• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wahyudin (1993) melakukan penelitian tentang pedagang bakso di Salatiga, studi kasus tentang sebuah usaha di sektor Informal. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui latar belakang sebelum menjadi pedagang bakso, mengetahui proses menjadi pedagang bakso, dan menganalisis bentuk dan mekanisme kegiatan usaha pedagang bakso. Jumlah sampel dalam penelitian 30 pedagang bakso yang beroperasi di Salatiga, terdiri atas 18 orang pedagang keliling dan 12 orang pedagang kaki lima. Analisis data menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitiannya adalah sebagian besar pedagang bakso berasal dari daerah pedesaan di luar kota Salatiga, kegiatan sebelum menjadi pedagang bakso ialah sebagai penjual es potong, petani penggarap, menganggur dan bersekolah sambil rewang. Dalam proses menjadi pedagang bakso seseorang dapat dengan mudah, murah dan cepat memperoleh keterampilan usaha tanpa biaya pendidikan atau persyaratan lainnya yang menyusahkan calon pedagang.

Yuliadini (2000) melakukan penelitian tentang analisis pendapatan dan faktor kewirausahaan pedagang bakso sapi keliling di Kota Bogor Jawa Barat dengan tujuan menganalisis pendapatan/keuntungan usaha, menganalisis besarnya kontribusi pendapatan dari usaha bakso sapi keliling terhadap pendapatan total keluarga dan mengidentifikasi pengaruh faktor-faktor pendidikan, pengalaman usaha, motivasi, lokasi usaha dan nilai masyarakat sekitar lokasi usaha terhadap prilaku kewirausahaan pedagang bakso sapi keliling. Rata-rata pendapatan pedagang bakso sapi keliling yang menggunakan gerobak sebesar Rp 5.890.010,34 dan pikulan sebesar Rp 5.240.007,69. Rata-rata pendapatan pedagang bakso keliling di Kota Bogor secara keseluruhan sebesar Rp 5.648.580,79/tahun/pedagang. Rata-rata kontribusi pendapatan pedagang bakso sapi keliling terhadap pendapatan total keluarga sebesar 91,82 persen. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan pedagang bakso sapi keliling di kota Bogor adalah pendidikan, pengalaman usaha, motivasi dan lokasi usaha berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku kewirausahaan dengan nilai F=36,24 pada taraf signifikasi 0,01.

Elmi (2005) penelitian tentang Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah Industri Kecil Keripik dan Sale Hasil Produk Olahan Pisang, kasus industri kecil keripik dan sale pisang di desa sawarna kecamatan bayah, kabupaten lebak, provinsi banten. Alat analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan, analisis R/C dan analisis nilai tambah. Berdasarkan alat analisis yang digunakan tersebut maka hasilnya rata-rata penerimaan pengrajin keripik pisang di desa sawarna perbulan sebesar Rp 20.670.000,- dengan kapasitas produksi sebesar 1.950 kg keripik. Rata-rata total pengeluaran pengrajin Rp 17.237.630,- sehingga pendapatan pengrajin keripik selama sebulan sebesar Rp 3.432.370,-. Rata-rata penerimaan pengrajin sale pisang selama sebulan sebesar Rp 4.561.440,- dengan kapasitas produksi sebesar 1.786,9 kg sale. Rata-rata pengeluaran total sebesar Rp 3.922.249,5 perbulan, sehingga pendapatan yang diterima pengrajin atas total pengeluaran perbulan sebesar Rp 771.970,5. Pada kegiatan pengolahan keripik pisang, rasio R/C atas biaya tunai sebesar 1,22 dan rasio R/C atas biaya total sebesar 1,3 dan rasio R/C atas biaya total sebesar 1,2. Nilai R/C rasio dari kedua

kegiatan pengolahan bernilai lebih besar dari satu, dapat dikatakan bahwa kedua kegiatan pengolahan sudah efisien, menguntungkan dan layak dilaksanakan.

Anggraini (2006) melakukan penelitian tentang analisis pendapatan dan strategi pemasaran usaha warung tenda pecel lele di sepanjang jalan pajajaran Bogor dengan tujuan mengidentifikasi profil dan karakteristik pedagang warung tenda pecel lele, menganalisis pendapatan usaha warung tenda pecel lele dan memformulasi strategi pemasaran yang dapat diterapkan pada usaha warung tenda pecel lele. Alat analisis yang digunakan adalah IFE, EFE dan SWOT. Maka hasil yang didapatkan adalah berdasarkan matrik IFE dan EFE, posisi usaha berada pada sel V dan strategi yang sesuai adalah hold and maintain. Strategi yang dapat diterapkan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan matrik SWOT diperoleh strategi yaitu meningkatkan kualitas produk, fasilitas pesan antar, promosi yang lebih baik lagi, hubungan yang baik dengan pemasok.

Syukron (2009), melakukan penelitian tentang analisis keuntungan pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor, dalam penelitian ini menggunakan alat analisis keuntungan yang merupakan hasil pengurangan antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan, analisis keuntungan untuk usaha martabak ini dianalisis peneliti pada saat terjadinya kenaikan dan sebelum terjadinya kenaikan tepung terigu sebagai bahan bahan baku martabak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapat nilai R/C ratio sebesar 1,56 sebelum terjadinya kenaikan harga tepung terigu dan terjadinya penurunan R/C ratio yang didapat nilai sebesar 1,34 yaitu pada saat terjadi kenaikan harga tepung terigu, berdasarkan analisis menunjukan bahwa secara keseluruhan usaha martabak tersebut menguntungkan secara ekonomi karena memiliki nilai R/C ratio lebih besar dari satu.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dari topik dan tujuan penelitian. Penelitian ini membahas analisis pendapatan yang diperoleh pedagang bakso di Kota Bogor dengan melihat seberapa besar penerimaan dan pengeluaran dari usaha yang dilakukan oleh pedagang bakso mangkal serta pedagang bakso keliling yang ada di Kota Bogor. Selain itu, membahas karakteristik pedagang bakso di Kota Bogor. Adapun ringkasan penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut:

34 Tabel 3. Ringkasan Penelitian Terdahulu

Nama Judul Alat Analisis Hasil

Syukron (2009)

Analisis Keuntungan Pedagang Martabak Manis Kaki Lima di Kota Bogor

 Analisis deskriptif  R/C Rasio / Rasio

 Usaha martabak manis kaki lima dilokasi penelitian mampu memberikan manfaat financial bagi pedagang

 R/C ratio atas biaya tunai dan biaya total lebihbesar daripada 1

Dian Anggraini (2006) Analisis Pendapatan dan Strategi Pengembangan Pemasaran Usaha Warung Tenda Pecel Lele di Sepanjang Jalan Pajajaran Bogor

 IFE  EFE  SWOT

 Berdasarkan matriks IFE dan EFE, pososi usaha berada pada sel V dan strategi yang sesuai adalah hold and maintain. Strategi yang dapat diterapkan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk

 Berdasarkan matriks SWOT diperoleh strategi yaitu meningkatkan kualitas produk, fasilitas pesan antar, promosi yang lebih baik lagi, hubungan yang baik dengan pemasok.

Elmi Sipta Jati (2005)

Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah Industri Kecil Keripik dan Sale Hasil Produk Olahan Pisang  Analisis Pendapatan  R/C Rasio  Analisis nilai tambah

 Pada pengolahan keripik R/C rasio atas biaya tunai sebesar 1.22 dan R/C rasio atas biaya total sebesar 1.17 persen.

 Pada pengolahan sale R/C rasio atas biaya tunai sebesar 1,3 dan R/C rasio atas biaya total sebesar 1,2 persen Yuliadini

(2000)

Analisis Pendapatan

dan Faktor

Kewirausahaan Pedagang Bakso Sapi Keliling di Kota Bogor Jawa Barat

 Analisis Pendapatan  Analisis

Regresi Linier Berganda

 Rata-rata pendapatan pedagang bakso sapi keliling di Kota Bogor sebesar Rp 5.648.580,79/tahun/pedagang  Faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku kewirausahaan pedagang bakso sapi keliling di Kota Bogor adalah pendidikan, pengalaman usaha, motivasi dan lokasi usaha berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku kewirausahaan dengan nilai F = 35,24 pada taraf signifikan 0,01.

Wahyudin (1993)

Pedagang Bakso di Salatiga: Studi Kasus Tentang Sebuah Usaha di Sektor Informal.

 Analisis Deskriptif

 sebagian besar pedagang bakso berasal dari daerah pedesaan di luar kota Salatiga.

 kegiatan sebelum menjadi pedagang bakso ialah sebagai penjual es potong, petani penggarap, menganggur dan bersekolah sambil rewang.

 Dalam proses menjadi pedagang bakso seseorang dapat dengan mudah, murah dan cepat memperoleh keterampilan usaha tanpa biaya pendidikan atau persyaratan lainnya yang menyusahkan calon pedagang.

Dokumen terkait