• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam proses pembelajaran pada kegiatan magang perlu diketahui bagaimana pihak pengelola dapat mempertahankan kondisi lanskap kawasan tersebut serta bagaimana pengelolaan program atau paket- paket wisata yang ditawarkan di Kebun Wisata Pasirmukti sehingga konsep agrowisata yang diberikan dapat diperoleh secara maksimal oleh pengunjung. Secara umum terdapat empat aspek yang diamati yaitu aspek fisik, aspek sosial, aspek agrowisata dan aspek teknis pengelolaannya. Kemudian, dari hasil kegiatan magang akan diperoleh potensi dan kendala dari masing- masing aspek tersebut.

Potensi dan permasalahan yang diperoleh juga dikelompokan kedalam empat bagian yaitu kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, serta dianalisis menggunakan metode SWOT untuk memperoleh rekomendasi berupa strategi pengelolaan lanskap kawasan agrowisata Kebun Wisata Pasirmukti yang ideal dan berkelanjutan (Gambar 2).

Gambar 2 Kerangka Pikir Kegiatan Magang 3.5 Tahapan Kegiatan

Kegiatan magang yang dilakukan di Kebun Wisata Pasirmukti sampai dengan penulisan hasil kegiatan magang terdiri dari beberapa tahapan, antara lain :

Kebun Wisata Pasirmukti

Aspek Fisik Luas Wilayah Iklim Vegetasi Satwa Aksesibilitas Fasilitas Aspek Sosial Karakteristik dan Persepsi Pengunjung Aspek Agrowisata Program wisata Atraksi wisata Objek wisata Aspek Pengelolaan Pengelolaan Ruang Pengelolaan Sirkulasi Pengelolaan Paket Wisata Pengelolaan Pengunjung Permasalahan di Lapang

Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Analisis SWOT

Matriks SWOT Kegiatan Magang

REKOMENDASI

Alternatif Strategi Rencana Pengelolaan Kawasan Agrowisata Kebun Wisata Pasirmukti Yang Ideal

dan Berkelanjutan

Pengamatan dan Pengambilan Data di

18

1. Persiapan awal

Meliputi pembuatan proposal usulan magang, mengurus administrasi, dan mengumpulkan data-data sekunder yang sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan magang. Tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum proses magang di dalam Kebun Wisata Pasirmukti berlangsung.

2. Pengenalan kelembagaan

Meliputi pengenalan dengan pihak pengelola Kebun Wisata Pasirmukti serta pengenalan struktur organisasi, sejarah perusahaan, pembagian kerja, dan prosedur pelaksanaan kerja. Kegiatan ini merupakan tahapan awal pada saat kegiatan magang dilaksanakan.

3. Partisipasi di Kantor Pengelola dan Pengamatan di Lapang

Pada tahap ini meliputi setiap kegiatan yang berhubungan dengan proses pengelolaan kawasan Kebun Wisata Pasirmukti. Setiap kegiatan tersebut diikuti berdasarkan arahan dan bimbingan pihak pengelola dan mengikuti proses pengelolaan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pihak Kebun Wisata Pasirmukti. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang faktual mengenai proses pengelolaan di Kebun Wisata Pasirmukti. Partisipasi di kantor pengelola berupa penyusunan konsep pengelolaan, jadwal pemeliharaan dan terlibat dalam proses redesign taman. Partisipasi dilapang berupa proses pengawasan kegiatan pemeliharaan. Selain itu, kegiatan lapang juga dilakukan untuk pengambilan data penunjang seperti aspek fisik dan biofisik, aspek sosial dan aspek agrowisata.

4. Analisis

Tahapan ini meliputi analisis terhadap data dan informasi yang telah diperoleh. Dalam tahap ini dapat diketahui potensi dan kendala dari masing-masing aspek yang diteliti. Analisis yang dilakukan pada tahap ini antara lain : a. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif merupakan tahapan yang dilakukan terhadap data yang diperoleh berupa studi pustaka, wawancara dengan pengunjung maupun pengelola serta data yang diperoleh pada saat pengamatan. Analisis deskriptif

digunakan untuk mengetahui potensi serta kendala dari aspek teknis pengelolaan dan paket wisata agro yang ditawarkan Kebun Wisata Pasirmukti.

b. Analisis daya dukung kawasan

Menurut Nurisjah et al (2003) salah satu model pendekatan untuk mempertahankan kelestarian, keberadaan atau optimisasi manfaat dari suatu sumberdaya alam, sumberdaya lanskap dan lingkungan yaitu dengan melakukan penilaian terhadap daya dukung (carrying capacity). Pendekatan ini juga digunakan untuk meminimalisasi kerusakan dan membatasi penggunaannya. Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi daya dukung suatu kawasan menurut Knudson (1984) antara lain karakteristik sumberdaya alam, seperti geologi dan tanah, topografi, vegetasi, hewan, iklim dan air, dan karakteristik pengelolaan, seperti kebijakan dan metode pengelolaan, serta karakteristik pengunjung, seperti psikologi, peralatan, perilaku sosial dan pola penggunaan.

Penilaian terhadap daya dukung juga digunakan dalam kegiatan pengelolaan area kegiatan rekreasi alam yang dikenal dengan daya dukung kawasan rekreasi (recreation capacity) yaitu jumlah individu atau pengunjung yang dapat ditampung pada suatu kawasan rekreasi. Tujuan utama dari penilaian ini adalah untuk mempertahankan atau melestarikan potensi rekreatif alami dari areal tersebut pada batas- batas penggunaan yang diperkenankan (Nurisjah et al, 2003). Untuk memperkirakan kebutuhan ruang sebuah aktivitas rekreasi atau daya tampung pengunjung digunakan formulasi sebagai berikut:

DD = A x 1 x Rf B Keterangan :

DD = Daya dukung

A = Luas area yang digunakan (m2) B = Standar luas area yang dibutuhkan Rf = Faktor rotasi

c. Analisis karakteristik dan persepsi pengunjung

Tahap ini dilakukan melalui proses wawancara dan penyebaran kuisioner kepada 45 orang pengunjung secara acak. Melalui kuisioner akan diketahui mengenai karakteristik pengunjung mengenai dirinya dan persepsinya mengenai

20

Kebun Wisata Pasirmukti. Dari hasil kuisioner juga dapat diketahui tingkat kepuasan pengunjung terhadap kegiatan wisata agro yang dilakukan. Kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 1.

d. Analisis SWOT

Penilaian dilakukan terhadap aspek manajemen perusahaan dalam usahanya untuk mengelola integritas lanskap kawasan agrowisata menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT menurut Rangkuti (1997) dilakukan berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Tahapan kerja yang dilakukan dalam analisis SWOT adalah sebagai berikut:

1) Analisis penilaian faktor internal dan faktor eksternal

Identifikasi faktor internal (IFE) dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan serta memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antar faktor- faktor tersebut. Sedangkan, penilaian faktor eksternal (EFE) dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ancaman dan peluang yang dimiliki (David, 2008).

2) Penentuan bobot setiap variabel

Bobot yang diberikan pada setiap faktor disesuaikan dengan skala kepentingannya terhadap pengelolaan kawasan agrowisata Kebun Wisata Pasirmukti. Bobot setiap faktor internal dan eksternal ditentukan dengan metode

Paired Comparison (Kinnear dan Taylor, 1991). Skala yang digunakan untuk

mengisi kolom dalam menentukan bobot setiap faktor adalah :

1. Bobot 1, jika indikator faktor horizontal kurang penting dibandingkan indikator faktor vertikal.

2. Bobot 2, jika indikator faktor horizontal sama penting dengan indikator faktor vertikal

3. Bobot 3, jika indikator faktor horizontal lebih penting dibandingkan indikator faktor vertikal.

4. Bobot 4, jika indikator faktor horizontal sangat penting dibandingkan indikator faktor vertikal.

Tabel 2 Contoh Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal dan Eksternal

Faktor Internal/ Eksternal A B C D E Total Bobot A X1 α1 B X2 α2 C X3 α3 D X4 α4 E X5 α5 Total

Sumber: Kinnear dan Taylor (1991)

Bobot setiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor dengan menggunakan rumus Kinnear dan Taylor (1991) :

αi = Xi Σni=1Xi Keterangan :

αi = bobot variabel ke-i; Xi = nilai variabel ke-i; i = 1,2,3,…,n;

n = jumlah variabel

3) Penentuan peringkat (rating)

Pemberian peringkat pada masing-masing faktor berdasarkan tingkat kepentingannya dengan nilai 1–4. Jika faktor positif tingkat kepentingannya sangat penting bernilai 4, penting bernilai 3, cukup penting bernilai 2, dan tidak penting bernilai 1, sedangkan jika faktor negatif memiliki tingkat kepentingan sangat penting bernilai 1, penting bernilai 2, cukup penting 3, dan tidak penting 4 (Tabel 3).

Tabel 3 Skala Penilaian Peringkat untuk Faktor Internal dan Eksternal

Nilai

Peringkat Kekuatan (Strenghts) dan Peluang (Opportunities) Kelemahan (Weaknesses) dan Ancaman (Threats) 4 3 2 1 Sangat penting Penting Cukup penting Tidak penting Tidak penting Cukup penting Penting Sangat penting

22

Nilai peringkat faktor positif (kekuatan dan peluang) tersebut berbanding terbalik dengan faktor negatif (kelemahan dan ancaman) (Rangkuti, 1997). Kemudian setiap peringkat dari faktor-faktor tersebut dikalikan dengan bobot untuk memperoleh skor pembobotan (Tabel 4 dan 5).

Tabel 4 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Simbol Faktor Internal Bobot Peringkat Skor (Bobot*Peringkat)

Kekuatan (Strenghts) S1 S2 S3 Kelemahan (Weaknesses) W1 W2 W3 Total Sumber : Rangkuti (1997)

Tabel 5 Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)

Simbol Faktor Eksternal Bobot Peringkat Skor (Bobot*Peringkat)

Peluang (Opportunities) O1 O2 O3 Ancaman (Threats) T1 T2 T3 Total Sumber : Rangkuti (1997)

Berdasarkan total skor yang didapat dari pembobotan pemeringkatan di atas, akan diketahui posisi Kebun Wisata Pasirmukti pada kuadran yang dapat menyatakan kekuatan dan kelemahannya melalui matriks internal-eksternal (IE) (Gambar 3). Jika total skor bernilai 1.0 sampai 1.99 maka kondisi internal dan eksternal berada pada keadaan yang lemah, jika total skor bernilai antara 2.00 sampai 2.99 menunjukan kondisi faktor internal dan eksternal berada pada keadaan rata- rata, sedangkan jika total skor bernilai 3.4 sampai 4.0 maka

kondisi internal dan eksternal berada pada posisi yang kuat. Menurut David (2003) matriks IE dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu kolom I,II dan IV (grow and build), kolom III, V, IV (hold and maintain) serta kolom VI, VII, IX (harvest and divest). Masing- masing kolom akan menentukan strategi pengelolaan apa yang paling tepat.

Gambar 3 Matriks Internal- Eksternal (IE) Sumber : David (2003)

4) Penyusunan alternatif strategi

Setelah selesai menyusun matriks IFE dan EFE, langkah selanjutnya adalah membuat matriks SWOT. Setiap unsur SWOT yang ada dihubungkan untuk memperoleh alternatif strategi seperti pada tabel berikut:

Tabel 6 Matriks SWOT Faktor Internal Faktor Eksternal

Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats)

Kekuatan (Strenghts) Strategi SO Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi ST Menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Kelemahan (Weaknesses) Strategi WO Meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi WT Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber : Rangkuti (1997)

5) Pembuatan tabel ranking alternatif strategi pengelolaan

Alternatif strategi yang dihasilkan dalam matriks SWOT ditentukan prioritasnya. Penentuan prioritas alternatif strategi dilakukan dengan cara menjumlahkan semua skor dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ranking

I II III

IV V VI

VII VIII IX

Kuat 3.00 Sedang 2.00 Rendah 1.00 Total Skor IFE

Total Skor IFE 4.00 Kuat 3.00 Sedang 2.00 Rendah 1.00

24

akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor dari yang terbesar sampai terkecil dari semua strategi yang ada. Perangkingan ini dilakukan secara subjektif dimana strategi akan berupa usaha memaksimumkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities) serta meminimumkan ancaman (threats) dan kelemahan (weaknesses). Strategi yang memiliki skor paling tinggi akan menjadi prioritas utama.

5. Evaluasi dan Pembuatan Rekomendasi

Pada tahap ini dilakukan evaluasi dari hasil analisis SWOT terhadap kegiatan pengelolaan Kebun Wisata Pasirmukti yang diikuti selama proses magang serta data yang telah dikumpulkan. Pembuatan rekomendasi dilakukan berdasarkan hasil analisis yang telah diperoleh dan studi literatur sebagai bahan pertimbangan atau acuan dalam pembuatan rekomendasi. Rekomendasi tersebut berupa rencana kegiatan pengelolaan kawasan agrowisata Kebun Wisata pasirmukti yang ideal, mementingkan keberlanjutan kawasan secara ekologis, kepuasan pengunjung, dan tetap memberikan keuntungan bagi pihak pengelola.

BAB IV

Dokumen terkait