• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Manajemen Bencana (Disaster Management)

2.5.4 Proses Manajemen Risiko Bencana

Dalam proses CBDRM, hasil penilaian terhadap ancaman, kerentanan dan kapasistas merupakan dasar untuk proses pengurangan risiko bencana. Masyarakat harus dilibatkan dalam proses penilaian, perencanaan dan pelaksanaan. Pendekatan ini untuk menjamin kebutuhan riil dan sumberdaya yang sesuai dengan apa yang telah disusun dan disepakati oleh masyarakat.

Menurut Abarquez dan Murshed (2004), terdapat 7 (tujuh) tahapan secara berurutan yang dapat dijalankan sebelum terjadinya bencana, atau setelah bencana terjadi untuk mengurangi risiko di masa mendatang. Setiap tahapan dalam proses CBDRM tumbuh dari tahap sebelumnya dan mengarah ke tindakan selanjutnya. Melalui tahapan tersebut dapat membangun sebuah perencanaan dan sistem penerapan yang dapat menjadi alat (tools) dalam manajemen risiko bencana. Tahapan CBDRM adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan komunitas atau kelompok masyarakat (Selecting the Community). Tahapan ini memilih komunitas yang paling rentan.

2. Membangun hubungan dan memahami masyarakat (Rappot Building and Understandig the Community).

Hal ini pada dasarnya membangun hubungan dan kepercayaan dengan orang-orang lokal.

3. Penilaian risiko bencana partisipatif (Participatory Disaster Risk Assessment). Proses diagnostik untuk mengidentifikasi risiko yang dihadapi oleh masyarakat dan bagaimana masyarakat mengatasi risiko tersebut. Dalam proses ini termasuk penilaian bahaya, kerentanan, dan kapasitas.

4. Perencanaan partisipatif manajemen risiko bencana (Participatory Disaster Risk Management). Setelah

melakukan tahapan penilaian, masyarakat

mengidentifikasi langkah-langkah pengurangan risiko bencana yang akan mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas. Langkah-langkah pengurangan risiko selanjutnya diterjemahkan ke dalam rencana manajemen risiko bencana berbasis masyarakat.

5. Membentuk dan melatih organisasi manajemen risiko bencana berbasis masyarakat (Building and

Training a Community Disaster Risk Management Organization). Risiko bencana yang ada lebih baik dikelola oleh organisasi masyarakat yang memastikan bahwa risiko dapat dikurangi melalui implementasi dari rencana yang telah dibuat. Serta melatih para komponen yang ada dalam organisasi untuk membangun kapasitas mereka.

6. Implementasi manajemen komunitas (Community-Managed Implementation). CBDRM harus mengarah pada pelaksanaan rencana partisipatif dan memberikan motivasi kepada anggota lain dari masyarakat untuk mendukung kegiatan dalam rencana.

7. Pemantauan dan evaluasi partisipatif (Participatory Monitoring and Evaluation). Tahapan ini merupakan sebuah sistem komunikasi dimana informasi mengalir kepada semua orang yang terlibat, baik masyarakat, lembaga yang mendukung, donator, hingga pemerintah.

Sedangkan menurut Kafie dan Murshed (2006), proses dalam CBDRM terdiri dari 6 (enam) tahapan, yaitu:

1. Selecting the Community. Pemilihan masyarakat untuk pelaksanaan CBDRM yang disesuaikan pada beberapa faktor dan kriteria yang disesuaikan dengan tingkat paparan risiko terhadap komunitas tersebut.

2. Rappot Building and Understanding. Memahami dan membangun hubungan sosial terhadap masyarakat lokal sebagai lanjutan dari identifikasi masyarakat rentan. Hal ini sangat penting untuk memastikan partisipasi berbagai kelompok-kelompok lokal.

3. Participatory Disaster Risk Assessment. Proses untuk mengidentifikasi risko dan bagaimana masyarakat, desa, atau komunitas menghadapi dan mengatasi risiko yang ada di hadapan mereka. Pada proses ini melibatkan penilaian bahaya, penilaian kerentanan, penilaian kapasitas, serta analisis prioritas risiko.

4. Community-based Disaster Risk Management Planning. Pada tahapan ini analisis lebih lanjut akan dilakukan bersama oleh pemerintah daerah dan

masyarakat dalam menganalisis risiko dan

mengidentifikasi strategi dan solusi untuk

mengatasinya. Berdasarkan analisis ini, selanjutnya dibentuk rencana untuk pengurangan risiko dan rencana tanggap darurat bencana yang dikembangkan untuk masyarakat. Proses perencanaan akan melibatkan analisis dari stakeholder dan suber daya lokal.

5. Community Managed Implementation. Pelaksanaan rencana pada proses sebelumnya harus dilakukan melalui organisasi masyarakat yang ada di tingkat masyarakat dengan dukungan dari pemerintah daerah dan stakeholder lainnya. Proses pelaksanaan ini mencakup berbagai kegiatan struktural dan non struktural.

6. Monitoring and Evaluation. Proses pemantauan dan

evaluasi melibatkan masyarakat setempat, lembaga

pengembangan, pemerintah daerah serta pemangku kepetingan lainnya dalam mengukur kemajuan yang dibuat dan mengidentifikasi tindak lanjut yang diperlukan.

Gambar 2. 3 Proses CBDRM menurut Kafie dan Murshed

Sumber: ADPC, 2006

Selain itu dalam manajemen bencana berbasis masyarakat juga sangat penting adanya tindakan dalam mengorganisasikan masyarakat, Tan (2004) menjelaskan terdapat 6 hal yang perlu diperhatikan dalam menata organisasi diantaranya yaitu:

1. Adanya kesinambungan bertumpu pada sistem setempat, masyarakat sebenarnya sudah memiliki organisasi mereka sendiri. Bahkan, masyarakat yang paling sederhana dan terpencil pun sudah mengenal dan mempraktekkan kehidupan berorganisasi. Maka dalam mengorganisasi masyarakat dapat memulai dari apa yang sudah mereka jalankan selama ini.

2. Sekedar fungsi bukan hirarki, proses-proses kolektif di kalangan masyarakat merupakan proses-proses pembagian kerja atau tugas berdasarkan fungsi masing-masing, sebagai suatu tim, sesuai dengan kemampuan setiap orang anggota masyarakat tersebut. Membangun struktur dan mekanisme yang hirarkis akan berdampak

negatif pada sikap dan perilaku masyarakat. Adanya hirarki akan membuat masyarakat menganggap fungsi yang mereka jalankan dalam organisasi tersebut sebagai suatu jabatan karier, kemudian meminta digaji, dan seterusnya.

3. Membangun nilai-nilai baru, membangun organisasi masyarakat adalah juga berarti membangun sejumlah kesepakatan-kesepakatan tentang apa yang ‘boleh’ dana pa yang ‘tidak boleh’ dilakukan oleh organisasi atau oleh semua anggotanya.

4. Etik Kerelawanan, kebiasaan dan perilaku sehari-hari dengan melakukan kegiatan secara sukarela untuk melakukan pengorganisasian masyarakat.

5. Menggali sumberdaya sendiri, jaminan kesinambungan proses-proses pengorganisasian masyarakat adalah adanya kemandirian dalam menjalankan organisasi tersebut.

6. Mengembangkan “Lapis Kedua”, tersedianya

sumberdaya manusia secara berkelanjutan (terus menerus) serta mengembangkan sumber daya lokal sebagai pengorganisir masyarakat.

Dari penjelasan tentang proses manajemen bencana berbasis masyarakat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat tahapan-tahapan penting dalam CBDRM yang dapat dijadikan sebagai landasan untuk meneliti tingkat manajemen bencana berbasis masyarakat.

Sebagian besar dari proses manajemen bencana berbasis masyarakat yang disebutkan memiliki kesamaan sehingga pada tingkat manajemen variabel yang dapat diteliti sebagian besar sama dengan tinjauan teori. Namun beberapa ada yang disesuaikan seperti meliputi pemilihan komunitas yang disesuaikan menjadi identifikasi kelompok masyarakat karena dalam pemilihan komunitas melalui proses indentifikasi terlebih dahulu. Membangun hubungan dan pemahaman disesuaikan menjadi pembentukan dan pemahaman hubungan sosial masyarakat

karena pemahaman hubungan sosial masyarakat diawali dengan adanya pembentukan hubungan sosial antara masyarakat tersebut. Penilaian risiko secara partisipatif, perencanaan pengurangan risiko bencana, dan pembentukan organisasi masyarakat, merupakan variabel dianggap sesuai dan dapat diteliti dalam tingkat manajemen di RW. 08 Kelurahan Ploso Kabupaten Pacitan.

Dalam pelaksanaan kegiatan dan proses pengorganisasian dianggap perlu adanya perekrutan dan pembagian tugas dalam manajerial sehingga peneliti menambahkan variabel pembagian tugas dan kerja serta perekrutan dan pengembangan anggota kelompok masyarakat sebagai bentuk peningkatan kapasitas masyarakat yang masuk dalam kelompok penanggulangan bencana berbasis masyarakat. selain itu juga dalam pengorganisasian kelompok masyarakat juga perlu diteliti terkait kerjasama dengan pihak lain karena dianggap sustainbilitas organisasi masyarakat tidak dapat terjadi bila tanpa kerjasama dengan pihak lain.

Pada implementasi manajemen komunitas dirasa kurang rinci sehingga peneliti menambahkan variabel pembuatan sistem peringatan dini, penyebaran informasi ke masyarakat, peningkatan pengetahuan masyarakat, penggunaan media dalam penyampaian informasi, dan pembuatan pusat informasi untuk diteliti sehingga peneliti dapat mengetahui bentuk implementasi kegiatan manajemen pengurangan risiko bencana dalam masyarakat.

Selanjutnya bentuk monitoring dan evaluasi juga dirasa perlu diperdalam lagi untuk tindakan manajemen yang dilakukan kelompok masyarakat, sehingga peneliti menambahkan variabel pemantauan informasi, pelaporan informasi, dan evaluasi partisipatif.

Tabel 2. 4 Kajian Teori Tahapan CBDRM

Sumber Variabel dalam Teori Variabel yang diteliti Abarquez dan Murshed (2004) • Pemilihan komunitas • Membangun hubungan dan memahami masyarakat • Identifikasi kelompok masyarakat • Pembentukan dan pemahaman

• Penilaian risiko bencana partisipatif • Perencanaan partisipatif manajemen risiko bencana • Membentuk dan melatih organisasi manajemen risiko bencana berbasis masyarakat • Implementasi manajemen komunitas • Pemantauan dan evaluasi partisipatif hubungan sosial masyarakat • Penilaian risiko bencana secara partisipatif • Perencanaan pengurangan risiko bencana • Pembentukan organisasi masyarakat • Perekrutan dan pengembangan anggota kelompok masyarakat • Pembagian tugas dan kerja • Kerjasama dengan pihak lain • Pembuatan sistem peringatan dini • Penyebaran informasi ke masyarakat • Peningkatan pengetahuan masyarakat • Penggunaan media dalam penyampaian informasi • Pembuatan pusat informasi • Pemantauan informasi • Pelaporan Informasi • Evaluasi partisipatif Kafie dan Murshed (2006) • Pemilihan Komunitas • Membangun hubungan dan pemahaman • Penilaian partisipatif risiko bencana • Perencanaan manajemen risiko bencana berbasis masyarakat • Implementasi manajemen komunitass • Pemantauan dan evaluasi Sumber: Penulis, 2016

2.6 Pedoman Perumusan Konsep Manajemen Risiko

Dokumen terkait