Pendanaan kegiatan pengawasan obat dan makanan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Pontianak bersumber dari dana APBN dengan mempertimbangkan nilai inflasi. Asumsi kenaikan kebutuhan anggaran setiap tahun selama RPJM adalah sebesar 10%. Hingga akhir RPJM diperlukan dana total sebesar 84,9130 milyar rupiah.
Tabel 9.
Sasaran Strategis, Indikator Kinerja, dan Pendanaan Sasaran Program (Outcome)/Sasaran
Kegiatan (Output)/Indikator
Target (Milyar Rupiah)
2015 2016 2017 2018 2019
Total 12.9510 14.2821 17.5637 19.1922 20.9240
SS 1 Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan
3.269 3.759 4.136 4.549 5.004
1.1. Persentase obat yang memenuhi
syarat
1.2. Persentase obat Tradisional yang
memenuhi syarat
1.3. Persentase Kosmetik yang
memenuhi syarat
1.4. Persentase Suplemen Kesehatan
yang memenuhi syarat
1.5. Persentase makanan yang
memenuhi syarat
63 2.2
Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan
memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan
SS 3 Meningkatnya kualitas
kapasitas kelembagaan BPOM 7.544 8.298 11.153 12.268 13.495 3.1 Nilai SAKIP BBPOM/BPOM dari
Badan POM
64 BAB V
PENUTUP
Rencana Strategis Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Pontianak ini merupakan pedoman program pembangunan jangka menengah BBPOM di Pontianak tahun 2015 sampai 2019. Arah kebijakan dan strategi tersebut diharapkan mampu meningkatkan efektivitas pengawasan obat dan makanan di Kalimantan Barat di masa yang akan datang.
Sasaran dan Program yang telah ditetapkan dalam rencana strategis ini kemudian akan dijabarkan lebih lanjut ke dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKT).
Dokumen Renstra Balai Besar POM Pontianak tahun 2015- 2019 ini diharapkan dapat dikomunikasikan ke seluruh jajaran organisasi, dan juga stakeholder terkait secara keseluruhan. Diseminasi ini akan memungkinkan seluruh anggota organisasi memiliki kesamaan pandangan tentang ke mana organisasi akan dibawa (tujuan bersama), bagaimana peran setiap anggota organisasi dalam mencapai tujuan bersama, dan bagaimana kemajuan dan tingkat keberhasilan nantinya akan diukur.
Dengan demikian, seluruh kegiatan Balai Besar POM Pontianak yang direncanakan akan terlaksana, terkoordinasi dengan baik dan dilakukan secara terintegrasi untuk tercapainya tujuan -tujuan strategis.
D:\DATA KERJA\2015\PPID\Roren\Renstra dan Peta Strategi\Renstra Balai\New\Renstra BBPOM Pontianak 12 Juni 2015 (SESUAI)\lampiran 1 Renstra Balai Besar POM Pontianak rev 100615.xls
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
12,951 14,282 17,564 19,192 20,924 SS 1 Menguatnya sistem pengawasan Obat
dan Makanan 3,269 3,759 4,136 4,549 5,004
1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat Provinsi Kalimantan
Barat 92,00% 92,00% 92,50% 93,00% 93,50% 94,00%
1.2. Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat
Provinsi Kalimantan
Barat 54,00% 58,00% 66,00% 74,00% 80,00% 84,00%
1.3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat
Provinsi Kalimantan
Barat 88,00% 89,00% 90,00% 91,00% 92,00% 93,00%
1.4. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat
Provinsi Kalimantan
Barat 78,00% 79,00% 80,00% 81,00% 82,00% 83,00%
1.5. Persentase makanan yang memenuhi syarat
Provinsi Kalimantan
Barat 87,60% 88,10% 88,60% 89,10% 89,60% 90,10%
SS 2
2,1 Tingkat Kepuasan Masyarakat Provinsi Kalimantan
Barat 83,00% 84,00% 85,00% 86,00% 87,00% 88,00%
2,2
Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan
Provinsi Kalimantan
Barat 1 3 5 7 8 9
SS 3 Meningkatnya kualitas kapasitas
kelembagaan BPOM 7,544 8,298 11,153 12,268 13,495
3,1 Nilai SAKIP BBPOM/BPOM dari Badan POMProvinsi Kalimantan
Barat B B B B B B
SP 1 Menguatnya sistem pengawasan Obat
dan Makanan 3,269 3,759 4,136 4,549 5,004
1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat Provinsi Kalimantan
Barat 92,00% 92,00% 92,50% 93,00% 93,50% 94,00%
1.2. Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat
Provinsi Kalimantan
Barat 40,00% 58,00% 66,00% 74,00% 80,00% 84,00%
1.3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat
Provinsi Kalimantan
Barat 88,00% 89,00% 90,00% 91,00% 92,00% 93,00%
1.4. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat
Provinsi Kalimantan
Barat 78,00% 79,00% 80,00% 81,00% 82,00% 83,00%
1.5. Persentase makanan yang memenuhi syarat
Provinsi Kalimantan
Barat 87,60% 88,10% 88,60% 89,10% 89,60% 90,10%
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Pontianak
Program Pengawasan Obat dan Makanan
Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai Besar POM di Pontianak
Program/
Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan
(Output)/Indikator Lokasi Baseline
Target Alokasi (dalam Miliar rupiah)
D:\DATA KERJA\2015\PPID\Roren\Renstra dan Peta Strategi\Renstra Balai\New\Renstra BBPOM Pontianak 12 Juni 2015 (SESUAI)\lampiran 1 Renstra Balai Besar POM Pontianak rev 100615.xls
Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai Besar POM di Pontianak
SP 2
2,1 Tingkat Kepuasan Masyarakat Provinsi Kalimantan
Barat 83,00% 84,00% 85,00% 86,00% 87,00% 88,00%
2,2
Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan
Provinsi Kalimantan
Barat 1 3 5 7 8 9
SP 3 Meningkatnya kualitas kapasitas
kelembagaan BPOM 7,544 8,298 11,153 12,268 13,495
3,1 Nilai SAKIP BPOM dari Badan POM Provinsi Kalimantan
Barat B B B B B B
12,951 14,283 17,563 19,192 20,924
1 Jumlah sampel yang diuji menggunakan parameter kritis
Provinsi Kalimantan
Barat 3300 2500 2500 2500 2500 2500 1,351 1,486 1,635 1,798 1,978
2 Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK)
Provinsi Kalimantan
Barat 181 100 100 100 100 100 0,042 0,046 0,051 0,057 0,062
3
Persentase cakupan pengawasan sarana
produksi Obat dan Makanan Provinsi Kalimantan
Barat 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 0,133 0,147 0,162 0,178 0,196
4 Persentase cakupan pengawasan sarana
distribusi Obat dan Makanan Provinsi Kalimantan
Barat 40,48% 42% 43% 44% 45% 46% 1,094 1,204 1,324 1,456 1,602
5 Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan
Provinsi Kalimantan
Barat 13 8 10 10 10 10 0,649 0,876 0,964 1,060 1,166
6 Jumlah layanan publik BB/BPOM Provinsi Kalimantan
Barat 750 770 770 770 770 770 1,596 1,625 1,650 1,675 1,700
7 Jumlah Komunitas yang diberdayakan Provinsi Kalimantan
Barat 9 12 15 18 21 24 0,542 0,600 0,625 0,700 0,725
8 Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar
Provinsi Kalimantan
Barat 65,73% 70% 79% 85% 93% 97% 6,134 6,747 9,446 10,391 11,430
9 Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu
Provinsi Kalimantan
Barat 10 10 9 10 9 10 1,410 1,551 1,706 1,877 2,064
Catatan : anggaran dalam matrik kinerja dan penandaan belum termasuk anggaran gaji dan belanja mengikat Kegiatan Pengawasan Obat dan Makanan di Balai Besar POM
Pontianak
Meningkatnya kinerja pengawasan obat dan makanan di seluruh Indonesia
1 RUU Pembinaan, Pengawasan, dan Pengembangan Sediaan Farmasi
Regulasi pengawasan Obat dan Makanan belum lengkap.
Payung hukum yang ada belum efektif untuk pengawasan Obat dan Makanan
Meningkatkan efektifitas pengawasan Obat dan Makanan 1. Direktorat Standardisasi Obat 2. Direktorat Standardisasi Obat Tradisional Kosmetik dan Suplemen Kesehatan
3. Biro Hukum dan Humas 3 RPP Keamanan Mutu dan Gizi Pangan dan RPP
Label dan Iklan Pangan terkait Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
1. Direktorat Standardisasi Pangan 2. Biro Hukum dan Humas
4 Norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) terkait pelaksanaan UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam
penyelenggaraan urusan pemerintah konkuren
Terciptanya sinergi antara Pemerintah Pusat dan Daerah berdasarkan UU No. 23 tahun 2014 pasal 16 dalam hal: 1.
Pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan 2. Sebagai pedoman Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pengawasan Obat dan Makanan
5 Standar kompetensi laboratorium dan standar GLP
Untuk pengawalan mutu Obat dan Makanan oleh BPOM terhadap isu terkini (AEC, Post MDGs, SJSN Kesehatan, dll)
1. PPOMN
2. Biro Hukum dan Humas ………
6 Memorandum of Understanding (MoU) Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan di wilayah Free Trade Zone (FTZ), daerah perbatasan, terpencil, dan gugus pulau
Belum optimalnya quality surveilance /monitoring mutu untuk daerah perbatasan, daerah terpencil, dan gugus pulau
1. Biro Hukum dan Humas
2. Direktorat Insert dan Pengawasan
Kedeputian 1,2,3 ………
LAMPIRAN 2. MATRIKS KERANGKA REGULASI Balai Besar POM di Pontianak 2015-2019
No
Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan
regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi
Eksisting, Kajian dan Penelitian Unit Penanggungjawab Unit Terkait/
Institusi
No
Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan
regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi
Eksisting, Kajian dan Penelitian Unit Penanggungjawab Unit Terkait/
Institusi
7 Regulasi yang mendukung optimalisasi Pusat Kewaspadaan Obat dan Makanan dan EWS yang informatif, antara lain:
- Peraturan baru terkait KLB dan Farmakovigilans
Sistem Outbreak response dan EWS belum optimal dan informatif. Diperlukan response yang cepat dan efektif pada saat terjadi outbreak bencana yang berkaitan dengan bahan obat dan makanan (co. Obat terkontaminasi etilen glikol)
1. Direktorat Surveilan Penyuluhan Keamanan Pangan
2. Direktorat Penilaian Obat Tradisional, Kosmetik, dan Suplemen Kesehatan 3. Direktorat Pengawasan Distribusi Obat
………
No
Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan
regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi
Eksisting, Kajian dan Penelitian Unit Penanggungjawab Unit Terkait/
Institusi
8 Juknis/pedoman untuk pengintegrasian penyebaran informasi Obat dan Makanan
Sistem penyebaran informasi OM belum terintegrasi 1. PIOM
2. Biro Hukum dan Humas 3. Biro Umum
………
9 Peraturan Kepala BPOM tentang koordinasi dengan pemerintah daerah serta Peraturan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) untuk meningkatkan efektivitas pengawasan
Pengawasan Obat dan Makanan tidak dapat berhasil tanpa adanya kerjasama dan komitmen dari daerah dalam mendukung BPOM
10 Peraturan dengan instansi/pihak terkait yang mengatur regulatory insentive
1. Direktorat Standardisasi Obat 2. Direktorat Standardisasi Obat Tradisional Kosmetik dan Suplemen Kesehatan
3. Biro Hukum dan Humas 4. PPOM
………