• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1 Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu konsentrasi ekstrak etanol daun ketapang terhadap variable terikat yaitu zona hambat pertumbuhan bakteri uji dan stabilitas sediaan masker peel-off. Dengan mencari konsentrasi yang efektif terhadap zona hambat bakteri uji dan menilai stabilitas sediaan masker peel-off.

Variabel bebas Variabel terikat Parameter

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Ketapang

Tanaman ketapang tersebar di daerah iklim subtropis, Samudra Hindia dan Pasifik serta hampir di seluruh daerah tropis. Habitatnya berada pada ketinggian 300-400 m di atas permukaan laut. Sangat cocok tumbuh di daerah rawa dan berbatu. Tanaman ketapang (Terminalia catappa L.) sangat mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. (Thomson. B. Evans 2006).

Ketapang merupakan salah satu tumbuhan obat yang banyak tumbuh di Indonesia dan telah digunakan secara tradisional untuk mengobati penyakit kulit, pernafasan, perut dan gonorrhea (Pauly, 2001).

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Ketapang (Terminali catappa L.) (MEDA, 2019)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Terminalia

Spesies : Terminalia catappa L.

Nama Lokal : Daun Ketapang

2.1.2 Nama Lain (Daerah) Tanaman Ketapang

Tanaman ketapang memiliki beberapa nama tergantung dari daerah masing-masing, yaitu Ketapang (Batak), Katafa (Nias), Katapang (Bugis),

Katapteng (Minangkabau), Katapang (Sunda), Kalu (Irian Jaya), Ngusu (Ternate), Katapang, Klihi (Nusatenggara) (Heyne, 1987)

2.1.3 Morfologi Tanaman Ketapang (Terminalia catappa L.)

Tanaman ketapang (Terminalia catappa L.) memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat cepat yaitu berkisar antara 2 m/tahun. Tanaman ketapang memiliki bentuk seperti pagoda dan batangnya besar serta dapat tumbuh tinggi diatas 20 m.

Memiliki Percabangan berbentuk horisontal, dan setiap cabang memiliki 4-5 cabang semu (Thomson dan Evans, 2006).

Daun tanaman ketapang tergolong daun yang tidak lengkap karena daunnya hanya terdiri atas helaian daun (lamina) dan tangkai daun (petiolus).

Ukuran daunnya selebar tangan, berbentuk bulat telur, dan dua kali setahun daunnya gugur. Memiliki bentuk tangkai daun silinder dengan sisi agak pipih dan menebal pada pangkalnya. Susunan tulang daunnnya berbentuk menyirip (penninervis), yaitu daun yang mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun. Tepi daunnya rata dan permukaan daunnya licin (laevis). Daun tanaman ketapang berwarna hijau.

Namun pada musim kamarau/gugur warnanya berubah ada yang berwarna kuning kecoklatan ada pula yang berwarna merah kecoklatan.

Pada bunga tanaman ketapang, bulir yang terdapat di bagian bawah dengan bunga berkelamin 2 atau bunga betina sedangkan di bagian atas dengan bunga tidak berkelamin atau bunga jantan. Tepi kelopak bertaju 5, berbentuk piring atau lonceng. Bunga betina, panjangnya mencapai 4–8 mm berwarna putih.

Pada bunga yang berkelamin 2 dan bunga jantan, benang sarinya muncul keluar sedangkan benang sari pada bunga betina dan tidak berkelamin lebih pendek dan steril. Tangkai putiknya sangat pendek bahkan terkadang tidak ada.

2.1.4 Kandungan Kimia

Daun ketapang mengandung asam lemak dan tanin seperti punikalin, punikalagin, terflavin A dan B, tersatein. Daun yang dikeringkan mengandung isoviteksin, viteksin, isoorientin dan rutin. Daun ketapang mengandung sianidin-3-glukosida dan korilagin (Zuhrotun et al., 2010). Senyawa metabolit sekunder yang ada pada daun ketapang yaitu steroid/triterpenoid, alkaloid, glikosida, flavonoid dan tanin (Tamelia, 2019).

2.2 Kulit

Kulit merupakan bagian yang paling luar dari tubuh dan merupakan organ yang terluas, yaitu antara 1,5-2,0 m² dengan berat kurang lebih 20 kg, sedangkan bagian kulit yang kelihatan dari luar yang disebut epidermis beratnya 0,05-0,5 kg (Putro, 1997). Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan lokasi tubuh (Wasitaatmadja, 1997).

Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangasangan luar (Tranggono dan Latifah, 2007). Ketebalan kulit berbeda-beda sesuai dengan fungsinya. Kulit ditelapak kaki merupakan kulit yang tebal, sedangkan di bibir, dada, dan paha kulit tampak lebih tipis (Dwikarya, 2002).

2.2.1 Struktur kulit

Secara histopatologis kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis dan lapisan subkutan (Wasitaatmadja, 1997). Gambar struktur kulit dapat dilihat pada Gambar 2.1

a. Epidermis

Menurut Anderson (1996), lapisan epidermis tersusun

1. Lapisan tanduk (stratum korneum), stratum korneum merupakan lapisan paling luar yang tersusun dari sel mati berkreatin dan memiliki sawar kulit pokok terhadap kehilangan air. Apabila kandungan air pada lapisan ini berkurang, maka kulit akan menjadi kering dan bersisik.

2. Lapisan lusidum (stratum lusidum), lapisan ini tersusun dari beberapa lapisan transparan dan di atasnya terdapat lapisan tanduk dan bertindak juga sebagai sawar, pada umumnya terdapat pada telapak tangan dan kaki.

3. Lapisan granulosum (stratum granulosum), lapisan ini terdiri dari 2 sampai 3 lapisan sel dan terletak di atas lapisan stratum spinosum dan berfungsi untuk menghasilkan protein dan ikatan kimia stratum korneum.

Gambar 2.1 Struktur Kulit

Menurut Anderson (1996), lapisan epidermis tersusun dari 5 lapisan, yaitu:

1. Lapisan tanduk (stratum korneum), stratum korneum merupakan lapisan paling luar yang tersusun dari sel mati berkreatin dan memiliki sawar kulit pokok terhadap kehilangan air. Apabila kandungan air pada lapisan ini berkurang,

kulit akan menjadi kering dan bersisik.

2. Lapisan lusidum (stratum lusidum), lapisan ini tersusun dari beberapa lapisan transparan dan di atasnya terdapat lapisan tanduk dan bertindak juga sebagai sawar, pada umumnya terdapat pada telapak tangan dan kaki.

3. Lapisan granulosum (stratum granulosum), lapisan ini terdiri dari 2 sampai 3 lapisan sel dan terletak di atas lapisan stratum spinosum dan berfungsi untuk menghasilkan protein dan ikatan kimia stratum korneum.

dari 5 lapisan, yaitu:

1. Lapisan tanduk (stratum korneum), stratum korneum merupakan lapisan paling luar yang tersusun dari sel mati berkreatin dan memiliki sawar kulit pokok terhadap kehilangan air. Apabila kandungan air pada lapisan ini berkurang,

2. Lapisan lusidum (stratum lusidum), lapisan ini tersusun dari beberapa lapisan transparan dan di atasnya terdapat lapisan tanduk dan bertindak juga sebagai

3. Lapisan granulosum (stratum granulosum), lapisan ini terdiri dari 2 sampai 3 lapisan sel dan terletak di atas lapisan stratum spinosum dan berfungsi untuk

4. Lapisan spinosum (stratum spinosum), lapisan spinosum merupakan lapisan yang paling tebal dari epidermis. Sel diferensiasi utama stratum spinosum adalah keratinosit yang membentuk keratin.

5. Lapisan basal (stratum basale), lapisan basal merupakan bagian yang paling dalam dari epidermis dan tempat pembentukan lapisan baru yang menyusun epidermis. Lapisan ini terus membelah dan sel hasil pembelahan ini bergerak ke atas membentuk lapisan spinosum. Melanosit yang membentuk melanin untuk pigmentasi kulit terdapat dalam lapisan ini.

b. Dermis

Merupakan lapisan yang berada di bawah lapisan epidermis. Lapisan ini terdiri dari beberapa jaringan ikat yang memiliki dua lapisan:

1. Pars papilaris, terdiri atas sel fibroblast yang memproduksi kolagen.

2. Retikularis, yaitu lapisan yang memiliki banyak pembuluh darah, tempat akar rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebaseus (Putro, 1997).

c. Lapisan Subkutan

Lapisan subkutan adalah lapisan yang terletak di bawah dermis dan mengandung sel-sel lemak yang dapat melindungi bagian dalam organ dari trauma mekanik dan juga sebagai pelindung tubuh terhadap udara dingin, serta sebagai pengaturan suhu tubuh (Prianto, 2014).

Lapisan subkutan terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir karena sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel lemak disebut panikulus adiposus, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan saluran getah

bening. Tebal jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokasi, di abdomen 3 cm, sedangkan di daerah kelopak mata dan penis sangat tipis. Lapis lemak ini juga berfungsi sebagai bantalan (Wasitaatmadja, 1997). Lapisan ini terdiri atas jaringan konektif, pembuluh darah dan sel-sel penyimpanan lemak yang memisahkan dermis dengan otot, tulang dan struktur lain. Jumlah lemak dalam lapisan ini akan meningkat bila makan berlebihan, sebaliknya bila tubuh memerlukan energi yang banyak maka lapisan ini akan memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya (Putro, 1997).

2.2.2 Fungsi kulit

Seluruh bagian tubuh manusia memiliki kegunaan masing-masing, demikian pula dengan kulit kita. Pada dasarnya, fungsi kulit adalah sebagai berikut:

1. Proteksi (pelindung)

Kulit berfungsi untuk melindungi organ-organ tubuh dari pengaruh lingkungan luar. Misalnya pelindung dari sinar matahari, zat-zat kimia, perubahan suhu, dan lain-lain.

2. Thermoregulasi (menjaga keseimbangan temperatur tubuh)

Kulit akan menjaga suhu tubuh agar tetap optimal. Keringat yang keluar pada saat suhu udara panas berfungsi untuk mendinginkan tubuh. Keluarnya keringat adalah salah satu mekanisme tubuh untuk menjaga stabilitas temperatur.

3. Organ absorpsi dan sekresi

Beberapa zat tertentu bisa diserap masuk ke dalam tubuh melalui kulit serta kulit juga berfungsi sebagai organ sekresi untuk melepaskan kelebihan air dan zat-zat lainnya, seperti NaCl, amonia, dan lain-lain.

4. Persepsi sensoris

Sebagai alat peraba, kulit akan bereaksi pada perbedaan suhu, sentuhan, rasa sakit, dan tekanan (Mulyawan dan Suriana, 2013).

2.2.3 Jenis-jenis kulit

Ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit terbagi atas lima bagian (Noormindhawati, 2013):

a. Kulit normal

Merupakan kulit ideal yang sehat, memiliki pH normal, kadar air dan kadar minyak seimbang, tekstur kulit kenyal, halus dan lembut, pori-pori kulit kecil.

b. Kulit berminyak

Merupakan kulit yang memiliki kadar minyak berlebihan di permukaan kulit sehingga tampak mengkilap, memiliki pori-pori besar, mudah berjerawat.

c. Kulit kering

Merupakan kulit yang tampak kasar, kusam, kulit mudah bersisik, terasa kaku, tidak elastis, dan mudah berkeriput.

d. Kulit kombinasi

Merupakan jenis kulit kombinasi yaitu antara kulit wajah kering dan berminyak. Pada area T cenderung berminyak, sedangkan pada derah pipi berkulit kering.

e. Kulit sensitif

Merupakan kulit yang memberikan respons secara berlebihan terhadap kondisi tertentu, misalnya suhu, cuaca, bahan kosmetik atau bahan kimia lainnya yang menyebabkan timbulnya gangguan kulit seperti kulit mudah menjadi iritasi, kulit menjadi lebih tipis dan sangat sensitif.

2.3 Jerawat

Jerawat merupakan kondisi abnormal kulit akibat gangguan berlebihan produksi kelenjarminyak (sebaseus) yang menyebabkan penyumbatan saluran folikel rambut dan pori - pori kulit. Daerah yang mudah terkena jerawat ialah di muka, dada, punggung, dan tubuh bagian atas lengan (Fauzi dan Nurmalina, 2012).

Peradangan pada kulit terjadi jika kelenjar minyak meproduksi minyak kulit (sebum) secara berlebihan sehingga terjadi penyumbatan pada saluran kelenjar minyak dan pembentukan komedo (whiteheads). Apabila sumbatan membesar, komedo terbuka (blackheads) muncul sehingga terjadi interaksi dengan bakteri jerawat (Fauzi dan Nurmalina, 2012).

2.3.1 Penyebab terjadinya jerawat

Novel (2014) menyatakan bahwa terjadinya jerawat dapat disebabkan oleh empat faktor:

a. Hormonal

Faktor hormonal menjadi salah satu faktor yang berperan besar dalam proses pembentukan jerawat. Hormon androgen adalah hormon yang dapat memperbesar kelenjar sebaseus pada kulit dan juga meningkatkan produksi sebum dari kelenjar sebaseus. Peningkatan sebum atau minyak tersebut dapat mebentuk komedo yang berfungsi sebagai makanan ekstra buat bakteri. Hormon ini terdapat pada pria dan wanita (Novel, 2014).

Pada masa pubertas kelenjar minyak menjadi lebih aktif dan dapat menghasilkan minyak yang berlebihan. Minyak tersebut biasanya akan mengering, mengelupas, dan bakteri menjadi berkumpul di dalam pori – pori kulit sehingga menyebabkan tersumbatnya aliran minyak dari folikel ke pori- pori kulit

Selain itu, perubahan hormonal lainnya seperti masa menstruasi, kehamilan dan stress dapat memicu timbulnya jerawat (Novel, 2014).

b. Makanan

Makanan yang mengandung kadar gula dan kadar karbohidrat yang tinggi memiliki pengaruh yang cukup besar dalam menimbulkan jerawat. Secara ilmiah dapat dibuktikan bahwa mengkonsumsi terlalu banyak gula dapat meningkatkan kadar insulin dalam darah, dimana hal tersebut memicu produksi hormon androgen yang membuat kulit jadi berminyak dan kadar minyak yang tinggi dalam kulit merupakan pemicu paling besar terhadap timbulnya jerawat (Mitsui, 1997).

c. Kosmetik

Penyumbatan pori-pori kulit dan saluran folikel rambut juga dapat disebabkan oleh penggunaan kosmetik. Penyumbatan terjadi akibat kosmetik yang mengandung banyak minyak atau bedak yang bercampur dengan foundation yang bertekstur creamy. Selain itu, kosmetik yang mengandung kadar alkohol tinggi atau ketidakcocokan kosmetik juga dapat menyebabkan timbulnya jerawat (Novel, 2014).

d. Infeksi bakteri

Tersumbatnya pori- pori kulit dan saluran folikel rambut oleh minyak, kotoran, kosmetik, sel-sel kulit mati, dan infeksi bakteri di dalam pori - pori ini bisa menyebabkan peradangan. Bakteri yang bertanggung jawab adalah bakteri P.

acne. Bakteri ini akan berkembang biak di dalam kelenjar minyak yang tersumbat, kemudiaan menghasilkan zat- zat yang menimbulkan iritasi daerah sekitarnya.

Iritasi tersebut akan menyebabkan pembengkakan dan menyebar ke daerah

sekitarnya sehingga menimbulkan efek nyeri danmeninggalkan bekas yang sulit hilang (Novel, 2014).

2.3.2 Jenis-jenis jerawat

Wasitaatmadja (1977) jerawat dapat dibagi menjadi:

a. Akne vulgaris

Perubahan jumlah dan konsistensi lemak kelenjar akibat pengaruh berbagai faktor penyebab, yaitu: genetik, hormonal, cuaca, jasad renik, makanan dan stress psikis.

b. Akne venenata

Tertutupnya saluran kelenjar sebasea oleh massa eksternal, baik dari kosmetika, bahan kimia di tempat kerja, deterjen, atau bahkan tekanan dari ikatan rambut.

c. Akne fisika

Saluran keluar kelenjar sebasea menyempit akibat radiasi sinar ultraviolet, sinar matahari, atau sinar radio aktif (Wasitaatmadja, 1977).

2.3.3 Tahap terjadinya jerawat

Pada kulit yang semula dalam kondisi normal, sering kali terjadi penumpukan kotoran dan sel kulit mati karena kurangnya perawatan dan pemeliharaan, khususnya pada kulit yang memilki tingkat reproduksi minyak yang tinggi. Akibatnya saluran kandung rambut (folikel) menjadi tersumbat. Sel kulit mati dan kotoran yang menumpuk tersebut kemudian terkena bakteri acne, maka timbulah jerawat. Dalam waktu tertentu, jerawat yang tidak diobat akan mengalami pembengkakan (membesar dan berwarna kemerahan), disebut papul (Mitsui, 1997).

Bila peradangan semakin parah, sel darah putih mulai naik ke permukaan kulit dalam bentuk nanah maka jerawat tersebut disebut pastul. Jerawat radang terjadi akibat folikel yang ada di dalam dermis mengembang karena berisi lemak padat, kemudian pecah, menyebabkan serbuan sel darah putih ke area folikel sebasea, sehinnga terjadilah reaksi radang. Peradangan akan semakin parah jika kuman dari luar ikut masuk ke dalam jerawat akibat perlakuan yang salah seperti dipijat dengan kuku atau benda lain yang tidak steril. Jerawat radang mempunyai ciri berwarna merah, cepat membesar, berisi nanah dan terasa nyeri. Pastul yang tidak terawat, maka jaringan kolagen akan mengalami kerusakan sampai pada lapisan dermis, sehingga kulit/wajah menjadi bopeng (Mitsui, 1997).

2.3.4 Penanggulangan jerawat

Usaha pengobatan jerawat menurut Wasitaatmadja (1977) dapat dilakukan dengan 3 cara :

1. Pengobatan topikal

Prinsip pengobatan topikal adalah mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan dan mempercepat penembuhan lesi jerawat. Misalnya dengan pemberiaan bahan iritan/ pengelupas seperti: sulfur (4-8%), resorsinol (1-5%), benzoil peroksida (2,5-10%), dan asam azelat (15-20%).

2. Pengobatan sistemik Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan aktivitas jasad renik di samping dapat juga menekan reaksi radang, menekan produksi sebum danmempengaruhi keseimbangan hormonal. Golongan obat sistemik misalnya:pemberian antibiotik (tetrasiklin, eritromisin, trimetoprim dan klindamisin), obat hormonal dapat digunakan untuk menekan produksi androgen atau secara kompetitif menduduki reseptor organ target di kelenjar sebasea (etinil estradiol, antiandrogen siproteron asetat), penggunaan retinoid dan asam vitamin

A oral untuk menekan hiperkeratinisasi sesuai dengan patofisologi jerawat dan atas dasar pemikiran dan tujuan berbeda dapat digunakan obat sistemik berupa antiinflamasi nonsteroid, dapson atau seng sulfat.

3. Bedah kulit

Bedah kulit ditujukan untuk memperbaiki jaringan parut yang terjadi akibat jerawat. Tindakan dapat dilaksanakan setelah jerawat sembuh baik dengan cara bedah listrik, bedah kimia, bedah pisau, dermabrasi, atau bedah laser.

2.3.5 Preparat untuk pengobatan jerawat

Kosmetik penyembuh jerawat dapat berbentuk krim. Bahan-bahan aktif yang dibutuhkan antara lain:

a. Bahan antiseptik, untuk mencegah atau membunuh bakteri yang akan menginfeksi jerawat. Biasa digunakan alkohol (etil alkohol).

b. Bahan keratolitik, untuk menghancurkan lapisan kulit yang menutupi jerawat agar isi jerawat mudah kontak dengan bahan aktif penyembuh lainnya dan mudah keluar. Biasa digunakan asam salisilat.

c. Bahan pengering isi jerawat, biasanya adalah sulfur yang juga bersifat sebagai antiseptik dan keratolitik.

d. Bahan anti pruritus (gatal), agar tidak muncul rasa gatal pada jerawat yang menyebabkan ingin digaruk, sehingga mungkin terinfeksi oleh jari kotor dan bakteri. Biasa digunakan resorsinol.

e. Bahan aktif lain yang sering digunakan adalah camphora, untuk mengeringkan isi jerawat, mengurangi minyak kulit, dan memberi rasa segar.

f. Bahan-bahan lain, misalnya allantoin, digunakan untuk merangsang pertumbuhan sel-sel kulit baru agar bekas jerawat tidak bolong (bopeng),

bahan pengental, bahan pewarna dan bahan pewangi (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.4 Bakteri

Bakteri merupakan organisme uniseluler yang relatif sederhana.

Karenamateri genetik tidak diselimuti oleh selaput membran inti, sel bakteri disebutdengan sel prokariot. Sel prokariot adalah sel yang tidak memiliki membrane intisel. Komponen utama struktur bakteri terdiri atas makromolekul, yaitu DNA, RNA, protein, polisakarida, dan fosfolipida. Sel bakteri terdiri atas beberapa bentuk, yaitu bentuk basil/batang, bulat, atau spiral. Dinding sel bakteri mengandung kompleks karbohidrat dan protein yang disebut peptidoglikan.

Bakteri umumnya bereproduksi dengan cara membelah diri menjadi dua sel yang berukuran sama. Ini disebut dengan pembelahan biner. Untuk nutrisi, bakteri umumnya menggunakan bahan kimia organik yang dapat diperoleh secara alami dari organisme hidup atau organisme yang sudah mati. Beberapa bakteri dapat membuat makanan sendiri dengan proses biosintesis, sedangkan beberapa bakteri yang lain memperoleh nutrisi dari substansi organik. Bakteri mempunyai bentuk dan ukuran yang sangat beragam. Sebagian besar sel bakteri memiliki diameter 0,2-2 mikron dan panjang 2-8 mikron (Radji, 2013).

Menurut Radji (2013) bentuk sel bakteri ada 3 macam yaitu:

a. Bulat (Kokus)

Bakteri kokus biasanya berbentuk bulat atau lonjong, hidup sendiri -sendiri, berpasangan, membentuk rantai panjang atau kubus, tergantung carabakteri itu membelah diri dan kemudian melekat satu sama lain setelahpembelahan. Beberapa bakteri kokus berpasangan setelah pembelahan

sel.Bentuk kokus terdiri atas diplococcus, tetracoccus, streptococcus (berbentuk rantai), sarcinae (berbentuk kubus), dan staphylococcus (berkelompok sepertibuah anggur). Bentuk morfologi kokus yang berbeda-beda ini sering kali digunakan untuk mengidentifikasi jenis bakteri golongan kokus.

b. Batang (Basil)

Bakteri basil adalah golongan bakteri yang memiliki bentuk seperti batang atau silinder. Bakteri ini mempunyai ukuran yang sangat beragam.Basil umumnya terlihat sebagai batang tunggal. Beberapa bakteri basil berpasangan setelah pembelahan sel. Bentuk basil terdiri atas diplobacillus, streptobacillus dan coccobacillus.

c. Spiral (Lengkung)

Bakteri spiral adalah bakteri yang mempunyai bentuk yang tidak lurus seperti basil, tetapi mempunyai satu atau beberapa lekukan. Bakteri spiral dibagi menjadi vibrio (bakteri berbentuk batang yang melengkung menyerupai bentuk koma), spirilum (bakteri berbentuk spiral atau pilinan dengan selnya yang kokoh) dan spiroketa (bakteri yang berbentuk spiral dan tubuhnya sangat lentur sehingga dapat bergerak bebas).

2.4.1 Propionibacterium acne

Sistematika P. acne menurut Brooks., et al (2005) Kerajaan : Bacteria

Filum : Actinobacteria Bangsa : Actinomycetales Suku : Propionibacteriaceae Marga : Propionibacterium Jenis : Propionibacterium acne

P. acne adalah anggota flora normal yang terdapat pada kulit dan menyebabkan penyakit bila bakteri ini menginfeksi, pada pewarnaan gram bakteri ini merupakan bakteri gram positif, berbentuk panjang dengan ujung yang melengkung berbentuk lancip (Jawetz dkk., 1996).

P. acne merupakan bakteri penyebab jerawat. Jerawat merupakan penyakit kulit yang dapat terjadi karena penyumbatan pada pilosebaseus dan peradangan pada kulit (Jawetz dkk., 1996).

2.4.2 Staphylococcus epidermidis

Sistematika bakteri S. epidermidis menurut Berman (2012) adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Bacteria Filum : Firmicutes Bangsa : Bacillalless

Suku : Staphylococcuceae Marga : Staphylococcus

Jenis : Staphylococcus epidermidis

Stafilokokus merupakan sel gram positif berbentuk bulat biasanya tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur seperti anggur. S. epidermidis membentuk koloni berupa abu-abu sampai putih, non patogen, koagulasi negatif, tidak memfermentasi manitol, dapat bersifat aerob dan anaerob fakultatif. S.

epidermidis merupakan flora normal pada kulit. Infeksi stafilokokus lokal tampak sebagai jerawat dan infeksi folikel rambut atau abses (Irianto, 2006).

2.5 Masker

Masker adalah produk kosmetik yang menerapkan prinsip Occlusive Dressing Treatment (ODT) pada ilmu dermatologi yaitu teknologi absorpsi perkutan dengan menempelkan suatu selaput atau membran pada kulit sehingga membentuk ruang semi-tertutup antara masker dan kulit untuk membantu penyerapan obat (Lu, 2010; Lee, 2013). Masker yang diaplikasikan pada wajah akan menyebabkan suhu kulit meningkat (±1ºC) sehingga peredaran darah kulit menigkat, mempercepat pembuangan sisa metabolisme kulit, meningkatkan kadar oksigen pada kulit maka pori-pori secara perlahan membuka dan membantu penetrasi zat aktif ke dalam kulit 5 hingga 50 kali dibanding sediaan lain (Lee, 2013; Lu, 2010).

2.5.1 Jenis-jenis masker

Menurut Mitsui (1997), Lu (2010), dan Lee (2013), jenis-jenis masker adalah sebagai berikut:

1. Tipe peel-off

Prinsip masker peel off yaitu dengan memanfaatkan filming agent yang melekat pada kulit sehingga saat masker kering akan terbentuk lapisan film tipis.

Ketika dilepaskan, sel-sel kulit mati dan kotoran pada pori akan ikut terlepas bersama dengan lapisan film tersebut.

Keuntungan: dapat dengan cepat membersihkan pori, memutihkan, dan membersihkan komedo.

2. Tipe wash-off

Tipe masker ini tidak akan membentuk film pada kulit, terbagi menjadi 4 jenis yaitu:

a. Tipe mud pack

Kegunaan utama tipe ini adalah membersihkan dan melembapkan. Bahan yang digunakan adalah kaolin, bentoit, lumpur alami, serbuk kacang-kacangan dan sebagainya.

Keuntungan: mengandung surfaktan dan air sehingga mampu melunakkan dan membersihkan sebum kulit yang telah mengeras.

Kerugian: mampu terkontaminasi bakteri sehingga perlu penambahan pengawet yang banyak dan sulit dibersihkan.

b. Tipe krim

Merupakan tipe krim emulsi minyak dalam air. Kegunaan utamanya adalah untuk melembapkan kulit karena kandungan minyak tumbuhan serta mampu

Merupakan tipe krim emulsi minyak dalam air. Kegunaan utamanya adalah untuk melembapkan kulit karena kandungan minyak tumbuhan serta mampu

Dokumen terkait