• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran Teoritis

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Karakteristik Individu

Karakteristik individu sangat berpengaruh terhadap kelompoknya. Karakteristik individu adalah sifat yang ditampilkan seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan di lingkungan dimana ia tinggal. Karakteristik individu juga merupakan sifat yang berupa pola pikir, pola sikap, dan pola tindak. Tunggal (2009) mendefenisikan karakteristik individu sebagai keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada kehidupan sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya, sehingga menentukan pola aktivitasnya dalam meraih apa yang telah menjadi tujuan dan cita-citanya. Tunggal (2009) mengemukakan bahwa karakteristik individu terdiri dari usia, jenis kelamin, status perkawinan dan kedudukan seseorang. Hijriyah (2004) mengemukakan bahwa karakteristik individu yang terpenting adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, asal daerah, jumlah tanggungan keluarga, dan lamanya usaha.

1) Usia

Menurut Zimmerer (2002) di Amerika Serikat pada umumnya seseorang memulai usaha antara usia 30-40 tahun. Namun tidak ada batasan usia dalam aspirasi kewirausahaan mereka. Hurlock (1991), diacu dalam Hijriyah (2004) berpendapat bahwa perkembangan karier berjalan seiring dengan proses perkembangan manusia, dan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok usia, yaitu usia dewasa awal, dewasa madya, dan dewasa akhir. Setiap kelompok usia memiliki ciri-ciri khas bila dikaitkan dengan perkembangan karier. Ciri khas perkembangan karier menurut Hurlock adalah sebagai berikut:

a) Usia dewasa awal (usia 18-40 tahun)

Masa dewasa awal sangat terkait dengan tugas dan perkembangan dalam hal membentuk keluarga dan pekerjaan. Ketika seorang masuk dalam usia dewasa awal, ia memiliki tugas pokok, yaitu memilih bidang usaha yang cocok dengan bakat, minat, dan faktor psikologis yang dimilikinya sehingga kesehatan mental dan fisiknya tetap terjaga. Pada masa dewasa awal seseorang akan mencoba-coba untuk berkarier.

b) Usia dewasa madya (usia 40-60 tahun)

Masa dewasa madya bercirikan keberhasilan dalam pekerjaan. Pada usia ini pada umumnya orang mencapai prestasi puncak, mereka memiliki pekerjaan yang lebih baik daripada pekerjaan yang mereka miliki pada waktu masih muda. Hal ini dikarenakan mereka sudah cukup mantap dengan pilihan pekerjaan dan sudah memiliki pengalaman yang cukup

c) Usia dewasa akhir (usia di atas 60 tahun)

Pada masa ini orang mulai mengurangi kegiatan kariernya atau berhenti sama sekali. Karena menurunnya kesehatan dan fisik, pada usia ini banyak orang mulai berhenti bekerja dan lebih banyak melakukan kegiatan-kegiatan sosial. 2) Tingkat Pendidikan

Menurut Staw (1991), diacu dalam Hijriah (2004) menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan usaha, dengan asumsi bahwa pendidikan yang lebih baik akan memberikan pengetahuan yang lebih baik dalam mengelola usaha. Pendidikan memiliki peranan penting saat pelaku usaha mencoba mengatasi masalah dan mengoreksi penyimpangan dalam praktik usaha. Meski pendidikan formal bukan syarat untuk memulai usaha baru, pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal memberi dasar yang baik apalagi bila pendidikan formal tersebut terkait dengan bidang usaha yang dikelola.

3) Pengalaman.

Menurut Staw (1991), diacu dalam Hijriyah (2004) berpendapat bahwa pengalaman dalam menjalankan usaha merupakan penentu terbaik bagi keberhasilan. Kebutuhan akan pengalaman mengelola usaha semakin dibutuhkan dengan meningkatnya kompleksitas lingkungan. Pengalaman dalam mengelola usaha member pengaruh pada keberhasilan usaha. Pengalaman bisa diperoleh bila seseorang terlibat secara langsung dalam kegiatan-kegiatan usaha.

3.1.2. Kegiatan Usaha Sektor Informal

Menurut Wahyudin (1993) mengemukakan ada tiga macam kegiatan pokok yang termasuk kedalam kegiatan usaha sektor informal, yaitu kegiatan produksi, konsumsi dan pertukaran atau distribusi. Kegiatan produksi adalah kegiatan untuk menimbulkan atau menaikkan nilai suatu barang dan jasa. Yang

melaksanakan produksi disebut produser. Dan kegiatan pertukaran atau distribusi adalah memindahkan barang dari pihak produser atau pembuat ketangan konsumen, atau sering disebut juga dengan kegiatan pemasaran. Yang melaksanakan kegiatan pertukaran atau distribusi disebut pedagang atau penjual. Untuk melakukan kegiatan tersebut seseorang mungkin hanya dapat melakukan kegiatan produksi saja, atau sebagai pedagang saja. Tetapi diantara mereka ada juga yang melakukan produksi dan penjualan sekaligus.

3.1.3. Analisis Usaha

Keberhasilan suatu usaha dapat dilihat dengan cara melakukan analisis pendapatan. Pendapatan usaha bakso merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pendapatan usaha bakso dapat digambarkan sebagai balas jasa dari faktor-faktor produksi, tenaga kerja, modal dan jasa pengelolaan (manajemen). Besarnya keuntungan usaha bakso tergantung pada besarnya penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan.

Ada dua keterangan pokok yang diperlukan dalam analisis pendapatan usaha bakso, yaitu keadaan penerimaan dan pengeluaran dalam batasan waktu tertentu misalnya satu musim atau satu tahun. Keuntungan yang diperoleh dari usaha bakso dapat dilihat dari penerimaan dan pengeluaran dalam batas waktu tertentu. Penerimaan usaha bakso adalah hasil perkalian dari jumlah produksi total dengan harga satuan produk atau harga jual. Sedangkan pengeluaran atau biaya usaha bakso adalah nilai penggunaan sarana produksi, upah dan lain-lain yang dibebankan pada proses produksi yang bersangkutan.

Keuntungan adalah selisih antara hasil yang diterima dari penjualan dengan biaya sumberdaya yang telah dipergunakan, jika biaya lebih besar dari pendapatan maka keuntungan negatif atau mengalami kerugian. Konsep analisis keuntungan usaha bakso mengadopsi konsep analisis pendapatan usahatani. Pada usaha bakso, faktor produksi yang digunakan tidak berbeda dengan faktor produksi pada usahatani seperti faktor lahan, modal, tenaga kerja dan manajemen. Perbedaannya terletak pada bentuk fisik dari faktor lahan dalam usaha bakso yaitu tempat atau alat untuk berjualan (gerobak), sedangkan lahan pada usaha tani dapat berupa lahan tegalan sawah, kolam dan sebagainya. Perbedaan lainnya terletak pada waktu untuk usaha. Pada usahatani, waktu untuk berusaha berupa musiman

dan tahunan, sedangkan pada usaha bakso tidak ada waktu tertentu, tetapi dalam kasus ini peneliti menentukan batasan waktu analisis pendapatan dalam satu periode bulan.

3.1.4. Teori Biaya

Biaya dari perusahaan yang kegiatannya memproduksi barang adalah nilai

input yang akan digunakan untuk memproduksi outputnya. Sedangkan konsep

biaya adalah suatu pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh suatu barang ataupun jasa diukur dengan nilai uang, baik itu pengeluaran berupa uang, melalui tukar-menukar ataupun melalui pemberian jasa. Penggolongan biaya umumnya ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dari penggolongan biaya.

Biaya produksi merupakan semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksi perusahaan tersebut. Apabila jumlah suatu faktor produksi yang digunakan selalu berubah-ubah, biaya produksi yang dikeluarkan juga berubah-ubah nilainya. Namun, apabila jumlah suatu faktor produksi yang digunakan adalah tetap, biaya produksi yang dikeluarkan untuk memperolehnya adalah berubah nilainya. Dengan demikian keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan produsen dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu biaya tetap dan biaya biya variabel.

Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah meskipun output berubah, jumlahnya tidak tergantung atas besar kecilnya kuantitas produksi yang dilaksanakan. Misalnya gaji tenaga kerja administrasi dan pemasaran, penyusutan peralatan, dan lain-lain. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perberubah-ubahan kuantitas produksi yang dihasilkan. Biaya variabel merupakan biaya yang berkaitan langsung dengan output yang bertambah besar dengan meningkatnya produksi dan berkurang dengan menurunnya produksi. Yang termasuk dalam biaya ini antara lain adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan lain-lain. Perhitungan atas biaya secara umum yaitu:

TB = BT + BV

Keterangan:

BT = Biaya Tetap (Rp/bln) BV = Biaya Variabel (Rp/bln)

TR = P x Q

Keterangan:

TR = Penerimaan penjualan (Rp/bln) P = Harga per unit (Rp)

Q = Jumlah output yang dijual

Biaya penyusutan peralatan yang digunakan dalam usaha dihitung berdasarkan metode garis lurus (Stright Line Method) yaitu nilai pembelian dikurangi tafsiran nilai sisa dibagi dengan umur ekonomis. Rumus yang digunakan adalah:

Penyusutan = Nb - Ns N

Keterangan:

Nb = Nilai pembelian barang (Rp) Ns = Tafsiran nilai sisa (Rp) N = Umur ekonomis barang (Th)

Pendapatan selain diukur dengan nilai mutlak dapat pula diukur dengan nilai efisiennya. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur nilai efisiensi pendapatan tersebut yaitu penerimaan untuk setiap biaya yang dikeluarkan atau imbangan penerimaan dan biaya atau revenue and Cost Ratio (R/C ratio). Analisis imbangan penerimaan dan biaya digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan relatif dari kegiatan usaha bakso berdasarkan perhitungan finansial. Konsep penerimaan usaha dikemukakan oleh Hernanto dalam Syukron (2009), sebagai hasil perkalian antara hasil harga jual dengan output produksi. Konsep tersebut secara matematis sebagai berikut:

TRi = Yi x Pi

Keterangan:

Y = Produksi Usaha Py = Harga Y

Pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi, karena ada kemungkinan pendapatan yang besar itu diperoleh dari investasi yang berlebih-lebihan. Oleh karena itu analisis pendapatan selalu diikuti dengan pengukuran efisiensi. Salah satu ukurannya dengan penerimaan untuk rupiah yang dikeluarkan (revenue cost ratio atau R/C ratio). Rasio R/C atau return cost ratio adalah perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Rasio R/C secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

R C = R TC; C = Py x Y FC + VC Keterangan:

TR = Total penerimaan pedagang bakso TC = Total biaya pedagang bakso

Nilai R/C total menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk berproduksi. Nilai R/C tidak mempunyai satuan. Kriteria analisis R/C yaitu rasio R/C = 1, secara teoritis tidak terjadi keuntungan maupun kerugian pada usaha. Suatu usaha dikatakan menguntungkan jika rasio R/C lebih besar dari satu (R/C > 1). Apabila rasio R/C lebih kecil dari satu (R/C < 1) menandakan bahwa usaha tersebut tidak menguntungkan.

Nilai R/C yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa penambahan satu rupiah biaya akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar dari satu. Semakin besar nilai R/C maka semakin baik kedudukan ekonomi usaha bakso tersebut. Kedudukan ekonomi tersebut penting, karena dapat dijadikan penilaian dalam mengambil keputusan (Hernanto dalam Syukron, 2009).

Dokumen terkait