• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai peran kelembagaan dalam pengolahan dan pemasaran gambir di lakukan di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Pemilihan lokasi penelitian mempertimbangkan beberapa hal, antara lain : 1) Provinsi Sumatera Barat merupakan penghasil gambir terbesar di Indonesia dengan 2 sentra gambir terbesar yaitu Kabupaten Lima Puluh Kota dan Pesisir Selatan, 2) Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan sentra terbesar gambir untuk Sumatera Barat yang memasok 69.75% dari total produksi gambir Sumatera Barat.

Kecamatan yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah Kecamatan Kapur IX, Kecamatan Mungka dan Kecamatan Harau. Pemilihan ketiga kecamatan ini berdasarkan pertimbangan ketiga kecamatan tersebut merupakan bagian dari 5 kecamatan penghasil terbesar gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota dengan Kecamatan Kapur IX sebagai sentra terbesar. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Desember 2014 hingga Januari 2015.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, wawancara, dan pengisian kuesioner oleh pelaku-pelaku pemasaran gambir seperti petani gambir dan pedagang gambir, asosiasi, klaster dan kelompok tani serta akademisi yang berkonsentrasi dalam pengembangan gambir.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data penelitian yang memiliki tujuan lain dengan penelitian ini, fungsi data sekunder dalam penelitian ini adalah untuk melengkapi data primer. Data sekunder diperoleh dari literatur-literatur yang diambil dari buku dan artikel serta lembaga atau instansi terkait, seperti Trade Map, Badan Pusat Statistik (BPS), BAPPEDA, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Barat, Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan Kabupaten Lima Puluh Kota serta Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan Kecamatan Kapur IX.

Metode Pengambilan Contoh

Metode pengambilan contoh yang digunakan adalah Non Probability Sampling yaitu melalui purposive sampling untuk pengambilan contoh petani gambir dan snowball sampling untuk pengambilan contoh pedagang gambir. Kriteria pengambilan sampel petani gambir yang dijadikan responden dibatasi dengan petani gambir yang telah melakukan proses pengempaan dan menghasilkan gambir siap dijual, bukan petani gambir yang hanya menjual daun atau ranting gambir hasil produksinya. Petani responden dalam penelitian ini berjumlah 63 orang, 31 orang diantaranya berasal dari Kecamatan Kapur IX, 16 orang dari Kecamatan Mungka dan 16 orang dari Kecamatan Harau.

27 Pengambilan contoh untuk kelembagaan pemasaran dilakukan berdasarkan alur pemasaran yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota hingga berakhir dengan eksportir gambir. Jumlah responden untuk pedagang perantara adalah 21 orang yang terdiri dari 1 orang penyalur, 11 orang pedagang pengumpul, 7 orang pedagang besar dan 3 perusahaan eksportir. Selain itu terdapat 1 pengolah gambir yang melakukan pembelian daun gambir dari petani yang kemudian diolah dan dijual langsung kepada eksportir dan pedagang di Pulau Jawa. Untuk kelembagaan tingkat petani, terdapat 3 kelembagaan yang menjadi contoh yaitu Asosiasi Petani Gambir Indonesia (APEGI), Klaster Harau dan 4 Kelompok Tani. Penelitian ini juga mempergunakan time series data bulanan dari tahun 2004 hingga 2014 (n=132). Time series data ini berupa harga gambir ditingkat petani, pedagang besar dan eksportir.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data primer yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara langsung terhadap petani, pedagang gambir dan perwakilan (ketua) dari masing-masing kelembagaan tingkat petani dengan menggunakan daftar pertanyaan berupa kuisioner yang telah disesuaikan dengan tujuan penelitian. Sedangkan untuk pengumpulan data sekunder diperoleh melalui penelusuran data dengan alat bantu internet, mengunjungi perpustakaan serta lembaga-lembaga terkait.

Data harga yang diperoleh merupakan penggabungan data primer dan sekunder. Hal ini dilakukan karena sulitnya ketersediaan data sekunder mengenai harga gambir di lokasi penelitian. Harga pada tingkat petani memanfaatkan pengolahan trend data karena banyaknya data yang kosong pada masing-masing tahun yang berasal dari data primer dari pedagang besar dan data sekunder dari Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan Kecamatan Kapur IX Kabupaten Lima Puluh Kota. Data pedagang besar dan eksportir diperoleh dari eksportir, dimana data pedagang besar berdasarkan data bulanan dan data eksportir berdasarkan data harga tahunan yang disesuaikan dengan kurs dolar.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis: 1) saluran pemasaran gambir dan fungsi pemasaran, serta 2) peran kelembagaan (kelembagaan pemasaran dan kelembagaan tingkat petani) dalam pengolahan dan pemasaran gambir.

Analisis kuantitatif digunakan untuk mengukur efisiensi pemasaran gambir dengan menggunakan anaisis margin pemasaran, farmer’s share dan integrasi pasar vertikal. Tujuan dari analisis efisiensi pemasaran adalah untuk menilai peran kelembagaan pemasaran dalam pemasaran gambir melalui pendekatan kuantitatif. Sehingga dapat menghasilkan rekomendasi untuk pengembangan gambir melalui perumusan pendekatan yang tepat untuk meningkatkan peranan kelembagaan

28

dalam pengolahan dan pemasaran gambir (Lampiran 4). Pengolahan data kuantitatif menggunakan Microsoft Excel 2007 dan Eviews 7.

Analisis Lembaga, Fungsi Pemasaran, dan Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran gambir dianalisis secara deskriptif dengan mencari skema saluran pemasaran gambir mulai dari petani produsen gambir hingga ke eksportir. Dari analisis ini akan mampu diidentifikasi kelembagaan apa saja yang terlibat dalam pemasaran gambir. Selain itu, pada bagian ini juga dilihat fungsi dari masing-masing kelembagaan yang terlibat dalam pemasaran gambir (Tabel 6) Tabel 6 Fungsi-fungsi pemasaran

No Macam Fungsi Jenis Fungsi

1 Fungsi pertukaran - Fungsi pembelian

- Fungsi penjualan - Fungsi pengumpulan

2 Fungsi fisik - Fungsi penyimpanan

- Fungsi pengangkutan

- Fungsi pengolahan dan pabrikan - Fungsi pengemasan

3 Fungsi fasilitas - Fungsi standarisasi

- Fungsi keuangan

- Fungsi penanggungan resiko - Fungsi intelejen pasar - Fungsi komunikasi - Fungi promosi Sumber: Asmarantaka (2012)

Analisis Efisiensi dalam Pemasaran Gambir

Analisis efisiensi pemasaran yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk menilai sejauhmana kepuasan konsumen (eksportir gambir), produsen maupun lembaga-lembaga yang terlibat dalam mengalirkan barang/ jasa (gambir) dari petani gambir hingga konsumen akhir. Analisis efisiensi pemasaran gambir dilakukan dengan menganalisis 2 indikator efisiensi pemasaran produk agribisnis yaitu efisiensi operasional dan efisiensi harga. Efisiensi operasional dilakukan dengan melakukan analisis margin pemasaran dan farmer’s share sedangkan efisiensi harga dilakukan dengan menganalisis integrasi pasar vertikal.

Analisis Margin Pemasaran

Analisis margin pemasaran digunakan untuk menganalisis pemasaran dari perspektif makro, yaitu menganalisis pemasaran produk mulai dari petani produsen gambir sampai ke tangan konsumen akhir (eksportir). Margin pemasaran dapat digunakan untuk mengkaji sebaran harga yang dibayarkan konsumen akhir sampai kepada petani (farm-retail price spread) (Asmarantaka 2012). Margin pemasaran merupakan kumpulan jasa-jasa pemasaran sebagai akibat adanya aktivitas produktif atau konsep nilai tambah (value added) (Kohls dan Uhl 2002). Pengertian ini menunjukkan bahwa semua proses bisnis dari petani produsen hingga ke konsumen akhir mengandung konsep derived supply dan derived demand. Rumus yang digunakan untuk mengukur margin pemasaran:

29 �= Pr−� =� � − � � + � � = Σ

= � − � Dimana:

MT = Margin Total

Mi = Marjin di tingkat lembaga ke i, dimana i = 1, 2, ..., n Pr = Harga di tingkat retail (tingkat konsumen akhir) Pf = Harga di tingkat produsen

π lembaga = Profit lembaga pemasaran akibat adanya sistem pemasaran Pji = Harga penjualan untuk lembaga pemasaran ke-i

Pbi = Harga pebelian untuk lembaga pemasaran ke-i

Dalam menginterpretasi margin pemasaran perlu kehati-hatian. Margin pemasaran yang meningkat, tetapi banyak perlakuan (fungsi-fungsi) yang terjadi dan konsumen puas terhadap produk akhir, menunjukkan kecenderungan sistem pemasaran produk tersebut efisien.

Analisis Farmer’s Share

Farmer’s share merupakan porsi yang diterima produsen dari harga yang dibayarkan konsumen dalam bentuk persentase. Besarnya farmer’s share dipengaruhi oleh : tingkat pemrosesan, biaya transportasi, keawetan produk, biaya transportasi, dan jumlah produk (Kohls dan Uhl 2002). Semakin tinggi farmer’s share menyebabkan semakin tinggi pula bagian harga yang diterima petani. Rumus yang digunakan dalam menghitung farmer’s share adalah:

�′ =

� � 100% Dimana:

F‟s = Farmer’s Share

Pf = Harga ditingkat produsen

Pr = Harga ditingkat retail (tingkat konsumen akhir) Analisis Integrasi Pasar Vertikal

Integrasi atau keterpaduan pasar merupakan suatu indikator efisiensi harga yang menunjukkan bagaimana hubungan harga antar wilayah atau antar lembaga yang terjadi dalam sistem pemasaran komoditas tertentu. Integrasi pasar dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu integrasi pasar vertikal dan integrasi pasar horizontal. Integrasi pasar vertikal merupakan integrasi yang dipahami terjadi dalam suatu industri (sistem agribisnis) merupakan keterkaitan lembaga pemasaran dengan lembaga pemasaran lainnya dalam satu rantai pemasaran (misalnya dari lembaga ditingkat petani dengan lembaga di pabrik atau tingkat konsumen). Integrasi horizontal, termasuk integrasi pasar spasial, temporal, dan integrasi harga silang.

Tingkat integrasi suatu pasar dapat dinilai dengan menggunakan beberapa metode, diantaranya yaitu: (1) analisis korelasi harga, (2) analisis regresi sederhana, (3) model pasar deret waktu yang dikembangkan oleh Ravallion (1986) dan Haytens (1986), pada model ini menjelaskan bahwa harga pada periode berjalan (current) dapat berubah secara distributed lag berdasarkan periode lalu atau pasar lain, (4) model deret waktu yang diuji stasioner dengan menggunakan

30

Augmanted Dickey Fuller (ADF) test kemudian menggunakan VAR (Vector Autoregression) (Asmarantaka 2012).

Dalam penelitian ini, analisis integrasi pasar yang akan digunakan adalah analisis model yang dikembangkan oleh Ravallion (1986) dan Haytens (1986) karena model ini mampu mengungkapkan secara mendetail tentang peran pasar acuan, arah transmisi harga, kecepatan transmisi harga, tingkat keterisolasian, dan tingkat keterpaduan pasar. Model Ravallion juga dapat menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga yang terjadi di suatu pasar akibat faktor musiman dan faktor lain yang relevan yang terjadi di pasar tersebut.

Harga pasar setempat diidentifikasi sebagai harga gambir yang dihasilkan oleh petani (Pi), sedangkan harga di pasar acuan adalah harga gambir yang berlaku di tingkat eksportir (Pt), sehingga model dapat ditulis sebagai berikut:

Pit = (1+b1)Pit- 1+b2(Pt - Pt -1)+(b3- b1)Pt-1+b4X

Dimana:

Pit = Harga gambir di tingkat petani (waktu t) (Rp/kg)

Pit- 1 = Harga gambir di tingkat petani (waktu t-1) (Rp/kg)

Pt = Harga gambir di tingkat eksportir (waktu t) (Rp/kg)

Pt -1 = Harga gambir di tingkat eksportir (waktu t-1) (Rp/kg)

X = Faktor-faktor lain yang mempengaruhi

Koefisien b2 menunjukkan seberapa jauh perubahan harga di tingkat

eksportir di transmisikan ke tingkat petani. Koefisien (1+b1) dan (b3-b1) mencerminkan seberapa jauh kontribusi relatif harga periode sebelumnya dari tingkat petani dan tingkat eksportir terhadap tingkat harga yang berlaku sekarang ditingkat petani. Rasio antara keduanya merupakan indeks hubungan pasar (Index Of Market Connection) atau IMC yang menunjukkan tinggi rendahnya keterpaduan antara kedua pasar yang bersangkutan dan dirumuskan :

IMC = (1 + b1) ( 3− 1) Dimana :

IMC = Indeks of market connection (Indeks hubungan pasar)

Pasar dikatakan tidak ada hubungan/tidak terintegrasi pada jangka pendek jika IMC tinggi dan pada jangka panjang jika nilai sangat mendekati 0. Jika terjadi integrasi maka perubahan harga yang terjadi di tingkat konsumen akan ditransmisikan ke tingkat produsen sehingga petani akan menerima perubahan atas harga yang terjadi pada tingkat konsumen. Dimana terjadi integrasi jangka pendek, apabila b1 = -1 dan IMC = 0; pasar tersegmentasi apabila b1=b3 dan IMC = tak terhingga. Dalam kondisi normal indeks adalah positif dan nilai b1 antara 0 hingga -1. IMC mendekati 0, menunjukkan integrasi kedua pasar yang tinggi. Hytens (1986) menyatakan, bila nilai IMC < 1 mencerminkan integrasi yang tinggi dalam jangka pendek (ada kemungkinan untuk b2 menuju 1 dan IMC menjadi sangat tinggi).

Integrasi dapat bersifat kuat dan lemah (Tabel 7). Integrasi kuat artinya jika perubahan harga di tingkat eksportir secara nyata dapat dirasakan perubahannya

31 oleh petani. Integrasi bersifat lemah yaitu perubahan harga di tingkat petani akan mempengaruhi harga di tingkat eksportir tidak terlalu signifikan.

Tabel 7 Syarat suatu pasar terintegrasi atau tidak

No Keterangan Jangka Pendek Jangka Panjang

1 Integrasi Kuat IMC mendekati 0

IMC<1

b2 mendekati 1 (>0,5)

2 Integrasi Lemah IMC > 1 b2 mendekati 0 (<0,5)

3 Tidak Ada Hubungan/ Tidak Terintegrasi

IMC tinggi b2 sangat mendekati 0

Sumber : Rosiana (2012)

Analisis Peran Kelembagaan Tingkat Petani dan Kelembagaan Pemasaran dalam Pengolahan dan Pemasaran Gambir

Analisis peran kelembagaan dalam pengolahan dan pemasaran gambir dilakukan secara deskriptif dan bersifat kualitatif. Pada analisis ini akan dilihat peran kelembagaan pemasaran dan kelembagaan tingkat petani. Peranan tersebut dapat dilihat dari pelaksaan fungsinya sebagai bagian dalam pengembangan gambir yang terlihat dari kontribusi, pola kerjasama, aturan main (rule of the game) baik formal dan informal. Analisis ini memaparkan mengenai kebiasaan yang kemudian berkembang menjadi aturan main yang berlaku di pemasaran dan penglahan gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota.

Merumuskan Alternatif Pendekatan untuk Meningkatkan Peranan Kelembagaan dalam Pengolahan dan Pemasaran Gambir

Perumusan pendekatan yang dilakukan untuk meningkatkan peranan kelembagaan yang memiliki keberpihakan kepada petani dalam pengolahan dan pemasaran gambir. Perumusan ini mempertimbangkan implikasi dari analisis efisiensi pemasaran dan peran kelembagaan pemasaran dalam pengolahan dan pemasaran gambir untuk memperkuat posisi petani. Perumusan pendekatan ini juga mempertimbangkan peran kelembagaan lainnya dalam pendekatan kelembagaan dalam pengolahan dan pemasaran gambir untuk melihat hal apa yang harus diperbaiki dan hal apa yang harus ditingkatkan dalam pengolahan dan pemasaran gambir. Perumusan ini dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif dengan memanfaatkan hasil dari 2 tujuan sebelumnya untuk menggiring pola atau fenomena sosial yang telah dideskripsikan, sehingga dapat menghasilkan rumusan pendekatan dalam meningkatkan peranan kelembagaan dalam pengolahan dan pemasaran gambir. Hal ini bisa dirumuskan setelah tujuan pertama dan kedua diperoleh dan dapat disimpulkan sebagai bahan acuan untuk merumuskan rekomendasi yang dianggap tepat berdasarkan hasil penelitian yang akan dilakukan.

32

Definisi Operasional Penelitian

1. Kelembagaan adalah organisasi berjenjang dan aturan main baik formal maupun informal pada pengolahan dan pemasaran gambir

2. Peran kelembagaan berhubungan dengan pelaksanaan fungsi yang dilihat dari kontribusi, pola kerjasama dan aturan main yang terbentuk dalam pengolahan pemasaran gambir baik itu di kelembagaan tingkat petani maupun kelembagaan pemasaran

3. Kelembagaan pemasaran merupakan lembaga yang berfungsi untuk memasarkan gambir yang terdiri dari penyalur, pedagang perantara, pedagang besar dan eksportir

4. Kelembagaan tingkat petani merupakan lembaga yang dibentuk atau terbentuk untuk mendukung pelaksanaan pengembangan gambir

5. Gambir merupakan hasil produksi dari proses pengempaan daun gambir dalam setahun yang dihitung dalam satuan kilogram.

6. Petani gambir adalah petani yang membudidayakan tanaman gambir dan melakukan penjualan gambir dalam bentuk gambir olahan setengah jadi (bongkahan getah gambir)

7. Anak kampo merupakan orang yang melakukan kegiatan pengolahan gambir milik petani gambir yang terdiri dari 2-3 orang dan berada dalam koordinasi petani gambir.

8. Penyalur adalah pedagang perantara yang melakukan pembelian gambir langsung kepada petani dan hanya melakukan kegiatan pemindahan gambir dari petani kepada pedagang besar serta sangat bergantung pada modal yang diberikan oleh pedagang besar.

9. Pedagang pengumpul merupakan pedagang perantara yang membeli gambir langsung dari petani dan kemudian menjualnya kembali kepada pedagang perantara selanjutnya (bisa pedagang besar maupun eksportir)

10.Pedagang besar merupakan pedagang perantara yang bisa melakukan transaksi pembelian dengan pedagang perantara, penyalur ataupun petani dan melakukan transaksi penjualan dengan eksportir.

11.Eksportir merupakan pedagang perantara yang langsug malakukan transaksi perdagangan internasional dengan buyers.

5 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN

Dokumen terkait