• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.9 Kerangka Pemikiran

Suatu penelitian tanpa memiliki kerangka berpikir yang kuat akan sulit bagi peneliti dalam menentukan kemana penelitian itu akan diarahkan. Menurut Rahmat (1990:67), teori mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Merupakan alat untuk mencapai satuan dan sistematis. Teori penting sekali dalam memperjelas pengetahuan sebagai dasar organisasi pemikiran. 2. Teori membimbing penelitian

Berdasarkan fungsi-fungsi teori tersebut maka peneliti akan mencari dan mengunakan teori-teori yang relevan sebagai pokok pikiran untuk memecahkan masalah.

Untuk menjelaskan pengaruh yang ditimbulkan media massa terhadap perilaku penonton digunakan ”teori efek komunikasi”. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media, tetapi tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri orang. Dalam asumsi ini tersirat bahwa komunikasi massa menimbulkan efek pada diri khalayanya. Robert (dalam Rahmat, 1990:247), beranggapan bahwa ”efek” hanyalah ”perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa”.

Menurut Chaffe (dalam Rahmat, 1990:248), efek media massa adalah pendekatan pertama, dan pendekatan kedua adalah melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa yang meliputi penerimaan informasi, perubahan perasaan atau sikap, dan perubahan perilaku atau dengan istilah lain, perubahan kognitif, afektif, dan konatif. Sedang pendekatan ketiga meninjau satuan observasi yang dikenai efek komunikasi massa-individu, kelompok, organisasi, masyarakat atau bangsa. Sikap dan perilaku tidak terjadi dengan sendirinya (otomatis), tetapi perlu dibentuk dan dikembangkan. Pembentukan dan pengembangan sikap, dapat terjadi melalui proses pendidikan baik formal maupun

non formal, juga dapat melalui pengalaman langsung, maupun melalui pengalaman orang lain yang diperoleh lewat informasi dalam proses komunikasi.

Informasi yang diperoleh seseorang atau kelompok orang dapat membentuk atau menentukan sikap atau kelompok tersebut. Informasi yang menyebabkan terbentuknya sikap adalah yang berhubungan dengan sikap-sikap lain yang telah ada terlebih dahulu. Informasi yang sesuai dengan sikap yang telah ada dapat membentuk atau merubah sikap individu.

Informasi yang diterima individu lewat kegiatan komunikasi, dapat melalui komunikasi dengan antar personal, komunikasi kelompok dan komunikasi dengan media massa, maka media dan pesan-pesannya merupakan stimuli yang datang dan menyentuh indera dan organisma individu, dan selanjutnya akan berpengaruh memberi akibat pada terjadinya respons individu terhadap ide atau gagasan yang terkandung dalam media massa dapat berupa perubahan sikap. Dalam ilmu komunikasi proses itu dikenal lewat teori S-R (Stimulus-Respons), dimana dalam penelitian ini dipergunakan juga sebagai landasan teoritis. Menurut Effendy (1993:254), perubahan sikap itu meliputi komponen-komponen sikap, yaitu kognitif, afektif dan konatif. Jadi media massa dapat memberi pengaruh atau efek kognitif, efek afektif dan efek konatif.

Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau persepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. Efek konatif disebut juga efek

behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati; yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku (Rahmat, 1990:249).

Menurut Gunarsa (1991:4), perilaku adalah setiap cara reaksi atau respons manusia terhadap lingkungannya atau perilaku adalah aksi, reaksi terhadap perangsangan dari lingkungan. Lingkungan adalah segala sesuatu yang bisa merangsang seseorang sehingga menimbulkan suatu tingkah laku yang terdiri dari kumpulan respons. Lingkungan meliputi segala hal yang di luar diri seseorang maupun di dalam dirinya, bersifat fisik maupun ide orang yang berpengaruh menjadi sumber rangsangan dapat memunculkan suatu reaksi.

Demikian juga dengan perilaku remaja banyak dipengaruhi oleh hal-hal di luar dirinya maupun dari dirinya sendiri. Pengaruh lingkungan besar sekali termasuk lingkungan keluarga, sekolah, sosial budaya dan media massa. Apalagi remaja-remaja yang sedang mengikuti pendidikan dalam sekolah menengah, sekolah mempunyai pengaruh yang kuat dalam membentuk konsep-konsep remaja tentang siapa dirinya dan menjadi apa kelak (Sulaiman, 1995:83). Guna memenuhi aspirasinya itulah remaja terus mencari apa yang dapat memenuhi kebutuhannya baik melalui orang tua, saudara, teman, guru, ataupun dengan menonton televisi.

Remaja (adoselen) adalah suatu masa dimana individu dalam proses pertumbuhannya (terutama fisik) telah mencapai kematangan. Periode ini menunjukkan suatu masa kehidupan, dimana kita sulit memandang remaja sebagai anak-anak tetapi tidak juga sebagai orang dewasa. Dengan kata lain periode ini merupakan periode transisi atau peralihan dari kehidupan masa kanak-kanak

(childhood) kemasa dewasa (adulthood). Pada periode ini terjadi perubahan yang sangat berarti dalam segi psikologis, emosional, sosial dan intelektual (Sulaiman, 1995:1). Kemudian Gunarsa (1991:67), menambahkan bahwa dalam masa transisi inipun remaja mempunyai kesenangan-kesenangan antara lain:

 Ingin tahu segala peristiwa di lingkungan luas

 Berkeinginan mencoba segala hal yang belum diketahuinya

 Keinginan menjelajah ke alam sekitar, bukan hanya lingkungan dekat bahkan lingkungan yang lebih luas lagi

 Aktivitas berkelompok dengan berkumpul melakukan kegiatan bersama

Selanjutnya Sarwono (1991:219), menyatakan remaja berada dalam proses menentukan identitas diri, memiliki jiwa yang penuh gejolak (strum and drang) dan bahwa lingkungan sosial remaja juga ditandai dengan perubahan sosial yang cepat (khususnya kota-kota besar yang sudah dilanda sarana dan prasarana komunikasi), yang mengakibatkan kesimpangsiuran norma. Kondisi intern dan ekstern yang sama-sama bergejolak inilah yang menyebabkan masalah remaja lebih rawan dari pada tahap-tahap lain dalam perkembangan jiwa manusia.

Dengan demikian, media massa dalam hal ini tayangan sinetron di televisi dapat memberikan perubahan sikap dan perilaku individu (remaja). Adapun tv yang menayangkan sinetron percintaan, hanyalah salah satu variabel luar individu yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan sikap, bagaimana media itu berpengaruh terhadap sikap individu (remaja), tergantung juga pada banyak hal, antara lain tergantung pada bagaimana individu merespons media massa itu sendiri. Namun tanggapan atau respons individu terhadap informasi

yang diterimanya mempunyai kadar yang berbeda-beda. Adakalanya seseorang individu menerima informasi dan langsung berpartisipasi, adapula yang menerima hanya dalam batas-batas tertentu, bahkan ada yang bersifat skeptis terhadap informasi yang diterimanya.

Skema 1 Kerangka Pemikiran

2.10 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional

Dokumen terkait