• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HARGA POKOK CPO (Crude Palm Oil) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS HARGA POKOK CPO (Crude Palm Oil) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HARGA POKOK CPO (Crude Palm Oil) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

(Studi Kasus : Pabrik Kelapa Sawit Rambutan, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

OLEH:

RAYFA QADRA 180304012 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022

(2)

ANALISIS HARGA POKOK CPO (Crude Palm Oil) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

(Studi Kasus : Pabrik Kelapa Sawit Rambutan, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI OLEH :

RAYFA QADRA 180304012 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022

(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

RAYFA QADRA (180304012) dengan judul skripsi “Analisis Harga Pokok CPO (Crude Palm Oil) di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) (Studi Kasus: Pabrik Kelapa Sawit Rambutan, Kecamatan Tebing Tinggi,

Kabupaten Serdang Bedagai)”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec. Sebagai Ketua Komisi Pembimbing

dan Ibu Nurul Fajriah Pinem, S.P., M.P. sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Produksi dan permintaan akan CPO dari tahun ke tahun semakin meningkat sehingga perusahaan bersaing dalam produksi CPO untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperoleh laba. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perhitungan harga pokok CPO dengan menggunakan metode harga pokok proses serta menganalisis total penerimaan dan laba penjualan CPO yang diharapkan dapat membantu perusahaan dalam menentukan harga jual sehingga meningkatkan laba di PKS Rambutan. Data yang yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah metode harga pokok proses, total penerimaan dan laba bersih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Harga pokok CPO (Crude Palm Oil) di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Unit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan pada bulan Juli 2021 adalah Rp 8.953/Kg serta memperoleh total penerimaan sebesar Rp 60.784.551.401,44 dan laba penjualan sebesar Rp 13.847.291.365,44.

Kata Kunci: CPO, Harga Pokok Proses, Laba Penjualan

(6)

ii ABSTRACT

RAYFA QADRA (180304012) with the thesis title is “Cost Price Analysis of CPO (Crude Palm Oil) at PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) (Case Study:

Rambutan Palm Oil Mill, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai)”. Supervised by Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec. as the Head Supervisor Commission and Ibu Nurul Fajriah Pinem, S.P., M.P. as the Member of the Supervisor Commission.

Production and demand for CPO from year to year is increasing, that companies compete in CPO production to meet the needs of the public and earn profits. The aims of the research are to analyze the calculation of the CPO cost using the process cost method and analyze the total receipt and profit of CPO sales that are expected to help the company in determining the selling price to increase profits in Rambutan Palm Oil Mill. Data used in this study are primary and secondary data.

The research method used in this research was the process cost method, total receipts and net income. The results showed that the cost of CPO (Crude Palm Oil) in PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) of the Rambutan Palm Oil Mill in July 2021 was Rp 8.953 / Kg and received a total receipt of Rp 60.784.551.401,44 and sales profit of Rp 13.847.291.365,44.

Keywords: CPO, Process Cost, Sales Profit

(7)

iii

RIWAYAT HIDUP

Rayfa Qadra, lahir di Medan pada tanggal 22 Desember 2000. Penulis adalah anak dari Bapak Myr. Laut (K) dr. H. Ronnie Juliandri, M. Ked (OPH), SpM dan Ibu dr. Mediyanti yang merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2004 masuk Taman Kanak-Kanak RA. Aini dan tamat pada tahun 2006.

2. Tahun 2006 masuk Sekolah Dasar di SD Panca Budi Medan dan lulus pada tahun 2012.

3. Tahun 2012 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Panca Budi Medan dan lulus pada tahun 2015.

4. Tahun 2015 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Medan dan lulus pada tahun 2018.

5. Tahun 2018 menempuh pendidikan sarjana (S1) di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN.

6. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) secara daring di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Provinsi Sumatera Utara pada Bulan Juli 2021.

7. Melaksanakan Penelitian di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Unit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan Juli 2021-November 2021.

(8)

iv

Organisasi yang pernah diikuti penulis selama duduk dibangku perkuliahan adalah sebagai berikut:

1. Anggota Departemen Kesekretariatan Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) pada periode 2020-2021.

2. Sekretaris Divisi Acara Seminar Nasional acara Padma Ksatria XI pada Tahun 2021

3. Sekretaris Departemen Olahraga dan seni Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) pada periode 2021-2022.

(9)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Harga Pokok CPO (Crude Palm Oil) di PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero) (Studi Kasus: Pabrik Kelapa Sawit Rambutan, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai)”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Sebagai bentuk rasa syukur penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Myr. Laut (K) dr. H. Ronnie Juliandri, M. Ked (OPH), SpM dan Ibunda

dr. Mediyanti yang senantiasa memberikan kasih sayang, semangat, motivasi, nasihat dan doa yang tiada putusnya serta dukungan baik secara moril dan materil yang tiada hentinya hingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

2. Kepada Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. selaku ketua komisi pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran serta memberikan dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

(10)

vi

3. Kepada Ibu Nurul Fajriah Pinem, S.P., M.P. selaku anggota komisi pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memberi motivasi kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini sampai dengan selesai.

4. Kepada Dosen Penguji Ibu Dr. Sri Fajar Ayu, SP, MM dan Bapak Ir. M. Jufri, M. Si yang telah memberikan kritik dan saran dalam

penyempurnaan skripsi ini.

5. Kepada Bapak Dr. Rulianda Purnomo Wibowo, S.P., M.Ec. selaku Ketua

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU dan Ibu Dr. Sri Fajar Ayu, S.P., M.M. selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian USU yang memberikan banyak kemudahan selama mengikuti masa perkuliahan.

6. Kepada seluruh Dosen Fakultas Pertanian USU khususnya Program Studi Agribisnis yang telah memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama masa perkuliahan.

7. Kepada seluruh pegawai Fakultas Pertanian, khususnya Program Studi Agribisnis yang telah memberikan banyak kemudahan dalam menjalankan perkuliahan dan penyelesaian skripsi.

8. Kepada Adik-adik tercinta, Raihan Rousdy Bahari, Raysa Balqis dan Raihana Natasha yang tiada hentinya memberikan semangat, motivasi, dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

9. Kepada keluarga besar tercinta, khususnya Rabitah Jilan, SP, Rizkha Rida, ST.MT serta Didi Susanto, ST yang tiada hentinya memberikan semangat, motivasi dan doa serta waktu dan pikiran untuk membantu penulis dalam

(11)

vii

menyelesaikan skripsi ini, serta lainnya yang tidak dapat disebutkan satu- persatu.

10. Kepada sahabat-sahabat saya, Meika Amjani Saragih, Dhiya Salsa Nasifa, Dwi Aulia Anas Galua, Fiqih Hardini Suwandi, Irsal Habib Nst, M. Ikhsan Dicky Yusuf, M. Rafiq Regon, Wahyu Naufal Kamal, Mhd Agung Ananda, M.

Fadillah Hrp, dan Ananda Riza Fadillah yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Kepada seluruh teman-teman Agribisnis stambuk 2018 yang telah banyak membantu dan memberikan semangat selama penulis menempuh pendidikan sampai menyelesaikan skripsi.

12. Kepada Bapak Isnandar, B.Sc, S.Kom, M.M selaku Manajer di Pabrik Kelapa Sawit Rambutan yang telah memberikan izin melaksanakan penelitian skripsi penulis sehingga skripsi penulis dapat berguna bagi seluruh pihak yang berkaitan dalam skripsi ini.

13. Kepada Bapak Aris Sudiar, S.T., QIA selaku Masinis Kepala di Pabrik Kelapa Sawit Rambutan yang telah memberikan izin melaksanakan penelitian skripsi penulis sehingga skripsi penulis dapat berguna bagi seluruh pihak yang berkaitan dalam skripsi ini.

14. Kepada seluruh karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana di Pabrik Kelapa Sawit Rambutan yang telah membantu penulis dalam proses pelaksanaan penelitian.

Namun demikian penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan ilmu dan kendala yang dihadapi. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

(12)

viii

penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, April 2022

Penulis

(13)

ix DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 8

2.1.1 Sejarah Kelapa Sawit Indonesia ... 8

2.1.2 Keunggulan Kelapa Sawit ... 10

2.1.3 Crude Palm Oil (CPO) ... 11

2.2 Landasan Teori ... 12

2.2.1 Biaya ... 12

2.2.2 Harga Pokok ... 16

2.2.3 Penerimaan ... 18

2.2.4 Laba ... 19

2.3 Penelitian Terdahulu ... 20

2.4 Kerangka Pemikiran ... 23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 25

3.2 Metode Pengumpulan Data ... 25

3.3 Metode Analisis Data ... 26

3.4 Definisi dan Batasan Operasional... 28

3.4.1 Definisi ... 28

3.4.2 Batasan Operasional ... 29

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) ... 31

(14)

x

4.1.1 Sejarah PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) ... 31

4.1.2 Visi, Misi, Tujuan dan Tata Nilai PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) ... 33

4.2 Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Pabrik Kelapa Sawit Rambutan ... 34

4.2.1 Sumber Daya Manusia ... 37

4.2.2 Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... 37

4.2.3 Implementasi Sistem Manajemen ... 39

4.2.4 Stasiun Pengolahan ... 40

4.2.5 Proses Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) Menjadi Crude Palm Oil (CPO) ... 40

4.2.6 Pengendalian Lingkungan Pabrik Kelapa Sawit Rambutan... 45

4.3 Struktur Organisasi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan ... 45

4.3.1 Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Jabatan Karyawan Pimpinan dan Karyawan Pelaksana Pabrik Kelapa Sawit Rambutan ... 47

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perhitungan Harga Pokok CPO (Crude Palm Oil) ... 54

5.1.1 Produksi ... 54

5.1.2 Biaya Produksi ... 56

5.1.3 Jumlah Biaya Produksi ... 66

5.1.4 Harga Pokok CPO (Crude Palm Oil) ... 67

5.2 Perhitungan Total Penerimaan dan Laba Penjualan CPO ... 68

5.2.1 Total Penerimaan Penjualan CPO ... 68

5.2.2 Laba Penjualan CPO ... 69

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 70

6.2 Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(15)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 Luas Areal Tanaman Kelapa Sawit unit Distrik Serdang II

3 1.2 Produksi CPO dan Inti Sawit PTPN III Pabrik Kelapa

Sawit Rambutan

4 3.1 Kapasitas Olah Tandan Buah Segar (TBS) Menjadi

Crude Palm Oil

25 4.1 Luas Areal Kebun Pemasok TBS Ke Pabrik Kelapa

Sawit Rambutan Tahun 2021

35 5.1 Produksi CPO dan Inti Sawit pada Bulan Juli Tahun

2021 di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Unit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan

55

5.2 Biaya Pembelian TBS (Tandan Buah Segar) pada Bulan Juli Tahun 2021 di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Unit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan

57

5.3 Biaya Karyawan Pelaksana pada Bulan Juli 2021 di PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero) Unit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan

59

5.4 Biaya Tenaga Kerja Karyawan Pimpinan pada Bulan Juli 2021 di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Unit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan

60

5.5 Biaya Penyusutan pada Bulan Juli 2021 di PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero) Unit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan

61

5.6 Biaya Pemeliharaan Bangunan Pabrik dan Stasiun pada Bulan Juli 2021 di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Unit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan

62

5.7 Biaya Penggunaan Air dan Listrik pada Bulan Juli 2021 di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Unit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan

64

5.8 Biaya Bahan Kimia dan Bahan Bakar pada Bulan Juli 2021 di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Unit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan

65

5.9 Jumlah Biaya Overhead Pabrik pada Bulan Juli 2021 di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Unit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan

66

5.10 Jumlah Biaya Produksi pada Bulan Juli 2021 di PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero) Unit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan

67

(16)

xii

DAFTAR GAMBAR

Tabel Judul Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran Analisis Harga Pokok CPO 24 4.1 Bagan Proses Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS)

Menjadi Crude Palm Oil (CPO)

44 4.2 Struktur Organisasi PKS Rambutan Tebing Tinggi 46

(17)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul

1 Produksi CPO (Crude Palm Oil) Pada Bulan Juli Tahun 2021 di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Unit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan

2 Biaya Pembelian TBS di Kebun Seinduk Pada Bulan Juli Tahun 2021 di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Unit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan

3 Biaya Tenaga Kerja Pada Bulan Juli Tahun 2021 di PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero) Unit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan

4 Biaya Penyusutan Pada Bulan Juli Tahun 2021 di PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero) Unit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan

5 Biaya Pemeliharaan Bangunan Pabrik dan Stasiun Pengolahan CPO Pada Bulan Juli Tahun 2021 di PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero) Unit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan

6 Biaya Penggunaan Air dan Listrik untuk Pengolahan Pada Bulan Juli Tahun 2021 di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Unit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan

7 Biaya Bahan Kimia dan Bahan Bakar untuk Pengolahan Pada Bulan Juli Tahun 2021 di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Unit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam, dan dapat menjadi sentra penghasil komoditi perkebunan, termasuk kelapa sawit. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yang berpotensi dalam meningkatkan pendapatan dan devisa negara, membuka lapangan kerja serta meningkatkan kesejahteraan ekonomi khususnya para petani kelapa sawit. Pada tanaman kelapa sawit, bagian yang memiliki nilai ekonomis adalah TBS (Tandan Buah Segar), kemudian buah kelapa sawit diolah menjadi dua produk utama yaitu CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil). Hingga saat ini kelapa sawit telah diusahakan dalam bentuk perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit hingga menjadi minyak dan produk turunannya (Fauzi, 2012).

CPO (Crude Palm Oil) atau minyak sawit mentah merupakan salah satu produk baku hasil pertanian unggulan di Indonesia. Minyak kelapa sawit digunakan sebagai bahan baku industri pangan (minyak goreng, margarin, butter dan bahan baku pembuatan kue) serta industri oleokimia (fatty acids, fatty alcohol dan glycerine). Di Indonesia, tanaman kelapa sawit dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Perkebunan Swasta Asing dan Swasta Nasional (Fauzi, 2012).

Harga pokok merupakan komponen yang sangat penting dalam penilaian keberhasilan sebuah perusahaan. Harga pokok dibutuhkan dalam menentukan harga jual dan laba sebuah perusahaan. Harga pokok produksi atau yang sering disebut

(19)

2

harga pokok adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan yang terjadi atau kemungkinan terjadi untuk memperoleh keuntungan (Mulyadi, 2014).

Dalam penentuan harga pokok, metode pokok proses berperan penting.

Penentuan harga pokok minyak sawit dilakukan dengan metode biaya proses yaitu dengan pembebanan biaya produksi selama proses atau kegiatan produksi lainnya dan membagikan biaya tersebut sama rata kepada produk yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan (Pahan, 2010).

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengolah suatu bahan baku sampai menjadi hasil produk. Biaya produksi pada umumnya terbagi menjadi tiga, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya Overhead Pabrik. Dalam produksi CPO, biaya produksi yang dikeluarkan terbagi atas biaya pembelian TBS, biaya tenaga kerja, biaya penyusutan, biaya pemeliharaan bangunan pabrik dan stasiun, biaya penggunaan air dan listrik serta biaya bahan kimia dan bahan bakar.

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan karet. Perusahaan ini berkantor pusat di Medan, Sumatera Utara dan resmi didirikan dari hasil restrukturisasi BUMN pada tahun 1996. PT. Perkebunan Nusantara (Persero) menjadikan minyak sawit dan inti sawit sebagai komoditi utama yang memberikan kontribusi besar bagi pendapatan perusahaan. Produk minyak dan inti sawit yang dihasilkan perusahaan sudah dikenal di pasar lokal dan internasional dengan pasokan yang tepat waktu kepada pembeli dengan mutu yang dihasilkan oleh CPO dan PKO (PT. Perkebunan Nusantara III, 2016).

(20)

Distrik Serdang II merupakan salah satu Distrik Manajer di lingkungan PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero). Distrik Serdang II membawahi Kebun Sei Putih, Kebun Sarang Giting, Kebun Tanah Raja dan Kebun Rambutan. Untuk luas areal tanaman Kelapa Sawit unit Distrik Serdang II dapat dilihat pada Tabel 1.1 data luas areal tanaman Kelapa Sawit unit Distrik Serdang II berikut ini :

Tabel 1.1 Luas Areal Tanaman Kelapa Sawit unit Distrik Serdang II

No Kebun/Unit TM TBM

Total (Ha) (Ha)

1 Kebun Sei Putih (KSPTH) 496 0 496

2 Kebun Sarang Giting

(KSGGI) 546,5 64,32 610,82

3 Kebun Tanah Raja (KTARA) 1.363,16 680,95 2.044,11 4 Kebun Rambutan (KRBTN) 3.912,79 1.335,95 5.248,74 TOTAL 6.318,45 2.081,22 8.399,67 Sumber: Kantor Direksi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), 2021.

Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa luas areal tanaman kelapa sawit di Distrik Serdang II sebesar 8.339,67 ha, dimana luas areal TM (tanaman menghasilkan) sebesar 6.318,45 ha dan luas TBM (tanaman belum menghasilkan) sebesar 2.081,22 ha. Untuk kebun Rambutan, luas areal tanaman kelapa sawit sebesar 5.248,74 ha, dimana luas areal TM (tanaman menghasilkan) sebesar 3.912,79 ha dan luas TBM (tanaman belum menghasilkan) sebesar 1.335,95 ha.

Salah satu pabrik pengolahan kelapa sawit yang dimiliki oleh PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero) adalah PKS Rambutan dengan kegiatan produksi mengolah bahan baku berupa TBS menjadi CPO dan Minyak Inti Sawit.

Untuk produksi CPO dan minyak inti sawit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan dapat dilihat pada Tabel 1.2 data produksi CPO dan Inti Sawit PTPN III Pabrik Kelapa Sawit Rambutan berikut ini :

(21)

4

Tabel 1.2 Produksi CPO dan Inti Sawit PTPN III Pabrik Kelapa Sawit Rambutan

No Tahun Produksi CPO (ton) Produksi Minyak Inti Sawit (ton)

1 2016 41.794,764 9.148,881

2 2017 44.856,470 9.789,918

3 2018 46.352,246 10.543,261

4 2019 42.130,977 9.056,173

5 2020 47.464,157 9.970,406

Sumber: Kantor Direksi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), 2021.

Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III lebih berfokus pada produksi CPO, kemudian diikuti oleh produksi minyak inti sawit. CPO dan Minyak inti sawit merupakan dua produk utama kelapa sawit, hanya saja CPO diperoleh dari ekstraksi daging buah kelapa sawit (mesocarp) sedangkan minyak inti sawit diperoleh dari ekstraksi biji keras di tengah yang disebut inti kelapa sawit (kernel). CPO (Crude Palm Oil) merupakan minyak nabati yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat, yang digunakan sebagai bahan baku minyak nabati (minyak goreng, krim, margarin), bahan oleokimia (digunakan dalam deterjen, pelumas), biodesel (bahan bakar) serta asam laurat (digunakan dalam kosmetik dan sabun). Minyak inti sawit atau PKO (Palm Kernel Oil) digunakan sebagai bahan baku bahan makanan (sebagai pemberi rasa segar pada produk yang mengandung lemak coklat, perisa coklat, lemak nabati untuk pemanis buatan) serta oleokimia pada industri ringan (diolah menjadi sabun, deterjen, lilin, tinta cetak). Produksi CPO pada Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III masih tidak stabil dan fluktuatif.

Penyebab naik turunnya produksi CPO adalah pengadaan hasil panen sawit (buah yang dipanen) yaitu TBS yang menjadi bahan baku pembuatan CPO yang tidak stabil dan kualitas TBS yang memenuhi kriteria (tingkat kematangan) dalam

(22)

produksi CPO pada proses penyortiran. Pada tahun 2016 sampai 2018 produksi CPO mengalami peningkatan kemudian pada tahun 2019 mengalami penurunan.

Namun, pada tahun 2020 produksi CPO meningkat dan menjadi produksi CPO tertinggi Pabrik Kelapa Sawit PTPN III dalam 5 tahun terakhir yaitu sebesar 47.464,157 ton.

Meningkatnya produksi CPO dari tahun ke tahun dikarenakan permintaan untuk CPO saat ini masih tinggi dan akan terus meningkat. Indonesia terkenal sebagai negara yang aktif dalam melakukan perdagangan CPO. Permintaan CPO yang tinggi ini menjadi motivasi para pengusaha kelapa sawit, sehingga persaingan antar perusahaan kelapa sawit khususnya dalam produksi CPO semakin ketat untuk dapat tetap memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperoleh laba. Untuk mendapatkan laba yang tinggi, diperlukan penentuan harga pokok yang tepat sebagai penentuan harga jual.

Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Unit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan, biaya produksi untuk pengolahan baik CPO dan Minyak Inti Sawit disatukan, begitu pula perhitungan harga pokoknya yaitu dengan membagikan biaya produksi pengolahan CPO dan Minyak Inti Sawit dengan jumlah hasil produksi CPO dan Minyak Inti Sawit. Maka dari itu harga pokok untuk produk CPO dan Minyak Inti Sawit adalah sama, namun diketahui produksi dan harga jual untuk produk CPO dan Minyak Inti Sawit berbeda. Hal ini mengakibatkan proporsi untuk CPO baik biaya produksi untuk pengolahan serta harga pokoknya tidak terlihat jelas dan kurang adil. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang harga pokok yang diperoleh untuk produk CPO. Dengan diketahuinya harga pokok yang diperoleh, diharapkan dapat membantu perusahaan

(23)

6

dalam menentukan harga jual yang tepat untuk produk CPO yang merupakan produk yang lebih difokuskan dalam produksinya sehingga meningkatkan laba.

1.2 Identifikasi Masalah

Permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perhitungan harga pokok CPO (Crude Palm Oil) dengan menggunakan metode harga pokok proses di Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III Kecamatan Tebing Tinggi?

2. Berapa total penerimaan dan laba penjualan CPO (Crude Palm Oil) di Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III Kecamatan Tebing Tinggi?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis perhitungan harga pokok CPO (Crude Palm Oil) dengan menggunakan metode harga pokok proses di Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PT.

Perkebunan Nusantara III Kecamatan Tebing Tinggi.

2. Untuk menganalisis total penerimaan dan laba penjualan CPO (Crude Palm Oil) di Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III Kecamatan Tebing Tinggi.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat kepada:

1. Sebagai bahan informasi, referensi dan masukan bagi PT. Perkebunan Nusantara III dalam perhitungan harga pokok CPO (Crude Palm Oil).

2. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah dan Instansi terkait lainnya dalam

(24)

pengambilan kebijakan dan keputusan.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi untuk peneliti selanjutnya.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Sejarah Kelapa Sawit Indonesia

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan Afrika. Pada kenyataannya, tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja dan mengarah kepada kesejahteraan masyarakat, kelapa sawit juga sumber devisa negara dan

Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak kelapa sawit (Fauzi, 2012).

Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Lahan perkebunan mengalami penyusutan sebesar 16%

dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawit di Indonesia hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948/1949, padahal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit. Pada tahun 1957, setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pemerintah mengambil alih perkebunan. Luas areal tanaman kelapa sawit terus berkembang dengan pesat di Indonesia. Hal ini menunjukkan meningkatnya permintaan akan produk olahannya. Ekspor minyak sawit CPO Indonesia antara lain ke Belanda, India, Cina, Malaysia, dan Jerman,

(26)

sedangkan untuk produk minyak inti sawit Palm Kernel Oil (PKO) lebih banyak diekspor ke Belanda, Amerika Serikat dan Brasil (Pahan, 2010).

Kelapa sawit masuk ke Indonesia pada tahun 1848, dimana awalnya berupa empat pohon yang coba dibudidayakan di Kebun Raya Bogor, dua pohon berasal dari Hortus Botanicus Amsterdam dan dua lagi berasal dari Mauritus sehingga diduga bahwa kelapa sawit yang ada di Indonesia semuanya berasal dari Afrika tetapi melalui jalan yang berbeda. Untuk tujuan memperluas turunan kelapa sawit tersebut ditanam di Banyumas (Jawa), dan Palembang dan tahun 1875 dibangun

perkebunan kelapa sawit di wilayah Deli (Sumatera Utara) (Mahkamah Konstitusi RI, 2015).

Selama 40-50 tahun sesudah tanaman kelapa sawit masuk ke Indonesia hanya digunakan sebagai tanaman hias, barulah pada tahun 1911 di perkebunkan di Sumatera Utara. Pada awal tahun 80-an, tanaman kelapa sawit digelari sebagai komoditi primadona karena memberi keuntungan yang melimpah dan akhirnya perluasan areal dapat terealisasi dengan kemajuan yang pesat (Wirahma, 2014).

Provinsi Sumatera Utara sampai saat ini dikenal sebagai provinsi pertama dalam sejarah perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Perkembangan kelapa sawit Sumatera Utara dapat dibagi berdasarkan tahap perkembangan, yakni Era Perintisan (1875-1940), Era Paceklik (1940-1968), Era Kebangkitan (1968-2000) dan Era Kemandirian sejak tahun 2000.

Sejarah Perseroan diawali dengan proses pengambilalihan perusahaan- perusahaan perkebunan milik belanda oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 yang dikenal sebagai proses Nasionalisasi Perusahaan Perkebunan Asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN). Pada tahun 1968 PPN

(27)

10

direstrukturisasi menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) yang selanjutnya pada tahun 1974 bentuk badan hukumnya diubah menjadi PT.

Perkebunan (Persero) (Utami, 2017).

2.1.2 Keunggulan Kelapa Sawit

Kelapa sawit adalah tanaman komoditas utama perkebunan Indonesia, dikarenakan nilai ekonomi yang tinggi dan kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati terbanyak diantara tanaman penghasil minyak nabati yang lainnya (kedelai, zaitun, kelapa, dan bunga matahari). kelapa sawit dapat menghasilkan minyak nabati sebanyak 6 ton/ha, sedangkan tanaman yang lainnya hanya menghasilkan minyak nabati sebanyak 4 – 4,5 ton/ha (Sunarko, 2007).

Manfaat dan keunggulan tanaman kelapa sawit adalah pada bagian buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng, minyak sawit juga dapat di olah menjadi bahan baku sabun, lilin, dan industri komestik lalu sisa pengolahan bisa menjadi bahan campuran makan ternak dan pupuk kompos. Saat ini, kelapa sawit sangat diminati untuk dikelola dan ditanam. Daya tarik penanaman kelapa sawit masih merupakan andalan sumber minyak nabati dan bahan agroindustri (Sukamto, 2008).

Potensi pasar domestik maupun pasar internasional CPO cukup cerah yang menyebutkan bahwa prospek pasar CPO baik pada pasar domestik maupun internasional masih cukup cerah, karena masih tingginya permintaan komoditas CPO dipasar dunia (Hadi, 2002).

Prospek pasar dunia untuk minyak dan produk turunannya semakin meningkat. Peningkatan permintaan disertai dengan perluasan perkebunan sawit secara besar-besaran oleh perkebunan negara, perkebunan besar swasta, maupun

(28)

oleh masyarakat, baik secara mandiri maupun bermitra dengan perusahaan perkebunan (Sunarko, 2009).

Seiring dengan meningkatnya luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, maka secara otomatis industri pengolahan kelapa sawit juga akan meningkat. Produksi kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai peran penting bagi subsektor perkebunan. Pengembangan kelapa sawit antara lain memberi manfaat dalam peningkatan pendapatan petani dan masyarakat, produksi yang menjadi bahan baku industri pengolahan yang menciptakan nilai tambah di dalam negeri, ekspor CPO yang menghasilkan devisa dan menyediakan kesempatan kerja (GAPKI, 2018).

2.1.3 Crude Palm Oil (CPO)

Buah kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak. Minyak yang berasal dari daging buah (mesokarp) berwarna merah. Jenis minyak ini dikenal sebagai minyak kelapa sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO). Sedangkan minyak yang kedua berasal dari inti kelapa sawit, tidak berwarna, dikenal sebagai minyak inti kelapa sawit atau Palm Kernel Oil (PKO) (Mangoensoekarjo, 2003).

Sebagai bahan baku untuk minyak makan, minyak sawit antara lain digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarin, butter, vanaspati, shortening dan bahan untuk membuat kue-kue. Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan minyak goreng lain, antara lain mengandung karoten yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin E. Industri yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan serta industri non pangan seperti

(29)

12

kosmetik, farmasi, serta minyak sawit telah dikembangkan sebagai salah satu bahan bakar (Fauzi, 2012).

PT. Perkebunan Nusantara III memasarkan hasil komoditi Kelapa Sawit dan karet ke pasar lokal dan luar negeri melalui PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN) yang berkedudukan di Jakarta serta pemasaran CPO melalui Bursa Berjangka Jakarta (BBJ). KPB PTPN berfungsi sebagai pelaksana teknis pemasaran komoditi perkebunan (termasuk CPO) hasil produksi PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) (Utomo, 2014).

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Biaya

Biaya diartikan sebagai suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai tujuan, baik yang dapat dibebankan pada saat ini maupun pada saat yang akan datang (Mursyidi, 2008).

Biaya (cost) adalah pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk masa yang akan datang, atau mempunyai manfaat melebihi satu periode tahunan. Biasanya tercermin dalam neraca sebagai aset (asset) perusahaan (Firdaus & Wasilah, 2012).

Menurut Mulyadi (2014), klasifikasi biaya yang sering dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan Fungsi Pokok dalam Perusahaan a. Biaya Produksi

Biaya Produksi adalah biaya-biaya yang dianggap melekat pada produk, meliputi biaya, baik langsung maupun tidak langsung dapat diidentifikasikan dengan kegiatan pengolahan baku menjadi produk jadi (Harnanto, 2017).

(30)

Menurut Bustami dan Nurlela (2010), biaya produksi dibagi menjadi tiga komponen sebagai berikut:

1. Biaya Bahan Baku Langsung

Bahan baku adalah persediaan yang dibeli oleh perusahaan untuk diproses menjadi barang setengah jadi dan akhirnya barang jadi atau produk akhir dari perusahaan (Syamsuddin, 2001).

Biaya bahan baku adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan bahan mentah untuk proses produksi selama periode yang akan datang (Hartati, 2017).

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang dapat diidentifikasi dengan suatu operasi atau proses tertentu yang diperlukan untuk menyelesaikan produk-produk dari perusahaan (Firdaus & Wasilah, 2012).

Biaya tenaga kerja manufaktur langsung (direct manufacturing labour cost) meliputi kompensasi atas seluruh tenaga kerja manufaktur yang dapat ditelusuri ke objek biaya (barang dalam proses dan kemudian barang jadi) dengan cara ekonomis (Horngren, 2008).

Menurut Jusuf (2001), komponen dari biaya tenaga kerja langsung terdiri dari:

a. Upah Langsung (Original Wanges) b. Incentive (Premi)

c. Overtime (Lembur)

(31)

14

3. Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik adalah seluruh biaya produksi yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai biaya bahan baku langsung atau biaya tenaga kerja langsung (Halim, 2005).

Menurut Mulyadi (2014), biaya overhead pabrik dapat digolongkan berdasarkan sifatnya, adalah sebagai berikut:

− Biaya Bahan Penolong

Biaya bahan penolong merupakan bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan meskipun menjadi bagian dari produk, dengan nilai yang relatif kecil jika dibandingkan dengan beban pokok produksinya.

− Biaya Reparasi dan Pemeliharaan

Biaya reparasi dan pemeliharaan merupakan biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan habis pakai (factory supplies) dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan pemeliharaan maupun perbaikan alat dan mesin yang digunakan, dan aset tetap lain yang digunakan untuk keperluan pabrik.

− Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

Biaya tenaga kerja tidak langsung merupakan tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk tertentu.

− Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aset tetap, contohnya adalah biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin dan peralatan.

(32)

− Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu, contohnya adalah biaya-biaya asuransi gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan peralatan, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan.

− Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai, contohnya adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN, Biaya Air dan sebagainya.

b. Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran merupakan pengeluaran biaya yang terjadi pada saat akan melakukan kegiatan pemasaran atas barang dagangan atau produk, sehingga biaya tersebut ada pada saat barang dagangan atau produk sudah siap dijual dan akan menerima hasil penjualan yang telah menjadi kas (Supriyono, 2013).

c. Biaya Administrasi dan Umum

Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi personalia dan bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan dan biaya fotocopy (Mulyadi, 2014).

2. Berdasarkan Perilaku dalam Hubungannya dengan Volume Kegiatan a. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang jumlah totalnya tetap, tidak berubah untuk suatu periode tertentu. Biaya ini tidak akan naik atau turun meskipun volume kegiatannya bervariasi. Semakin besar volume kegiatan maka semakin kecil biaya tetap per unitnya. Jadi, biaya tetap adalah biaya yang totalnya tetap

(33)

16

untuk satu periode tertentu dan per unitnya berubah-ubah berbanding terbalik dengan volume kegiatan (Sugiri & Sulastiningsih, 2004).

b. Biaya Variabel (Variable Cost)

Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang totalnya berubah secara

proporsional dengan perubahan output aktivitas, sedangkan biaya perunitnya adalah tetap dalam batas relevan tertentu (Riwayadi, 2016).

Elemen biaya variabel ini terdiri atas: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung yang dibayar per buah produk atau per jam, biaya overhead pabrik variabel, biaya pemasaran variabel (Ermayanti, 2011).

2.2.2 Harga Pokok

Harga pokok merupakan pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva, selain itu harga pokok juga digunakan untuk menunjukkan pengorbanan sumber ekonomi dalam pengolahan bahan baku menjadi produk. Namun karena pembuatan produk tersebut bertujuan untuk mengubah aktiva (berupa persediaan bahan baku) menjadi aktiva lain (persediaan produk jadi), maka pengorbanan bahan baku tersebut, yang berupa biaya bahan baku, akan membentuk harga pokok produksi (Mulyadi, 2014).

Menurut Mulyadi (2014) dalam perusahaan berproduksi umum, informasi harga pokok yang dihitung untuk jangka waktu tententu bermanfaat bagi manajemen untuk:

1. Menentukan harga jual produk.

2. Memantau realisasi biaya produksi.

3. Menghitung laba atau rugi periodik.

(34)

4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca.

Menurut Supriyono (2013), metode penentuan harga pokok terbagi atas 2 yaitu metode harga pokok pesanan dan metode harga pokok proses.

1. Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost Method)

Menurut Mulyadi (2014), pengertian dari harga pokok pesanan adalah cara penentuan harga pokok produk dimana biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan-pesanan tertentu. Penggunaan metode ini bertujuan agar perusahaan dapat menentukan harga pokok produk dari setiap pesanan konsumen, baik harga pokok per satuan pesanan maupun secara keseluruhan.

Menurut Supriyono (2013), karakteristik metode harga pokok pesanan ialah sebagai berikut:

a. Tujuan produksi perusahaan untuk melayani pesanan pembeli tergantung pada spesifikasi pemesan, sehingga sifat produksinya terputus-putus dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya secara jelas.

b. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan tujuan dapat dihitung harga pokok pesanan dengan relatif teliti dan adil.

c. Jumlah total harga pokok untuk pesanan tertentu dihitung pada saat pesanan yang bersangkutan selesai, dengan menjumlahkan seluruh biaya yang digunakan kepada pesanan yang bersangkutan.

d. Pesanan yang sudah selesai dimasukkan ke gudang produk selesai dan biasanya akan segera dijual kepada pemesan sesuai dengan waktu pesanan harus diserahkan.

(35)

18

2. Metode Harga Pokok Proses (Process Cost Method)

Menurut Mulyadi (2014), pengertian dari harga pokok proses adalah produk dimana biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu dan biaya produksi persatuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam produksi tertentu, selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan diproses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.

Menurut Mulyadi (2014), metode pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh karakteristik proses produksi perusahaan. Karakter produksinya ialah sebagai berikut:

a. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar.

b. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan sama.

c. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu.

d. Mengumpulkan biaya produksi per departemen produksi per periode akuntansi.

e. Perbedaan biaya produksi langsung dan biaya tidak langsung seringkali tidak diperlukan, terutama jika perusahaan hanya menghasilkan satu jenis produk.

2.2.3 Penerimaan

Menurut Boediono (2000), Total Revenue adalah penerimaan total produsen dari hasil penjualan outputnya. Pada penerimaan, pendapatan yang dihasilkan belum dikurangi dengan biaya produksi yang digunakan. Penerimaan total diperoleh dari hasil kali antara output atau hasil produksi yang dihasilkan dengan harga jual produk tersebut.

(36)

Menurut Boediono (2000), ada tiga macam posisi kemungkinan pada tingkat output keseimbangan pada produsen, yaitu:

a. Memperoleh laba, apabila pada tingkat output tersebut besarnya penerimaan total (TR) lebih besar dari pengeluaran untuk biaya produksi baik biaya produksi tetap maupun biaya variabel.

b. Tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi TR = TC.

c. Menderita kerugian TR < TC.

2.2.4 Laba

Menurut Suwardjono (2008), pengertian keuntungan (laba) adalah imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Keuntungan merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya (biaya total yang melekat kegiatan produksi dan penyerahan barang atau jasa).

Menurut Jumingan (2006), ada beberapa faktor yang mempengaruhi laba, ialah sebagai berikut:

1. Naik turunnya jumlah unit yang dijual serta harga per unit.

2. Naik turunnya harga pokok penjualan, yang dipengaruhi oleh jumlah unit yang dibeli atau diproduksi atau dijual dari harga per unit atau harga pokok per unit.

3. Naik turunnya biaya usaha yang dipengaruhi oleh jumlah unit dan variasi jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat harga dan efisiensi operasi perusahaan.

4. Naik turunnya per penghasilan atau biaya non operasional yang dipengaruhi oleh variasi jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat harga dan perubahan kebijaksanaan dalam penerimaan discount.

(37)

20

5. Naik turunnya pajak perseroan yang dipengaruhi oleh besar kecilnya laba yang diperoleh atau tinggi rendahnya tarif pajak.

6. Adanya perubahan dalam metode akuntansi.

2.3 Penelitian Terdahulu

Menurut hasil penelitian Nusril (2006) yang berjudul Analisis Pasokan TBS dan Harga CPO (Studi Kasus Kabupaten Bengkulu Utara dan PT. Agricinal, dengan tujuan penelitian untuk mengetahui hasil ramalam ketersediaan TBS di perkebunan rakyat Kabupaten Bengkulu Utara selama 16 bulan di masa mendatang dan mengetahui hasil ramalan dan harga pokok produksi CPO di PT. Agricinal.

Metode yang digunakan dalam menghitung harga pokok produksi CPO adalah metode harga pokok masuk pertama keluar pertama (MPKP) dengan prinsip full costing. Penelitian yang dilakukan di PT. Agricinal pada akhir periode Agustus 2005 menunjukkan bahwa harga pokok produksi CPO selesai diproses adalah sebesar Rp 11.637.231.132,35 dan harga pokok CPO belum selesai diproses sebesar Rp 4.562.873,65.

Menurut hasil penelitian Arifin (2013) yang berjudul Analisis Harga Pokok Tandan Buah Segar (TBS), CPO dan Inti Sawit Di Kebun Gunung Bayu PT.

Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun, dengan tujuan penelitian untuk menganalisis proses penentuan harga pokok serta mengetahui perbandingan harga pokok dengan harga jual Tandan Buah Segar (TBS), CPO dan Inti Sawit di Kebun Gunung Bayu PTPN IV Kabupaten Simalungun pada 5 tahun terakhir (2008-2012).

Metode penelitian yang digunakan adalah purposive sampling dengan metode analisis berupa metode biaya proses dan metode komparatif. Penelitian yang dilakukan di kebun Gunung Bayu antara 2008-2012 menunjukkan bahwa harga

(38)

pokok TBS berfluktuasi dimana harga pokok tertinggi terjadi di tahun 2008 sebesar Rp 586,85,-/kg dan terendah terjadi di tahun 2012 sebesar Rp 515.52,-/kg, harga pokok CPO berfluktuasi dimana harga pokok tertinggi terjadi di tahun 2011 sebesar Rp 1.304,12,-/kg dan terendah terjadi di tahun 2008 sebesar Rp 1.076,09,-/kg serta harga pokok Inti Sawit berfluktuasi dimana harga pokok tertinggi terjadi di tahun 2011 sebesar Rp 1.304,13,-/kg dan terendah terjadi di tahun 2008 sebesar Rp 1.076,09,-/kg. Untuk perbandingan harga pokok dengan harga jual TBS, CPO, dan Inti Sawit di kebun Gunung Bayu antara 2008-2012 menunjukkan bahwa rata-rata selisih harga pokok dengan harga jual TBS adalah 42,93%, rata-rata selisih harga pokok dengan harga jual CPO adalah 70,54%, dan rata-rata selisih harga pokok dengan harga jual Inti Sawit adalah 50,03%.

Menurut hasil penelitian Oktavia (2015) yang berjudul Perhitungan Harga Pokok Produksi CPO (Crude Palm Oil) pada PT. Swakarsa Sinarsentosa di Samarinda, dengan tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan perhitungan harga pokok produksi per ton CPO antara perhitungan menurut perusahaan dengan metode harga pokok produksi full costing, dan untuk mengetahui jumlah harga pokok produksi yang diserap oleh masing-masing departemen produksi. Metode analisis yang digunakan adalah metode full costing. Penelitian yang dilakukan di PT. Swakarsa Sinarsentosa Samarinda menunjukkan bahwa jumlah harga pokok produksi menurut perhitungan perusahaan lebih kecil daripada menurut metode full costing yang berarti terdapat selisih yang harus dikoreksi, dan harga pokok CPO menurut perusahaan lebih kecil daripada menurut metode full costing yang berarti terdapat selisih harga pokok per ton CPO.

(39)

22

Menurut hasil penelitian Rahmawati (2017) yang berjudul Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Teh Sedap Wangi Menggunakan Metode Harga Pokok Proses pada PT. Sariwangi A.E.A, dengan tujuan penelitian untuk mengetahui harga pokok produksi Teh Sedap Wangi pada PT. Sariwangi A.E.A.

Penelitian yang dilakukan di PT. Sariwangi A.E.A dengan periode pengamatan tahun 2016 menunjukkan bahwa perhitungan harga pokok produksi pada PT.

Sariwangi A.E.A dan dengan menggunakan metode harga pokok proses adalah sama, dimana harga pokok produksi pada quartil 1 (Januari-Maret) sebesar Rp 49.750 per FIB/dus, pada quartil 2 (April-Juni) sebesar Rp 48.004, pada quartil 3 (Juli-September) sebesar Rp 49.661 dan pada quartil 4 (Oktober-Desember) adalah Rp 54.742, sehingga perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan PT.

Sariwangi A.E.A telah sesuai.

Menurut hasil penelitian Suprajitno (2011) yang berjudul Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Harga Pokok Proses pada Perusahaan Soun Cap Ketela Mas Tambak, dengan tujuan penelitian untuk mengetahui harga pokok produksi soun Cap “Ketela Emas” Tambak. Metode penelitian yang digunakan untuk analisis harga pokok produksi adalah metode harga pokok proses. Penelitian yang dilakukan di perusahaan Soun Cap “Ketela Mas” Tambak pada Agustus 2010 menunjukkan bahwa perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode harga pokok proses menghasilkan harga pokok yang lebih kecil sebesar Rp 8.812/Kg, dengan demikian apabila perusahaan menerapkan perhitungan HPP dengan metode tersebut akan diperoleh laba/keuntungan yang lebih besar.

(40)

2.4 Kerangka Pemikiran

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) unit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan merupakan salah satu pabrik dari 12 Pabrik Kelapa Sawit yang dimiliki oleh PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero). PKS Rambutan mengolah bahan baku berupa TBS (Tandan Buah Segar) menjadi dua produk utama yaitu CPO dan Minyak Inti Sawit.

Permintaan untuk CPO saat ini masih tinggi dan akan terus meningkat dari tahun ke tahunnya baik di pasar lokal maupun internasional. Permintaan yang tinggi ini menjadikan produk CPO sebagai produk yang lebih difokuskan dalam produksinya. CPO (Crude Palm Oil) merupakan minyak yang berasal dari daging buah (mesokarp) yang dihasilkan dan dijual untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam proses produksi CPO, terdapat biaya produksi yang harus dikeluarkan. Biaya tersebut terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Setelah dilakukan produksi CPO, diperlukan perhitungan harga pokok untuk CPO. Harga pokok yang diperoleh dapat dijadikan sebagai landasan dalam menentukan harga jual CPO serta meningkatkan laba.

Setelah dilakukan produksi CPO, produk CPO kemudian dipasarkan dan dijual melalui PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT KPBN) dan Bursa Berjangka Jakarta (BBJ). Dari kegiatan penjualan CPO, perusahaan akan mendapatkan hasil penjualan CPO berupa penerimaan. Setelah penerimaan tersebut dikurangkan dengan biaya produksi, maka diketahui laba bersih yang diperoleh perusahaan.

(41)

24

Keterangan :

: Menyatakan Hubungan

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Analisis Harga Pokok CPO

− Biaya Bahan Baku Langsung

− Biaya Tenaga Kerja Langsung

− Biaya Overhead Pabrik

Harga Pokok

Harga Jual

Laba Penerimaan

Biaya Produksi CPO (Crude Palm Oil)

Produksi CPO

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), yaitu dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) unit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai dengan pertimbangan PKS Rambutan merupakan salah satu PKS PTPN III wilayah Distrik Serdang II yang memiliki kapasitas olah tandan buah segar menjadi CPO dengan kapasitas yang cukup baik.

Tabel 3.1 Kapasitas Olah Tandan Buah Segar (TBS) Menjadi Crude Palm Oil

No Pabrik Pengolah Kelapa Sawit (PKS)

Kapasitas (Ton TBS/Jam)

1 Rambutan 30

2 Sei Mangkei 75

3 Sei Silau 60

4 Aek Nabara Selatan 60

5 Sisumut 30

6 Aek Torop 60

7 Aek Raso 30

8 Torgamba 60

9 Sei Baruhur 30

10 Sei Daun 60

11 Sei Meranti 60

12 Hapesong 30

Jumlah Kapasitas 585

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III Tahun 2016.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dengan melakukan observasi langsung ke lapangan melalui wawancara, serta data sekunder diperoleh dari perusahaan PT.

(43)

26

Perkebunan Nusantara III unit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai. Data sekunder merupakan penelitian yang menggunakan data yang telah ada, setelah itu dilakukan proses analisis serta interpretasi terhadap data sesuai dengan tujuan penelitian. Data sekunder juga bisa didapatkan melalui instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini.

3.3 Metode Analisis Data

Untuk menjawab identifikasi masalah yang pertama, perlu dilakukan perhitungan jumlah biaya produksi terlebih dahulu. Jumlah biaya produksi adalah jumlah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Dalam penelitian ini, biaya produksi tersebut akan dikelompokkan atas biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

Biaya bahan baku langsung merupakan biaya dari bahan utama atau bahan pokok dari suatu produk. Biaya tenaga kerja langsung merupakan semua balas jasa yang diberikan kepada karyawan pabrik yang langsung berperan dalam pengolahan produk yang dihasilkan perusahaan. Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung.

Analisis jumlah biaya produksi dilakukan dengan menghitung :

Keterangan :

BBBL = Biaya Bahan Baku Langsung BTKL = Biaya Tenaga Kerja Langsung BOP = Biaya Overhead Pabrik

Kemudian, sesuai dengan yang sudah dijabarkan di identifikasi masalah yaitu metode yang digunakan adalah metode harga pokok proses. Metode harga

Jumlah Biaya Produksi = BBBL + BTKL + BOP

(44)

pokok proses adalah metode perhitungan harga pokok produk berdasarkan perhitungan total biaya produksi dan dibagi dengan total produksi.

Analisis harga pokok dilakukan dengan menghitung :

Untuk menjawab identifikasi masalah yang kedua, dilakukan perhitungan total penerimaan dahulu. Menurut Sukirno (2002), untuk mengetahui total penerimaan dapat diperoleh dengan cara mengkalikan harga jual produk tersebut dengan jumlah produk yang diproduksi atau dihasilkan.

Analisis Total Penerimaan dilakukan dengan menghitung :

Keterangan :

TR = Total Revenue (Total Penerimaan) P = Harga Jual Produk

Q = Jumlah Produk

Setelah didapatkan total penerimaan, dilakukan analisis laba penjualan dengan melakukan perhitungan sebagai berikut :

Keterangan :

 = Laba Bersih

TR = Total Revenue (Total Penerimaan) TC = Total Cost (Total Biaya Produksi)

Harga Pokok = Jumlah Biaya Produksi Jumlah Hasil Produksi

 = TR - TC TR = P x Q

(45)

28

3.4 Definisi dan Batasan Operasional 3.4.1 Definisi

1. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah komoditas perkebunan penghasil minyak kelapa sawit mentah sebagai bahan baku dasar minyak makan, minyak industri maupun bahan bakar.

2. CPO (Crude Palm Oil) adalah salah satu produk utama dalam pengolahan kelapa sawit berupa minyak yang berasal dari daging buah (mesokarp) dan digunakan untuk bahan baku industri pangan serta industri oleokimia.

3. Luas areal adalah luas areal tanaman menghasilkan dan tanaman belum menghasilkan kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara III unit Distrik Serdang II serta luas areal kebun pemasok TBS ke Pabrik Kelapa Sawit Rambutan yang dinyatakan dalam hektar.

4. Biaya adalah pengeluaran yang perlu dilakukan pada suatu produksi dalam satuan uang.

5. Biaya produksi adalah biaya yang digunakan atau dikeluarkan dalam mengolah bahan baku sampai menjadi produk hasil pada suatu produksi.

6. Biaya bahan baku langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku mentah produk pada suatu produksi.

7. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang ikut serta langsung dalam proses pengolahan pada suatu produksi.

8. Biaya overhead pabrik adalah seluruh biaya produksi yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai biaya bahan baku langsung maupun biaya tenaga kerja langsung.

(46)

9. Produksi adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan pengolahan kelapa sawit yang terdiri dari CPO (Crude Palm Oil), TBM (Tandan Buah Segar) serta inti sawit di Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara III unit Kebun Rambutan, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai dinyatakan dalam kilogram.

10. Total Biaya (TC) adalah hasil penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel.

11. Total Penerimaan (TR) adalah hasil penjualan dari produk yang dihasilkan.

12. Harga adalah senilai uang yang ditujukan kepada pelanggan agar memperoleh keuntungan.

13. Harga pokok adalah nilai atau harga produk jadi setelah memperhitungkan biaya produksi dan jumlah produksi yang dihasilkan dalam satu periode tertentu.

14. Harga pokok proses adalah metode yang memperhitungkan seluruh biaya produksi pada suatu proses produksi dan dibagikan dengan jumlah produksi yang dihasilkan.

15. Harga jual adalah nilai atau harga yang berlaku pada penjualan hasil dari suatu produksi pada satu periode tertentu.

16. Penerimaan adalah hasil penjualan seluruh produk yang dihasilkan yang masih bercampur dengan biaya produksi.

17. Laba adalah nilai lebih yang didapatkan pelaku ekonomi dari hasil penjualan setelah dikurangi dengan biaya produksi.

3.4.2 Batasan Operasional

1. Daerah penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara III unit Pabrik Kelapa Sawit Rambutan, Kotamadya Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai.

(47)

30

2. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

3. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2021.

(48)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) 4.1.1 Sejarah PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak di bidang usaha perkebunan, pengolahan serta pemasaran hasil perkebunan. Lokasi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) berada di Jl. Sei Batang Hari No. 2 Medan. Kegiatan usaha Perseroan mencakup usaha serta pengolahan tanaman kelapa sawit dan karet.

Produk utama PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) adalah Minyak Sawit atau CPO (Crude Palm Oil), Inti Sawit atau PKO (Palm Kernel Oil) dan produk hilir karet.

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) sebelumnya merupakan perusahaan milik swasta “Hindia Belanda” dengan nama NV. RCMA (Rubber Coliore Matscapy Amsterdam) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan serta pengolahan hasil perkebunan. Perusahaan ini berganti nama beberapa kali pada saat masih dipegang oleh pemerintah Hindia Belanda, yaitu:

a. Handels Vereeniging Amsterdam (HVA) b. Vereenigde Deli Matchappij (VDM)

c. NV. Cultuur Mij’de Oekust (CMO) dan lainnya.

Sejarah perseroan diawali dengan proses pengambilalihan perusahaan- perusahaan perkebunan milik Belanda oleh Pemerintah RI pada tahun 1958 sesuai dengan PP No. 24/1958 jo, Keputusan Menteri Pertanian No. 229/UM/1957 jo Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958, yang dikenal dengan proses nasionalisasi

(49)

32

perusahaan perkebunan asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN). Pada tahun 1968, PPN direstrukturisasi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 55/KPT/OP/1968 menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) yang kemudian pada tahun 1974 bentuk badan hukumnya diubah menjadi PT. Perkebunan (Persero) dengan berlandaskan PP. No. 17/1971 dan Surat Menteri Keuangan No. 258/SK/IV/3/1976.

Guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan usaha perusahaan BUMN, Pemerintah merestrukturisasi BUMN subsektor perkebunan dengan menggabungkan usaha berdasarkan wilayah eksploitasi dan perampingan struktur organisasi. Diawali dengan penggabungan manajemen tiga BUMN Perkebunan yang terdiri dari PT. Perkebunan III (Persero), PT. Perkebunan IV (Persero) dan PT. Perkebunan V (Persero) pada tahun 1994, disatukan pengelolaannya ke dalam manajemen PT. Perkebunan Nusantara III (Persero). Kemudian melalui PP. No.

8/1996, ketiga perseroan tersebut digabung dan diberi nama PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) yang berkedudukan di Medan, Sumatera Utara.

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) didirikan dengan Akte Notaris Harun Kamil, SH, No. 36 tanggal 11 Maret 1996 dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2- 8331.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996 yang dimuat dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 81 Tahun 1996 Tambahan Berita Negara No. 8674 Tahun 1996.

(50)

4.1.2 Visi, Misi, Tujuan dan Tata Nilai PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

Visi, misi, tujuan dan tata nilai PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) ialah sebagai berikut:

Visi:

Menjadi perusahaan agribisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata-kelola bisnis terbaik.

Misi:

1. Mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan.

2. Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan.

3. Memberlakukan karyawan sebagai asset strategis dan mengembangkan secara optimal.

4. Menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan ‘imbal-hasil’ terbaik bagi para investor.

5. Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis.

6. Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan komunitas.

7. Melakukan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan.

Tujuan:

Menjadikan PTPN III sebagai benchmark terhadap seluruh PTPN se-Indonesia, sesuai target menjadi Perusahaan Kelas Dunia (World Class Company) dengan kinerja prima serta menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (Good Coorporate Governance), sesuai dengan Visi dan Misi PTPN III.

(51)

34

Tata Nilai:

1. Sinergi, menciptakan dan meningkatkan kerjasama dengan mengedepankan kepercayaan untuk memberikan nilai tambah yang optimal

2. Integritas, merupakan prinsip dalam menjalankan tugas dengan menjunjung tinggi kejujuran, konsisten dengan keteladanan

3. Profesional, melakukan tugas sesuai dengan kompetensi, bertanggung jawab dan berupaya dalam melakukan inovasi.

4.2 Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Pabrik Kelapa Sawit Rambutan

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Rambutan merupakan salah satu pabrik pengolahan kelapa sawit yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara III (Persero). PKS Rambutan dibangun pada tahun 1983. Terjadi peleburan antara Kebun Rambutan dengan PKS Rambutan pada bulan Oktober 2015 berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor:3.08/SKPTS/55/2015. PKS Rambutan berlokasi di Desa Paya Bagas, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Luas areal PKS Rambutan adalah sebesar 7,5 Ha. Kapasitas olah Tandan Buah Segar di PKS Rambutan adalah 30 ton/jam dengan sumber bahan baku yaitu TBS berasal dari kebun seinduk yang terdiri dari Kebun Rambutan, Kebun Tanah Raja, Kebun Sei Putih, Kebun Sarang Giting, Kebun Silau Dunia, Kebun Gunung Monako, Kebun Gunung Pamela dan Kebun Gunung Para.

(52)

Tabel 4.1 Luas Areal Kebun Pemasok TBS Ke Pabrik Kelapa Sawit Rambutan Tahun 2021

No Kebun Luas Areal (Ha)

1 Rambutan (KRBTN) 5.248,74

2 Tanah Raja (KTARA) 2.187,74

3 Sei Putih (KSPTH) 702,25

4 Sarang Giting (KSGGI) 701,82

5 Silau Dunia (KSDUN) 2.303,43

6 Gunung Monako (KGMNO) 1.975,62

7 Gunung Pamela (KGPMA) 2.020,33

8 Gunung Para (KGPAR) 528,76

Total Luasan Area 15.668,69

Sumber : PKS Rambutan, 2021

Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa total luas areal kebun pemasok TBS ke Pabrik Kelapa Sawit Rambutan pada tahun 2021 adalah 15.668,69 Ha. Luas areal Kebun Rambutan sebesar 5.248,74 Ha, luas areal Kebun Tanah Raja sebesar 2.187,74 Ha, luas areal Kebun Sei Putih sebesar 702,25 Ha, luas areal Kebun Sarang Giting sebesar 701,82 Ha, luas areal Kebun Silau Dunia sebesar 2.303,43 Ha, luas areal Kebun Gunung Monako sebesar 1.975,62 Ha, luas areal Kebun Gunung Pamela sebesar 2.020,33 Ha dan luas areal Kebun Gunung Para sebesar 528,76 Ha.

Secara geografis, PKS Rambutan berada ±85 Km arah tenggara Kota Medan, serta terletak pada lintas timur Sumatera. Elevasi pabrik berada pada 3°35 Lintang Utara dan 98°41 Bujur Timur. Elevasi pabrik berada pada 18 meter diatas permukaan laut. Dengan elevasi tersebut, suhu berkisar antara 22°C - 32°C dan suhu rata-rata mencapai 27°C. Curah hujan rata-rata lima tahun terakhir pada PKS Rambutan adalah 147 mm/tahun dengan 86 hari hujan dan beriklim sedang.

Keputusan untuk membangun Pabrik Kelapa Sawit Rambutan sangat strategis, karena didukung oleh lokasinya yang berada di sentra perkebunan kelapa sawit milik PTPN III, infrastruktur yang memadai, dan jaminan keamanan dari

(53)

36

masyarakat setempat. Sedangkan tujuan utama pembangunannya adalah untuk mengantisipasi ketersediaan suplai bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) dari Kebun Tanah Raja. Di samping itu juga untuk mengantisipasi suplai TBS dari kebun sekitarnya pada saat terjadinya panen puncak. Dengan demikian jaminan suplai bahan baku TBS yang berasal dari kebun sendiri menjadi terkendali.

Di PKS Rambutan, produk sampingan berupa cangkang dan fiber yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar penggerak turbin untuk menghasilkan tenaga listrik dan uap yang digunakan oleh pabrik serta tandan kosong dipakai sebagai pengganti pupuk untuk tanaman kelapa sawit secara aerobic. Pengolahan yang dilakukan menggunakan prinsip pemisahan antara minyak yang terkandung dalam daging buah dengan intinya.

Beberapa daerah pemasaran produk yang dihasilkan oleh PKS Rambutan ialah diekspor keluar negeri seperti Jerman, Belanda, Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan, Australia dan Malaysia. Sedangkan sebagian produk dipasarkan di dalam negeri seperti Medan, Surabaya dan Jakarta.

PKS Rambutan sukses berperan untuk meningkatkan pendidikan nasional yaitu dengan menerima secara terbuka para mahasiswa baik dari Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta serta pelajar dari Sekolah Menengah Kejuruan untuk melakukan kerja praktek di pabrik, memberikan beasiswa kepada mahasiswa yang berprestasi serta membangun beberapa sekolah. PKS Rambutan juga mensejahterakan penduduk sekitar lokasi pabrik dengan memberikan lapangan pekerjaan serta membangun dan memperbaiki rumah-rumah ibadah di daerah sekitar PKS Rambutan.

Referensi

Dokumen terkait

urethra Cooper, 1979. Proper placement of the catheter tip is aided by palpation per rectum. After the cuff is inflated, each vesicular gland is identified, and the contents are

Meneruskan Informasi dari kemenristekdikti, dalam rangka meningkatkan perolehan paten bagipengembangan (lembaga litbang)publikasi paten, Direktorat Pengelolaan

Contoh : jika site-site gagal dalam sebuah sistem terdistribusi, site lainnya dapat melanjutkan operasi jika data telah direplikasi pada beberapa sitev. —

Unit RDC Telkom selaku unit yang dikhususkan untuk melakukan riset teknologi telah melakukan kajian dan pengujian implementasi IPv6 berskala lab yang difokuskan kepada

2) Minggu, 11 Juni 2017 Penjualan keripik pisang aneka rasa terjual dalam kegiatan acara buka bersama bertempat di All In Resto.. 3) Kamis, 22 Juni 2017 Penjualan keripik pisang

BERKAH REZKY PERSADA Jl.. PUTRI I CHA

PENERIM AAN PESERTA DIDIK BARU T.P. Maka banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk mencairkan seluruh es tersebut adalah .... Sebuah benda beratnya 2000 N akan dinaikan

Komunisme adalah sebuah teori atau sistem sosial berdasarkan persamaan yang sama antara kepemilikan masyarakat dan negara, dengan semua kegiatan ekonomi dan sosial