• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Pedoman Perumusan Konsep Manajemen Risiko

2.6.1 Kerangka Pengurangan Risiko Bencana

Kerangka konseptual dari unsur-unsur yang dianggap memungkinkan untuk meminimalkan kerentanan dan risiko bencana yang ada di masyarakat adalah dengan menghindari (pencegahan), atau membatasi (mitigasi dan kesiapsiagaan) ancaman bencana (ISDR, 2004). Secara garis besar untuk mengurangi dampak dari risiko bencana dapat melalui:

A. Komitmen Politik dan Pengembangan Kelembagaan (Pemerintahan)

Pemerintahan menjadi kunci dari keberlanjutan pengurangan risiko bencana. Komitmen politik dan kelembagaan yang kuat didefinisikan melalui tata kelola pemeritahan yang baik diharapkan meningkatkan pengurangan risiko bencana sebagai prioritas kebijakan, mengalokasikan sumber daya yang diperlukan untuk pengurangan risiko bencana, menegakkan pelaksanaannya dan menetapkan tanggung jawab, serta memfasilitasi partisipasi dari masyarakat sipil maupun sektor swasta.

Bentuk perencanaan dan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintahan dapat melalui penentuan prioritas kebijakan pada pengurangan risiko, mengintegrasikan pengurangan risiko bencana pada rekonstruksi pasca bencana, serta mengintegrasikan pengurangan risiko bencana dalam pengembangan kebijakan perencanaan dan sektoral

(pemberantasan kemiskinan, perlindungan sosial,

pembangunan berkelanjutan, adaptasi perubahan iklim, pengelolaan sumber daya alam, dan lain-lain). Selain itu untuk hukum dan kerangka aturan yang perlu dipertimbangkan dalam tata kelola pemerintahan adalah adanya undang-undang dan peraturan, kode etik, standar, pelaksanaan dan pemenuhan, serta tanggung jawab dalam pengurangan risiko bencana.

Pemerintah juga dapat mengalokasikan dan memobilisasi sumber daya yang dimiliki dalam mengurangi risiko bencana, diantaranya dapat berupa sumber daya finansial/keuangan (pendanaan alternatif dan inovatif, pajak, intensif), manusia, teknis, material serta sektoral.

B. Penilaian dan Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko merupakan dasar pengetahuan yang digunakan pada metode penilaian dampak dan risiko bencana. Secara sistematis penilaian kerugian dari dampak bencana, terutama sosial dan ekonomi dapat dilakukan melalui pemetaan risiko. Hasil dari pemetaan yang dilakukan ini selanjutnya dapat digunakan untuk memahami dan mengambil tindakan sesuai dengan identifikasi/pemetaan yang dilakukan. Peran identifikasi risiko juga dapat digunakan sebagai peringatan dini, dimana peringatan dini semakin didefinisikan sebagai sarana untuk menginformasikan pada masyarakat publik dan pihak berwenang terhadap risiko yang akan datang. Oleh karena itu identifikasi risiko sebagai sarana untuk mendapatkan masukan yang tepat dalam mengurangi dampak bencana.

Kualitas data dan penilaian risiko berdasarkan hasil yang didapatkan dari analisis ancaman / bahaya (karakteristik, dampak, historis dan cakupan wilayah, penilaian multi-ancaman, penilaian multi-ancaman, pengawasan ancaman termasuk ancaman-ancaman yang baru muncul); penilaian kerentanan dan kapasitas (sosial, ekonomi, fisik dan lingkungan, politik, serta faktor budaya); kemampuan pemantuan risiko, peta risiko dan skenario risiko. Sedangkan sebagai peringatan dini, kualitasnya berdasarkan pemantauan dan peramalan, skenario risiko yang dibuat, peringatan dan penyebaran informasi, serta respon masyarakat dalam menanggapi peringatan.

C. Manajemen (Pengelolaan) Pengetahuan

Manajemen informasi dan komunikasi, pendidikan dan pelatihan, kesadaran masyarakat dan penelitian merupakan seluruh bagian dalam meningkatkan dan mengelola

pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana.

Dimasukkannya pengurangan risiko bencana melalui pendekatan gender pada setiap tingkat pendidikan, kesadaran masyarakat dan kampanye informasi, keterlibatan media dalam penyebaran informasi dan advokasi, ketersediaan pelatihan bagi masyarakat dan profesional, serta penelitian adalah bahan untuk mendukung dasar pengetahuan pengurangan risiko bencana yang efektif.

Pengelolaan informasi dan komunikasi dapat melalui program-program informasi dan diseminasi, sistem informasi publik dan swasta, serta manajemen risiko jaringan (penanggulangan bencana secara ilmiah, informasi teknis dan diterapkan, pengetahuan lokal/kearifan lokal masyarakat). Dalam manajemen pengetahuan juga diperlukan pendidikan dan pelatihan dengan memasukkannya pengurangan bencana di semua tingkat pendidikan (kurikulum dan materi pendidikan), adanya program pelatihan untuk pelatih, diseminasi (penyebaran) informasi pengurangan risiko melalui kearifan lokal, serta program-program pelatihan masyarakat.

Selain hal diatas, dalam pengelolaan pengetahuan pengurangan risiko bencana juga diperlukan kesiapsiagaan publik dalam menanggapi suatu ancaman. Bentuk kesiapsiagaan publik dapat melalui keterlibatan dalam kebijakan, program, dan materi kesadaran publik serta melalui keterlibatan media komunikasi dalam penyampaian ancaman risiko bencana.

Selanjutnya, pengelolaan pengetahuan untuk mengurangi risiko bencana berdasarkan lingkup penelitian. Peningkatan pengetahuan terhadap pengurangan risiko bencana dapat melalui program penelitian dari lembaga-lembaga terkait pengurangan risiko bencana; evaluasi dan saran; kerjasama

regional, nasional, hingga internasional dalam pengembangan riset, ilmu pengetahuan dan teknologi; adanya hubungan antara ilmu pengetahuan dengan kebijakan (evidence-based policy dan

policyoriented research); adanya indikator, standar dan

metodologi yang ditetapkan untuk mengidentifikasi risiko; serta adanya terbentuknya jaringan mulai regional hingga internasional dalam upaya peningkatan pengetahuan pengurangan risiko bencana.

D. Instrumen dan Penerapan Manajemen Risiko

Instrumen untuk manajemen risiko telah tumbuh pesat terutama melalui pengenalan manajemen lingkungan, penanggulangan kemiskinan dan instrumen manajemen finasnisal sebagai solusi yang saling melengkapi. Peran pengelolaan sumber daya lingkungan diakui dapat digunakan dalam mengurangi risiko bencana iklim. Untuk mendapatkan hasil yang efektif, perlu disinergikan antara pembangunan bekelanjutan dengan praktek manajemen risiko bencana. Praktek pengembangan sosial dan ekonomi melalui penanggulangan kemiskinan seperti perlindungan sosial merupakan cara mengurangi risiko dan instrumen untuk pemulihan secara mandiri (self-reliance). Selanjutnya peran manajemen finansial melalui kerjasama dalam bentuk

micro-financing dan public-private akan sangat membantu.

Lingkup penerapan manajemen risiko berupa pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam, praktik pengembangan sosial dan ekonomi, serta tindakan-tindakan teknis dan fisik. Dalam pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam perlu adanya penghubung antara manajemen lingkungan dengan praktik pengurangan risiko seperti manajemen penggunaan lahan basah dan hutan untuk mengurangi risiko banjir dan longsor, penggunaan penilaian dampak lingkungan (environmental impact assessment) pada perencanaan pengurangan risiko bencana.

Selanjutnya penerapan manajemen risiko pada praktik pengembangan sosial dan ekonomi dapat melalui jaringan keselamatan dan perlindungan sosial, instrumen keuangan (keterlibatan sektor finansial dalam penanggulangan bencana, misalnya: asuransi), serta strategi hidup berkelanjutan. Selain itu, praktik manajemen risiko yang diterapkan melalui tindakan-tindakan teknis dan fisik berupa penerapan skema pengembangan wilayah dan kota, penerapan pada tata guna lahan, intervensi teknis struktural (ketahanan konstruksi dan infrastruktur), serta konservasi lahan.

E. Kesiapsiagaan Bencana, Rencana Kontigensi dan Manajemen Kedaruratan

Kesiapsiagaan dan manajemen kedaruratan menjadi alat yang efektif dalam mengurangi korban dari efek langsung bencana. Sistem yang dipersiapkan dengan baik merupakan upaya efektif untuk memberikan informasi sebagai peringatan dini, terdapat di dalam rencana kesiapsiagaan nasional dan lokal secara teratur dalam menetapkan sistem komunikasi dan koordinasi, serta infrastruktur logistik yang memadai dan dana darurat untuk merespon. Kesiapsiagaan tingkat lokal, khususnya masyarakat, termasuk dalam pelatihan perlu perhatian khusus dengan cara yang paling efektif dalam mengurangi kerugian dan mata pencaharian.

Kesiapsiagaan dan rencana kontigensi dapat diwujudkan melalui sistem komunikasi dan koordinasi yang efektif, serta latihan praktek dari rencana yang telah dibuat. Selain itu, juga dapat melalui manajemen kedaruratan berupa membangun organisasi perlindungan dan pertahanan sipil serta jaringan relawan untuk membantu pada penanggulangan bencana.

Dampak Bencana Faktor Risiko Kerentanan: - Sosial - Ekonomi - Fisik - Lingkungan Ancaman: - Geologis - Hidrometeorologis - Biologis - Kegagalan Teknologi - Lingkungan Analisis Kerentanan dan Kapasitas Pemantauan dan Analisis Ancaman Peringatan Dini Kesiapsiagaan Manajemen Kedaruratan Pemulihan Peningkatan Kesadaran

untuk perubahan perilaku

Pengembangan Pengetahuan

- Informasi

- Pendidikan & Pelatihan - Penelitian

Komitmen Politik

- Tingkat lokal, regional, nasional, internasional - Kerangka Kerja Institusi (Pemerintahan) 1. Pengembangan kebijakan 2. Peraturan perundang-undangan 3. Pengembangan organisasi - Aksi Komunitas Penerapan Tindakan-tindakan Pengurangan Risiko - Pengelolaan Lingkungan

- Kegiatan Pengembangan Sosial dan Ekonomi - Tindakan-tindakan Teknis dan Fisik 1. Tata guna lahan/perencanaan kota 2. Perlidungan fasilitas penting - Jaringan (networking) dan Kerjasama

Identifikasi Risiko dan Penilaian Dampak

Gambar 2. 4 Kerangka Pengurangan Risiko Bencana Sumber: ISDR, 2004

2.6.2 Praktik Penerapan Manajemen Risiko Bencana

Dokumen terkait