• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Kerangka Pemikiran

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) unit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan merupakan salah satu pabrik dari 12 Pabrik Kelapa Sawit yang dimiliki oleh PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero). PKS Rambutan mengolah bahan baku berupa TBS (Tandan Buah Segar) menjadi dua produk utama yaitu CPO dan Minyak Inti Sawit.

Permintaan untuk CPO saat ini masih tinggi dan akan terus meningkat dari tahun ke tahunnya baik di pasar lokal maupun internasional. Permintaan yang tinggi ini menjadikan produk CPO sebagai produk yang lebih difokuskan dalam produksinya. CPO (Crude Palm Oil) merupakan minyak yang berasal dari daging buah (mesokarp) yang dihasilkan dan dijual untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam proses produksi CPO, terdapat biaya produksi yang harus dikeluarkan. Biaya tersebut terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Setelah dilakukan produksi CPO, diperlukan perhitungan harga pokok untuk CPO. Harga pokok yang diperoleh dapat dijadikan sebagai landasan dalam menentukan harga jual CPO serta meningkatkan laba.

Setelah dilakukan produksi CPO, produk CPO kemudian dipasarkan dan dijual melalui PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT KPBN) dan Bursa Berjangka Jakarta (BBJ). Dari kegiatan penjualan CPO, perusahaan akan mendapatkan hasil penjualan CPO berupa penerimaan. Setelah penerimaan tersebut dikurangkan dengan biaya produksi, maka diketahui laba bersih yang diperoleh perusahaan.

24

Keterangan :

: Menyatakan Hubungan

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Analisis Harga Pokok CPO

− Biaya Bahan Baku Langsung

− Biaya Tenaga Kerja Langsung

− Biaya Overhead Pabrik

Harga Pokok

Harga Jual

Laba Penerimaan

Biaya Produksi CPO (Crude Palm Oil)

Produksi CPO

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), yaitu dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) unit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai dengan pertimbangan PKS Rambutan merupakan salah satu PKS PTPN III wilayah Distrik Serdang II yang memiliki kapasitas olah tandan buah segar menjadi CPO dengan kapasitas yang cukup baik.

Tabel 3.1 Kapasitas Olah Tandan Buah Segar (TBS) Menjadi Crude Palm Oil

No Pabrik Pengolah Kelapa Sawit (PKS)

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III Tahun 2016.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dengan melakukan observasi langsung ke lapangan melalui wawancara, serta data sekunder diperoleh dari perusahaan PT.

26

Perkebunan Nusantara III unit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai. Data sekunder merupakan penelitian yang menggunakan data yang telah ada, setelah itu dilakukan proses analisis serta interpretasi terhadap data sesuai dengan tujuan penelitian. Data sekunder juga bisa didapatkan melalui instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini.

3.3 Metode Analisis Data

Untuk menjawab identifikasi masalah yang pertama, perlu dilakukan perhitungan jumlah biaya produksi terlebih dahulu. Jumlah biaya produksi adalah jumlah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Dalam penelitian ini, biaya produksi tersebut akan dikelompokkan atas biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

Biaya bahan baku langsung merupakan biaya dari bahan utama atau bahan pokok dari suatu produk. Biaya tenaga kerja langsung merupakan semua balas jasa yang diberikan kepada karyawan pabrik yang langsung berperan dalam pengolahan produk yang dihasilkan perusahaan. Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung.

Analisis jumlah biaya produksi dilakukan dengan menghitung :

Keterangan :

BBBL = Biaya Bahan Baku Langsung BTKL = Biaya Tenaga Kerja Langsung BOP = Biaya Overhead Pabrik

Kemudian, sesuai dengan yang sudah dijabarkan di identifikasi masalah yaitu metode yang digunakan adalah metode harga pokok proses. Metode harga

Jumlah Biaya Produksi = BBBL + BTKL + BOP

pokok proses adalah metode perhitungan harga pokok produk berdasarkan perhitungan total biaya produksi dan dibagi dengan total produksi.

Analisis harga pokok dilakukan dengan menghitung :

Untuk menjawab identifikasi masalah yang kedua, dilakukan perhitungan total penerimaan dahulu. Menurut Sukirno (2002), untuk mengetahui total penerimaan dapat diperoleh dengan cara mengkalikan harga jual produk tersebut dengan jumlah produk yang diproduksi atau dihasilkan.

Analisis Total Penerimaan dilakukan dengan menghitung :

Keterangan :

TR = Total Revenue (Total Penerimaan) P = Harga Jual Produk

Q = Jumlah Produk

Setelah didapatkan total penerimaan, dilakukan analisis laba penjualan dengan melakukan perhitungan sebagai berikut :

Keterangan :

 = Laba Bersih

TR = Total Revenue (Total Penerimaan) TC = Total Cost (Total Biaya Produksi)

Harga Pokok = Jumlah Biaya Produksi Jumlah Hasil Produksi

 = TR - TC TR = P x Q

28

3.4 Definisi dan Batasan Operasional 3.4.1 Definisi

1. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah komoditas perkebunan penghasil minyak kelapa sawit mentah sebagai bahan baku dasar minyak makan, minyak industri maupun bahan bakar.

2. CPO (Crude Palm Oil) adalah salah satu produk utama dalam pengolahan kelapa sawit berupa minyak yang berasal dari daging buah (mesokarp) dan digunakan untuk bahan baku industri pangan serta industri oleokimia.

3. Luas areal adalah luas areal tanaman menghasilkan dan tanaman belum menghasilkan kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara III unit Distrik Serdang II serta luas areal kebun pemasok TBS ke Pabrik Kelapa Sawit Rambutan yang dinyatakan dalam hektar.

4. Biaya adalah pengeluaran yang perlu dilakukan pada suatu produksi dalam satuan uang.

5. Biaya produksi adalah biaya yang digunakan atau dikeluarkan dalam mengolah bahan baku sampai menjadi produk hasil pada suatu produksi.

6. Biaya bahan baku langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku mentah produk pada suatu produksi.

7. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang ikut serta langsung dalam proses pengolahan pada suatu produksi.

8. Biaya overhead pabrik adalah seluruh biaya produksi yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai biaya bahan baku langsung maupun biaya tenaga kerja langsung.

9. Produksi adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan pengolahan kelapa sawit yang terdiri dari CPO (Crude Palm Oil), TBM (Tandan Buah Segar) serta inti sawit di Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara III unit Kebun Rambutan, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai dinyatakan dalam kilogram.

10. Total Biaya (TC) adalah hasil penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel.

11. Total Penerimaan (TR) adalah hasil penjualan dari produk yang dihasilkan.

12. Harga adalah senilai uang yang ditujukan kepada pelanggan agar memperoleh keuntungan.

13. Harga pokok adalah nilai atau harga produk jadi setelah memperhitungkan biaya produksi dan jumlah produksi yang dihasilkan dalam satu periode tertentu.

14. Harga pokok proses adalah metode yang memperhitungkan seluruh biaya produksi pada suatu proses produksi dan dibagikan dengan jumlah produksi yang dihasilkan.

15. Harga jual adalah nilai atau harga yang berlaku pada penjualan hasil dari suatu produksi pada satu periode tertentu.

16. Penerimaan adalah hasil penjualan seluruh produk yang dihasilkan yang masih bercampur dengan biaya produksi.

17. Laba adalah nilai lebih yang didapatkan pelaku ekonomi dari hasil penjualan setelah dikurangi dengan biaya produksi.

3.4.2 Batasan Operasional

1. Daerah penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara III unit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan, Kotamadya Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai.

30

2. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

3. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2021.

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) 4.1.1 Sejarah PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak di bidang usaha perkebunan, pengolahan serta pemasaran hasil perkebunan. Lokasi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) berada di Jl. Sei Batang Hari No. 2 Medan. Kegiatan usaha Perseroan mencakup usaha serta pengolahan tanaman kelapa sawit dan karet.

Produk utama PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) adalah Minyak Sawit atau CPO (Crude Palm Oil), Inti Sawit atau PKO (Palm Kernel Oil) dan produk hilir karet.

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) sebelumnya merupakan perusahaan milik swasta “Hindia Belanda” dengan nama NV. RCMA (Rubber Coliore Matscapy Amsterdam) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan serta pengolahan hasil perkebunan. Perusahaan ini berganti nama beberapa kali pada saat masih dipegang oleh pemerintah Hindia Belanda, yaitu:

a. Handels Vereeniging Amsterdam (HVA) b. Vereenigde Deli Matchappij (VDM)

c. NV. Cultuur Mij’de Oekust (CMO) dan lainnya.

Sejarah perseroan diawali dengan proses pengambilalihan perusahaan-perusahaan perkebunan milik Belanda oleh Pemerintah RI pada tahun 1958 sesuai dengan PP No. 24/1958 jo, Keputusan Menteri Pertanian No. 229/UM/1957 jo Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958, yang dikenal dengan proses nasionalisasi

32

perusahaan perkebunan asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN). Pada tahun 1968, PPN direstrukturisasi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 55/KPT/OP/1968 menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) yang kemudian pada tahun 1974 bentuk badan hukumnya diubah menjadi PT. Perkebunan (Persero) dengan berlandaskan PP. No. 17/1971 dan Surat Menteri Keuangan No. 258/SK/IV/3/1976.

Guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan usaha perusahaan BUMN, Pemerintah merestrukturisasi BUMN subsektor perkebunan dengan menggabungkan usaha berdasarkan wilayah eksploitasi dan perampingan struktur organisasi. Diawali dengan penggabungan manajemen tiga BUMN Perkebunan yang terdiri dari PT. Perkebunan III (Persero), PT. Perkebunan IV (Persero) dan PT. Perkebunan V (Persero) pada tahun 1994, disatukan pengelolaannya ke dalam manajemen PT. Perkebunan Nusantara III (Persero). Kemudian melalui PP. No.

8/1996, ketiga perseroan tersebut digabung dan diberi nama PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) yang berkedudukan di Medan, Sumatera Utara.

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) didirikan dengan Akte Notaris Harun Kamil, SH, No. 36 tanggal 11 Maret 1996 dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-8331.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996 yang dimuat dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 81 Tahun 1996 Tambahan Berita Negara No. 8674 Tahun 1996.

4.1.2 Visi, Misi, Tujuan dan Tata Nilai PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

Visi, misi, tujuan dan tata nilai PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) ialah sebagai berikut:

Visi:

Menjadi perusahaan agribisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata-kelola bisnis terbaik.

Misi:

1. Mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan.

2. Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan.

3. Memberlakukan karyawan sebagai asset strategis dan mengembangkan secara optimal.

4. Menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan ‘imbal-hasil’ terbaik bagi para investor.

5. Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis.

6. Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan komunitas.

7. Melakukan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan.

Tujuan:

Menjadikan PTPN III sebagai benchmark terhadap seluruh PTPN se-Indonesia, sesuai target menjadi Perusahaan Kelas Dunia (World Class Company) dengan kinerja prima serta menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (Good Coorporate Governance), sesuai dengan Visi dan Misi PTPN III.

34

Tata Nilai:

1. Sinergi, menciptakan dan meningkatkan kerjasama dengan mengedepankan kepercayaan untuk memberikan nilai tambah yang optimal

2. Integritas, merupakan prinsip dalam menjalankan tugas dengan menjunjung tinggi kejujuran, konsisten dengan keteladanan

3. Profesional, melakukan tugas sesuai dengan kompetensi, bertanggung jawab dan berupaya dalam melakukan inovasi.

4.2 Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Pabrik Kelapa Sawit Rambutan

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Rambutan merupakan salah satu pabrik pengolahan kelapa sawit yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara III (Persero). PKS Rambutan dibangun pada tahun 1983. Terjadi peleburan antara Kebun Rambutan dengan PKS Rambutan pada bulan Oktober 2015 berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor:3.08/SKPTS/55/2015. PKS Rambutan berlokasi di Desa Paya Bagas, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Luas areal PKS Rambutan adalah sebesar 7,5 Ha. Kapasitas olah Tandan Buah Segar di PKS Rambutan adalah 30 ton/jam dengan sumber bahan baku yaitu TBS berasal dari kebun seinduk yang terdiri dari Kebun Rambutan, Kebun Tanah Raja, Kebun Sei Putih, Kebun Sarang Giting, Kebun Silau Dunia, Kebun Gunung Monako, Kebun Gunung Pamela dan Kebun Gunung Para.

Tabel 4.1 Luas Areal Kebun Pemasok TBS Ke Pabrik Kelapa Sawit

Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa total luas areal kebun pemasok TBS ke Pabrik Kelapa Sawit Rambutan pada tahun 2021 adalah 15.668,69 Ha. Luas areal Kebun Rambutan sebesar 5.248,74 Ha, luas areal Kebun Tanah Raja sebesar 2.187,74 Ha, luas areal Kebun Sei Putih sebesar 702,25 Ha, luas areal Kebun Sarang Giting sebesar 701,82 Ha, luas areal Kebun Silau Dunia sebesar 2.303,43 Ha, luas areal Kebun Gunung Monako sebesar 1.975,62 Ha, luas areal Kebun Gunung Pamela sebesar 2.020,33 Ha dan luas areal Kebun Gunung Para sebesar 528,76 Ha.

Secara geografis, PKS Rambutan berada ±85 Km arah tenggara Kota Medan, serta terletak pada lintas timur Sumatera. Elevasi pabrik berada pada 3°35 Lintang Utara dan 98°41 Bujur Timur. Elevasi pabrik berada pada 18 meter diatas permukaan laut. Dengan elevasi tersebut, suhu berkisar antara 22°C - 32°C dan suhu rata-rata mencapai 27°C. Curah hujan rata-rata lima tahun terakhir pada PKS Rambutan adalah 147 mm/tahun dengan 86 hari hujan dan beriklim sedang.

Keputusan untuk membangun Pabrik Kelapa Sawit Rambutan sangat strategis, karena didukung oleh lokasinya yang berada di sentra perkebunan kelapa sawit milik PTPN III, infrastruktur yang memadai, dan jaminan keamanan dari

36

masyarakat setempat. Sedangkan tujuan utama pembangunannya adalah untuk mengantisipasi ketersediaan suplai bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) dari Kebun Tanah Raja. Di samping itu juga untuk mengantisipasi suplai TBS dari kebun sekitarnya pada saat terjadinya panen puncak. Dengan demikian jaminan suplai bahan baku TBS yang berasal dari kebun sendiri menjadi terkendali.

Di PKS Rambutan, produk sampingan berupa cangkang dan fiber yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar penggerak turbin untuk menghasilkan tenaga listrik dan uap yang digunakan oleh pabrik serta tandan kosong dipakai sebagai pengganti pupuk untuk tanaman kelapa sawit secara aerobic. Pengolahan yang dilakukan menggunakan prinsip pemisahan antara minyak yang terkandung dalam daging buah dengan intinya.

Beberapa daerah pemasaran produk yang dihasilkan oleh PKS Rambutan ialah diekspor keluar negeri seperti Jerman, Belanda, Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan, Australia dan Malaysia. Sedangkan sebagian produk dipasarkan di dalam negeri seperti Medan, Surabaya dan Jakarta.

PKS Rambutan sukses berperan untuk meningkatkan pendidikan nasional yaitu dengan menerima secara terbuka para mahasiswa baik dari Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta serta pelajar dari Sekolah Menengah Kejuruan untuk melakukan kerja praktek di pabrik, memberikan beasiswa kepada mahasiswa yang berprestasi serta membangun beberapa sekolah. PKS Rambutan juga mensejahterakan penduduk sekitar lokasi pabrik dengan memberikan lapangan pekerjaan serta membangun dan memperbaiki rumah-rumah ibadah di daerah sekitar PKS Rambutan.

4.2.1 Sumber Daya Manusia

Dalam pengoperasiannya, Pabrik Kelapa Sawit Rambutan mempunyai tenaga kerja sebanyak 144 orang, Uraian tenaga kerja pada PKS Rambutan adalah sebagai berikut :

1. Karyawan Pimpinan

- Manajer = 1 Orang

- Masinis Kepala = 1 Orang - Asisten Pengolahan = 2 Orang - Asisten Tata Usaha = 1 Orang - Asisten Teknik = 1 Orang - Asisten Laboratorium = 1 Orang

Jumlah karyawan pimpinan di Pabrik Kelapa Sawit Rambutan adalah 7 orang.

2. Karyawan Pelaksana

- Bagian Pengolahan = 71 Orang - Bagian Laboratorium = 19 Orang - Bagian Teknik = 27 Orang - Bagian Tata Usaha = 8 Orang - Personalia/Satpam = 12 Orang

Jumlah karyawan pelaksana di Pabrik Kelapa Sawit Rambutan adalah 137 orang.

4.2.2 Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya

Sistem pengupahan yang digunakan Pabrik Kelapa Sawit Rambutan adalah sebagai berikut :

1. Gaji pokok bulanan

2. Premi pengolahan, dihitung berdasarkan sawit yang diolah

38

3. Catu beras tiap bulan

Selain pemberian gaji tetap, PKS Rambutan juga memberikan imbalan kompensasi yang merupakan suatu bentuk balas jasa yang besarnya ditentukan berdasarkan prestasi, serta mempunyai kecenderungan untuk diberikan secara tetap, seperti pemberian berbagai fasilitas kepada karyawan, pemberian tunjangan dan pemberian insentif. Pemberian kompensasi ini merupakan pendorong utama bagi karyawan untuk lebih memotivasi dan semangat dalam bekerja.

Selain pemberian gaji yang disebutkan diatas, PKS Rambutan juga memberikan beberapa tunjangan sebagai berikut :

1. Tunjangan Kesehatan 2. Tunjangan Keluarga 3. Tunjangan Pemakaman 4. Tunjangan Hari Raya 5. Bonus Tahunan

Produktivitas kerja karyawan dipengaruhi oleh tingkat kesejahteraannya, maka dari itu PKS Rambutan memikirkan hal ini dengan memberikan beberapa fasilitas sebagai berikut :

- Perumahan bagi staff, karyawan beserta keluarga yang berada di lokasi perkebunan sekitar.

- Sarana kesehatan (poliklinik) untuk staff dan karyawan beserta keluarga.

- Membangun sarana olahraga yang tersedia di lokasi perumahan karyawan.

- Sarana air, listrik serta asuransi tenaga kerja (Astek) bagi setiap karyawan.

- Semua tenaga kerja dipertanggungkan dalam jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek).

4.2.3 Implementasi Sistem Manajemen

PKS Rambutan telah mengimplementasikan sistem manajemen sebagai berikut :

1. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2015

Sasaran Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 adalah untuk menjamin produksi yang dihasilkan sesuai dengan standar secara konsisten dan memuaskan pelanggan yang telah di audit oleh pihak eksternal pada bulan Mei tahun 2000 (PT. TUV INTERNASIONAL INDONESIA) dan telah mendapat Sertifikat ISO 2002.

2. Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 : 2015

Tujuan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 adalah mengembangkan usaha perkebunan dan industri hilir dan berwawasan lingkungan. Telah menjalani TRIAL AUDIT oleh pihak eksternal (PT. Surveyor Indonesia) pada bulan Juni tahun 2000.

3. Sistem Manajemen K3

Tujuan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap seluruh staff dan karyawan. Telah menjalani audit oleh pihak eksternal (PT. Sucofindo) pada bulan Oktober 2000. Atas rekomendasi PT. Sucofindo, PKS Rambutan memperoleh “SERTIFIKAT DAN BENDERA EMAS”.

4. RSPO/ISPO

5. Proper dan Green Industry

40

4.2.4 Stasiun Pengolahan

Dalam mengolah Tandan Buah Segar (TBS) menjadi Crude Palm Oil (CPO) PKS Rambutan memiliki 6 stasiun kerja sesuai flow process sebagai berikut : 1. Stasiun Penerimaan Buah (Loading Ramp Station)

2. Stasiun perebusan (Sterilizing) 3. Stasiun Penebahan (Thressing)

4. Stasiun Kempa (Digesting and Pressing) 5. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification) 6. Stasiun Pengolahan Biji (Kernel Plant)

4.2.5 Proses Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) Menjadi Crude Palm Oil (CPO)

Hasil panen tandan buah sawit (TBS) dari kebun seinduk diangkut ke pabrik dengan menggunakan truk. Kemudian dilakukan penimbangan dengan menggunakan jembatan timbang. Dengan menghitung selisih antara pada saat masuk (berat truk beserta isinya) dengan pada saat keluar (berat truk dalam keadaan kosong), didapatkan berat bersih TBS yang masuk ke pabrik.

Setelah ditimbang, TBS dibawa ke tempat penimbunan. Dilakukan penyortiran TBS untuk mengetahui kematangan buah. Setelah disortir, TBS kemudian dimasukkan ke dalam loading ramp yang bertujuan untuk memudahkan pengisian ke dalam lori. Penampungan buah (loading ramp) memiliki lantai yang dibuat dari plate baja dan mempunyai beberapa pintu. Pintu-pintu tersebut dibuka secara mekanis yang digerakkan dengan tenaga hidrolik agar TBS dapat masuk ke dalam lori. Satu unit lori berkapasitas sekitar 2-2,5 ton TBS.

Kemudian lori tersebut dikirim ke stasiun perebusan (sterilizing). Perlakuan pada stasiun perebusan merupakan langkah utama yang menentukan mutu/kualitas minyak dan keberhasilan proses selanjutnya. Sterilizer adalah bejana uap untuk merebus TBS dengan menggunakan uap dari BPV (Back Pressure Vessel) yang dapat menampung 10 lori dengan kapasitas 2-2,5 ton atau memiliki kapasitas 20-25 ton TBS. Terdapat 3 stasiun perebusan (sterilizer) di PKS Rambutan. TBS akan dipanaskan dengan tekanan uap 2,8-3 kg/cm2 dan temperatur 120 – 130°C selama 90-110 menit. Perebusan dilakukan untuk merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan FFA, menguraikan kadar air dalam buah, memudahkan pemisahan minyak dengan mengkoagulasikan protein, menghidrolisa zat-zat karbohidrat menjadi glukosa yang dapat larut, menghasilkan tekananosmotis yang membantu memecahkan dinding sel sehingga minyaknya dapat keluar, memperlunak daging buah serta mempermudah proses pembantingan (threshing).

Selanjutnya, TBS beserta lori yang telah direbus dikirim ke stasiun penebahan (thressing) yang diangkut dengan Hosting Crane dan menuangkannya ke automatic feeder untuk melepaskan buah dari janjangan. Prinsip kerja thresher adalah berputar pada sumbu mendatar, TBS ikut berputar dan terangkat hingga jatuh terbanting dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya. Buah yang terlepas jatuh ke fruit conveyor kemudian dibawa ke proses pelumatan (digesting).

Sedangkan janjangan kosong jatuh ke empty bunch conveyor untuk diangkut ke crusher. Janjangan kosong yang jatuh kemudian diangkut ke bunch hopper.

Pada stasiun Kempa (Digesting and Pressing), pelumatan bertujuan untuk melumatkan buah hingga hancur dan terpisah dari biji serta pengepresan bertujuan untuk menekan daging buah yang hancur hingga daging buah tersebut

42

mengeluarkan minyak kasar (crude oil). Proses pelumatan dilakukan dengan cara buah yang masuk ke dalam digester akan dilumatkan oleh pisau-pisau yang berputar dengan putaran berkisar 11-12 rpm. Kemudian setelah dilumatkan akan didorong keluar menuju proses pengepresan. Kemudian pada pengepresan, yang sudah dilumatkan tersebut masuk ke dalam press cylinder dan mengisi worm pada screw press. Minyak kasar akan keluar secara terpisah melalui lubang-lubang press cylinder dan jatuh ke oil gutter dengan hasil minyak kasar dengan kadar 50%

minyak, 42% air dan 8% zat padat.

Selanjutnya pada stasiun pemurnian minyak (clarification), pemurnian minyak dilakukan untuk memperoleh minyak sawit dengan kualitas sebaik mungkin atau sesuai dengan standar mutu. Pemisahan minyak kasar dari pasir dilakukan dengan menggunakan sand trap tank. Minyak kasar akan mengalir pada saluran bagian atas, sedangkan pasir akan jatuh ke saluran bagian bawah. Minyak kasar akan dialirkan ke vibro separator dan pasir akan ditampung di tempat penampungan. Minyak kasar dari vibro separator ditampung dalam tangki minyak kasar (crude oil tank). Dilakukannya pemanasan minyak kasar yang bertujuan agar proses pemisahan di vertical clarifier tank lebih mudah serta mengendapkan kotoran. Minyak dalam Crude Oil Tank selanjutnya dipompakan ke dalam Vertical Clarifier tank dengan menggunakan vacum pump. Pada vertical clarifier tank sludge yang terkandung di dalam minyak kasar diendapkan.

Penampungan minyak murni dilakukan di tangki minyak murni (pure oil

Penampungan minyak murni dilakukan di tangki minyak murni (pure oil

Dokumen terkait