• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Menonton Sinetron Percintaan Di Televisi Dengan Perilaku Siswa Sma Negeri 8 Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Antara Menonton Sinetron Percintaan Di Televisi Dengan Perilaku Siswa Sma Negeri 8 Medan."

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Antara Menonton Sinetron Percintaan

di Televisi dengan Perilaku Siswa SMA Negeri 8 Medan

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun Oleh :

HARIYONO

040902021

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Hubungan Antara Menonton Sinetron Percintaan di Televisi Dengan Perilaku Siswa SMA Negeri 8 Medan”. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara menonton sinetron percintaan di televisi dengan perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan”. Hipotesis yang diajukan adalah:

Ha: Terdapat hubungan antara menonton sinetron di televisi dengan perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan.

Ho: Tidak terdapat hubungan antara menonton sinetron di televisi dengan perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana hubungan menonton sinetron percintaan di televisi terhadap perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan.

Sampel diambil dengan menggunakan pendapat Arikunto yaitu apabila populasi lebih dari 100 orang maka sampel yang diambil bisa 10% s/d 20%. Tehnik penarikan sampel yang digunakan adalah tehnik proposional sampling, tehnik purposive sampling dan tehnik rendom sampling. Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional yaitu metode yang melihat hubungan antara variabel bebas (x) dan variabel terikat (y) dalam penelitian. Dalam menganalisa data penelitian ini digunakan analisa tabel tunggal. Sedangkan untuk menguji hipotesis penelitian digunakan test statistik korelasi product moment. Dan untuk melihat kuat lemahnya hubungan digunakan Skala Guilford.

Dari hasil penelitian diperoleh nilai rxy = 0,549. Hal ini berarti terdapat

hubungan antara menonton sinetron percintaan di televisi dengan perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan, artinya hubungan yang cukup berarti. Berdasarkan tabel nilai-nilai product moment, taraf signifikan 5% dengan N=70 adalah 0,235, sedangkan taraf signifikan 1% terdapat nilai 0,306. Jadi, baik dengan taraf signifikan 5% atau 1% diperoleh nilai rxy lebih besar dari nilai-nilai tabel atau

(3)

PERSEMBAHANKU

“Dia memberikan ilmu yang berguna kepada siapa yang

DikehendakiNya. Barang siapa mendapat ilmu yang berguna itu, sesungguhnya ia telah mendapat kebajikan yang banyak

dan tiadalah yang menerima peringatan, kecuali orang-orang yang berakal”. (Al-Baqarah: 269)

Syukur Alhamdulillah, karena rahmat-Mu, ya Allah...telah kugapai cita-citaku... Ayahanda, Ibunda,...kini tetesan keringatmu telah berhasil kuwujudkan

Dalam impian yang nyata.

Kutahu semua yang Ananda lakukan belum cukup untuk memuaskan pengorbananmu.

Tapi kini...terimalah persembahan skripsi ini sebagai Tanda bakti Ananda kepada Ayahanda dan Ibunda.

Semoga kelak dikemudian hari, Ananda dapat memberikan yang

terbaik bagi Ayahanda dan Ibunda tercinta serta Adinda yang telah banyak memberi semangat hingga mengantarkanku

kejenjang Sarjana (S1) dalam meniti cita-cita yang kudambakan. “Andai...

Allah mengizinkan Kukupas matahari emas

Dan kupersembahkan tuk kain tenun Ayah Bundaku, pengganti sarung tuanya yang koyak, oleh masa kanak-kanakku”.

“Barang siapa yang menyenangkan kedua orangtuanya, ia telah menyenangkan Allah SWT dan barang siapa yang membuat kedua orangtuanya marah sungguh ia telah membuat Allah SWT marah”.

Kupersembahkan Skripsi ini untuk:

Ayahanda : Manun

Ibunda : Siti Chotijah

Adinda : Hartini

Atas kasih sayang dan do’amu yang tulus

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang tak terhingga penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul: HUBUNGAN ANTARA MENONTON SINETRON PERCINTAAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU SISWA SMA NEGERI 8 MEDAN.

Salawat dan salam keharibaan Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah menunjukkan jalan kebenaran kepada kita semua.

Adapun maksud dan tujuan penulisan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara.

Selama dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, berupa bimbingan, saran dan masukan yang sangat bermanfaat. Oleh karena itu, penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Matias Siagian, M. Si selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang banyak memberikan dukungan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(5)

penulis, Serta Kak Ita, Kak Zuraidah dan Bang Ria yang selalu setia di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dalam memberikan informasi-informasi kepada setiap mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial.

4. Ibu Dra. Nurwida Nuru selaku Dosen Wali yang telah membimbing dan mengajari penulis selama dalam perkuliahan.

5. Bapak Agus Suriadi, S. Sos, M. Si dan Drs. Edward Ridwan MSP selaku Dosen penulis yang telah banyak memberikan motivasi dan bimbingan untuk dapat selalu menjadi lebih baik dalam kehidupan ini.

6. Bapak Husni Thamrin, S.Sos, M.Si dan Mhd. Darta Sitepu, S. Sos yang telah banyak memberikan motivasi dan bimbingan lepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

7. Seluruh staf pengajar FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah membimbing dan mengajari penulis selama dalam perkuliahan, serta seluruh staf administrasi FISIP USU. 8. Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan dan Drs. Maryono yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 8 Medan.

(6)

10.Eyang Kakung (H. Gandhi Soedono) dan Eyang Putri (Thressia Ghandi) serta buat Ibu ku yang cantik-cantik (Bu’Ira, Bu’Dewi, Bu’Grace, Bu’Lia). 11.Seluruh Keluarga Besar di Karya, buat Nenek, Pakle’ku yang

tampan-tampan (Pakle’Furwanto, Pakle’Kicuk, Pakle’Iwan, Pakle’Jumadi), buat bukle’ku yang cantik-cantik (Bukle’Iro, Bukle’Ana, Bukle’Rina, Bukle’Tini) dan sepupu ku yang lucu-lucu (Fensy, Dara, Dita, Fela, Wiby, Panji, Boby, semuanya deh..).

12.Keluarga Besar Zairina Yus.

13.Keluarga Besar Pascasarjana Studi Pembangunan FISIP USU.

14.Seluruh Stambuk 2004, baik yang sedang berjuang untuk tamat maupun yang sama-sama tamat, semoga kita tetap bersahabat.

15.Sahabat sejatiku Teguh, Dedek, Januardi, Mirza (Five Brothers) dan seluruh teman-temanku Astrid, Renny Vidya Wahyuly, Dina, Uci, Elis, Rani, Syena, Nia, Nina, Maria, Sefti, Irma, Dian, Tanti, Fajar, Anggiat, Suriono, Andika, Iqbal, Jaka, Bang Rajab, Bang Eko, Dedi, Toni dan Nural di Banda Aceh, Hatta, Iby dan Wilda di Padang, Yofie di Semarang, teman-teman di mushola dan teman-teman stambuk’04 SMANDEL. Semoga kebersamaan kita punya arti tersendiri.

(7)

17.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah banyak membantu dan memberikan dorongan moril maupun materil bagi terselesainya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekuranga dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang benar-benar konstruktif dari semua pihak, agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang membutuhkannya. Akhirnya, penulis memohon ampun kepada Allah SWT atas segala kesalahan diri dari hal-hal yang tidak diridhoiNya, Amin.

Medan, April 2008

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

1.4 Sistematika Penulisan ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Televisi ... 9

2.2 Pengertian Sinetron ... 10

2.3 Pengertian Remaja ... 11

2.4 Perkembangan Remaja ... 13

2.4.1 Perkembangan Jasmani ... 13

2.4.1.1Perubahan-perubahan jasmaniah ... 13

2.4.1.2Gejala fisik ... 14

2.4.1.3Kesan dan gambaran diri ... 14

2.4.1.4Kematangan seksual ... 15

2.4.1.5Perubahan tinggi dan berat badan ... 15

2.4.2 Perkembangan Sosial ... 15

2.4.2.1 Perkembangan sosial pada remaja ... 15

2.4.2.2 Tuntutan-tuntutan sosial terhadap para remaja ... 16

(9)

2.4.3.1Kemampuan intelektual dan penilaian diri ... 17

2.4.3.2Kecenderungan-kecenderungan dalam pertumbuhan pemahaman... 18

2.4.4 Perkembangan Emosional ... 19

2.4.4.1Kondisi-kondisi yang mendasari emosi ... 20

2.4.4.2Penyembunyian emosi ... 20

2.5 Perilaku ... 20

2.5.1 Pengertian Perilaku ... 20

2.5.2 Jenis Perilaku ... 21

2.5.3 Hubungan antara sikap dengan perilaku ... 21

2.6 Teori Belajar Sosial ... 23

2.7 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Remaja Menonton Televisi ... 24

2.8 Hubungan antara tayangan sinetron percintaan di televisi dengan perilaku remaja ... 26

2.9 Kerangka Pemikiran ... 27

2.10 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 33

2.10.1 Defenisi konsep ... 33

2.10.2 Defenisi operasional ... 34

2.11 Hipotesis ... 37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Tipe Penelitian ... 38

3.2 Lokasi Penelitian ... 38

3.2.1 Jadwal Waktu Penelitian ... 3.3 Populasi dan Sampel ... 38

3.3.1 Populasi ... 38

3.3.2 Sampel ... 39

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 40

(10)

BAB IV DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1Sejarah Singkat SMA Negeri 8 Medan ... 43

4.2Personel atau tenaga pengajar yang ada di SMA Negeri 8 Medan ... 44

4.3Fasilitas SMA Negeri 8 Medan ... 46

4.4Komposisi Siswa SMA Negeri 8 Medan ... 47

4.5Struktur Organisasi SMA Negeri 8 Medan ... 48

BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Tabel Tunggal ... 49

5.1.1 Karakteristik Responden ... 49

5.1.2 Analisa Variabel X ... 56

5.1.3 Analisa Variabel Y ... 68

5.2 Pengujian Hipotesa ... 80

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 84

6.2 Saran ... 86

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komposisi Siswa SMAN 8 Medan ... 39

Tabel 2 Tenaga Pengajar SMA Negeri 8 Medan ... 44

Tabel 3. Fasilitas-Fasilitas SMA Negeri 8 Medan ... 46

Tabel 4. Komposisi Siswa SMAN 8 Medan ... 47

Tabel 5. Jenis Kelamin Responden ... 49

Tabel 6. Umur/Usia Responden ... 50

Tabel 7. Agama ... 50

Tabel 8. Pekerjaan Orang Tua Responden ... 51

Tabel 9. Pendapatan Rata-Rata Orang Tua Responden Dalam Satu Bulan ... 52

Tabel 10. Uang Saku Responden Dalam Sehari ... 53

Tabel 11. . Menentukan Tayangan Televisi ... 54

Tabel 12 Distribusi Frekuensi Orang Tua Memberikan Bimbingan Saat Menonton ... 55

Tabel 13. Frekuensi Responden Menonton Sinetron Percintaan ... 56

Tabel 14. Frekuensi Judul Sinetron Yang di Tonton Dalam Sehari ... 57

Tabel 15. Frekuensi Stasiun Televisi Yang Sering di Tonton Responden ... 58

Tabel 16. Frekuensi Responden Menonton Sinetron Percintaan Dalam Sehari .... 59

Tabel 17. Waktu dan Judul Sinetron Saat Menonton ... 60

Tabel 18. Frekuensi Responden Mengikuti Setiap Episode Sinetron Percintaan .. 61

Tabel 19. Pendampingan Terhadap Responden Ketika Menonton Televisi ... 62

Tabel 20 Frekuensi Membawa/Mengajak Teman Menonton Televisi ... 63

Tabel 21. Pendapat Responden Mengenai Tema Sinetron Percintaan ... 64

Tabel 22. Tanggapan Responden Terhadap Frekuensi Adanya Unsur Romantisme Dalam Sinetron ... 65

Tabel 23. Pengetahuan Responden Tentang Bagaimana Berpacaran Setelah Menonton Sinetron Percintaan ... 66

(12)

Tabel 25. Pengetahuan Yang Bertambah Mempengaruhi Sikap Responden ... 67 Tabel 26. Frekuensi Memperhatikan Produk Yang

Digunakan Bintang Sinetron ... 68 Tabel 27 Ketertarikan Untuk Memperoleh Produk Bintang Sinetron ... 69 Tabel 28. Frekuensi Responden Membeli Produk Yang Tidak Sesuai

Dengan Uang Saku/Tabungan... 70 Tabel 29. Tanggapan Responden Merasa Menyesal

Karena Tidak Dapat Hidup Mewah ... 71 Tabel 30. Selera Responden Terhadap Gaya Hidup Mewah ... 72 Tabel 31. Tanggapan Responden Mengenai Tema Sinetron Percintaan

Dengan Kehidupan Sosial ... 73 Tabel 32. Tanggapan Responden Bergaya Meniru Karakter Bintang Sinetron ... 74 Tabel 33. Frekuensi Responden Mempraktekkan Adegan Percintaan

Dengan Teman/Pacar ... 75 Tabel 34. Tanggapan Responden Terhadap Adegan Yang Dilakukan

Dengan Pasangan ... 76 Tabel 35. Tanggapan Responden Bahwa Sinetron Percintaan

Dapat Merubah Perilaku ... 77 Tabel 36. Tanggapan Responden Dalam Mengidentikkan Diri

(13)

DAFTAR SKEMA

(14)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Hubungan Antara Menonton Sinetron Percintaan di Televisi Dengan Perilaku Siswa SMA Negeri 8 Medan”. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara menonton sinetron percintaan di televisi dengan perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan”. Hipotesis yang diajukan adalah:

Ha: Terdapat hubungan antara menonton sinetron di televisi dengan perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan.

Ho: Tidak terdapat hubungan antara menonton sinetron di televisi dengan perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana hubungan menonton sinetron percintaan di televisi terhadap perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan.

Sampel diambil dengan menggunakan pendapat Arikunto yaitu apabila populasi lebih dari 100 orang maka sampel yang diambil bisa 10% s/d 20%. Tehnik penarikan sampel yang digunakan adalah tehnik proposional sampling, tehnik purposive sampling dan tehnik rendom sampling. Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional yaitu metode yang melihat hubungan antara variabel bebas (x) dan variabel terikat (y) dalam penelitian. Dalam menganalisa data penelitian ini digunakan analisa tabel tunggal. Sedangkan untuk menguji hipotesis penelitian digunakan test statistik korelasi product moment. Dan untuk melihat kuat lemahnya hubungan digunakan Skala Guilford.

Dari hasil penelitian diperoleh nilai rxy = 0,549. Hal ini berarti terdapat

hubungan antara menonton sinetron percintaan di televisi dengan perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan, artinya hubungan yang cukup berarti. Berdasarkan tabel nilai-nilai product moment, taraf signifikan 5% dengan N=70 adalah 0,235, sedangkan taraf signifikan 1% terdapat nilai 0,306. Jadi, baik dengan taraf signifikan 5% atau 1% diperoleh nilai rxy lebih besar dari nilai-nilai tabel atau

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

.1 Latar Belakang Masalah

Perilaku remaja dewasa ini merupakan masalah sosial yang harus

mendapatkan perhatian serius. Dikatakan demikian karena masalah sosial ini

dapat memberikan dampak yang buruk bagi perkembangan remaja. Realitas sosial

yang terjadi pada saat sekarang ini dimana para remaja sering melakukan

tindakan-tindakan penyimpangan yang pada dasarnya telah melanggar

norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Kebanyakan para pelajar sekarang dalam perilaku pacaran yang mereka

jalani, sering diwarnai aktivitas seks ringan. Mungkin dulu yang namanya pacaran

cukup dengan pegangan tangan saja. Sekarang sebagian besar pelajar dalam

aktivitas pacarannya, menganggap ciuman bibir bukan lagi sesuatu yang tabu.

Justru, ciuman inilah yang didefenisikan sebagai tanda mereka sedang pacaran.

Hasil survei yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Bogor, tentang

perilaku remaja, cukup mencengangkan. Fakta itu mengungkapkan, 20% dari 400

responden dari kalangan pelajar, mengaku pernah dan sering melakukan

penyimpangan seks. Penyimpangan seks yang dimaksud adalah suatu kondisi

dimana terjadi gangguan pada keinginan seksual dan pada perubahan-perubahan

psikofisiologik siklus respons seksual dan menyebabkan distres (gangguan mental

dan emosional) yang nyata dan kesulitan interpersonal (www.depkes.go.id).

(16)

(www.pikiran-rakyat.com). Sedangkan pengertian hubungan seks adalah

merupakan perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual atau kegiatan

mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku

(www.unsoed.ac.id).

Sebagai contoh kasus perilaku menyimpang dan kenakalan remaja

terdapat 1 kasus seks bebas pada awal tahun 2003 seorang siswi SMA Negeri 8

Medan hamil di luar nikah, sehingga siswi tersebut di keluarkan dari sekolah.

Contoh kasus lain terjadi pada tahun 2005 yaitu peredaran video porno dari ponsel

ke ponsel. Selain itu kenakalan remaja lainnya yang sering terjadi yaitu

perkelahiaan yang disebabkan perebutan wanita, kasus ini terjadi pada tahun 2004

yang melibatkan beberapa siswa kelas XI dan siswa kelas XII. Ini merupakan

sebahagian dari kasus yang terdapat di SMA Negeri 8 Medan.

Fenomena seperti diatas sangat memungkinkan terjadi bila kita lihat

faktor penyebabnya. Tayangan televisi, informasi teknologi serta arus budaya

barat yang menjadi tren di kalangan pelajar begitu merajalela. Tayangan televisi

seakan tidak ada batasan dalam ”menginformasikan” semua itu.

Pengaruh atau efek televisi memang merupakan salah satu elemen

penting dalam komunikasi untuk mengetahui berhasil atau tidaknya proses

komunikasi yang dilakukan (Cangara, 1998:163). Pengaruh ini dapat terjadi dalam

bentuk perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perilaku (behaviour).

Pada tingkat pengetahuan, pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan

(17)

penilaian terhadap suatu objek karena adanya informasi yang lebih baru. Antara

perubahan persepsi dan perubahan pendapat terdapat hubungan yang sangat erat,

sebab persepsi yang dilakukan dengan interpretasi dapat diorganisir menjadi

pendapat.

Sedangkan perubahan sikap ialah adanya perubahan internal pada diri

seseorang yang diorganisir dalam bentuk prinsip. Sebagai hasil evaluasi yang

dilakukannya terhadap suatu objek yang terdapat baik di dalam maupun di luar

dirinya. Adapun perubahan perilaku ialah perubahan yang terjadi dalam bentuk

tindakan.

Adegan kekerasan, kejahatan, konsumtif, termasuk perilaku seksual di

layar televisi diduga kuat berpengaruh terhadap pembentukan perilaku anak dan

remaja. Tidak sedikit di antaranya yang mengikuti mentah-mentah tindak tanduk

yang dilihat di televisi. Contohnya, sinetron-sinetron remaja yang sering

menampilkan adegan percintaan atau pacaran yang akan cenderung mengajari

anak-anak dan remaja untuk berpacaran, berpenampilan seksi, serta berpola hidup

serba senang dan serba mudah. Adegan dalam sinetron sering kali ditiru dalam

perilaku mereka sehari-hari. Atau jika tidak ditiru, minimal akan

mengkontaminasi pikiran polos anak-anak dan remaja. Sinetron-sinetron tersebut

akan berdampak positif bagi pemupukan moralitas anak-anak dan remaja jika

isinya mengandung ajakan berbudi pekerti luhur, bekerja keras, ulet, giat belajar,

berdisiplin dan sejenisnya.

Ironisnya sineas Indonesia seakan kurang percaya diri bila berkarya

(18)

sineas lokal, selalu bertemakan urusan bercinta. Banyak yang mengambil seks

bebas sebagai tema utama karya mereka.

Kecenderungan meningkatnya tindak kekerasan dan perilaku negatif

pada anak dan remaja diduga sebagai dampak gencarnya tayangan televisi. Karena

media ini memiliki potensi besar dalam merubah sikap dan perilaku masyarakat

terutama anak-anak dan remaja yang relatif masih mudah terpengaruh dan

dipengaruhi.

Light, Keller dan Calhoun (Sunarto, 2000:28) mengemukakan bahwa

media massa yang terdiri atas media cetak (surat kabar, majalah) maupun

elektronik (radio, televisi, internet) merupakan bentuk komunikasi yang

menjangkau sejumlah besar orang. Media massa diidentifikasikan sebagai suatu

agen sosialisasi yang berpengaruh terhadap perilaku khalayak. Sosialisasi merujuk

pada cara-cara di mana seorang individu mengadopsi perilaku dan nilai-nilai dari

suatu kelompok. Media massa menghadirkan gambaran masyarakat kita, dan

dengan mengamati, mendengarkan, dan membaca, kita mempelajari bagaimana

orang didorong untuk bertindak dan mengetahui nilai-nilai apa yang penting.

Menurut Dwyer (Sadiman, 1999) televisi adalah media yang potensial

sekali, tidak saja untuk menyampaikan informasi, tetapi juga membentuk perilaku

seseorang, baik ke arah positif maupun negatif, disengaja atau tidak. Lebih lanjut

Dwyer mengatakan bahwa sebagai media audio visual, televisi, mampu merebut

94% saluran masuknya pesan-pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia yaitu

lewat mata dan telinga. Televisi mampu untuk membuat orang pada umumnya

(19)

sekali ditayangkan. Atau, secara umum orang akan ingat 85% dari apa yang

mereka lihat di televisi, setelah 3 jam kemudian dan 65% setelah 3 hari kemudian.

Salah satu dampak dari media tersebut seperti yang dikatakan oleh Herry

Kuswita dalam Jurnal Teknodis yang berjudul Dampak Isi Pesan Media Massa

(1999) bahwa banyak sinetron remaja yang mempertontonkan hal-hal yang

mungkin tidak atau belum patut ditonton remaja yang masih dalam proses

mencari-cari, bahkan mungkin ”meraba-raba” untuk mencari identitas diri. Tentu

saja hal ini akan membawa dampak yang signifikan bagi para penontonnya,

terutama remaja yang masih dalam proses pencarian jati diri.

Menurut Steven. M. Chaffe (Ardianto, 2005:49) efek media massa dapat

dilihat dari tiga pendekatan. Pendekatan pertama adalah efek dari media massa yang berkaitan dengan pesan ataupun media itu sendiri. Pendekatan kedua adalah dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa

yang berupa perubahan sikap, perasaan, dan perilaku atau dengan istilah lain

dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif, dan behavioral. Pendekatan ketiga

adalah observasi terhadap khalayak (individu, kelompok, organisasi, masyarakat,

atau bangsa) yang terkena efek komunikasi massa.

Sehubungan dengan hal di atas, banyak gaya dari para remaja kota

Medan yang meniru pola atau gaya hidup remaja yang ada di ibukota. Selain itu,

banyak juga para pelajar Kota Medan meniru gaya bicara dan gaya berpakaian

tokoh-tokoh cerita yang ada dalam cerita film maupun sinetron-sinetron remaja

(20)

Berdasarkan uraian diatas dan sesuai dengan realitas sosial yang tampak

pada saat sekarang ini penulis tertarik memilih judul penelitian yang akan

dituangkan ke dalam skripsi sebagai berikut: ”Hubungan Antara Menonton Sinetron Percintaan di Televisi dengan Perilaku Siswa SMA Negeri 8 Medan”.

.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan menonton sinetron percintaan di televisi dengan perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan?

.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .3.1Tujuan penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk

mengetahui sejauh mana hubungan menonton sinetron percintaan di televisi

terhadap perilaku siswa di SMA Negeri 8 Medan.

.3.2 Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi:

1. Dapat mengetahui intensitas menonton sinetron oleh para remaja

(21)

2. Dapat mengetahui perilaku yang tampak pada remaja setelah menonton

sinetron dan dampak yang ditimbulkan dari media terhadap perilaku.

3. Sebagai masukan dan pemberi informasi bagi pembuat kebijaksanaan yang

(22)

.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan, manfaat dan sistemtika penulisan penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang uraian dan teori yang berkaitan dengan

masalah dan objek yang akan diteliti. Selain itu, bab ini juga

berisikan kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi

operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan metodologi penelitian yang terdiri dari

pemilihan lokasi penelititan, populasi dan sampel, tehnik

pengumpulan data dan tehnik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum lokasi penelitian dimana

penulis melakukan penelitian.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil

penelitian beserta analisis pembahasannya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Media Televisi

Televisi adalah salah satu bentuk media komunikasi massa yang selain

mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan adanya unsur-unsur kata, musik dan

sound efect juga mempunyai keunggulang lain yaitu unsur visual yaitu berupa

gambar yang hidup dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pemirsanya

(Dewi, 2004:9). Dalam usaha untuk mempengaruhi khalayak dengan jalan

menggugah emosi dan pikiran pemirsanya, televisi lebih memiliki kemampuan

menonjol dibandingkan dengan media massa lainnya.

TV merupakan sebuah alat untuk menyiarkan gambar suara, karena itu

tidak terdapat kontak langsung antara sesama manusia, televisi secara teoritis

dapat membawa penyiaran program yang tidak terbatas.

Sebagai salah satu bentuk media komunikasi massa, televisi mempunyai

fungsi sebagai media informasi karena memiliki kekuatan yang ampuh

menyampaikan pesan yang seolah-olah dialami sendiri dengan jangkauan yang

luas dalam waktu bersamaan. Media bukan sekedar mengubah atau memperkuat

opini, sikap dan perilaku, melainkan telah menjadi salah satu agen sosialisasi

dalam menciptakan dan membentuk sikap, nilai, perilaku dan persepsi kita

(24)

2.2Pengertian Sinetron

Sinema elektronik atau lebih populer dalam akronim sinetron adalah sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi

(http://id.wikipedia.org). Di Indonesia, istilah ini pertama kali dicetuskan oleh

Arswendo Atmowiloto (penulis). Dalam bahasa Inggris, sinetron disebut soap opera, sedangkan dalam bahasa Spanyol disebut telenovela.

Ciri sinetron yang sangat khas adalah sistem pengerjaannya yang kejar

tayang. Berbeda dengan sinetron luar negeri yang memiliki musim (season) sehingga penayangan dilakukan setelah syuting satu musim selesai, sinetron

Indonesia menggunakan sistem syuting per episode. Jadi jalan cerita bisa diubah

dengan mudah. Akibatnya, alur cerita menjadi berlebihan atau tidak masuk akal.

Sinetron lebih sering ditayangkan saat prime time. Durasi sinetron pada umumnya setengah jam per episode.

Di Indonesia setelah menjamurnya stasiun televisi swasta, sinetron

semakin banyak digemari, terutama oleh kaum perempuan. tercatat pada saat ini

kurang lebih ada 35 judul sinetron yang tayang setiap hari di semua stasiun

televisi swasta nasional. Dalam rating mingguan yang dikeluarkan lembaga

survey AC Nielsen, sinetron selalu menduduki daftar peringkat teratas

(25)

Dalam perkembangannya, sinetron sangat bergantung pada tema dan setting sosial yang dibangun atas ”permintaan pasar”. Bahkan, intervensi itu masuk kearah

kreatif, sampai pada penggunaan bintang-bintang pemerannya.

Di Indonesia jenis sinetron antara lain adalah sinetron drama yang

menceritakan tentang konflik dalam kehidupan, sinetron horor yang menceritakan

tentang kisah-kisah yang bersifat alam gaib/mistis, sinetron komedi yang bercerita

tentang kisah yang humor dan konyol, sinetron reliji yang menceritakan

kisah-kisah reliji dan sinetron percintaan yang menceritakan kisah-kisah tentang

percintaan/pacaran yang biasanya bertema romantisme.

2.3Pengertian Remaja

Menurut Soekamto (1996:6), remaja adalah manusia muda yang sedang

beranjak dari dunia kanak-kanak ke alam kedewasaan. Masa remaja yang disebut

juga masa adolesensi atau masa pubertas berkisar antara umur 11-21 tahun.

Manusia mengalami perkembangan sejak pranatal yaitu dalam bentuk

embrio. Perkembangan tersebut berlanjut tahap demi tahap dan menjadi sangat

pesat pada masa remaja sehingga semakin terbentuk kematangan fisik, seksual,

emosi, dan sosial.

Gunarsa (1991:6), membagi masa hidup seseorang dalam beberapa tahap

perkembangan yang meliputi:

1. Masa bayi

2. Masa anak yaitu: masa balita dan masa pra remaja

(26)

4. Masa dewasa yaitu: dewasa muda, dewasa madya, dan dewasa lanjut.

Dari seluruh masa/tahap perkembangan ini, dalam perspektif psikologi

perkembangan, masa remaja merupakan masa yang paling berbahaya. Masa

remaja adalah masa dimana terjadi gejolak yang meningkat yang biasanya dialami

oleh setiap orang. Masa ini dikenal pula sebagai masa transisi yaitu terjadinya perubahan-perubahan yang sangat menonjol yang menyangkut perubahan fisik,

emosional, sosial, dan personal, sehingga pada gilirannya menimbulkan

perubahan yang drastis pula kepada perilaku remaja yang bersangkutan

(Sulaiman, 1995:1).

Sejalan dengan hal di atas Soekamto (1996:10), mengatakan bahwa

golongan remaja sebenarnya tergolong golongan transisional (masa peralihan).

Artinya keremajaannya merupakan gejolak sosial yang bersifat sosial yang

bersifat sementara, oleh karena berada pada antara usia anak-anak dan dewasa.

Sifat sementara dari kedudukannya mengakibatkan remaja masih mencari

identitasnya, karena oleh anak-anak, mereka sudah dianggap dewasa sedangkan

oleh orang dewasa mereka dianggap masih kecil.

Kemudian dari segi fisik remaja dipandang sebagai individu dalam proses

pertumbuhannya telah mencapai kematangan. Periode ini menunjukkan suatu

masa kehidupan yang sulit untuk membedakan remaja itu sebagai anak-anak,

tetapi tidak juga sebagai orang dewasa. Mereka tidak dapat dan tidak mau lagi

diperlakukan sebagai anak-anak sementara mereka belum mencapai kematangan

yang penuh untuk dapat dimasukkan dalam kategori orang dewasa (Sulaiman,

(27)

dimana seseorang meninggalkan masa kehidupan anak-anak menuju tahap

selanjutnya, yang sering ditandai dengan berbagai krisis kepribadian. Pada masa

ini seorang remaja sering mengalami krisis karena belum memiliki pegangan atau

pendirian yang teguh.

2.4Perkembangan Remaja

Bahri (1998:38), membagi jenis perkembangan pada masa remaja menjadi

4 bagian yang meliputi:

2.4.1 Perkembangan Jasmani

2.4.1.1 Perubahan-perubahan jasmaniah.

Salah satu ciri penting dalam perkembangan pada masa remaja adalah

terjadinya perubahan jasmaniah yang menimbulkan akibat yang

bermacam-macam.

Akibat-akibat tersebut antara lain adalah:

a. Mereka harus menyesuaikan dirinya dengan perubahan proporsi

badannya.

b. Secepatnya mereka tampaknya seperti orang dewasa dalam besar dan

bentuk tubuhnya, seperti itu pula mereka diharapkan dengan

tuntutan-tuntutan baru.

c. Reaksi para remaja terhadap perubahan-perubahan jasmaniah tersebut

bermacam-macam. Ada yang menerimanya dengan perasaan bingung

(28)

2.4.1.2 Gejala fisik

Penelitian sekitar masalah pertumbuhan fisik di antara muda-mudi

pada masa ini menunjukkan, bahwa:

- Laju pertumbuhan tinggi badan lebih cepat bila dibandingkan dengan

masa-masa sebelumnya.

- Perubahan dalam proporsi tubuh. Mula-mula lengan dan kaki tumbuh

dengan cepat kemudian diikuti oleh batang batang tubuh dengan cepat

pula.

- Salah satu indikasi dari perkembangan anak wanita pada permulaan

masa ini adalah mulai berkembangnya buah dada.

2.4.1.3Kesan dan gambaran diri

Antara tubuh serta ciri-ciri fisik para remaja dengan gambaran

tentang dirinya terdapat hubungan yang sangat penting. Selam masa

kanak-kanak seseorang membentuk gambaran tentang dirinya. Ruff (dalam

Sulaiman, 1995: ) mengemukakan bahwa untuk dapat diterima di dalam

kelompok-kelompok remaja (peer group) selama remaja ini, seseorang jangan terlalu berbeda dengan yang lainnya dalam hal ”phsycal appearence”. Apabila ada remaja yang terlalu berbeda dengan teman-temannya, maka ia akan ditolak oleh kelompok atau diberikan nama

panggilan yang bersifat menghina seperti si Gendut, si Kurus dan

(29)

2.4.1.4Kematangan seksual

Perubahan yang sangat penting yang mempunyai arti bagi

permulaan datangnya masa remaja adalah perubahan kelenjar kelamin (sex glands). Permulaan masa remaja pada wanita ditandai dengan terjadinya menstruasi yang pertama.

2.4.1.5Perubahan tinggi dan berat badan

Adapun pertambahan berat badan pada tiap-tiap tahun

memperlihatkan gambaran yang berbeda-beda. Sementara tinggi dan berat

badan bertambah, terjadi pula perubahan-perubahan umum dalam proporsi

dari berbagai bagian tubuh dan biasanya hal ini juga berpengaruh pada

kegiatan, minat dan ada hubungannya dengan perbedaan kepribadian.

2.4.2 Perkembangan Sosial

2.4.2.1 Perkembangan sosial pada remaja

Perkembangan ke arah masa remaja diiringi dengan bertambahnya

minat terhadap personal apprearence (penampilan diri), peer group

(kelompok remaja) serta kegiatan-kegiatan kelompok sosial lainnya yang

anggota-anggotanya terdiri atas jenis kelamin yang sama maupun yang

berbeda. Proses perkembangan sebelumnya, disamping faktor lainnya ikut

menentukan sampai sejauh manakah sukses yang dialami seseorang dalam

menyesuaikan dirinya dalam kegiatan sosial. Apabila kepada mereka

(30)

baik dari jenis kelamin yang sama atau yang berlainan. Dalam

perkembangan sosial, kontak dengan orang lain adalah sangat penting.

Untuk itu terdapat hal-hal yang sangat esensial seperti bahasa,

simbol-simbol, larangan-larangan atau norma sosial lainnya.

2.4.2.2Tuntutan-tuntutan sosial terhadap para remaja

Frank (dalam Sulaiman, 1995:32) menekankan pentingnya

tuntutan-tuntutan sosial terhadap sikap dan tingkah laku para remaja. Di satu

pihak mereka harus menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi di dalam

dirinya yaitu perubahan fisik, mental serta munculnya dorongan sex sebagai

dorongan yang cukup kuat di dalam hidupnya. Peranan remaja di dalam

kelompoknya berubah, orang-orang dewasa mengharap mereka berperan

sebagai orang dewasa. Padahal mereka belum berpengalaman untuk hidup

serta berpartisipasi sebagai orang dewasa di dalam masyarakat dewasa.

Itulah sebabnya para remaja ini merupakan sumber kebingungan serta

kecemasan bagi orang-orang dewasa terutama orang-orang tua dan guru.

2.4.2.3Masalah-masalah yang berhubungan dengan perkembangan sosial

1. Keinginan untuk hidup sesuai dengan orang lain. Para remaja pada masa

ini memiliki keinginan yang kuat untuk mengikuti dan menyesuaikan

dirinya dengan kelompoknya. Mereka akan berusaha untuk

menghindarkan segala sesuatu yang tidak sesuai dengan kelompoknya.

(31)

peraturan yang berlaku bagi kelompoknya. Sikap untuk tetap serasi

dengan kelompoknya, mengatasi segalanya di dalam periode ini.

2. Masalah-masalah dalam sosialisasi. Masalah-masalah dalam sosialisasi

sering dialami oleh anak wanita daripada laki-laki. Lingkungan

kehidupan sosial yang sempit, kekurangan teman, keinginan akan

pakaian baru merupakan masalah-masalah yang sering dialami oleh para

remaja. Disamping itu penghargaan dari masyarakat, ingin mencari

kawan, ingin untuk diterima dalam kelompok dan sebagainya merupakan

kebutuhan-kebutuhan yang nyata pada mereka.

3. Tuntutan dan harapan budaya. Adanya perbedaan dalam sikap,

kebiasaan, cita-cita, larangan-larangan serta norma-norma sosial lainnya

akan menimbulkan kesulitan dan kebingungan terhadap para remaja.

Demikian pula tentang apa-apa yang diharapkan masyarakat

berbeda-beda.

2.4.3 Perkembangan Mental

2.4.3.1 Kemampuan intelektual dan penilaian diri

Banyak hal-hal yang aneh ketika para remaja mentest

kemampuan-kemampuan mentalnya dalam situasi yang kompetitif. Banyak remaja yang

kemampuan akademisnya melebihi yang lain tetapi merasa rendah diri.

Salah satu penyebabnya mungkin karena mereka tidak membandingkan

dirinya dengan dengan golongan rata-rata kelas tetapi denga golongan yang

(32)

bukan saja dipengaruhi harapan mengenai akan menjadi siapa dan menjadi

apa. Bila ia berpandangan, bahwa ia adalah anak bodoh maka keyakinan itu

akan menutupi jalur-jalur kehidupan yang di dalam kenyataan sebenarnya

cukup terbuka baginya.

2.4.3.2 Kecenderungan-kecenderungan dalam pertumbuhan pemahaman

Tatkala para remaja mengalami kematangan secara intelektual,

banyak perubahan terjadi dalam cara-cara ia berpikir dan pembentukan

konsep-konsep.

1. Pertambahan dalam kemampuan menggenaralisasi.

Remaja yang normal mampu untuk membuat generalisasi dibandingkan

dengan pompa tatkala ia masih kanak-kanak. Ia mampu berpikir dalam

istilah-istilah yang lebih merangkum.

2. Pertambahan kemampuan untuk berhubungan dengan hal-hal yang abstrak.

Pada masa remaja, bertambahlah kemampuan mereka untuk belajar yang

meliputi simbol-simbol. Kemampuan berpikir abstrak ini nampak bukan

saja dalam hal yang komunitas tetapi juga yang bersifat kualitas.

3. Pertambahan kemampuan dalam pemahaman konsep tentang waktu.

Sekalipun kemampuan untuk mengantisipasi, membayangkan apa-apa

yang mungkin terjadi dan membuat rencana untuk masa-masa

mendatang mulai berkembang pada masa kanak-kanak tapi

(33)

mengantisipasi status masa datang sebagai orang dewasa, adalah bahwa

mereka membuat rencana-rencana yang idealistis untuk memperbaiki

masyarakat di mana mereka hidup.

4. Pertambahan kemampuan untuk berhubungan dengan ide-ide tanpa keterlibatan dirinya secara langsung.

Pada masa remaja, pikiran-pikiran anak meliputi bukan saja dirinya dan

lingkungan keluarganya yang dekat, melainkan juga orang-orang di

dunia yang lebih luas. Pembicaraan mereka telah jauh dari

masalah-masalah yang terjadi di dalam keluarganya. Mereka telah mampu

mendiskusikan secara intelektual kejadian-kejadian yang berlangsung di

berbagai negara.

5. Pertambahan kemampuan untuk berpikir dan komunikasi secara logis.

Suatu ciri penting dari pikiran remaja yang normal adalah

kemampuannya untuk menyimpan suatu konsep di dalam pikirannya

serta menggunakannya secara abstrak dan kemampuannya untuk

menyadari proses berpikirnya, dan menelusuri kembali langkah-langkah

berpikirnya.

2.4.4 Perkembangan Emosional

Menurut penelitian Jersild (Bahri, 1998:43), para remaja sangat

menekankan pentingnya hal-hal yang mereka rasakan. Bila mereka ditanya

(34)

sering menyebutkan ciri-ciri emosionalnya dari pada ciri-ciri fisiknya atau

kemampuan mentalnya.

2.4.4.1Kondisi-kondisi yang mendasari emosi.

Selama masa remaja, seperti halnya sepanjang kehidupan kita,

kondisi-kondisi yang membangkitkan emosi sangat berbeda-beda. Emosi

terlibat dalam segala hal, di mana remaja terlibat di dalamnya. Di antara

lingkungan yang sangat penting dalam membangkitkan emosi para remaja

adalah semua hal yang bertentangan dengan atau menyinggung

perasaan-perasaan bangga akan dirinya, atau harapan-harapan yang ia tempatkan pada

dirinya, atau hal-hal yang membangkitkan perasaan was-was mengenai

dirinya.

2.4.4.2Penyembunyian emosi

Di dalam kehidupan, karena pengaruh kultur, banyak sekali hal-hal

di mana anak-anak semenjak kecil telah dilatih untuk tidak melampiaskan

emosinya sekehendak hatinya. Dengan kata lain, semenjak kecil anak-anak

sudah dibiasakan untuk menekan atau menyembunyikan perasaannya,

lebih-lebih mengenai hal-hal yang berhubungan dengan yang dianggap tabu.

2.5 Perilaku

2.5.1 Pengertian Perilaku

Setiap manusia mempunyai apa yang dinamakan perilaku (behavior) yang

merupakan suatu totalitas dari gerak motoris, persepsi dan fungsi kognitif dari

(35)

Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi

dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak

tampak, dari yang dirasakan sampai yang paling tidak dirasakan

(http://silabus.upi.edu). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI, 1990), Perilaku adalah kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan

dengan individu tersebut, yang diwujudkan dalam gerak dan ucapan.

2.5.2 Jenis Perilaku

Skinner (dalam Walgito, 2003:15) perilaku dibagi atas dua bagian:

1. Perilaku yang alami (innate behaviour), yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme itu dilahirkan.

2. Perilaku operan (operant behaviour), yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar.

Pada manusia perilaku psikologis inilah yang dominan, sebagian besar

perilaku manusia merupakan perilaku yang dibentuk, perilaku yang diperoleh,

perilaku yang dipelajari melalui proses belajar.

2.5.3 Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku

1. Faktor Perilaku Model Geometrik

Defenisi sikap dan perilaku menunjukkan mendapat pengaruh yang kuat

dari motif kepentingan. Namun bukan hanya kepentingan yang disadari

yang dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku seseorang. Kondisi

(36)

kondisi yang datang dari luar (lingkungan) dan kepentingan yang disadari

(dari dalam) oleh yang bersangkutan.

Hal ini dapat digambarkan sebagai model geometrik yang

tergambar di bawah ini:

Perkembangan exiting condition bisa berbeda dengan kepentingan (yang mengandung tujuan atau kondisi ideal yang dikehendaki: ideal atau

normative condition, jadi tidak di intervensi. Untuk mencapai kondisi ideal (out put) itu diperlukan perangkat manajemen dan tindakan teknis

operasional. Dalam hubungan itu, kepentingan berfungsi sebagai faktor

penarik (out put), manajemen penggerak (proses) dan exiting condition

atau lingkungan sebagai input sekaligus pembatas, dengan anggapan

bahwa pendirian dan sikap tetap. Dari sini muncul model matematik.

2. Faktor Perilaku Model Matematik

P = (F) K, L, M P: Perilaku L: Lingkungan

K: Kepentingan F: Fungsi

(37)

Rumus itu dibaca: jika kepentingan, manajemen dan lingkungan berubah

atau tetap, atau demi kepentingan, kelancaran manajemen, atau kondisi

lingkungan, sikap dan selanjutnya perilaku dapat berubah atau tetap.

Dua di antara bentuk-bentuk di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Perilaku sebagai upaya memenuhi kepentingan atau guna mencapai

sasaran, perilaku ini terbentuk oleh gerak dari dalam dan berjalan

secara sadar. Penggerak dari dalam itu adalah sistem nilai yang

ditambahkan dan atau tertanam. Nilai tertanam dan berarti nilai

menjadi keyakinan, pendirian atau pegangan.

2. Perilaku sebagai respon tehadap lingkungan, perilaku ini merupakan

respon terhadap treatment dari atau kondisi lingkungan. Pembentuk perilaku dari luar itu ada yang berupa stimulus berdasarkan rumus

stimulus-respons (S-R) dan ada yang berwujud challenge-responese

(C-R).

2.6 Teori Belajar Sosial

Teori ini dikemukakan oleh Albert Bandura, kajian ini menjelaskan

bagaimana kita belajar dari pengalaman langsung seperti halnya dari pengamatan

atau permodelan.

Teori pembelajaran sosial menjelaskan perilaku merupakan hasil dari

faktor lingkungan dan faktor kognitif. Teori ini mempertimbangkan unsur-unsur

penguatan dalam berperilaku dan stimulus sebagai hal yang penting, tetapi hal itu

(38)

manusia. Teori pembelajaran sosial secara khusus relevan dengan komunikasi

massa karena banyak perilaku yang kita pelajari melalui permodelan (modelling) merupakan pengamatan pertama di mesia massa (Winarso, 2005:173).

Media massa menduduki peran penting dalam teori pembelajaran sosial.

Karena sebagian besar dari kita terbatas dalam hal yang dapat kita amati secara

langsung selama kegiatan rutin sehari-hari, banyak dari yang kita pelajari diamati

dari media massa, khususnya media visual.

Teori pembelajaran sosial menganggap media sebagai agen sosialisasi

yang paling utama setara dengan keluarga, kelompok sebaya, dan guru-guru

sekolah (Winarso, 2005:175).

Sebuah contoh berikut dari pendekatan belajar yang menganggap

fenomena imitasi sebagai alat primer untuk belajar tingkah laku sosial. Menurut tokoh teori ini yakni Albert Bandura, anak belajar tingkah laku baru dengan

melihat orang lain (model) yang melakukannya dan mengamati konsekuensi dari

sejumlah tingkah laku (Dayakisni, 2003:13).

2.7 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Remaja Menonton Televisi

Hurlock (1993:343), menjelaskan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi minat remaja menonton televisi adalah sebagai berikut :

a. Usia

Usia remaja yang sering disebut dalam masa transisi dan dalam proses

menentukan identitas diri (pribadi) sehingga wajar saja kalau mereka

(39)

Guna memenuhi aspirasinya itulah remaja terus mencari apa yang dapat

memenuhi kebutuhannya. Salah satunya adalah dengan menonton

televisi, sebab setiap insan juga memiliki escapist needs (kebutuhan

pelepasan) yang berkaitan dengan upaya menghindarkan ketegangan dan

hasrat akan keanekaragaman.

b. Jenis kelamin

Anak laki-laki lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menonton

televisi dibanding dengan anak perempuan. Anak laki-laki menganggap

membaca lebih sulit dibanding anak perempuan, juga siaran televisi yang

berpusat kepada adegan yang meneganggan lebih disukai anak laki-laki.

c. Status sosial ekonomi

Televisi lebih populer bagi remaja yang berasal dari kelompok sosial

ekonomi rendah dibanding kelompok yang lebih tinggi. Hal ini karena

anak dalam kelompok sosial ekonomi rendah kurang memiliki

kesempatan untuk melakukan bentuk rekreasi atau bermain lainnya.

d. Kepribadian

Televisi lebih menarik anak yang penyesuaiannya lebih buruk secara

pribadi dan sosial dibanding mereka yang baik penyesuaiannya. Anak

yang introvert lebih banyak menonton televisi dibanding anak ekstrovert.

Kemudian hal lain yang mempengaruhi minat remaja menonton televisi

adalah karena program siaran yang ditayangkan di televisi sangat

beraneka ragam, sehingga remaja dapat berkenalan dengan berbagai

(40)

dalam negeri maupun di dalam negeri. Berbagai alasan yang dianggap

sangat mempengaruhi minat remaja menonton televisi, antara lain karena

banyaknya siaran hiburan, film-film bagus, siaran pendidikan dan

informasi, serta acara-acara menarik lainnya.

2.8Hubungan Antara Tayangan Sinetron Percintaan di Televisi dengan Perilaku Remaja

Televisi adalah merupakan bagian dari perlengkapan rumah, yang kerap

kali dicerna namun sering pula berlebihan. Pesawat televisi tidak lagi merupakan

barang mewah bagi keluarga dan kecenderungan pemilikan tv terus meningkat

dari waktu ke waktu, apalagi dengan munculnya berbagai siaran yang menarik

membuat masyarakat atau setiap keluarga tertarik untuk memilikinya.

Pesan-pesan yang disampaikan televisi didasarkan oleh fungsi yang

diemban televisi yaitu informasi, pendidikan, dan hiburan. Namun yang terjadi

kini fungsi televisi adalah kebanyakan menghibur, kalaupun disajikan segi-segi

informasi dan pendidikan, hanyalah sebagai pelengkap saja (Effendi, 1993:54).

Pendapat tersebut diatas tidak tanpa alasan, karena kalau memperhatikan

tayangan televisi kita selama ini kebanyakan bemaksud memberikan hiburan.

Sehingga muncul kekhawatiran akan pengaruh yang ditimbulkan terhadap

penonton, apakah itu karena berita, film atau tayangan lainnya. Dari hasil

penelitian indipenden yang secara berskala dilakukan Team Survey Research

(41)

menunjukkan bahwa tayangan yang punya unsur seks dan kekerasan ternyata

menjadi favorit pemirsa (Jurnal ISKI, 1995:7).

Adalah suatu hal yang tidak dapat disangkal, bahwa acara yang disajikan

di televisi sangat mempengaruhi perkembangan psikologi yang sehat, juga sebagai

salah satu sumber pengenalan nilai-nilai baru. Semuanya ini akan memperkaya

kehidupan intelektual. Akan tetapi disamping itu televisi juga dapat merusak

kehidupan remaja yaitu dengan adanya tingkah laku / perilaku negatif yang dapat

diperoleh dari menonton televisi.

Acara tv dapat dinikmati oleh semua lapisan usia termasuk remaja, hal ini

dapat dilihat dari program siaran yang disajikan mulai dari siaran program untuk

orang tua, remaja, dan anak-anak. Namun tingkat kemampuan menyerap

(memfilterisasi) dan mengolah acara tv berbeda sesuai dengan tingkat usia. Pada remaja yang berada pada masa transisi untuk pembentukan kepribadian sehingga

remaja menjadi rentan terhadap stimuli perkembangan psikologisnya dan juga

perilaku sehari-hari, karena proses peniruan itu cepat menyerang remaja dan

seseorang melakukan tingkah laku sejauh ia mengidentifikasi dirinya dengan

orang-orang tertentu (Kusumah, 1981:97).

2.9 Kerangka Pemikiran

Suatu penelitian tanpa memiliki kerangka berpikir yang kuat akan sulit

bagi peneliti dalam menentukan kemana penelitian itu akan diarahkan. Menurut

(42)

1. Merupakan alat untuk mencapai satuan dan sistematis. Teori penting sekali

dalam memperjelas pengetahuan sebagai dasar organisasi pemikiran.

2. Teori membimbing penelitian

Berdasarkan fungsi-fungsi teori tersebut maka peneliti akan mencari dan

mengunakan teori-teori yang relevan sebagai pokok pikiran untuk memecahkan

masalah.

Untuk menjelaskan pengaruh yang ditimbulkan media massa terhadap

perilaku penonton digunakan ”teori efek komunikasi”. Model ini tidak tertarik

pada apa yang dilakukan orang terhadap media, tetapi tertarik pada apa yang

dilakukan media pada diri orang. Dalam asumsi ini tersirat bahwa komunikasi

massa menimbulkan efek pada diri khalayanya. Robert (dalam Rahmat,

1990:247), beranggapan bahwa ”efek” hanyalah ”perubahan perilaku manusia

setelah diterpa pesan media massa”.

Menurut Chaffe (dalam Rahmat, 1990:248), efek media massa adalah

pendekatan pertama, dan pendekatan kedua adalah melihat jenis perubahan yang

terjadi pada diri khalayak komunikasi massa yang meliputi penerimaan informasi,

perubahan perasaan atau sikap, dan perubahan perilaku atau dengan istilah lain,

perubahan kognitif, afektif, dan konatif. Sedang pendekatan ketiga meninjau

satuan observasi yang dikenai efek komunikasi massa-individu, kelompok,

organisasi, masyarakat atau bangsa. Sikap dan perilaku tidak terjadi dengan

sendirinya (otomatis), tetapi perlu dibentuk dan dikembangkan. Pembentukan dan

(43)

non formal, juga dapat melalui pengalaman langsung, maupun melalui

pengalaman orang lain yang diperoleh lewat informasi dalam proses komunikasi.

Informasi yang diperoleh seseorang atau kelompok orang dapat

membentuk atau menentukan sikap atau kelompok tersebut. Informasi yang

menyebabkan terbentuknya sikap adalah yang berhubungan dengan sikap-sikap

lain yang telah ada terlebih dahulu. Informasi yang sesuai dengan sikap yang telah

ada dapat membentuk atau merubah sikap individu.

Informasi yang diterima individu lewat kegiatan komunikasi, dapat

melalui komunikasi dengan antar personal, komunikasi kelompok dan komunikasi

dengan media massa, maka media dan pesan-pesannya merupakan stimuli yang

datang dan menyentuh indera dan organisma individu, dan selanjutnya akan

berpengaruh memberi akibat pada terjadinya respons individu terhadap ide atau

gagasan yang terkandung dalam media massa dapat berupa perubahan sikap.

Dalam ilmu komunikasi proses itu dikenal lewat teori S-R (Stimulus-Respons),

dimana dalam penelitian ini dipergunakan juga sebagai landasan teoritis. Menurut

Effendy (1993:254), perubahan sikap itu meliputi komponen-komponen sikap,

yaitu kognitif, afektif dan konatif. Jadi media massa dapat memberi pengaruh atau

efek kognitif, efek afektif dan efek konatif.

Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui,

dipahami, atau persepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi

pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif timbul bila

ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci. Efek ini ada

(44)

behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati; yang meliputi

pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku (Rahmat, 1990:249).

Menurut Gunarsa (1991:4), perilaku adalah setiap cara reaksi atau

respons manusia terhadap lingkungannya atau perilaku adalah aksi, reaksi

terhadap perangsangan dari lingkungan. Lingkungan adalah segala sesuatu yang

bisa merangsang seseorang sehingga menimbulkan suatu tingkah laku yang terdiri

dari kumpulan respons. Lingkungan meliputi segala hal yang di luar diri

seseorang maupun di dalam dirinya, bersifat fisik maupun ide orang yang

berpengaruh menjadi sumber rangsangan dapat memunculkan suatu reaksi.

Demikian juga dengan perilaku remaja banyak dipengaruhi oleh hal-hal

di luar dirinya maupun dari dirinya sendiri. Pengaruh lingkungan besar sekali

termasuk lingkungan keluarga, sekolah, sosial budaya dan media massa. Apalagi

remaja-remaja yang sedang mengikuti pendidikan dalam sekolah menengah,

sekolah mempunyai pengaruh yang kuat dalam membentuk konsep-konsep remaja

tentang siapa dirinya dan menjadi apa kelak (Sulaiman, 1995:83). Guna

memenuhi aspirasinya itulah remaja terus mencari apa yang dapat memenuhi

kebutuhannya baik melalui orang tua, saudara, teman, guru, ataupun dengan

menonton televisi.

Remaja (adoselen) adalah suatu masa dimana individu dalam proses

pertumbuhannya (terutama fisik) telah mencapai kematangan. Periode ini

menunjukkan suatu masa kehidupan, dimana kita sulit memandang remaja sebagai

anak-anak tetapi tidak juga sebagai orang dewasa. Dengan kata lain periode ini

(45)

(childhood) kemasa dewasa (adulthood). Pada periode ini terjadi perubahan yang

sangat berarti dalam segi psikologis, emosional, sosial dan intelektual (Sulaiman,

1995:1). Kemudian Gunarsa (1991:67), menambahkan bahwa dalam masa transisi

inipun remaja mempunyai kesenangan-kesenangan antara lain:

 Ingin tahu segala peristiwa di lingkungan luas

 Berkeinginan mencoba segala hal yang belum diketahuinya

 Keinginan menjelajah ke alam sekitar, bukan hanya lingkungan dekat bahkan

lingkungan yang lebih luas lagi

 Aktivitas berkelompok dengan berkumpul melakukan kegiatan bersama

Selanjutnya Sarwono (1991:219), menyatakan remaja berada dalam

proses menentukan identitas diri, memiliki jiwa yang penuh gejolak (strum and

drang) dan bahwa lingkungan sosial remaja juga ditandai dengan perubahan sosial

yang cepat (khususnya kota-kota besar yang sudah dilanda sarana dan prasarana

komunikasi), yang mengakibatkan kesimpangsiuran norma. Kondisi intern dan

ekstern yang sama-sama bergejolak inilah yang menyebabkan masalah remaja

lebih rawan dari pada tahap-tahap lain dalam perkembangan jiwa manusia.

Dengan demikian, media massa dalam hal ini tayangan sinetron di

televisi dapat memberikan perubahan sikap dan perilaku individu (remaja).

Adapun tv yang menayangkan sinetron percintaan, hanyalah salah satu variabel

luar individu yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan sikap, bagaimana

media itu berpengaruh terhadap sikap individu (remaja), tergantung juga pada

banyak hal, antara lain tergantung pada bagaimana individu merespons media

(46)

yang diterimanya mempunyai kadar yang berbeda-beda. Adakalanya seseorang

individu menerima informasi dan langsung berpartisipasi, adapula yang menerima

hanya dalam batas-batas tertentu, bahkan ada yang bersifat skeptis terhadap

informasi yang diterimanya.

(47)

2.10 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.10.1 Defenisi Konsep

Konsep adalah abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas

dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan kelompok atau

individu tertentu (Singarimbun, 1989:32). Defenisi konsep bertujuan untuk

merumuskan dan mendefenisikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar

agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah pengertian yang

dapat mengaburkan tujuan penelitian.

Maka batasan konsep yang disusun adalah:

1. Sinema elektronik atau lebih populer dalam akronim sinetron adalah sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi

(http://id.wikipedia.org). Sesuai dengan uraian sebelumnya maka dalam

penelitian ini yang dimaksud dengan sinetron percintaan adalah yang

menceritakan kisah tentang percintaan/pacaran yang biasanya bertema

romantisme.

2. Menurut Soekamto (1996:6), remaja adalah manusia muda yang sedang

beranjak dari dunia kanak-kanak ke alam kedewasaan. Masa remaja yang

disebut juga masa adolesensi atau masa pubertas berkisar antara umur

11-21 tahun. Dalam penelitian ini remaja adalah individu yang berusia 15-20

tahun yang dikaitkan dengan status kepelajarannya yaitu mereka yang

duduk dibangku SMAN 8 Medan.

3. Perilaku adalah kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan

(48)

Bahasa Indonesia, 1990). Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah

perubahan perilaku remaja kognitif (sikap), afektif (perasaan), dan

behavioral (perilaku).

2.10.2 Defenisi Operasional

Menurut Singarimbun (1989:46), defenisi operasional merupakan unsur

penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel

yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain. Hal ini diperlukan

untuk mempermudah pengukuran gejala-gejala yang diamati.

Untuk mengukur variabel dalam penelitian ini, yaitu hubungan

menonton sinetron terhadap perilaku siswa di SMAN 8 Medan dengan melihat

beberapa syarat:

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini, adalah mononton sinetron di tv dengan

indikator sebagai berikut:

a. Frekuensi menonton

b. Waktu penayangan

c. Tema

d. Teman Menonton

e. Teman diskusi

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perubahan perilaku, dengan

(49)

a. Aspek kognitif

- Perubahan Pengetahuan

- Perubahan Sikap

b. Aspek afektif

- Terpaan

- Perhatian

- Pemahaman

c. Aspek konatif

- Menerima Langsung

- Memilih Langsung

- Menolak Langsung

3. Variabel antara:

a. Jenis kelamin

b. Usia

c. Agama

d. Pekerjaan orang tua

e. Pendapatan orang tua

f. Uang saku

g. Pola kepemimpinan orang tua

(50)

Variabel Bebas dan Variabel Terikat

Dependent Variabel (Variabel Bebas)

Menonton Sinetron di tv

(51)

d. Pekerjaan orang tua

e. Pendapatan orang tua

f. Uang saku

g. Pola kepemimpinan orang tua

h. Pola komunikasi

2.11. Hipotesis

Variabel adalah kesimpulan sementara atau proposisi tentatif tentang

hubungan antara dua variabel atau lebih. Selanjutnya menurut Bungin (2005:75),

variabel adalah kesimpulan penelitian yang belum sempurna, sehingga perlu

disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesi itu melalui penelitian.

Adapun variabel dalam penelitian ini:

Ha: Terdapat hubungan antara menonton sinetron di televisi dengan

perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan.

Ho: Tidak terdapat hubungan antara menonton sinetron di televisi dengan

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah korelasional, yang bertujuan untuk mencari

atau meneliti sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan

variasi pada satu arah atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di SMA Negeri 8 Medan. Adapun alasan

penulis memilih lokasi penelitian ini adalah karena di SMA Negeri 8 Medan ini

siswa bersangkutan ada yang cenderung bersikap permissif dan bebas dari aturan

sekolah.

3.2.1 Jadwal Waktu Penelitian

Pengumpulandata di SMA Negeri 8 Medan dimulai pada hari Senin, 25

Februari 2008 s/d hari Senin, 3 Maret 2008.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

(53)

Tabel 1

Komposisi Siswa SMAN 8 Medan

KELAS

Sumber: Bagian Tata Usaha SMAN 8 Medan

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti. Dalam

penelitian ini besar sampel ditentukan sesuai dengan pendapat Arikunto

(1993:20), menyatakan jika jumlah sampel populasi lebih dari 100 maka yang

diambil dapat sejumlah 10-20%. Maka yang dijadikan sampel dalam penelitian ini

adalah 10% dari populasi yakni sebanyak 70 orang hal ini dilakukan adalah

mengingat keterbatasan waktu dan dana peneliti.

Sedangkan teknik penarikan sampel adalah sebagai berikut:

1. Tehnik pengambilan sampel dilakukan secara Purposive Sampling yang unit

sampelnya disesuaikan dengan kriteria tertentu. Adapun kriteria tersebut

adalah: a) Terdaftar sebagai siswa SMA Negeri 8 Medan; b) Suka menonton

sinetron percintaan di televisi.

2. Selanjutnya setelah langkah di atas maka untuk penarikan sampel dilakukan

(54)

memenuhi kriteria ditulis pada secarik kertas serta dimasukkan kedalam kotak,

setelah dikocok lalu diundi. Nama-nama yang terpilih dalam undian itu

menjadi sampel penelitian sehingga terpenuhi jumlah sampel yang diinginkan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini

peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan, yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk mendapatkan

data yang diperlukan melalui buku, majalah, serta tulisan lain yang

berhubungan dengan penelitian ini sebagai data sekunder.

2. Studi lapangan, yaitu dengan mengumpulkan data langsung pada objek yang

diteliti sebagai data primer melalui:

a. Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan membuat daftar

pertanyaan tertulis dan disebarluaskan kepada responden.

b. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan secara langsung kepada pihak atau sumber yang dianggap perlu

untuk melengkapi data yang kurang jelas.

c. Observasi yaitu teknik pengumpulan data melalui pengamatan di lapangan

(55)

3.5 Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisa dalam tiga

bentuk penyajian, yaitu:

1. Analisa tabel tunggal

Merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi variabel-variabel

penelitian kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi.

Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri

dari kolom yaitu sejumlah frekuensi dan presentase untuk setiap kategori.

2. Uji hipotesa

Tehnik analisa data yang digunakan untuk uji coba hipotesa dalam penelitian

ini adalah analisa Product Moment oleh Bungin (2005:197):

N. XY – (Σ X) (Σ Y)

rxy =

√[N.Σ X2 – (Σ X)2] [N.Σ Y2 – (Σ Y)2]

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi Product Moment N = jumlah individu dalam sampel

X = angka mentah untuk variabel X

(56)

Kemudian untuk melihat tinggi rendahnya korelasi digunakan skala

Guilford sebagai berikut (Sugiono, 1994:75):

1. < 0.199 = hubungan rendah sekali/lemah

2. 0.20 – 0.399 = hubungan rendah tapi pasti

3. 0.40 – 0.699 = hubungan cukup berarti

4. 0.70 – 0.899 = hubungan tinggi, kuat

(57)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Sejarah Singkat SMA Negeri 8 Medan

SMA Negeri 8 Medan merupakan salah satu SMA Negeri yang ada di

Kota Madya Medan. SMA Negeri 8 Medan ini berdiri pada tahun 1976. Sebelum

Sekolah Menengah Atas ini berada di lokasi saat ini yang tepatnya di Jl. Sampali

No. 23 Medan Kecamatan Medan Area dan Sekolah Menengah Atas ini mulanya

berada di Jalan Thamrin Medan. Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Medan ini

merupakan bangunan bertingkat 3 yang bersebelahan dengan SLTPN 13 Medan

dan bersebelahan dengan sebuah bengkel kendaraan.

Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Medan ini berdiri diatas tanah seluas

2.642 m2 yang terdiri atas beberapa sarana dan prasarana yang menunjang sistem

pembelajaran yaitu ruang kelas sebanyak 18 ruangan, 1 ruang kepala sekolah, 1

ruang wakil kepala sekolah, 1 ruang perpustakaan, 2 ruangn laboratorium IPA, 1

ruang tata usaha, lapangan, aula, kamar mandi, kantin dan mushola.

(58)

4.2. Personel atau tenaga pengajar yang ada di SMA Negeri 8 Medan

Tabel 2

Tenaga Pengajar SMA Negeri 8 Medan

No. Nama Lulusan Bidang Studi

1. Dra. Susmiati Sarjana Bahasa Indonesia

2. Drs. Tunggul Sitorus Sarjana Biologi

3. Drs. Mukhlis Sarjana Olahraga

4. Ramses P. Sihombing, BA. Sarjana Muda Kimia

5. Susni Swanti Pohan Sarjana Muda Bahasa Inggris

6. Rusti Panggabean Sarjana Muda Kimia

7. Dra. Masmuni Pane Sarjana Bahasa Indonesia

8. Hadir Ginting Sarjana Muda Kimia

9. Purnamawati, BA. Sarjana Muda Ekonomi

10. Ratna Tarigan, S.Pd Sarjana Biologi

11. Nursaid Siagian, S.Pd Sarjana Sejarah

12. Dra. Azwina Lubis, M.Pd Pasca Sarjana Adm. Pendidikan

13. Drs. Samuel Aritonang Sarjana Antropologi

14. Dra. Piolina Sinaga Sarjana Matematika

15. Elida Damanik Sarjana Muda Bahasa Jerman

16. Nursita Purba, S.Pd Sarjana Biologi

17. Mariani Sembiring, BA Sarjana Muda Civ. Hukum

18. Mawan Purba D3/A3 Bimb/Penyul.

19. Tianim Purba, BA Sarjana Muda Kimia

20. Zulkhulaifah Sihotang Sarjana Muda Bahasa Indonesia

21. Rosma Simamora Sarjana Muda Sejarah

22. Nurhaidayah Sarjana Muda Tarbiyah

23. Manna Banjarnahor D3/A3 IKK

24. Dormian Saragih, S.Pd Sarjana Fisika

25. Ramlan Sinipar, S.Pd Sarjana Olahraga

(59)

27. Drs. Yazwar Sarjana Biologi

28. Drs. Ajis Pakpahan Sarjana Fisika

29. Daswati Sigalingging, S.Pd Sarjana Matematika

30. Rut Maria Ginting, S.Pd Sarjana Fisika

31. Rosianna Sarjana Muda Fisika

32. Asima Samosir Sarjana Muda Pend. Agama Kristen

33. Dra. Rosmawati Sarjana Pend. Agama Islam

34. Dra. Rahimah, M.Sc Pasca Sarjana Pend. Agama Islam

35. Drs. Maryono Sarjana Fisika

36. Gembirawati Siregar, S.Pd., M.Pd Pasca Sarjana Bahasa Indonesia

37. Sori P. Marpaung, S.Pd Sarjana Fisika

38. Siti Rapiah Siregar, S.Pd Sarjana Geografi

39. Siang Robert Napitupulu, BA Sarjana Muda Seni Musik

40. Nurtaito Sianturi, S.Pd Sarjana Matematika

41. Herbin Manurung Sarjana Matematika

42. Minaria Pasaribu, BA Sarjana Muda Civ. Hukum

Gambar

Tabel 1 Komposisi Siswa SMAN 8 Medan
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Hubungan antara Cara Belajar, Disiplin Belajar

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan dan melimpahkan segala karunia, nikmat, rahmat Nya yang tak terhingga kepada

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan dan melimpahkan segala karunia, nikmat dan rahmat Nya yang tak terhingga kepada penulis,

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan dan melimpahkan segala karunia, nikmat dan rahmat-Nya yang tak terhingga kepada penulis,

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan dan melimpahkan segala karunia, nikmat, rahmat Nya yang tak terhingga kepada penulis,

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan dan melimpahkan segala karunia, nikmat dan rahmat-Nya yang tak terhingga kepada penulis,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang yang selalu melimpahkan rahmat serta hidayahnya, sehingga penulis

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan dan melimpahkan segala karunia, nikmat, rahmat Nya yang tak terhingga kepada penulis,