• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN Teori Kewirausahaan

Berdasarkan Kao kewirausahaan adalah menciptakan kekayaan bagi individu dan nilai tambah kepada masyarakat melalui usaha baru dan inovasi (Kao, et.al, 1996). Senada dengan pendapat Robert C. Ronstad (Kuratko, 2009) kewirausahaan adalah proses dinamis menciptakan kekayaan, dengan menghasilkan suatu produk atau jasa. Produk atau layanan itu sendiri mungkin saja tidak baru, tetapi mempunyai nilai lebih. Hal ini dikarenakan adanya kemampuan untuk mengalokasikan sumberdaya yang tersedia secara terampil, atau dengan kata lain adanya kreativitas dan inovasi mampu memberikan nilai tambah pada suatu produk. Penciptaan nilai tambah diwujudkan dengan keterampilan dalam memanfaatkan dan mengalokasikan sumberdaya yang tersedia, dan keterampilan dalam membangun rencana bisnis yang kuat, serta kemampuan untuk mengenali kesempatan dalam berbagai situasi. Dengan kata lain kewirausahaan sangat erat kaitannya dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dapat berwujud inovasi dalam hal produk atau jasa, pemasaran, proses produksi, pengelolaan sumberdaya manusia (SDM), alternatif bahan input, atau dalam penerapan teknologi baru.

Menurut Robert .C. Ronstad (Kuratko, 2009), secara umum diakui bahwa pengusaha berperan sebagai agen perubahan, karena dengan kreatifitas, ide-ide inovatif dalam menjalankan perusahaan, usaha atau bisnis dapat mengalami pertumbuhan dan menguntungkan. Sedangkan menurut Zimmerer dan Scarborough (2005) pengertian wirausaha adalah orang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian, demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi berbagai peluang penting dan menggabungkan sumberdaya yang diperlukan untuk mengkapitalisasi bagi permodalan usahanya. Senada dengan pernyataan tersebut, menurut KPPU (2009) wirausahawan (pengusaha) adalah seseorang yang mengkombinasikan berbagai faktor produksi untuk ditransformasi menjadi output berupa barang dan jasa. Dalam upaya tersebut, dia harus menanggung risiko kegagalan. Atas keberanian menanggung risiko, pengusaha mendapat balas jasa berupa laba. Makin besar (tinggi) risikonya, laba yang diharapkan harus semakin besar.

Teori Perilaku Kewirausahaan

Perilaku atau aktivitas yang ada pada individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh individu yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupun stimulus internal, namun sebagian besar perilaku individu merupakan respon terhadap stimulus eksternal. Teori Atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dan membentuk perilaku seseorang, teori atribusi ini dicetuskan oleh Fritz Heider. Menurut Heider ada dua sumber atribusi terhadap tingkah laku; (1). atribusi internal atau atribusi disposisional, dan (2) atribusi ekternal atau atribusi lingkungan. Konsep tersebut dikenal juga dengan nama “Causal Attribution” yaitu proses penjelasan tentang penyebab suatu perilaku, penyebab internal (internal causality) merupakan atribut yang melekat pada sifat dan

kualitas pribadi atau personal, dan penyebab eksternal (external causality) terdapat dalam lingkungan atau situasi (Mustafa, 2011).

Menurut para ahli psikologi sosial adanya interaksi individu dengan orang lain adalah faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku (Atkinson, et.al, 1994). Menurut Irwanto et.al (1996) unsur perilaku terdiri atas perilaku yang tidak tampak seperti pengetahuan (cognitive) dan sikap mental (affective) serta perilaku yang tampak seperti keterampilan (psycomotoric) dan tindakan nyata (action). Sedangkan tiga determinan yang mempengaruhi terjadinya perilaku, yaitu; (1) determinan yang berasal dari lingkungan (dukungan, desakan,keadaan bahaya, dan lain-lain), (2) determinan dari dalam diri individu (harapan/cita-cita, emosi, insting, keinginan, dan lain-lain), dan (3) tujuan/insentif/nilai dari suatu obyek. faktor-faktor ini berasal dari dalam diri individu (kepuasan kerja, tanggung jawab), atau dari luar individu (status, uang).

Menurut Skiner (Irwanto. et.al, 1996) perilaku dapat dibedakan menjadi; (1) perilaku yang alami (innate behavior), dan (2) perilaku operan (operant

behavior). Perilaku alami yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan,

yaitu yang berupa refleks dan insting. Sedangkan perilaku operan yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar. Sebagian besar perilaku pada manusia merupakan perilaku yang dibentuk, perilaku yang diperoleh, dan dapat dikendalikan, sehingga perilaku dapat berubah melalui proses belajar.

Teori Mc Clelland membedakan tiga kebutuhan utama yang mempengaruhi perilaku manusia, yaitu kebutuhan berprestasi atau n-ach,

kebutuhan untuk berkuasa atau n-power, dan kebutuhan untuk berafiliasi atau n-

affiliasi. Kebutuhan berprestasi atau n-ach tercermin dari perilaku individu yang

selalu mengarah pada suatu standar keunggulan (standar of exellenceI). Orang seperti ini menyukai tugas-tugas yang menantang, tanggung jawab secara pribadi, dan terbuka untuk umpan balik guna memperbaiki prestasi inovatif-kreatifnya. N- ach merupakan hasil dari suatu proses belajar, sehingga n-ach dapat ditingkatkan melalui latihan (Irwanto,et.al, 1996). Motivasi adalah suatu konstruk teoritis mengenai terjadinya perilaku. Konstruk teoritis ini meliputi aspek-aspek pengaturan (regulasi), pengarahan (direksi), serta tujuan (insentif global) dari perilaku. Seluruh aktivitas mental yang dirasakan/ dialami yang memberikan kondisi hingga terjadinya perilaku disebut motif (Irwanto, et.al, 1996).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungan dimana individu itu berada, dan perilaku didorong oleh motif tertentu.

Menurut Furnham (1994) terbentuknya perilaku kewirausahaan merupakan proses pembelajaran dari interaksi individu dalam suatu organisasi usaha. Pengertian dari perilaku kewirausahaan menurut Fogel, et.al (2005) adalah tindakan yang terdiri dari kegiatan mengumpulkan informasi, mengolahnya, identifikasi peluang, pengambilan resiko, mengelola perusahaan baru dan masuk pasar, mencari dukungan finansial, keahlian teknologi dan input lainnya. Senada dengan hal tersebut, Kuratko (2009) menyatakan bahwa kewirausahaan tidak hanya sekedar penciptaan bisnis semata, namun disertai dengan perilaku aktif mencari peluang, berani mengambil risiko, serta memiliki kegigihan dalam berkreativitas untuk menghasilkan bisnis yang inovatif.

Menurut Bird (1996) perilaku wirausaha adalah aktivitas wirausahawan yang mencermati peluang (opportunistis), mempertimbangkan dorongan nilai-

20

nilai dalam lingkungan usahanya (value-driven), siap menerima risiko dan kreatif. Empat elemen yang membentuk perilaku wirausaha yaitu; (1) faktor individu yang merupakan kondisi orang-orang yang ada dalam organisasi, (2) faktor organisasi menyangkut kondisi internal, keberadaan, serta daya tahan lembaga tersebut, (3) faktor lingkungan merupakan faktor yang berada di luar organisasi dan dapat mempengaruhi keberadaan organisasi, dan (4) faktor proses, sebagai aktivitas kerja yang terjadi dalam organisasi termasuk terjadinya interaksi antara individu yang satu dengan lainnya.

Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa perilaku kewirausahaan adalah tindakan seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya yang mencerminkan karakteristik kewirausahaan, seperti tekun, kreatif dan inovatif, berani mengambil risiko dan tanggap terhadap peluang. Perilaku tidak terjadi secara spontan dan tanpa tujuan, dalam hal ini dapat dikatakan bahwa timbulnya perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam individu (internal) dan faktor-faktor lingkungan (eksternal), yang berorientasi terhadap tujuan dari suatu usaha.

Teori Kinerja Usaha

Kinerja adalah hasil kerja individu maupun perusahaan dalam rangka mencapai tujuan, yaitu dalam bentuk profitabilitas/ kemampulabaan dan kesejahteraan, sebagaimana menurut Baye (2008), performance refers to the

profits and social welfare that result in a given industry. Demikian pula menurut

KPPU (2009) kinerja suatu usaha atau industri dapat berupa pertumbuhan industri, efisiensi, inovasi, profitabilitas, tingkat kepuasan konsumen dan sebagainya yang merupakan bagian dari kesejahteraan masyarakat.

Paradigman struktur-perilaku-kinerja (structure-conduct-performance paradigm), memperlihatkan bagaimana ketiga aspek dari industri tersebut saling terkait. Struktur pasar akan mempengaruhi perilaku perusahaan dalam mengalokasikan sumberdaya yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap baik buruknya kinerja (Baye, 2008). Perusahaan yang berada di pasar yang tingkat persaingannya tinggi tentunya mempunyai perilaku yang relatif berbeda dengan perusahaan dengan kondisi persaingan pasar yang rendah. Perilaku tersebut akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Kinerja usaha dapat diukur berdasarkan beberapa indikator, yaitu profit (current profitability and profitability over the longer term), dan pangsa pasar

(market share or growth market share). Kinerja suatu usaha tergantung pada

kompetensi dari manajernya, yaitu keterampilan, pengalaman, motivasi, serta adanya dedikasi dan sensitifitas dalam mengelola usaha (Sloman dan Sutcliffe, 2004). Menurut Praag (2005) keberhasilan kinerja usaha dapat dilihat dari adanya keberlangsungan dan pertumbuhan usaha, penambahan tenaga kerja, peningkatan keuntungan dan pendapatan. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Indikator kinerja sebagai tujuan utama dari sebuah organisasi bisnis. Diantaranya adalah keuntungan (profit), Return of investment (ROI) atau pengembalian investasi, tercapainya efisiensi dan penggunaan sumber daya keuangan untuk mendukung pengembangan usaha dan mengelola usaha dengan efektif dan efisien dilihat dari sisi keuangan. Menurut Day (Dirlanudin, 2010) performance outcomes atau kinerja usaha meliputi (1) satisfaction (kepuasan)terkait dengan semakin banyak

pihak merasa terpuaskan oleh keberadaan perusahaan, (2) loyality (loyalitas) menyangkut kesetiaan pelanggan terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan, (3) market share (pangsa pasar) kemampuan memperluas pangsa pasar, dan (4) profitability (peningkatan pendapatan), ditandai dengan adanya peningkatan profit yang signifikan. Berdasarkan konsep tersebut di atas, maka pada penelitian ini indikator kinerja yang akan diukur adalah; (1) peningkatan pendapatan, (2) perluasan wilayah pemasaran, dan (3) keunggulan bersaing.

Kerangka Pemikiran Konseptual

Penerapan konsep perilaku kewirausahaan dapat mempengaruhi kinerja usaha menjadi lebih baik dan berkembang. Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal yang berasal dari diri pribadi, dan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan.

Berdasarkan teori maupun studi empirik, faktor-faktor internal yang yang akan diteliti dan dikaji pada penelitian ini diantaranya, pendidikan, pengalaman, skala usaha, kepemilikan modal usaha, kepemilikan sarana dan prasarana produksi, motivasi berprestasi, keinginan berwirausaha, persepsi terhadap usaha. Sedangkan faktor eksternal diantaranya, ketersediaan bahan input, dukungan penyuluhan dan pelatihan, bantuan modal usaha, dukungan promosi dan pemasaran, dukungan regulasi usaha, kekompakan pengusaha anggrek dan akses terhadap informasi pasar. Indikator bagi perilaku kewirausahaan adalah tekun berusaha, tanggap terhadap peluang, inovatiF, berani mengambil risiko dan bersikap mandiri. Indikator kinerja usaha yang digunakan adalah peningkatan pendapatan, perluasan wilayah pemasaran, dan keunggulan bersaingKerangka pemikiran konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Konseptual Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Pengusaha Anggrek terhadap Kinerja Usaha

Faktor Internal : 1. Pendidikan 2. Pengalaman 3. Kepemilikan modal 4. Kepemilikan sarana/prasarana produksi 5. Motivasi berprestasi 6. Skala usaha 7. Persepsi terhadap usaha 8. Kepemilikan sumber usaha Perilaku Kewirausahaan Pengusaha Anggrek: - Tekun Berusaha

- Tanggap terhadap peluang

- Inovatif

- Berani mengambil risiko

- Bersikap Mandiri

Kinerja usaha Anggrek :

- Meningkatnya pendapatan

- Perluasan wilayah pemasaran

- Keunggulan bersaing Faktor Eksternal : 1. Ketersediaan Bahan input 2. Penyuluhan dan Pelatihan 3. Modal dan Saprotan 4. Promosi dan Pemasaran 5. regulasi usaha 6. kekompakan pengusaha anggrek 7. Akses terhadap informasi pasar

4 METODE PENELITIAN

Dokumen terkait