petani dan konsumen tidak dapat berhadapan pada suatu tempat, bagaimana karakter dari berbagai jenis pedagang perantara (middlemen), hubungan agen perantara dan juga susunan dan organisasi dari aktivitas pemasaran dalam produk agribisnis dan industri pangan (Asmarantaka 2012). Pada pendekatan kelembagaan ini terdiri dari pedagang perantara (pengecer dan pedagang besar), agen perantara (broker dan komisioner), spekulator, pengolahan dan pabrikan, organisasi.

19 4. Pendekatan sistem

Pendekatan sistem dan pendekatan institusional digunakan untuk menganalisis kondisi sebenarnya dari aktivitas pemasaran. Akan tetapi, proses pemasaran terus menerus berubah menjadi organisasi dan kombinasi fungsi. Setiap organisaisi lembaga pemasaran dalam rantai pemasaran (marketing channel) dapat dipandang sebagai suatu sistem perilaku. Setiap perusahaan mencoba membuat keputusan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi (Asmarantaka 2012). Empat pendekatan sistem:

- Input-output system, mencoba mengkombinasu atau memilih input melalui pengembangan teknologi, diversifikasi atau substansi, sehingga kepuasan konsumen meningkat dengan atau tanpa meningkatkan biaya (input)

- Power system, setiap perusahaan mempunyai kepentingan dan peranan yang berbeda. Sebagai market leader dapat mengembangkan produk melalui perbaikan kualitas, penetapan harga, dan kebijakan yang semakin memperkuat posisi. Berbeda dengan followers yang bergerak dalam ceruk pasar yang kecil dan mengikuti keputusan dari leaders.

- Communication system, mengembangkan komunikasi antara pemilih perusahaan dengan tenaga kerja, pelanggang, dan lain-lain.

- The behaviour system for adapting to internal-external change. Perusahaan perlu mengidentifikasi perubahan-perubahan dan adaptasi terhadap perubahan tersebut. Bagaimana pemecahan masalahnya sehingga perusahaan tetap dapat keuntungan dan pelanggan mendapat kepuasan.

Konsep Efisiensi Pemasaran

Efisiensi pada pemasaran produk agribisnis secara terus menerus digunakan dalam mengukur kinerja pemasaran. Peningkatan efisiensi merupakan tujuan utama dari petani, perusahaan pemasaran produk agribisnis atau lembaga-lembaga pemasaran (pedagang, pengolah dan pabrik), konsumen, dan masyarakat umum. Pengukuran efisiensi menggunakan rasio input output. Input pemasaran terdiri dari kebutuhan sumberdaya untuk menghasilkan fungsi pemasaran. output pemasaran terdiri dari kegunaan waktu, bentuk, tempat, dan milik yang berkaitan dengan kepuasan konsumen. Pada akhirnya, sumberdaya berupa biaya dan kegunaan akan memberikan manfaat terhadap rasio efisiensi pemasaran. Efisiensi pemasaran bertujuan untuk memaksimalisasi dari rasio output dengan input pemasaran (Kohls dan Uhl 2002).

Nilai input dari pemasaran adalah penjumlah dari semua harga yang dikeluarkan untuk penggunaan sumberdaya pada proses pemasaran. Akan tetapi, yang menjadi masalah adalah penggunaan nilai dari kegunaan pemasaran oleh konsumen. Hal ini mengakibatkan kesulitan dalam menetapkan kapan rasio efisiensi mengalami peningkatan dan kapan rasio efisiensi mengalami penurunan. Kemungkinan tindakan yang terbaik untuk mengukur nilai output pada proses pemasaran adalah melalui harga yang ingin dibayarkan konsumen pada suatu pasar untuk produk yang memiliki perbedaan tingkatan kegunaannya (Kohls dan Uhl 2002). Terdapat dua indikator efisiensi pemasaran pada produk agribisnis, yaitu: efisiensi operasional dan efisiensi harga (Kohls dan Uhl 2002).

20

1. Efisiensi operasional

berhubungan dengan aktivitas pemasaran yang dapat meningkatkan atau memaksimumkan rasio output-input pemasaran. Efisiensi operasional merupakan ukuran frekuensi produktivitas dari input-input pemasaran atau biaya total pemasaran dengan keuntungan dari lembaga-lembaga pemasaran. Dalam pelaksanaannya, kedua pembilang dan penyebut dari rasio efisiensi pemasaran seringkali berubah pada waktu yang bersamaan. Banyak perubahan dari biaya pemasaran mempengaruhi kepuasan konsumen, dan berupaya untuk meningkatkan manfaat (utilities) pemasaran yang secara normal mempengaruhi biaya pemasaran. Pelaksanaan pemasaran yang baru akan mengurangi biaya tapi juga akan mengurangi kepuasan konsumen dan barangkali akan turut menaikkan atau menurunkan rasio efisiensi. Tingginya rasio biaya pemasaran memungkinkan untuk peningkatan efisiensi pemasaran jika hasilnya memiliki proporsi untuk peningkatan manfaat (utilities) pemasaran. Sehingga penggunaan sumberdaya dalam pemasaran adalah biaya dan manfaat (utilities) adalah benefits dari efisiensi pemasaran.

Analisis yang sering digunakan dalam kajian ini adalah analisis margin pemasaran dan farmer’s share. Konsep margin pemasaran merupakan perbedaan antara harga di tingkat petani produsen dengan harga di tingkat konsumen akhir atau ditingkat retail. Margin adalah pendekatan keseluruhan dari sistem pemasaran produk pertanian, muai dari tingkat petani sebagai produsen primer sampai produk tersebut sampai ke tangan konsumen akhir. Secara luas margin diartikan sebagai cerminan dari aktivitas-aktivitas bisnis atau fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan dalam sistem pemasaran tersebut.

farmer’s share adalah porsi dari harga yang dibayarkan konsumen akhir terhadap petani dalam bentuk persentase (Asmarantaka 2012).

2. Efisiensi Harga

Efisiensi harga menitikberatkan pada kemampuan dari sistem pemasaran untuk mengalokasi sumberdayanya secara efisien dan mengkoordinasi semua proses produksi dan proses pemasaran sesuai dengan keinginan konsumen. Efisiensi harga dapat tercapai bila: (1) masing-masing pihak yang terlibat puas atau responsif terhadap harga yang berlaku, (2) penggunaan sumberdaya mengalir dari penggunaan yang benilai guna rendah ke nilai yang tinggi, dan (3) mengkoordinasi aktivitas antara pembeli dan penjual, mulai dari petani, lembaga pemasaran dan konsumen.

Indikator dari analisis efisiensi harga adalah menggunakan tingkat keterpaduan pasar, yaitu melihat adanya keterpaduan (integrasi) atau tidak antara harga ditingkat pasar acuan dengan harga ditingkat pasar pengikutnya (Ravallion 1986 dalam Asmarantaka 2012). Integrasi pasar menunjukkan hubungan harga antar wilayah atau antar lembaga yang terjadi dalam sistem pemasaran komoditas tertentu. Integrasi pasar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu integrasi pasar vertikal dan integrasi pasar horizontal. Integrasi pasar vertikal merupakan integrasi yang terjadi dalam suatu industri (sistem agribisnis) yang memiliki keterkaitan antara lembaga pemasaran dengan lembaga pemasaran lainnya dalam satu rantai pemasaran (misalnya dari lembaga di tingkat petani dengan lembaga di pabrik atau tingkat konsumen). Integrasi pasar horizontal, termasuk integrasi pasar spasial, temporal, dan integrasi harga silang.

21 Pemasaran agribisnis yang efisien apabila terdapat indikator-indikator antara lain: (1) menciptakan atau meningkatkan nilai tambah (value added) yang tinggi terhadap produk agribisnis, (2) menghasikan keuntungan bagi setiap lembaga pemasaran yang terlibat sesuai dengan nilai korbanannya (biaya-biaya yang dikeluarkan), (3) marketing margin (biaya dan keuntungan) yang terjadi relatif sesuai dengan fungsi-fungsi atau aktivitas bisnis yang meningkatkan kepuasan konsumen akhir, dan (4) memberikan bagian yang diterima produsen (farm share) yang relatif akan merangsang petani berproduksi ditingkat usaha tani. Sehingga proses pemasaran yang efisien adalah memberikan kontribusi (share) yang adil bagi semua komponen yang yang terlibat dalam pemasaran tersebut dan sesuai dengan korbanannya (Asmarantaka 2012).

Konsep Penentuan Harga Produk Agribisnis (Market Prices)

Harga merupakan kunci utama untuk mengarahkan dan mengkoordinasi keputusan produsen, konsumen dan pemasaran agribisnis dalam sebuah ekonomi pasar. Harga bisa terbentuk dari kekuatan permintaan dan penawaran yang beroperasi dalam kerangka kompetisi pasar. Analisis permintaan dan penawaran bisa digunakan untuk mengetahui kekuatan harga, memprediksi dampak perubahan pasar akibat harga yang ditetapkan, dan membangkitkan pemahaman yang lebih baik mengenai permasalahan petani dalam menghadapi pasar (Kohls dan Uhl 2002).

Ada dua cara penentuan harga (Kohls dan Uhl 2002) yaitu price determination atau penentuan harga secara ekonomi dan price discovery atau penentuan harga berdasarkan aspek operasional. Penetapan harga secara ekonomi terbentuk dari pepotongan antara kurva supply pasar dan demand pasar kompetitif (pasar persaingan sempurna) dan pasar monopoli. Penentuan harga pada pasar pasarpersaingan sempurna dapat dilihat pada Gambar 4.

P (Rp/Unit) Q D S Q P (Rp/Unit) Q Qoptimal Kuantitas Kuantitas P P E Dx = MRx = ARx AC AVC MC Pasar Perusahaan x Harga

Gambar 4 Penentuan harga dan keuntungan maksimal pada pasar persaingan sempurna

22

Asmarantaka (2012), keseimbangan pasar pesaingan sempurna pada Gambar 4 terdapat pada E di industri atau pasar, dimana kondisi ini terjadi clear market artinya antara jumlah yang diinginkan konsumen dengan yang ingin dijual produsen atau lembaga pemasaran sama (equilibrium). Kondisi ini kemudian ditransfer ke individu pasar. individu perusahaan hanya berperan sebagai penerima harga (price taker) yaitu sama dengan harga keseimbangan. Pada kondisi ini keuntungan normal (zero profit). Pada kondisi ini perusahaan secara individu akan memaksimumkan keuntungan pada kondisi MR=MC=P karena total penerimaan (TR) sama dengan total biaya (TC).

Berbeda halnya pada pasar monopoli, dimana demand pasar merupakan demand perusahaan tersebut karena posisinya sebagai satu-satunya perusahaan. Asmarantaka (2012) mnyebutkan pada pasar monopoli, perusahaan monopoli akan menyamakan MC=MR, tetapi tidak sama dengan harga (MR<P). Harga (P) akan diperoleh dengan cara menarik garis vertikal yang memotong kurva demand pasar (D). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5 yang menggambarkan penetuan harga dan keuntungan maksimal pada pasar monopoli.

P (Rp/Unit) Q D Q P MR MC Kuantitas Harga

Gambar 5 Penentuan harga dan keuntungan maksimal pada pasar monopoli Selain penentuan harga secara ekonomi, penentuan harga juga dapat dilakukan secara operasional. Penentuan harga secara operasional (mechanisms of price discovery) (Dahl dan Hammond 1977; Kohls dan Uhl 2002) dapat dilakukan melalui:

1. Negosiasi individu (Individual negotiation), yaitu transaksi yang terjadi secara sederhana berdasarkan kekuatan tawar menawar partisipan pasar. Negosiasi individu merupakan keaadaan yang telah biasa terjadi di pasar pertanian. Hasil yang seimbang sangat mengandalkan pada informasi, kemampuan berdagang, dan kekuatan tawar relatif dari pembeli dan penjual. 2. Pasar terorganisasi (organized markets), merupakan pasar yang memiliki kegunaan luas untuk komoditas pertanian (agribisnis) karena negosiasi individu tidak formal dan membutuhkan waktu dan biaya yang tinggi.

3. Harga terkelola (administered prices), merupakan mekanisnme penetapan harga yang menggunakan formula pricing atau mark-up pricing.

23 4. Penentuan harga secara kolektif atau kelompok (collective bargaining approaches to pricing). Penentuan harga ini muncul karena ketidakpuasan terhadap penentuan harga dalam pasar bersaing yang menyebabkan petani membuat kelompok untuk meningkatkan bargaining power, sehingga mereka mendapatkan harga jual yang lebih tinggi. Penentuan harga ini bisa melalui koperasi dan asosiasi.

Konsep Struktur Pasar

Arsyad (2008) menggambarkan struktur pasar sebagai tingkat persaingan di suatu pasar barang atau jasa tertentu. Dahl dan Hammond (1977) menyebutkan struktur pasar sebagai dimensi yang menjelaskan pengambilan keputusan oleh perusahaan maupun industri, jumlah perusahaan suatu pasar, distribusi perusahaan menurut berbagai ukuran, deskripsi produk atau diferensiasi produk, syarat-syarat masuk atau penguasaan pasar. Terdapat 4 karakteristik struktur pasar yang sangat menentukan tipe dari perilaku dan keragaan pasar, yaitu: 1) jumlah atau ukuran perusahaan; 2) kondisi atau keadaan produk (dari sudut pandang pembeli); 3) kondisi keluar masuk pasar; dan 4) tingkat pengetahuan (informasi) mengenai biaya, harga, dan kondisi pasar diantara partisipan pasar lainnya.

Asmarantaka (2012) menyebutkan struktur pasar dalam garis besarnya terdiri dari 2 kelompok yaitu pasar persaingan sempurna (perfect competition) dan pasar tidak besaing (monopoli atau monopsoni), sedangkan jenis lainnya merupakan strukutur pasar yang berada diantara kedua struktur pasar tersebut (monopolistik, oligopoli, duopoli). Pasar persaingan sempurna dikatakan jenis pasar yang efisien, sedangkan pasar persaingan tidak sempurna (monopoli atau monopsoni) merupakan pasar yang tidak efisien. Selain itu, pasar yang mendekati karakteristik monopoli atau monopsoni (oligopoli dan oligopsoni), cenderung juga dikatakan sebagai pasar yang tidak efisien. Tabel 4 akan menggambarkan 5 jenis struktur pasar pada pangan dan serat.

Tabel 4 Struktur pasar pada pangan dan serat

Karakteristik Struktur Struktur pasar

Jumlah perusahaan Keadaan produk Sisi penjual Sisi pembeli

Banyak Standar Persaingan murni Persaingan murni

Banyak Diferensiasi Persaingan

Monopolistik

Persaingan monopsonistik

Sedikit Standar Oligopoli murni Oligopsoni murni

Sedikit Diferensiasi Oligopoli

diferensiasi

Oligopoli diferensiasi

Satu Unik Monopoli Monopsoni

Sumber : Hammond dan Dahl (1977)

Pasar persaingan sempurna terjadi ketika jumlah produsen banyak dengan memproduksi produk sejenis dan mirip dengan jumlah konsumen yang banyak. Monopolistik merupakan pasar yang jumlah penjual dan pembeli yang banyak dengan memproduksi produk yang bervariasi atau diferensiasi. Oligopoli merupakan struktur pasar yang terdiri dari beberapa penjual dan pembeli yang sedikit dengan produk yang bisa sama atau terdiferensiasi, sedangkan monopoli

24

merupakan struktur pasar yang terjadi bila terdapat satu penjual dan satu pembeli dengan tidak adanya kesamaan produk yang dihasilkan (unik). Untuk lebih jelasnya, pada Tabel 5 Kohls dan Uhl (2002) menjelaskan perbandingan struktur pasar pada pasar persaingan sempurna, monopolistik, oligopoli dan monopoli berdasarkan karakteristik dari masing-masing struktur pasar tersebut.

Tabel 5 Perbandingan struktur pasar

Karakteristik Pasar Persaingan Sempurna

Monopolistik Oligopoli Monopoli

Jumlah pembeli Sangat banyak Banyak Sedikit Satu

Kesamaan produk Identik untuk semua perusahaan Diferensiasi, bervariasi Sama atau berbeda Kemudahan untuk masuknya perusahaan baru

Mudah, tidak ada rintangan

Relatif mudah Sulit, beberapa rintangan Halangan masuk Pengaruh perusahaan terhadap pasar

Tidak ada untuk perusahaan individu Beberapa, terbatas pada substitusi Substansial, tapi terbatas berdasarkan harga pesaing Sedikit resisten, tidak memerlukan regulasi

Contoh Beberapa petani,

future market Toko makanan yang kecil, toko alat pertanian Pengolah makanan, grosir Kebutuhan publik

Sumber: Kohls dan Uhl (2002)

Kerangka Pemikiran Operasional

Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki potensi dalam pengembangan gambir di Sumatera Barat. Hal ini dapat dilihat dari posisinya sebagai kabupaten penghasil gambir terbesar di Sumatera Barat. Posisi tersebut menempatkan gambir

Dokumen terkait