• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.4 Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Masker Peel-off Terhadap

3.4.4 Pembuatan Agar Miring

Sebanyak 3 ml media nutrient agar steril dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang steril, didiamkan pada temperatur kamar sampai nutrient agar membeku pada posisi miring membentuk sudut 45o, kemudian disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 5oC.

3.4.5 Pembuatan Stok Kultur Bakteri P. acne dan S. epidermidis

Satu koloni bakteri P. acne dan S. epidermidis diambil dengan jarum ose steril, lalu diinokulasikan pada permukaan media nutrient agar miring dengan cara menggores, kemudian diinkubasikan pada suhu 35 ± 2oC selama 24 jam (Ditjen POM, 1995).

3.4.6 Pembuatan Inokulum Bakteri P. acne dan S. epidermidis

Koloni bakteri P. acne dan S. epidermidis diambil dari stok kultur dengan menggunakan jarum ose steril, kemudian disuspensikan ke dalam 10 ml larutan Nutrient Broth (NB) steril lalu diinkubasikan pada suhu 35 ± 2oC sampai didapat kekeruhan dengan transmitan 25% menggunakan alat spektrofotometer UV panjang gelombang 580 nm (Ditjen POM, 1995).

3.4.7 Uji aktivitas antibakteri

Sebanyak 0,1 ml inokulum dimasukkan ke dalam cawan petri steril, setelah itu dituang media nutrient agar sebanyak 15 ml dengan suhu 45-50oC, selanjutnya dihomogenkan dengan cara digoyang membentuk angka 8, agar media

dan suspensi bakteri tercampur rata. Pada media yang telah padat diletakkan beberapa pencadang kertas yang telah dicelupkan ke dalam sediaan masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang dengan berbagai konsentrasi, dan dibandingkan dengan kontrol ngatif, dan kontrol positif yaitu sediaan dipasaran, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37oC selama 18 - 24 jam, setelah itu diukur diameter daerah hambatan (zona jernih) pertumbuhan di sekitar pencadang dengan menggunakan jangka sorong.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pembuatan Sediaan Masker Peel-off

Sediaan masker peel-off anti jerawat dibuat dengan menggunakan formula standar masker peel-off (Rieger, 2000). Formula standar ini kemudian dimodifikasi dimana pada penelitian ini sebagian bahan tidak digunakan seperti pH buffer, pewarna dan parfum. Ekstrak etanol daun ketapang yang ditambahkan dalam sediaan masker peel-off sebagai anti jerawat diperoleh dari peneliti sebelumnya, konsentrasi yang digunakan yaitu: 2%; 4%; 6; 8% dan blanko.

Sediaan masker yang diperoleh berupa masker peel-off bewarna coklattua dan berbau khas daun ketapang. Hasil pembuatan sediaan masker peel-off dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 56

4.2 Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Masker Peel-Off 4.2.1 Hasil Pemeriksaan Homogenitas

Hasil pemeriksaan homogenitas terhadap sediaan masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang menunjukkan bahwa semua sediaan homogen, tidakmemperlihatkan adanya butir-butir kasar pada saat sediaan dioleskan pada objek glass. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki susunan yang homogen (Ditjen POM, 1979). Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 57

4.2.2 Hasil Pengamatan Stabilitas Sediaan

Evaluasi stabilitas sediaan dilakukan selama penyimpanan 12 minggu dengan interval pengamatan setiap 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 minggu. Sediaan masker

peel-off disimpan pada suhu kamar dan diamati perubahan bau, warna, pH, dan viskositas. Hasil evaluasi stabilitas dari tiap parameter dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil pengamatan stabilitas sediaan masker peel-off

Parameter Formula Waktu (Minggu)

2 4 6 8 10 12

F1 Khas Khas Khas Khas Khas Khas

F2 Khas Khas Khas Khas Khas Khas

F3 Khas Khas Khas Khas Khas Khas

F4 Khas Khas Khas Khas Khas Khas

Keterangan:

F0 : Masker peel-off tanpa ekstrak etanol daun ketapang (blanko) F1 : Masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang 2%

F2 : Masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang 4%

F3 : Masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang 6%

F4 : Masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang 8%

B : Bening menunjukkan bahwa warna dan bau sediaan masker tidak mengalamiperubahan selama 12 minggu penyimpanan pada suhu kamar. Hal inimenunjukkan bahwa sediaan masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang yang dibuat stabil.

4.2.3 Hasil Pengukuran pH Sediaan

Pengukuran pH sediaan masker peel-off dilakukan dengan menggunakan alat pH meter (ATC). Nilai pH tidak boleh terlalu asam karena dapatmenyebabkan

iritasi pada kulit sedangkan jika pH terlalu basa dapat menyebabkan kulit bersisik. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil pengukuran pH sediaan masker peel-off

Parameter Formula Waktu (Minggu)

2 4 6 8 10 12

F0 : Masker peel-off tanpa ekstrak etanol daun ketapang (blanko) FI : Masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang 2%

FII : Masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang 4%

FIII : Masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang 6%

FIV : Masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang 8%

Hasil pengamatan sediaan masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang setelah penyimpanan selama 12 minggu, pH yang diperoleh sedikit turun dibandingkan dengan pH setelah dibuat. Meskipun terjadi penurunan pada pH, tetapi sediaan tersebut masih aman digunakan. Dimana pH sediaan ini masih dalam pH fisiologis kulit yaitu 4,5-6,5 (Tranggono dan Latifah, 2007).

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol daun ketapang yang ditam bahkan ke dalam masker peel-off maka pH sediaan tersebut semakin menurun atau semakin asam. Hal ini dapat disebabkan karena pH ekstrak etanol daun ketapang yang asam yaitu 5,4.

Namun walaupun pH ekstrak asam, setelah diformulasikan pH meningkat sehingga masih memenuhi syarat yang ditentukan.

4.2.4 Hasil Pengujian Waktu Sediaan Mengering

Pengujian waktu sediaan mengering dilakukan pada suhu ruangan

±25ºCdengan mengamati waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering, yaitu

waktudari saat mulai dioleskannya masker peel-off pada kulit wajah hingga terbentuk lapisan yang kering (Vieira, 2009). Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan dengan suka relawan yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil pengukuran lama pengeringan masker, diperoleh hasil berkisar 25-27 menit. Dari data yang diperoleh masker peel-off memenuhi persyaratan waktu mengering yaitu antara 15-30 menit (Vieira, 2009). Hasil pengujian waktu sediaan mengering masker peel-off dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Waktu Sediaan Mengering Setelah

F0 : Masker peel-off tanpa ekstrak etanol daun ketapang (blanko) FI : Masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang 2%

FII : Masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang 4%

FIII : Masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang 6%

FIV : Masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang 8%

4.2.5 Hasil Pengukuran Viskositas Sediaan

Pengujian viskositas merupakan faktor yang penting karena mempengaruhi parameter daya sebar dan pelepasan zat aktif dari masker peel-off.Masker peel-off yang memiliki viskositas optimum akan mampu menahan zataktif tetap terdispersi dalam basis masker peel-off dan meningkatkan konsistensi masker peel-off tersebut (Madan dan Singh, 2010). Hasil pengukuran viskositas dapat dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Viskositas Sediaan

F0 : Masker peel-off tanpa ekstrak etanol daun ketapang (blanko) FI : Masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang 2%

FII : Masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang 4%

FIII : Masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang 6%

FIV : Masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang 8%

* : Pengukuran hasil rata-rata tiga kali pengulangan

Hasil penentuan viskositas sediaan masker peel-off dilakukan menggunakan viskometer Brookfield dengan spindel nomor 64 dan kecepatan 12.

Hasil pengamatan viskositas sediaan maskerpeel-off, menunjukkan bahwa sediaan mengalami penurunan nilai viskositas. Hal ini dapat disebabkan karena lama penyimpanan, sehingga sediaan terpengaruh oleh lingkungan seperti udara.

Sediaan masker peel-off mengandung gliserin yang bersifat higroskopis dengan afinitas yang tinggi untuk menarik dan menahan molekul air dan menjaga kestabilan dengan cara mengabsorbsi lembab dari lingkungan (Barel dkk., 2009).

4.3 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 15 sukarelawan yang dilakukan dengan cara menempelkan sediaan masker peel-off pada kulit belakang telinga, menunjukkan bahwa semua sukarelawan memberikan hasil negatif terhadap parameter reaksi iritasi. Parameter yang diamati yaitu adanya kulit merah, gatal-gatal, ataupun adanya pembengkakan. Dari hasil uji iritasi tersebut yang disimpulkan bahwa sediaan masker peel-off yang dibuat aman untuk

digunakan (Tranggono dan Latifah, 2007). Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan Pengamatan Sukarelawan

Pengamatan Sukarelawan

F0 F1 F2 F3 F4

Kemerahan - - - -

Gatal-gatal - - - -

Bengkak - - - -

Keterangan:

(-) : Tidak ada reaksi

(+) : Terjadi reaksi kemerahan (++) : Terjadi reaksi gatal-gatal (+++) : Terjadi reaksi bengkak

F0 : Masker peel-off tanpa ekstrak etanol daun ketapang (blanko) FI : Masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang 2%

FII : Masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang 4%

FIII : Masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang 6%

FIV : Masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang 8%

4.4 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Masker Peel-off Terhadap Bakteri P. acne dan S. Epidermidis

Berdasarkan hasil uji aktivitas antibakteri yang dilakukan dengan berbagai formula masker peel-off dan sediaan dipasaran sebagai kontrol positif, menunjukkan sediaan masker peel-off memiliki diameter zona hambat yang lebih besar dibandingkan dengan sediaan di pasaran. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Pengukuan Uji Aktivitas Antibakteri Masker Peel-off Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri (mm)*

P. acne S. epidermidis

F0 = Blanko (dasar masker peel-off tanpa ekstrak etanol daun ketapang) F1 = Konsentrasi ekstrak etanol daun ketapang 2%

F2 = Konsentrasi ekstrak etanol daun ketapang 4%

F3 = Konsentrasi ekstrak etanol daun ketapang 6%

F4 = Konsentrasi ekstrak etanol daun ketapang 8%

KP = Kontrol Positsif (Sediaan di pasaran) KN = Kontrol Negatif (DMSO)

* = Hasil pengukuran dua kali pengulangan

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak di dalam sediaan masker peel-off, maka semakin besar daya hambat pertumbuhan bakterinya. Ini terlihat dari besarnya diameter zona hambat yang terbentuk. Data di atas menunjukkan, Formula 1 dengan konsentrasi ekstrak 2% memiliki diameter zona hambat sebesar 22,6 mm pada P. acne dan 18,9 mm pada S.

epidermidis. Menurut Depkes RI (1995), suatu zat dikatakan memiliki daya hambat yang baik jika diameter daerah hambatan lebih kurang 14 sampai 16mm.

Maka Formula 1 dengan konsentrasi ekstrak 2% sudah efektif dan efisien untuk dijadikan sebagai sediaan masker peel-off. Gambar hasil uji aktivitas antibakteri sediaaan masker peel-off dapat dilihat pada Lampiran 9.

Hasil uji ini juga menunjukkan bahwa sediaan masker peel-off yang mengandung ekstrak memilliki aktivitas antibaketri yang lebih besar dibandingkan dengan ekstrak etanol daun ketapang. Hasil perbandingan dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Perbandingan Aktivitas Antibakteri Ekstrak dan Sediaan Masker

F0 = Blanko (dasar masker peel-off tanpa ekstrak etanol daun ketapang) F1 = Konsentrasi ekstrak etanol daun ketapang 2%

F2 = Konsentrasi ekstrak etanol daun ketapang 4%

F3 = Konsentrasi ekstrak etanol daun ketapang 6%

F4 = Konsentrasi ekstrak etanol daun ketapang 8%

KP = Kontrol Positsif (Sediaan di pasaran) KN = Kontrol Negatif (DMSO)

* = Hasil pengukuran dua kali pengulangan

Data diatas menunjukkan bahwa, terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara diameter zona hambat ekstrak dan diameter zona hambat sediaan masker peel-off, dimana sediaan masker peel-off memiliki diameter zona hambat yang lebih besar. Hal ini diduga karena adanya bahan pengawet yaitu nipagin dalam formulasi sediaan masker peel-off. Menurut Rowe, dkk (2006), nipagin sebagai bahan pengawet efektif menghambat pertumbuhan kapang dan khamir.

Nipagin juga aktif melawan bakteri terutama bakteri Gram positif jika dibandingkan dengan bakteri Gram negatif.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah:

a. Ekstrak etanol daun ketapang dapat diformulasikan menjadi sediaan masker peel-off dengan menggunakan variasi konsentrasi ekstrak. Masker peel-off yang dihasikan berwarna coklat tua hingga coklat kehitaman dan blanko tidak berwarna atau bening.

b. Masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang memiliki aktivitas antibakteri terhadap Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti berikutnya untuk melakukan uji klinis terhadap penderita yang mempunyai jerawat menggunakan skin analyzer.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, P.D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 473.

Barel, A.O., Paye, M., Maibach, H.I. 2009. Cosmetic Science and Technology.

2nd Ed. New York: John Willy and Son Inc. Halaman 626-629.

Batubara, S. 2016. Formulasi Masker Peel-off Ekstrak Buah Terong Belanda (Cyphomandra betacea cav.sendth.) Sebagai Anti-Aging. Skripsi.

Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Halaman 27.

Berman, A., Snyder, S. 2012. Fundamental of Nursing: Concepts, Process, and Practice. Edisi Ke-9. New Jersey: Pearson.

Brooks, G.F., Butel, J.S., Morse, S.A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi I.

Jakarta: Salemba Medika.

Difco Laboratories. 1977. Difco Manual of Dehydrated Culture Media and Reagents for Microbiology and Clinical Laboratory Procedures. Ninth edition. Detroit Michigan: Difco Laboratories. Halaman 32, 64

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Halaman 9, 33, 151-171.

Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 22,356.

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 40, 156.

Depkes RI, 2017. Farmakope Herbal Indonesia Edisi 3. Jakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 530-531.

Dwikarya, M. 2002. Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: Kawan Pustaka. Hal. 1, 57.

Fauzi, A.R dan Nurmalina, R. 2012. Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Halaman 3

Farnsworth, N. R. (1966). Biological and Phytochemical Screening of Plants, Journal of Pharmaceutical Sciences. Volume 55. Number 3. Chicago:

Reheis Chemical Company. Halaman 225-276.

Grace, F.X., C. Darsika, K.V. Sowmya, K.Suganya, and S. Shanmuganathan.

2015. Preparation and Evaluation of Herbal Peel Off Face Mask.

American Journal of PharmTech Research. (5): 33-336.

Herbarium Medanese. (2019). Hasil Identifikasi Tumbuhan. Medan: USU.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid 3. Jakarta: Departemen Kehutanan. Halaman 1502.

Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Jilid I. Bandung:

Irama Widya.

Jawetz, E., Melnick, J.L., dan Adelberg, E.A. (1996). Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Halaman 63.

Kuncari, E.S., dkk. 2014. Evaluasi Uji Stabilitas Fisik dan Sinersis Sediaan Gel yang Mengandung Minoksidil, Apigenin dan Perasan Herba Seledri (Apium graveolens L.). Bul. Penelit. Kesehat. 42(4): 214.

Lay, W.B. (1994). Analisis Mikrobiologi di Laboratorium. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Halaman 71-73.

Lee, C.K. (2013). Assessments Of The Facial Mask Materials In Skin Care.

Thesis. Department of Cosmetics Science. Chia-Nan University of Pharmacy and Science. Taiwan: Hal. 10-19.

Lu, J.B. (2010). The Development of Fomula and Quality Control Method for Tranexamic Acid Hydrogel Mask. Thesis. Department of Applied Chemistry. Chaoyang University of Technology. Taiwan. Hal. 12-15.

Madan, J., Singh, R. 2010. Formulation and Evalution of Aloe vera topical gels.

International Journal of Pharmaceutical Sciences. 2(2). Halaman 551-555

Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Tokyo: Elsevier. Halaman 28-32, 157.

Mulyawan, D., dan Suriana, N. 2013. A-Z Tentang Kos metik. Jakarta: Elex Media Komputindo. Halaman 16-17.

Noormindhawati, L. (2013). Jurus Ampuh Melawan Penuaan Dini. Jakarta:

Kompas Gramedia. Hal. 2-5.

Novel, S.S. (2014). 500 Rahasia Cantik Alami Bebas Jerawat. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Halaman 9-10, 12.

Nurani, L. W. 2018. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Pisang Muli (Musa acuminata) terhadap Methicillin Resistent Staphylococcus aureus. Skripsi.

Fakultas Kedokteran. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Halaman 38

Pauly, G., 2001, “Cosmetic, Dermatological and Pharmaceutical Use of an Extract of Terminalia catappa”, United States Patent Application

Pratiwi, S.T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Yogjakarta: Erlangga.

Halaman 106-108, 136-137.

Prianto, J. 2014. Panduan Lengkap Merawat Kulit Wajah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Halaman 144-147.

Putro, D.S. (1997). Agar Awet Muda. Malang: Universitas Negeri Malang Press.

Hal. 21-22.

Radji, M. (2013). Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi &

Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 7, 10.

Rawlins, E.A. (2003). Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. Edisi ke delapan belas. London: Bailierre Tindall. Halaman 22, 355.

Riawenni, S. 2017. Aktivitas antibakteri krim antijerawat yang mengandung ekstrak daun sirih hijau (piper betle l.) Terhadap propionibacterium acne.

Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Rieger, M. M. 2000. Harry's Cosmeticology 8th Edition. New York: Chemical Publishing Co.Inc. Halaman 471-483.

Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung:

ITB. Halaman 71-72.

Rowe,R.C., Sheskey,P.J., Quinn,M. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. London: Pharmaceutical Press. Halaman 300-302.

Shai, A., Maibach, H.I., dan Baran, R. (2009). Handbook of Cosmetic Skin Care. Edisi II. UK: Informa Healthcare. Hal. 6-10.

Tamelia. 2019. Formulasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Ketapang terhadap Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara. Medan

Thomson, L.A.J., and B. Evans. 2006. Terminalia catappa (tropical almond), ver.

2.2. In: Elevitch, C.R. (ed.). Species Profiles for Pacific Island Agroforestry. Permanent Agriculture Resources (PAR), Hōlualoa, Hawaii Tranggono, RI, Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Halaman 11–32, 167.

Umayah, R. 2016. Formulasi Sediaan Masker Peel-off Ekstrak Etanol Daun Kangkung Air (Ipomoea aquatic) dan Efeknya Sebagai Anti-Aging.

Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Halaman 45-46.

Vieira, R.P. 2009. Physicaland Physico chemical Stability Eavluation of Cosmetic Formulations Containing Soybean Extract Fermented by Bifido bacterium animals. Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences. 45(3).

Halaman 515-525.

Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI Press.

Halaman 16-21.

Wasitaatmadja, S. M. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia. Halaman 3.

Wasito, H. 2011. Obat Tradisional Kekayaan Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Halaman 57.

World Health Organization. 1992. Quality Control Methods For Medicinal Plant MateriaL. Switherland: WHO. Halaman. 19-25.

Zuhrotun Ade., Suganda, Nawawi dan As’ari. 2010. Phytochemical Study of Ketapang Bark (Terminalia catappa L.) International Conference on Medicinal Plants.

Lampiran 1. Surat Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian Kesehatan

Lampiran 2. Contoh Surat Pernyataan Sukarelawan

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN (Informed Consent)

Saya yang bertandatangan di bawah ini,

Nama :

Umur :

JenisKelamin : Stambuk : Alamat : No.Telp/HP :

Telah mendapat penjelasan dari peneliti (Umairoh Mailanie) secara jelas tentang penelitian “Formulasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Masker Peel-off Ekstrak Etanol Daun Ketapang (Terminalia catappa L.) Terhadap Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis”, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia untuk diikutsertakan dalam penelitian tersebut.

Demikian surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, April 2019 Responden

( )

Lampiran 3. Gambar Tanaman Ketapang

Gambar pohon ketapang

Gambar daun ketapang 1cm

Lampiran 3. Lanjutan

Gambar daun ketapang kering

Gambar serbuk simplisia Daun Ketapang 1cm

Lampiran 4. Bagan Kerja Pembuatan Sediaan Masker Peel-off Ekstrak Eanol Daun Ketapang

1. Bagan Pembuatan Basis Masker Peel-off

Ditambahkan etanol 96%

Dimasukkan massa PVP ke dalam massa PVA, aduk hingga homogen

Dicampurkan, diaduk hingga homogen

Tambahkan gliserin

Basis masker peel-off

Lampiran 4. Lanjutan

2. Bagan Pembuatan Masker Peel-off Ekstrak Etanol Daun Ketapang

Ditambahkan ekstrak etanol daun ketapang 2%, 4%, 6%

dan 8%

Ditambahkan etanol 96% setelah dingin Nipagin

Dimasukkan massa PVP ke dalam massa PVA, aduk hingga homogen

Dicampurkan, diaduk hingga homogen

Tambahkan gliserin

Masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang

Lampiran 4. Lanjutan

3. Bagan Pembuatan Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Masker Peel-off Ekstrak Etanol Daun Ketapang

Diambil koloni baktri menggunakan jarum ose steril Disuspensikan ke dalam 10 ml Nutrient broth Diinkubasi

Dimasukkan 0,1 ml ke dalam cawan petri DituangNutrient agar 15 ml

Dihomogenkan dengan cara digoyang membentuk angka 8

Diletakkan pencadang kertas yang telah dicelupkan ke dalam sediaan masker peel-offdengan konsentrasi ekstrak 0, 2, 4, 6 dan 8% serta salah satu sediaan dipasaran sebagai pembanding

Diinkubasi selama 24 jam

Diukur diameter zona hambat bakteri menggunakan jangka sorong

Stok kultur bakteri

Inokulum Bakteri

Bakteri dalam NA padat

Hasil terlampir

Lampiran 5. Gambar Sediaan Masker Peel-off Ekstrak Etanol Daun Ketapang

Sediaan Masker Peel-off pada Awal Pembuatan

Sediaan Masker Peel-off pada penyimpanan 12 minggu

F0 (Blanko) F1 (2%) F2 (4%) F3 (6%) F4 (8%)

F0 (Blanko) F1 (2%) F2 (4%) F3 (6%) F4 (8%)

Lampiran 6.Gambarujihomogenitassediaan masker peel-off

Keterangan:

F0 : Masker peel-off tanpa ekstrak etanol daun ketapang (blanko) FI : Masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang 2%

FII : Masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang 4%

FIII : Masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang 6%

FIV : Masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang 8%

Lampiran 7. Gambar Pengaplikasian Masker Peel-off pada Wajah Sukarelawan

Masker peel-off awal pengaplikasian Masker peel-off Setelah kering

Lampiran 8. Hasil Uji Iritasi Sediaan Masker Peel-offterhadap Sukarelawan Pemakaian dengan masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang 2%

Saat pemakaian Setelah pemakaian

Pemakaian dengan masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang 4%

Saat pemakaian Setelah pemakaian

Lampiran 8. Lanjutan

Pemakaian dengan masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang 6%

Saat pemakaian Setelah pemakaian

Pemakaian dengan masker peel-off ekstrak etanol daun ketapang 8%

Saat pemakaian Setelah pemakian

Lampiran 9. Gambar

KP = Kontrol Positsif (Sediaan di pasaran) KN = Kontrol Negatif (DMSO)

P. acne

Gambar Hasil Uji aktivitas anti bakteri sediaan masker

= Blanko (dasar masker peel-off tanpaekstraketanoldaunketapang

= Konsentrasi ekstrak etanol daun ketapang 2%

= Konsentrasi ekstrak etanol daun ketapang 4%

i ekstrak etanol daun ketapang 6%

= Konsentrasi ekstrak etanol daun ketapang 8%

Positsif (Sediaan di pasaran)

Lampiran 10. Gambar Alat dan Bahan

Alat Gelas Viskometer Brookfield

Penangas Air Ph Meter

Rotary Evaporator Neraca Analitik

Lampiran 10. Lanjutan

Mikropip

`

Oven

Jangka sorong Lanjutan

Mikropipet Autoklaf

Oven LAF (Laminar Air Fl

sorong Inkubator bak

low)

kteri

Dokumen terkait