• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis

2.1.6 Model Pembelajaran Quantum Teaching

2.1.6.3 Kerangka Rancangan Pembelajaran Quantum Teaching

Kerangka rancangan pembelajaran Quantum Teaching dikenal dengan istilah TANDUR, yang di dalamnya memiliki 6 tahap atau fase yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan (DePorter, 2005: 88).

(1) Tumbuhkan

Tumbuhkan berarti menumbuhkan minat belajar siswa. Untuk menumbuhkan minat belajar siswa dengan cara memberitahukan manfaat materi yang akan dipelajari. Guru menjelaskan manfaat dan tujuan dari mempelajari suatu materi yang akan diberikan kepada siswa. Strategi yang

dapat digunakan misalnya dengan memberikan pertanyaan kepada siswa, drama, video, atau cerita yang berkaitan dengan materi.

(2) Alami

Alami berarti guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengalaman-pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh mereka. Guru memberikan pengalaman belajar kepada siswa dan menumbuhkan kebutuhan untuk mengetahui. Agar siswa mamahami informasi yang diberikan dapat melalui permainan atau kegiatan yang memanfaatkan pengetahuan yang sudah mereka miliki. Strategi yang dapat digunakan dengan jembatan keledai, permainan, dan simulasi sehingga dapat mengaktifkan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa.

(3) Namai

Penamaan memuaskan otak untuk memberikan identitas, mengurutkan, dan mengidentifikasikan. Penamaan dibangun di atas pengetahuan dan keingintahuan siswa pada saat pembelajaran. Penamaan berarti guru menyediakan kata-kata kunci, konsep, rumus yang merupakan materi utama yang menjadi pesan pembelajaran. Strategi yang dapat digunakan misalnya dengan susunan gambar, warna, alat bantu, kertas tulis, dan poster di dinding. (4) Demonstrasikan

Guru memberi peluang untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan siswa ke dalam pembelajaran yang lain dan kehidupan siswa. Mendemonstrasikan berarti guru menyediakan kesempatan bagi siswa untuk dapat menunjukkan kemampuannya. Cara siswa untuk menunjukkan tingkat kecakapanannya dalam pembelajaran misalnya dengan sandiwara, permainan,

lagu, atau penjabaran. Siswa juga dapat menunjukkannya melalui aktivitas dan minatnya dalam pembelajaran, kemudian dapat dilihat dari hasil belajarnya.

(5) Ulangi

Pengulangan memperkuat hubungan syaraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini!”. Jadi, pengulangan harus dilakukan secara multikecerdasan dan lebih baik dalam konteks yang berbeda dengan asalnya. Guru menunjukkan kepada siswa cara-cara mengulang materi dan menegaskan bahwa mereka benar-benar tahu akan apa yang dipelajari. Siswa mendapat kesempatan mengulang misalnya dengan mengajarkan pengetahuan baru kepada orang lain, menjawab pertanyaan yang telah diberikan guru, atau guru dan siswa bersama-sama mnyimpulkan materi yang telah dipelajari.

(6) Rayakan

Rayakan berarti guru memberikan pengakuan atas upaya yang telah dilakukan siswa dalam menampilkan penyelesaian, partisipasi, pemerolehan keterampilan, dan ilmu pengetahuannya. Perayaan memberi rasa selesai dengan menghormati usaha, ketekunan, dan kesuksesan. Jika layak dipelajari, maka layak dirayakan. Cara yang sesuai untuk merayakan atas usaha siswa misalnya melalui pujian, penghargaan, bernyanyi bersama, atau pesta kelas. 2.1.6.4Menciptakan Lingkungan yang Mendukung

Segala sesuatu yang berada di lingkungan kelas akan menyampaikan pesan yang memacu atau menghambat belajar. Meskipun kita secara sadar hanya memperhatikan masukan satu-satu, otak mampu secar tidak sadar memperhatikan banyak hal dari banyak sumber sekaligus (Lozanov, 1979) dalam (DePorter, 2005: 65). Lingkungan kelas yang menyenangkan, misalnya terdapat poster-poster yang

menarik atau rak buku yang tersusum rapi akan membuat suasana belajar lebih nyaman. Jika ruangan kelas dipenuhi dengan poster yang lama atau buku yang berantakan maka siswa akan mengalihkan perhatiannya dari belajar. Siswa dapat berkata, “Belajar itu kuno, usang, dan melelahkan.” Oleh karena itu, marilah kenali lingkungan Quantum Teaching yang dapat memacu dan meningkatkan daya ingat siswa berikut ini:

(1) Lingkungan Sekeliling

Guru dapat menggunakan alat peraga dalam pembelajaran karena dapat merangsang modalitas visual. Lingkungan belajar perlu dikelola secara kondusif. Lingkungan belajar bukan hanya secara fisik tetapi juga non fisik. Gerakan mata selama belajar dan berpikir terikat pada modalitas visual, auditorial, dan kinestetik. Jadi, mata kita bergerak menurut cara otak mengakses informasi. Ide yang dapat digunakan untuk merangsang modalitas visual siswa antara lain dengan (a) Poster ikon atau simbol untuk setiap konsep utama, (b) Poster afirmasi untuk memotivasi siswa dan menguatkan keyakinan kepada siswa tentang belajar, misalnya “Aku mampu mempelajarinya!”, dan (c) Warna untuk memperkuat pembelajaran guru dengan siswa.

(2) Pengaturan Bangku

Cara mengatur bangku mempunyai peran penting dalam pengorkestrasian belajar. Di sebagian besar ruang kelas, bangku siswa dapat disusun untuk mendukung tujuan pembelajaran. Guru bebas menugaskan siswa untuk mengatur ulang bangku untuk memudahkan jenis interaksi yang diperlukan. Misalnya, pengaturan bangku yang diputar agar saling berhadapan

untuk mengerjakan tugas kelompok. Meskipun bangkunya tidak berubah, tetapi pelajarannya tidak.

(3) Musik

Musik berpengaruh pada guru dan siswa. Musik dapat digunakan untuk menata suasana hati, mengubah keadaan mental, dan mendukung lingkungan belajar. Musik juga dapat membantu siswa masuk ke keadaan belajar optimal serta membangun hubungan antara siswa dengan guru. Musik merangsang, meremajakan, dan memperkuat belajar, baik secara sadar maupun tidak. Menurut Lozanov (1979) dalam DePorter (2005: 73) Irama, ketukan, dan keharminisan musik mempengaruhi fisiologi manusia terutama gelombang otak dan detak jantung, serta membangkitkan perasaan dan ingatan. Musik dapat membantu siswa dapat masuk ke keadaan belajar optimal.

2.1.7 Mind Mapping

Metode mencatat yang baik harus membantu kita untuk mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasi materi, dan memberikan wawasan baru. Mind Mapping (peta pikiran) memungkinkan terjadinya semua hal itu. Mind Mapping dikembangkan oleh Tony Buzan, kepala brain foundation. Menurut Buzan (1993) dalam DePorter (2005: 176) peta pikiran adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan kita mengingat banyak informasi. Silberman (2009: 188) menyatakan bahwa pemetaan pikiran (mind mapping) adalah cara kreatif bagi peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran, atau merencanakan penelitian

baru.

Buzan (1993) dalam Wang, Lee, dan Chu (2010) menyatakan bahwa “mind map is a useful key adopting association skill and utilizing pictures to express the thoughts to maximize brain potential.” Pernyataan tersebut berarti peta pikiran adalah kunci yang berguna melalui keahlian mengumpulkan dan memanfaatkan gambar untuk mengekspresikan pikiran yang memaksimalkan potensial otak. Mind Mapping merupakan keterampilan untuk mengembangkan seluruh otak, menerapkan karakter, gambar, angka, logika, ritme, warna dan metode observasi yang unik. Mind Mapping dapat menyediakan ruang imajiner limitedless atau imajinasi yang tidak terbatas dan bebas ke otak. Dengan menerapkan peta pikiran akan meningkatkan kemampuan analisis dan penalaran logis dari otak kiri dan berpikir kreatif dan memori otak kanan dapat dimaksimalkan.

Warna bagi otak dianggap sama menariknya dengan gambar sehingga nampak lebih menarik. Sementara garis lengkung digunakan untuk menghubungkan pikiran-pikiran kita. Garis lengkung lebih efektif digunakan dalam Mind Mapping karena garis lurus cenderung membosankan sedangkan garis lengkung membebaskan kita untuk membentuk garis-garis penghubung sesuai imajinasi kita. Dalam Mind Mapping juga menggunakan kata, kata yang digunakan merupakan kata kunci yang mudah diingat oleh otak kita. Sementara gambar selalu menyampaikan informasi lebih baik dari kata-kata dan juga lebih menarik perhatian kita.

Dari komponen Mind Mapping tersebut tentunya sangat menarik bila Mind Mapping diterapkan dalam pembelajaran. Siswa akan tertarik dengan warna, gambar, garis, dan simbol yang ada pada Mind Mapping sehingga siswa dapat

lebih fokus pada materi pelajaran. Mind Mapping juga membebaskan setiap siswa untuk berkreasi untuk membuat peta pikirannya sendiri-sendiri. Dengan demikian, selama pembelajaran, bukan guru yang menjadi pusat perhatian, melainkan siswa yang menjadi pusat pembelajaran tersebut. Siswa juga bebas mengembangkan kreasinya. Menurut Bachman (2005: 77) pembentukan Mind Mapping selalu dimulai dengan satu konsep atau tema tunggal diseputar beberapa konsep terkait lain yang dihubungkan dengannya. Mind Mapping berarti menuliskan tema utama sebagai titik sentral atau tengah dan memikirkan cabang-cabang atau tema-tema turunan yang keluar dari titik tengah tersebut dan mencari hubungan antara tema turunan.

Mind map atau peta pikiran adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual. Dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan (DePorter, 2005: 153). Mind map merupakan cara paling efektif dan efisien untuk memasukkan, menyimpan, dan mengeluarkan data dari otak kita. Pembelajaran menggunakan Mind Mapping melibatkan emosi, kesenangan, kreativitas seseorang dalam membuat catatan-catatan, sehingga dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil sekaligus minat siswa. Berikut cara membuat Mind Mapping atau peta pikiran menurut DePorter (2005: 157):

(1) Di tengah kertas, buatlah lingkaran dari gagasan utamanya (2) Tambahkan cabang dari pusatnya untuk tiap-tiap poin kunci

gunakan pensil warna

(3) Tulislah kata kunci/ frase pada tiap cabang (4) Tambahkan simbol dan ilustrasi

(5) Gunakan huruf kapital

(6) Tulislah gagasan-gagasan penting dengan huruf yang lebih besar

(7) Gambarkan Mind Mapping kemudian garis bawahi dan gunakan huruf tebal

(9) Buatlah Mind Mapping secara horizontal untuk memperbesar ruang.

2.1.8 Materi Bangun Datar

Salah satu kajian materi pembelajaran matematika yang diajarkan di SD adalah Geometri. Pada penelitian kali ini juga akan meneliti keefektifan model Quantum Teaching dengan teknik Mind Mapping pada materi sifat-sifat bangun datar di kelas V semester dua. Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini akan memfokuskan pada Standar Kompetensi (SK) memahami sifat- sifat bangun dan hubungan antar bangun, Kompetensi Dasar (KD) mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar. Alokasi waktu yang disediakan 12 jam pelajaran.

Bangun datar merupakan bangun dua dimensi. Bangun datar dalam matematika disebut bangun geometri. Contoh bangun datar antara lain persegi, persegi panjang, segitiga, trapesium, dan jajargenjang. Masing-masing bangun datar memiliki sifat yang berbeda dengan bangun datar lainnya (Kasri, 2006: 64). 2.1.8.1Trapesium

Trapesium adalah bangun datar segiempat dengan dua buah sisinya yang berhadapan sejajar. Trapesium memiliki 3 jenis trapesium yaitu: (1) trapesium siku-siku, (2) trapesium sama kaki, dan (3) trapesium sembarang.

(1) Trapesium siku-siku

Pada trapesium ABCD, AB sejajar dengan CD. ∠BAC=∠ACD=90° (siku-siku). Sifat-sifat trapesium siku-siku yaitu memiliki sisi sejajar dan memiliki 2 sudut.

(2) Trapesium sama kaki

Gambar 2.2 Trapesium sama kaki

Berdasarkan trapesium sama kaki KLMN dan ab merupakan sumbu simetri, maka: KN = LM, Na = Ma, ∠KNM = ∠LMN dan ∠NKL = ∠KLM. Sifat-sifat trapesium sama kaki yaitu: memiliki 2 sisi yang sama panjang dan 2 pasang sudut yang sama besar.

(3) Trapesium sembarang

Gambar 2.3 Trapesium sembarang

Sifat-sifat trapesium sembarang yaitu: memiliki 2 sisi sejajar tetapi tidak sama panjang dan memiliki sudut yang tidak sama besar.

2.1.8.2Jajargenjang

Jajargenjang adalah bangun datar segiempat dengan sisi-sisinya yang berhadapan sejajar dan sama panjang. Jumlah sudut yang berdekatan

1800, dan kedua diagonalnya saling membagi dua sama panjang.

Gambar 2.4 Jajargenjang

Sifat-sifat yang dimiliki jajargenjang yaitu: (1) mempunyai empat sisi, sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang, (2) Mempunyai empat sudut, terdiri dari dua sudut lancip dan dua sudut tumpul, (3) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar, (4) kedua diagonalnya berpotongan dan saling membagi dua sama panjang, dan (5) jumlah sudut-sudut yang berdekatan 180°.

Dokumen terkait