• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini melakukan pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah kemloko. Terdapat variabel bebas yaitu ekstrak etanol buah kemloko.

Sementara pada variabel terikat ditentukan aktivitas antioksidan (nilai absorbansi). Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian Karakterisasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Uraian Tumbuhan meliputi sistematika tumbuhan, nama daerah, nama asing, habitat, sinonim, morfologi tumbuhan, kandungan kimia dan manfaat.

2.1.1 Sistematika tumbuhan

Menurut Herbarium Medanesse (MEDA) kemloko memiliki taksonomi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Malpighiales Famili : Phyllanthaceae Genus : Phyllanthus

Spesies : Phyllanthus emblica L.

Gambar 2.1 Buah Kemloko (Phyllanthus emblica L.)

2.1.2 Nama daerah

Phyllanthus emblica di Indonesia dikenal dengan nama kimalaka.

Masyarakat Sumatera Utara menyebut tumbuhan ini “balakka”, di Ternate dikenal dengan metengo, Sunda (malaka) dan di pulau Jawa dikenal dengan kemloko (Khoiriyah dkk., 2015).

2.1.3 Nama asing

Dalam bahasa Inggris tumbuhan ini disebut sebagai Indian gooseberry, sedangkan di Malaysia disebut dengan popok melaka dan Thailand dikenal dengan ma-kham-pom. Negara India menyebut tumbuhan ini dengan berbagai nama misalnya aonla, nelli, amla, amlika, dhotri, emblica dan usuri (Khoiriyah dkk., 2015).

2.1.4 Habitat

Balakka di Sumatera Utara umumnya dijumpai pada daerah tandus, panas dan gersang, namun belum diketahui secara pasti daerah penyebarannya berdasarkan curah hujan, tutupan lahan, dan jenis tanah di daerah Sumatera bagian Selatan. Balakka (Phylanthus emblica) digolongkan dalam suku Phyllanthaceae yang termasuk salah satu jenis buah-buahan asli Indonesia yang tumbuh liar di kebun dan di hutan. Pohon ini banyak tumbuh di Indonesia yang tersebar di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Maluku dan Nusa Tenggara. Phyllanthus emblica umumnya tumbuh di daerah tropis dan subtropis termasuk India, China, Indonesia, Semenanjung Malaysia, Thailand, Pakistan, Uzbekistan, dan Srilanka (Khoiriyah dkk., 2015).

2.1.5 Sinonim

Phyllanthus emblica L. (Khoiriyah dkk., 2015).

2.1.6 Morfologi tumbuhan

Pohon kemloko berukuran kecil hingga sedang. Tingginya sekitar 8-18 m dengan kulit abu-abu tipis, dedaunan kecil, hijau muda, rapat di sepanjang tangkai, terlihat seperti daun menyirip; bunga berwarna kuning kehijauan; buah berbentuk bundar, berdaging, kuning pucat dengan enam alur vertikal yang menunjukkan enam biji (Dasaroju dan Gottumukkala, 2014).

2.1.7 Kandungan kimia

Buah kemloko mengandung senyawa-senyawa fenolat, seperti geraniin, quercetin 3-β-D-glukopiranosida, kaempferol 3-β-D-glukosapiranosida, isokorilagin, quercetin, dan kaempferol. Selain itu, tanaman ini juga mengandung senyawa asam galat, asam ellagat, 1-O-galloyl-beta-D-glukosa, asam-3-etilgalat dan corilagin. Senyawa apeganin dan asam askorbat juga pernah ditemukan dalam tanaman kemloko. Gugus hidroksil yang bersifat asam pada senyawa-senyawa fenolat tersebut diduga sangat berperan dalam reaksi oksidasi-reduksi yang terjadi di dalam tubuh (Suzery dkk., 2017).

2.1.8 Manfaat

Salah satu contoh tanaman yang diduga memiliki aktivitas antioksidan cukup tinggi adalah kemloko (Phyllanthus emblica L.). Tumbuhan ini merupakan bahan yang sering digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional. Tanaman ini di India telah digunakan untuk mengobati penyakit kanker, diabetes, hati (liver), gangguan jantung dan anemia. Aktivitas biologis tersebut diduga disebabkan oleh adanya senyawa-senyawa bioaktif dari metabolit sekunder yang

terkandung didalamnya, khususnya senyawa dari golongan fenolat dan flavonoid (Suzery dkk., 2017).

2.2 Ekstraksi

Ekstrak adalah suatu produk hasil pengambilan zat aktif melalui proses ekstraksi menggunakan pelarut, dimana pelarut yang digunakan diuapkan kembali sehingga zat aktif ekstrak menjadi pekat. Bentuk dari ekstrak yang dihasilkan dapat berupa ekstrak kental atau ekstrak kering tergantung jumlah pelarut yang diuapkan (Marjoni, 2016).

Menurut Marjoni (2016), pembagian ekstrak :

1) Ekstrak cair adalah ekstrak hasil penyarian bahan alam dan masih mengandung pelarut.

2) Ekstrak kental adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan dan sudah tidak mengandung cairan pelarut lagi, tetapi konsistensinya tetap cair pada suhu kamar.

3) Ekstrak kering adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan dan tidak lagi mengandung pelarut dan berbentuk padat (kering).

Proses ekstraksi pada dasarnya adalah proses perpindahan massa dari komponen zat padat yang terdapat pada simplisia ke dalam pelarut organik yang digunakan. Pelarut organik akan menembus dinding sel dan selanjutnya akan masuk ke dalam rongga sel tumbuhan yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan terlarut dalam pelarut organik pada bagian luar sel untuk selanjutnya berdifusi masuk ke dalam pelarut. Proses ini terus berulang terus berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi zat aktif antara di dalam sel dengan konsentrasi zat aktif di luar sel (Marjoni, 2016).

Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai metode dan cara yang sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi itu sendiri. Sampel yang akan diekstraksi dapat berbentuk sampel segar ataupun sampel yang telah dikeringkan. Sampel yang umum digunakan adalah sampel segar karena penetrasi pelarut akan berlangsung lebih cepat. Selain itu penggunaan sampel segar dapat mengurangi kemungkinan terbentuknya polimer resin atau artefak lain yang dapat terbentuk selama proses pengeringan. Penggunaan sampel kering juga memiliki kelebihan yaitu dapat mengurangi kadar air yang terdapat di dalam sampel, sehingga dapat mencegah kemungkinan rusaknya senyawa akibat aktivitas anti mikroba (Marjoni, 2016).

2.2.1 Metode ekstraksi

Menurut Marjoni (2016),metode ekstraksi dapat dibagi sebagai berikut : a. Ekstraksi secara dingin

Metode ekstraksi secara dingin bertujuan untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang terdapat dalam simplisia yang tidak tahan terhadap panas atau bersifat thermolabil. Ekstraksi secara dingin dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut ini :

1) Maserasi

Maserasi adalah proses ekstraksi sederhana yang dilakukan hanya dengan cara merendam simplisia dalam satu atau campuran pelarut selama waktu tertentu pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.

2) Perkolasi

Perkolasi adalah proses penyarian zat aktif secara dingin dengan cara mengalirkan pelarut secara kontinu pada simplisia selama waktu tertentu.

Prinsip dari perkolasi adalah penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara mengalirkan suatu pelarut melalui serbuk simplisia yang telah terlebih dahulu

dibasahi selama waktu tertentu, kemudian ditempatkan dalam suatu wadah berbentuk silinder yang diberi sekat berpori pada bagian bawahnya. Pelarut dialirkan secara vertikal dari atas ke bawah melalui serbuk simplisia dan pelarut akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilaluinya sampai mencapai keadaan jenuh.

Gerakan ke bawah disebabkan oleh gaya beratnya sendiri dan berat cairan diatasnya dikurangi gaya kapiler yang cenderung untuk menahan gerakan ke bawah. Faktor-faktor yang berperan penting pada proses perkolasi diantaranya adalah : gaya berat, kekentalan cairan, daya larut zat aktif, tegangan permukaan, difusi, tekanan osmosa, daya adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi).

Keuntungan metode perkolasi :

• Tidak memerlukan langkah tambahan.

• Tidak membutuhkan panas sehingga teknik perkolasi ini sangat cocok untuk substansi yang bersifat termolabil.

• Sampel selalu dialiri oleh pelarut baru.

• Pelarut dialirkan melalui sampel sehingga proses penyarian lebih sempurna.

Kerugian metoda perkolasi :

• Kontak antara sampel padat dengan pelarut tidak merata dan terbatas.

• Pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.

• Apabila sampel dalam perkolator tidak homogen maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh area.

• Metode ini membutuhkan banyak pelarut dan memakan banyak waktu.

b. Ekstraksi secara Panas

Metode panas digunakan apabila senyawa-senyawa yang terkandung dalam simplisia sudah dipastikan tahan panas. Metode ekstraksi yang membutuhkan panas diantaranya :

1) Seduhan

Merupakan metoda ekstraksi paling sederhana hanya dengan merendam simplisia dengan air panas selama waktu tertentu (5-10 menit).

2) Coque (penggodokan)

Merupakan proses penyarian dengan cara menggodok simplisia menggunakan api langsung dan hasilnya dapat langsung digunakan sebagai obat baik secara keseluruhan termasuk ampasnya atau hanya hasil godokannya saja tanpa ampas.

3) lnfusa

lnfusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit. Kecuali dinyatakan lain, infusa dilakukan dengan cara sebagai berikut : “Simplisia dengan derajat kehalusan tertentu dimasukkan ke dalam panci infusa, kemudian ditambahkan air secukupnya. Panaskan campuran di atas penangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu 90°C sambil sekali-sekali diaduk. Serkai selagi panas menggunakan kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh volume infus yang dikehendaki”.

4) Digestasi

Digestasi adalah proses ekstraksi yang cara kerjanya hampir sama dengan maserasi, hanya saja digesti menggunakan pemanasan rendah pada suhu 30-40°C.

Metoda ini biasanya digunakan untuk simplisia yang tersari baik pada suhu biasa.

5) Dekokta

Proses penyarian secara dekokta hampir sama dengan infusa, perbedaannya hanya terletak pada lamanya waktu pemanasan. Waktu pemanasan pada dekokta lebih lama dibanding metoda infusa, yaitu 30 menit dihitung setelah suhu mencapai 90°C. Metoda ini sudah sangat jarang digunakan karena selain proses penyariannya yang kurang sempurna dan juga tidak dapat digunakan untuk mengekstraksi senyawa yang bersifat yang termolabil.

6) Refluks

Refluks merupakan proses ekstraksi dengan pelarut pada titik didih pelarut selama waktu dan jumlah pelarut tertentu dengan adanya pendingin balik (kondensor). Proses ini umumnya dilakukan 3-5 kali pengulangan pada residu pertama, sehingga termasuk proses ekstraksi yang cukup sempurna.

7) Soxhletasi

Proses soxhletasi merupakan proses ekstraksi panas menggunakan alat khusus berupa esktraktor soxhlet. Suhu yang digunakan lebih rendah dibandingkan dengan suhu pada metoda refluks.

2.3 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul yang kehilangan elektron, sehingga molekul tersebut menjadi tidak stabil dan selalu berusaha mengambil elektron dari molekul atau sel lain. Radikal bebas dapat dihasilkan dari hasil metabolisme tubuh seperti pada waktu kita bernapas (hasil samping proses oksidasi atau pembakaran), pada saat terjadi infeksi. Pada saat terjadi infeksi, radikal bebas diperlukan untuk, membunuh mikroorganisme penyebab infeksi. Tetapi paparan radikal bebas yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan sel, dan pada akhirnya dapat

kerusakan sel, mengurangi kemampuan adaptasi sel, bahkan kematian sel sehingga menyebabkan timbulnya penyakit (Ramadhan, 2015).

Sumber-sumber radikal bebas semakin sering dijumpai di masyarakat sekarang ini seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, misalnya semakin banyaknya kendaraan baru yang beredar di pasaran dan digunakan oleh masyarakat yang nantinya semakin memperbanyak polusi udara akibat penggunaannya, dimana polusi udara merupakan salah satu sumber radikal bebas.

Selain itu, gaya hidup yang semakin berkembang juga dapat berpengaruh terutama di daerah perkotaan. Banyak masyarakat yang lebih suka mengkonsumsi makanan cepat saji, banyak mengandung lemak serta zat-zat kimia berbahaya dan penggunaan rokok, dimana bahan-bahan tersebut merupakan sumber radikal bebas juga. Dengan demikian, semakin meningkatnya sumber radikal bebas yang terpapar pada masyarakat, maka resiko untuk menderita penyakit-penyakit (Ramadhan, 2015).

2.4 Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menetralkan radikal bebas di dalam tubuh manusia. Enzim-enzim seperti superoksida dismutase (SOD), gluthatione dan katalase merupakan antioksidan alami yang terdapat pada tubuh manusia. Pertumbuhan radikal bebas atau spesi reaktif yang melebihi kapasitas antioksidan di dalam tubuh akan meningkatkan resiko timbulnya berbagai penyakit regeneratif seperti kanker, jantung, katarak, penuaan dini dan lain-lain.

Oleh karena itu, selain mengandalkan antioksidan dari dalam tubuh, manusia juga membutuhkan antioksidan dari luar tubuh untuk mencapai keseimbangan.

Sumber-sumber antioksidan dapat berasal dari bahan yang diperoleh dari laut dan tanaman yang tumbuh di darat (Suzery dkk., 2017).

Antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal atau meredam efek negatif oksidan dalam tubuh, bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktifitas senyawa oksidan tersebut dapat dihambat (Ramadhan, 2015).

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali fungsinya dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas (Ramadhan, 2015).

Antioksidan bermanfaat dalam mencegah kerusakan oksidatif yang disebabkan radikal bebas dan ROS sehingga mencegah terjadinya berbagai macam penyakit seperti penyakit kardiovaskuler, jantung koroner, kanker, serta penuaan dini. Penambahan antioksidan ke dalam formulasi makanan, juga efektif mengurangi oksidasi lemak yang menyebabkan ketengikan, toksisitas, dan destruksi biomolekul yang ada dalam makanan (Ramadhan, 2015).

Asam askorbat adalah vitamin yang larut dalam air. Antioksidan yang terdapat dalam buah jeruk, kentang, tomat dan sayuran yang berwarna hijau.

Manusia tidak mampu mensintesa l-askorbic acid dari d-glukosa karena tidak mempunyai enzim l-gulakolakton oksidase. Oleh sebab itu manusia memperoleh asam askorbat dari diet (Ramadhan, 2015).

Fungsi antioksidan vitamin c adalah kemampuannya sebagai agen pereduksi (donor elektron) radikal bebas. Pemberian satu elektron yang berasal dari asam askorbat membentuk radikal semi-dehidroaskorbat (DHA). Askorbat bereaksi dengan O2- dan OH untuk membentuk DHA. Menurut penelitian Jialal (l990), askorbat mempunyai kemampuan yang lebih kuat daripada tokoferol

dalam menghambat oksidasi LDL. Konsentrasi askorbat yang digunakan untuk menghambat oksidasi LDL adalah sebesar 40-60 ppm (Ramadhan, 2015).

2.5 Metode Pengukuran Antioksidan

Ada sejumlah besar metode untuk menentukan kapasitas antioksidan berdasarkan prinsip yang berbeda: pengumpulan radikal peroksil (Oxygen Radical Absorbance capacity, ORAC); Total Radical-trapping Antioxidant Power (TRAP); daya pereduksi logam (Ferric Reducing Antioksidant Power, FRAP);

Cupric Reducing Antioksidant Power (CUPRAC); pengumpulan radikal hidroksil (uji deoxiribose); pengumpulan radikal organik (2,2-Azino-bis(3-ethylbenz-thiazoline-6-sulfonic acid, ABTS); 1,1-Diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH);

kuantifikasi produk yang terbentuk selama peroksidasi lipid (Thiobarbituric Acid Reactive Substances, TRAPS); Low-density Lipoproteins (LDL), dan lain-lain (Marinova dan Batchvarov, 2011).

2.5.1 Pemerangkapan radikal bebas DPPH (1,1-diphenyl-2-picryilhydrazil) Pengujian aktivtitas antioksidan dalam penelitian ini menggunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl). Prinsip metode penangkapan radikal adalah pengukuran penangkapan radikal bebas dalam pelarut organik polar seperti etanol atau metanol pada suhu kamar oleh suatu senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan. Senyawa DPPH adalah suatu radikal bebas stabil yang dapat bereaksi dengan radikal lain membentuk senyawa yang lebih stabil dan dapat bereaksi dengan atom hidrogen membentuk DPPH tereduksi yang stabil. Suatu senyawa dapat dikatakan memiliki aktivitas antioksidan apabila senyawa tersebut mampu mendonorkan atom hidrogennya ditandai dengan perubahan warna ungu menjadi kuning pucat (Sapri dkk., 2013).

Mekanisme penangkapan radikal DPPH oleh antioksidan yaitu berupa donasi proton kepada radikal. DPPH dalam bentuk non-radikalakan kehilangan warna ungunya yang mana pemudaran warna ini dapat ditunjukkan dengan penurunan serapandari DPPH pada panjang gelombang maksimum yang diukur menggunakan spektrofotometer Uv-Vis. Pengukuran penurunan serapan DPPH pada larutan uji dihitung terhadap serapan kontrol yakni larutan DPPH dan pelarut tanpa sampel (Sapri dkk., 2013).

Gambar 2.2 Reaksi DPPH dengan Antioksidan(Sapri dkk., 2013)

Proses penangkapan radikal ini melalui mekanisme pengambilan atom hidrogen dari senyawa antioksidan oleh radikal bebas, sehingga radikal bebas menangkap suatu elektron dari antioksidan. Radikal bebas sintetik yang digunakan adalah DPPH. Senyawa DPPH bereaksi dengan senyawa antioksidan melalui pengambilan atom hidogen dari senyawa antioksidan untuk mendapatkan pasangan elektron. Senyawa yang bereaksi sebagai penangkap radikal akan mereduksi DPPH yang dapat diamati dengan adanya perubahan ketika elektron ganjil dari radikal DPPH telah berpasangan dengan hidrogen dari senyawa penangkap radikal bebasyang akan membentuk DPPH-H tereduksi selanjutnya

radikal bebas DPPH akan membentuk senyawa bukan radikal yaitu DPPH yang stabil (Sapri dkk., 2013).

2.5.1.1 Pengukuran absorbansi panjang gelombang

Panjang gelombang maksimum yang digunakan dalam pengukuran sampel uji sangat bervariasi. Menurut beberapa literatur panjang maksimum untuk DPPH antara lain 515-517 nm. Apabila pengukuran menghasilkan tinggi puncak maksimum, maka itu merupakan panjang gelombangnya yaitu sekitar panjang gelombang yang disebutkan diatas. Nilai absorbansi yang mutlak tidaklah penting, karena panjang gelombang dapat diatur untuk memberikan absorbansi maksimum sesuai dengan alat yang digunakan (Molyneux, 2004).

2.5.1.2 Waktu pengukuran

Lama pengukuran metode DPPH menurut beberapa literatur yang direkomendasikan adalah selama 60 menit, tetapi dalam beberapa penelitian waktu yang digunakan sangat bervariasi yaitu 5 menit, 10 menit, 20 menit, 30 menit dan 60 menit (Molyneux, 2004). Waktu reaksi yang tepat adalah ketika reaksi sudah mencapai kesetimbangan. Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh sifat dari aktivitas antioksidan yang terdapat di dalam sampel (Rosidah dkk., 2008).

2.6 Spektrofotometri UV-Visibel

Spektrofotometer UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi

spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer. Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm sedangkan sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm (Dachriyanus, 2004).

Sebagai sumber cahaya biasanya digunakan lampu hidrogen atau deuterium untuk pengukuran uv dan lampu tungsten untuk pengukuran pada cahaya tampak. Panjang gelombang dari sumber cahaya akan dibagi oleh pemisah panjang gelombang (wavelength separator) seperti prisma atau monokromator.

Spektrum didapatkan dengan cara scanning oleh wavelength separator sedangkan pengukuran kuantitatif bisa dibuat dari spektrum atau pada panjang gelombang tertentu (Dachriyanus, 2004).

Cahaya tampak hanyalah merupakan bagian kecil dari seluruh radiasi elektromagnetik. Spektrum cahaya tampak terdiri dari komponen-komponen merah, jingga, kuning, hijau, biru dan ungu, dimana masing-masing warna mempunyai panjang gelombang yang berbeda. Satuan yang banyak dipergunakan untuk menyatakan panjang gelombang adalah Angstrom, 1 A = 10-10 meter (Triyati, 1985).

Susunan peralatan Spektrofotometer ultraviolet dan sinar tampak yang meliputi bagian-bagian sebagai berikut: sumber cahaya dipergunakan untuk pengukuran absorpsi. Sumber cahaya ini harus memancarkan sinar dengan kekuatan yang cukup untuk penentuan dan pengukuran, juga harus memancarkan cahaya berkesinambungan yang berarti harus mengandung semua panjang gelombang dari daerah yang dipakai. Kekuatan sinar radiasi harus konstan selama

lampu Wolfram. Sedangkan sumber radiasi ultra-violet biasa dipergunakan lampu Hidrogen atau Deuterium yang terdiri dari tabung kaca dengan jendela dari kwartz yang mengandung Hidrogen dengan tekanan tinggi. Oleh karena kaca menyerap radiasi ultra-violet, maka sistim optik spektrofotometer ultra-violet dan sel harus dibuat dari bahan kwartz (Triyati, 1985).

Monokromator dipergunakan untuk memisahkan radiasi ke dalam komponen-komponen panjang gelombang dan dapat memisahkan bagian spektrum yang diinginkan dari lainnya (Triyati, 1985).

Sel absorpsi dipakai dari bahan silika, kuvet dan plastik banyak dipakai untuk daerah sinar tampak. Kualitas data absorban sangat tergantung pada cara pemakaian dan pemeliharaan sel. Sidik jari, lemak atau pengendapan zat pengotor pada dinding sel akan mengurangi transmisi. Jadi sel-sel itu harus bersih sekali sebelum dipakai (Triyati, 1985).

Detektor dipergunakan untuk menghasilkan signal elektrik. Dimana signal elektrik ini sebanding dengan cahaya yang diserap. Signal elektrik ini kemudian dialirkan ke alat pengukur. Rekorder dipergunakan untuk mencatat data hasil pengukuran dari detektor, yang dinyatakan dengan angka (Triyati, 1985).

Suatu sumber cahaya; dipancarkan melalui monokromator. Monokromator menguraikan sinar yang masuk dari sumber cahaya tersebut menjadi pita-pita panjang gelombang yang diinginkan untuk pengukuran suatu zat tertentu, yang menunjukkan bahwa setiap gugus kromofor mempunyai panjang gelombang maksimum yang berbeda. Dari monokromator tadi cahaya/ energi radiasi diteruskan dan diserap oleh suatu larutan yang akan diperiksa di dalam kuvet.

Kemudian jumlah cahaya yang diserap oleh larutan akan menghasilkan signal elektrik pada detektor, yang mana signal elektrik ini sebanding dengan cahaya

yang diserap oleh larutan tersebut. Besarnya signal elektrik yang dialirkan ke pencatat dapat dilihat sebagai angka (Triyati, 1985).

Menurut Triyati (1985), dalam analisis spektrofotometri ultraviolet dan sinar tampak harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Kestabilan warna. Sedapat mungkin warna yang dihasilkan stabil untuk beberapa lama.

2. Reaksi warna yang spesifik. Sebaiknya dipakai reaksi warna yang spesifik untuk unsur tertentu, sehingga adanya unsur-unsur lain tidak mengganggu dan pemisahan tidak perlu dilakukan.

3. Sifat zat warna. Kalau zat warna yang terbentuk berada dalam keadaan tertutup dan segera diperiksa karena penguapan akan menyebabkan pemekatan larutan.

4. Sensitif. Sensitif yaitu dengan perubahan konsentrasi yang kecil, akan menyebabkan pemekatan larutan.

5. Larutan homogen. Larutan yang homogen akan mengabsorpsi cahaya di setiap bagian sama.

Kegunaan spektrofotometer ultra-violet dan sinar tampak dalam analisis kimia adalah untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Kelemahan Spektrofotometer ultra-violet dan sinar tampak dalam analisis kualitatif adalah kurang teliti. Hal tersebut disebabkan karena pita-pita absorpsi yang diperoleh melebar, dengan demikian kurang khusus atau terbatas pemakaiannya. Walaupun demikian, berdasarkan spektrum serapan ultra-violet dan sinar tampak, dapat dipakai untuk mengetahui ada atau tidak adanya gugus fungsional tertentu dalam senyawa organik. Alat ini dapat juga dipergunakan untuk menentukan jumlah kecil senyawa berkadar rendah yang dapat mengabsorpsi dalam media non

Menurut Triyati (1985), Pemakaian spektrofotometer ultra-violet dan sinar tampak dalam analisis kuantitatif mempunyai beberapa keuntungan:

- Dapat dipergunakan untuk banyak zat organik dan anorganik. Adakalanya beberapa zat harus diubah dulu menjadi senyawa berwarna sebelum dianalisa.

- Selektif. Pada pemilihan kondisi yang tepat dapat dicari panjang gelombang untuk zat yang dicari.

- Mempunyai ketelitian yang tinggi, dengan kesalahan relatif sebesar 1% — 3%, tetapi kesalahan ini dapat diperkecil lagi.

- Dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental di

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental di

Dokumen terkait