• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai UTS Matematika Kelas Eksperimen

4.4 Uji Prasyarat Analisis

4.4.2.1 Uji Prasyarat Analisis Minat Belajar

Pengujian yang dilakukan terhadap penilaian minat belajar siswa setelah adanya perlakuan. Pengujian prasyarat analisis minat meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan pengujian hipotesis (uji-t). Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut:

4.4.2.1.1 Uji Normalitas

Berdasarkan rekap nilai skor minat belajar siswa diperoleh data bahwa rata- rata skor minat belajar siswa pada kelas eksperimen sebesar 79,20 dan kelas kontrol 70,21. Pengujian normalitas pada data minat belajar siswa menggunakan program SPSS versi 20. Berikut ini penghitungan normalitas data skor akhir minat belajar matematika setelah adanya perlakuan.

(1) Hipotesis Uji

Ho= sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Ha= sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. (2) Taraf Signifikansi

(3) Statistik Uji

Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas skor minat belajar matematika adalah menggunakan metode Liliefors atau Kolmogorof-Smirnov dengan aplikasi SPSS 20.

(4) Kriteria Keputusan

Kriteria yang digunakan untuk pengambilan keputusan berdasarkan hipotesis statistik di atas adalah Ho tidak ditolak jika Significance Kolmogorov-Smirnov kurang dari α atau Ho ditolak jika Significance Kolmogorov-Smirnov lebih dari α (α = 0,05).

(5) Hitungan

Output hasil analisis uji normalitas minat belajar yang dihitung menggunakan program SPSS versi 20 dapat dibaca pada Tabel 4.21.

Tabel 4.21. Normalitas Data Minat Belajar Matematika Siswa Tests of Normality

Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Minat

Belajar

eksperimen .094 20 .200* .969 20 .725

kontrol .195 19 .057 .908 19 .069

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

(6) Kesimpulan dan Penafsiran

Berdasarkan Tabel 4.21 diketahui bahwa nilai signifikansi untuk kelas eksperimen tertera pada kolom Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,200, sedangkan pada kelas kontrol nilai signifikansinya sebesar 0,057. Data dinyatakan

berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih dari 0,05. Dari besar nilai signifikansi kedua kelas pada output normalitas data minat belajar siswa, maka sampel kelas eksperimen dan kelas kontrol dinyatakan berdistribusi normal.

4.4.2.1.2 Uji Homogenitas

Sama halnya dengan penghitungan normalitas, pada pengujian homogenitas hasil belajar matematika siswa juga menggunakan program SPSS versi 20. Berikut ini merupakan analisis uji homogenitas data minat belajar siswa. (1) Hipotesis Uji

Ho= tidak terdapat perbedaan variansi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Ha= terdapat perbedaan variansi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. (2) Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan dalam uji hipotesis ini adalah α = 0,05. (3) Statistik Uji

Uji statistik yang digunakan untuk menguji homogenitas nilai minat belajar siswa adalah menggunakan metode Levene’s test dengan aplikasi SPSS 20.

(4) Kriteria Keputusan

Kriteria pengujian jika Fhitung≥ Ftabel maka minat belajar siswa tidak homogen dan jika Fhitung < Ftabel maka minat belajar siswa dapat dinyatakan homogen. Kriteria lain yang dapat digunakan pengambilan keputusan berdasarkan hipotesis statistik di atas adalah Ho tidak ditolak jika Significance Levene’s test for Equality of Variance < α, atau Ho ditolak jika Significance Levene’s test for Equality of Variance > α. (α = 0,05).

(5) Hitungan

Penghitungan homogenitas dari data skor akhir minat belajar siswa setelah dilakukan treatment dapat dibaca pada Tabel 4.22.

Tabel 4.22 Independen Sampel Tes Minat Belajar Matematika Siswa Independent Samples Test

Minat Belajar Equal variances assumed Equal variances not assumed Levene’s Test for Equality

of Variances

F 2.251

Sig. .142

(6) Kesimpulan dan Penafsiran

Berdasarkan Tabel 4.22. independen sampel tes minat belajar matematika siswa terlihat nilai signifikansi pada kolom Levene Test for Equality of Variences sebesar 0,142. Nilai signifikansi 0,142 lebih besar dari 0,05 sebagai syarat data dikatakan homogen dan nilai Fhitung (2,251) < Ftabel (3,252), maka dari data skor minat belajar matematika pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disimpulkan kedua kelas tersebut dinyatakan homogen.

4.4.2.1.3 Uji t (Pengujian Hipotesis Minat Belajar Matematika Siswa)

Setelah data skor minat belajar siswa telah dinyatakan berdistribusi normal dan homogen langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis akhir. Berikut ini analisis uji-t minat belajar matematika menggunakan uji hipotesis dua pihak. (1) Hipotesis Uji

Ho = tidak terdapat perbedaan minat belajar matematika antara siswa kelas V yang pembelajarannya menggunakan model Quantum Teaching dan siswa kelas V yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Ha = terdapat perbedaan minat belajar matematika antara siswa kelas V yang pembelajarannya menggunakan model Quantum Teaching dan siswa kelas V yang menggunakan pembelajaran konvensional.

(2) Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan dalam uji hipotesis ini adalah α = 0,05. (3) Statistik Uji

Uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis minat belajar matematika siswa adalah menggunakan uji-t dengan aplikasi SPSS 20.

(4) Kriteria Keputusan

Kriteria yang digunakan untuk pengambilan keputusan berdasarkan hipotesis statistik di atas yaitu Ho tidak ditolak jika thitung ≤ ttabel atau Ho ditolak jika thitung > ttabel.

(5) Hitungan

Hasil output SPSS 20 uji-t dapat dilihat di kolom t test for equality of means pada Tabel 4.23.

Tabel 4.23. Independen Sampel Tes Minat Belajar Matematika Siswa Independent Samples Test

Minat Belajar Equal variances assumed Equal variances not assumed

t-test for Equality of Means t 3.019 3.037 Df 37 35.897 Sig. (2-tailed) .005 .004 Mean Difference 8.989 8.989 Std. Error Difference 2.978 2.960 95% Confidence Lower 2.956 2.986

Interval of the

Difference Upper 15.023 14.993

Signifikansi ttabel dari df = 37, α = 0,05 dengan uji dua pihak diperoleh 2,026.

(6) Kesimpulan dan Penafsiran

Dari output data pada Tabel 4.23. diperoleh 3,019>2,026 (thitung > ttabel), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya, terdapat perbedaan minat belajar matematika antara siswa kelas V yang pembelajarannya menggunakan model Quantum Teaching dan siswa kelas V yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Setelah diketahui terdapat perbedaan, maka untuk mengetahui thitung dengan pengujian hipotesis pihak kanan digunakan rumus berikut:

Keterangan :

r = nilai korelasi dengan n = jumlah sampel

= rata-rata kelompok eksperimen = rata-rata kelompok kontrol

= varians kelompok eksperimen = varians kelompok kontrol

Berdasarkan data nilai minat belajar siswa setelah penelitian, maka diketahui n1= 20, n2=19, = 79,20, = 70,21, =105,33, = 66,40. Dengan menggunakan rumus pengujian hipotesis tersebut maka diperoleh thitung = 3,017, penghitungan terdapat pada lampiran 41. Nilai ttabel uji satu pihak dengan df = 37 dan taraf signifikansi 5% yaitu 1,687. Sehingga dari hasil thitung dibandingkan dengan ttabel diperoleh thitung > ttabel (3,017 > 1,687) maka dapat dikatakan Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi kesimpulannya, minat belajar matematika siswa materi bangun datar yang diterapkan dengan pembelajaran model Quantum Teaching lebih baik dari pada yang menggunakan pembelajaran konvensional. 4.4.2.2Uji Prasyarat Analisis Hasil Belajar

Pengujian yang dilakukan terhadap hasil belajar siswa (postes). Pengujian prasyarat analisis hasil belajar meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan pengujian hipotesis (uji-t). Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut:

4.4.2.2.1 Uji Normalitas

Dari penghitungan data hasil belajar siswa setelah adanya perlakuan diperoleh rata-rata di kelas eksperimen sebesar 78,15 dan di kelas kontrol sebesar 71,05. Berikut ini penghitungan normalitas data skor akhir postes hasil belajar matematika.

(1) Hipotesis Uji

Ho= sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Ha= sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. (2) Taraf Signifikansi

(3) Statistik Uji

Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas skor postes hasil belajar matematika adalah menggunakan metode Liliefors atau Kolmogorof- Smirnov dengan aplikasi SPSS 20.

(4) Kriteria Keputusan

Kriteria yang digunakan untuk pengambilan keputusan berdasarkan hipotesis statistik di atas adalah Ho tidak ditolak jika Significance Kolmogorov-Smirnov kurang dari α atau Ho ditolak jika Significance Kolmogorov-Smirnov lebih dari α (α = 0,05).

(5) Hitungan

Output hasil analisis uji normalitas data awal yang dihitung menggunakan program SPSS versi 20 dapat dibaca pada Tabel 4.24.

Tabel 4.24. Normalitas Data Hasil Belajar Matematika Siswa Tests of Normality

Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Hasil Belajar eksperimen .121 20 .200

*

.942 20 .265

kontrol .190 19 .070 .885 19 .027

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

(6) Kesimpulan dan Penafsiran

Berdasarkan output data pada Tabel 4.24. diketahui bahwa nilai signifikansi untuk kelas eksperimen tertera pada kolom Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,200, sedangkan pada kelas kontrol nilai signifikansinya sebesar 0,70. Data dinyatakan berditribusi normal jika nilai signifikansi lebih dari 0,05. Dari besar nilai

signifikansi pada output normalitas data hasil belajar siswa lebih besar dari 0,05 maka sampel kelas eksperimen dan kelas kontrol dinyatakan berdistribusi normal.

4.4.2.2.2 Uji Homogenitas

Penghitungan homogenitas pada hasil belajar matematika siswa juga menggunakan program SPSS versi 20. Berikut ini merupakan analisis uji homogenitas hasil belajar matematika siswa.

(1) Hipotesis Uji

Ho= tidak terdapat perbedaan variansi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Ha= terdapat perbedaan variansi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. (2) Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan dalam uji hipotesis ini adalah α = 0,05. (3) Statistik Uji

Uji statistik yang digunakan untuk menguji homogenitas nilai hasil belajar yaitu metode Levene’s test dengan aplikasi SPSS 20.

(4) Kriteria Keputusan

Kriteria pengujian jika Fhitung ≥ Ftabel maka hasil belajar tidak homogen dan jika Fhitung < Ftabel maka hasil belajar dapat dinyatakan homogen. Kriteria lain yang dapat digunakan pengambilan keputusan berdasarkan hipotesis statistik di atas adalah Ho tidak ditolak jika Significance Levene’s test for Equality of Variance < α, atau Ho ditolak jika Significance Levene’s test for Equality of Variance > α. (5) Hitungan

Penghitungan homogenitas dari data skor hasil belajar siswa setelah dilakukan treatment dapat dibaca pada Tabel 4.25.

Tabel 4.25. Independen Sampel Tes Hasil Belajar Matematika Siswa Independent Samples Test

Hasil Belajar Equal variances assumed Equal variances not assumed Levene’s Test for Equality of

Variances

F .178

Sig. .675

(6) Kesimpulan dan Penafsiran

Berdasarkan output data pada Tabel 4.25. nilai signifikansi pada kolom Levene Test for Equality of Variences sebesar 0,675 dan nilai Fhitung sebesar 0,178. Nilai signifikansi 0,675 lebih besar dari 0,05 sebagai syarat data dikatakan homogen. Nilai Fhitung (0,178) < Ftabel (3,252), maka dari data hasil belajar matematika pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disimpulkan kedua kelas tersebut dinyatakan homogen.

4.4.2.2.3 Uji t (Pengujian Hipotesis Hasil Belajar Matematika Siswa)

Uji hipotesis dua pihak digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar siswa antara yang menggunakan pembelajaran dengan model Quantum Teaching dan yang menggunakan pembelajaran konvensional. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis satu pihak kanan. Berikut merupakan hasil analisis uji-t data hasil belajar matematika siswa menggunakan uji dua pihak. (1) Hipotesis Uji

Ho = Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa kelas V yang pembelajarannya menggunakan model Quantum Teaching dan siswa kelas V yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Ha = Terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa kelas V yang pembelajarannya menggunakan model Quantum Teaching dan siswa kelas V yang menggunakan pembelajaran konvensional.

(2) Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan dalam uji hipotesis ini adalah α= 0,05. (3) Statistik Uji

Uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis hasil belajar matematika siswa adalah menggunakan uji-t dengan aplikasi SPSS 20.

(4) Kriteria Keputusan

Kriteria yang digunakan untuk pengambilan keputusan berdasarkan hipotesis statistik di atas yaitu Ho tidak ditolak jika thitung≤ ttabel atau Ho ditolak jika thitung > ttabel.

(5) Hitungan

Hasil output SPSS 20 uji-t dapat dilihat di kolom t test for equality of means pada Tabel 4.26.

Tabel 4.26. Independen Sampel Tes Hasil Belajar Matematika Siswa Independent Samples Test

Hasil Belajar Equal variances assumed Equal variances not assumed

t-test for Equality of Means t 2.548 2.540 df 37 35.839 Sig. (2-tailed) .015 .016 Mean Difference 11.489 11.489 Std. Error Difference 4.509 4.524

95% Confidence Interval of the Difference Lowe r 2.354 2.313 Uppe r 20.625 20.666

Signifikansi ttabel dari df = 37, α = 0,05 dengan uji dua pihak diperoleh 2,026. (6) Kesimpulan dan Penafsiran

Dari penghitungan tersebut diperoleh 2,548 > 2,026 (thitung > ttabel), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima artinya terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa kelas V yang pembelajarannya menggunakan model Quantum Teaching dan siswa kelas V yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Setelah diketahui terdapat perbedaan, maka untuk mengetahui thitung dengan pengujian hipotesis pihak kanan digunakan rumus berikut:

Keterangan :

r = nilai korelasi dengan n = jumlah sampel

= rata-rata kelompok eksperimen = rata-rata kelompok kontrol

= varians kelompok eksperimen = varians kelompok kontrol

Berdasarkan data nilai minat belajar siswa setelah penelitian, maka diketahui n1= 20, n2=19, = 78,70, = 67,21, = 173,38, = 224,18. Dengan

menggunakan rumus pengujian hipotesis tersebut maka diperoleh thitung = 2,542, penghitungan terdapat di lampiran 46. Nilai ttabel uji satu pihak dengan df = 37 dan taraf signifikansi 5% yaitu 1,687. Sehingga dari hasil thitung dibandingkan dengan ttabel diperoleh thitung > ttabel (2,542 > 1,687) maka dapat dikatakan Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi kesimpulannya, hasil belajar matematika siswa materi bangun datar yang diterapkan dengan pembelajaran model Quantum Teaching lebih baik dari pada yang menggunakan pembelajaran konvensional.

4.5

Pembahasan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji keefektifan model Quantum Teaching terhadap minat dan hasil belajar bangun datar pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Tunon 2 Kota Tegal. Desain penelitian ini menggunakan Quasi Experimental Design yang diadaptasi dari true experimental design. dengan bentuk Two-group Post-Test-Only Design. Populasi penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Tunon Kota Tegal tahun ajaran 2012 /2013. Jumlah populasi dalam penelitian 93 siswa. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling yang menghasilkan SD N Tunon 1 sebagai kelas uji coba instrumen. Penelitian dilaksanakan di SD N Tunon 2 dengan kelas VA sebagai kelas eksperimen dan VB sebagai kelas kontrol.

Sebelum dan setelah penelitian terdapat uji prasyarat instrumen dan uji prasyarat analisis hasil penelitian. Pengujian hipotesis akhir pada uji prasyarat analisis dilakukan dengan membandingkan minat dan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Kelas eksperimen mendapat perlakuan

penerapan model Quantum Teaching dengan teknik Mind Mapping, sedangkan kelas kontrol pembelajarannya kovensional.

Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti menganalisis data awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kontrol. Kemampuan awal yang dimiliki siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol sama atau tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Data awal yang digunakan berasal dari nilai UTS Genap Matematika dan angket minat sebelum adanya perlakuan. Uji prasyarat analisis yang dilakukan meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata.

Uji normalitas data awal minat menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena nilai signifikansi minat awal di kelas ekperimen dan kelas kontrol lebih besar dari 0,05 yaitu 0,200. Nilai signifikansi minat awal pada uji homogen 0,293 lebih dari 0,05 sebagai syarat data dikatakan homogen. Nilai Fhitung (1,137) < Ftabel (3,259) dari nilai minat awal juga memenuhi syarat data homogen. Hasil uji kesamaan rata-rata pada minat awal di kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan nilai signifikansi lebih dari 0,05 yaitu 0,538. Jika dibandingkan thitung ≤ ttabel (0,622 ≤ 2,026), artinya Ho tidak ditolak dan Ha tidak diterima. Jadi kesimpulannya, tidak terdapat perbedaan rata-rata antara minat belajar sebelum perlakuan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

Pengujian normalitas data awal dari nilai UTS Genap Matematika menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena nilai siginfikansinya lebih dari 0,05. Nilai signifikansi data awal di kelas ekperimen 0,152 dan di kelas kontrol sebesar 0,91. Nilai signifikansi data awal pada pada uji homogenitas

dengan Levene’s tes sebesar 0,273 lebih dari 0,05 sebagai syarat data dikatakan homogen. Nilai Fhitung (1,236) < Ftabel (3,259) dari nilai UTS Matematika juga memenuhi syarat data homogen. Hasil uji kesamaan rata-rata pada minat awal di kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan nilai signifikansi lebih dari 0,05 yaitu 0,342. Jika dibandingkan thitung ≤ ttabel (-0,963 ≤ 2,026), artinya Ho tidak ditolak dan Ha tidak diterima. Jadi kesimpulannya, tidak terdapat perbedaan rata-rata antara hasil UTS Genap Matematika antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Setelah dilaksanakan penelitian maka pengujian analisis digunakan untuk mengetahu ada tidaknya perbedaan minat dan hasil belajar siswa yang mendapat perlakuan pembelajaran dengan model Quantum Teaching dan yang pembelajarannya konvensional. Pengujian minat dan hasil belajar meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan pengujian hipotesis akhir.

Pengujian normalitas minat belajar siswa menunjukkan nilai signifikansi di kelas eksperimen sebesar 0,200 dan di kelas kontrol sebesar 0,057. Nilai signifikansi kedua kelas lebih dari 0,05sehingga data dinyatakan normal. Uji homogenitas menggunakan Levene’s tes menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,142 lebih dari 0,05 sebagai syarat data dikatakan homogen. Nilai Fhitung (2,251) < Ftabel (3,259) dari nilai minat belajar siswa juga memenuhi syarat data homogen. Hasil uji kesamaan rata-rata pada minat belajar di kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan thitung > ttabel (3,019 > 2,026), artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi kesimpulannya, terdapat perbedaan rata-rata antara hasil belajar antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Untuk mengetahui apakah perbedaannya, maka penghitungan dilanjutkan dengan uji-t satu pihak. Dari penghitungan diperoleh

hasil thitung > ttabel (3,017 > 1,687) maka dapat dikatakan Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi kesimpulannya, minat belajar matematika siswa materi bangun datar yang diterapkan dengan pembelajaran model Quantum Teaching lebih baik dari pada yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Analisis hasil belajar pengujian normalitas menunjukkan nilai signifikansi di kelas eksperimen sebesar 0,200 dan di kelas kontrol sebesar 0,070. Nilai signifikansi kedua kelas lebih dari 0,05, sehingga data dinyatakan normal. Uji homogenitas menggunakan Levene’s tes menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,675 lebih dari 0,05 sebagai syarat data dikatakan homogen. Nilai Fhitung (0,178) < Ftabel (3,259) dari nilai hasil belajar siswa juga memenuhi syarat data homogen. Hasil uji kesamaan rata-rata pada hasil belajar di kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan thitung > ttabel (2,548 > 2,026), artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi kesimpulannya, terdapat perbedaan rata-rata antara hasil belajar antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Untuk mengetahui apakah perbedaannya, maka penghitungan dilanjutkan dengan uji-t satu pihak. Dari penghitungan diperoleh hasil thitung > ttabel (2,542 > 1,687) maka dapat dikatakan Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi kesimpulannya, hasil belajar matematika siswa materi bangun datar yang diterapkan dengan pembelajaran model Quantum Teaching lebih baik dari pada yang menggunakan pembelajaran konvensional. Perolehan rata-rata minat belajar siswa di kelas VA 79,20 dan VB 70,21. Perolehan rata-rata hasil belajar siswa kelas VA 78,70 dan VB 67,21.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa model Quantum Teaching efektif terhadap minat dan hasil belajar siswa kelas V pada materi

bangun datar di kelas V. Hal ini sesuai dengan pendapat Lozanov dalam DePorter (2005: 11) bahwa dengan model Quantum Teaching dapat mempengaruhi kesuksesan murid (nilai). Dengan model Quantum Teaching yang mengaitkan apa yang dipelajari dengan peristiwa, pikiran, atau pengalaman yang telah didapat maka akan memudahkan perjalanan siswa menuju kesadaran dan pengetahuan yang luas (DePorter: 2005: 6). Penggunaan model Quantum Teaching dalam pembelajaran dipadukan dengan teknik mencatat Mind Mapping. Dengan teknik mencatat tersebut dapat membantu siswa untuk mengingat bacaan dan meningkatkan pemahaman materi. Peta pemikiran dapat memudahkan kita untuk mengingat banyak informasi.

Peneliti memilih menggunakan model Quantum Teaching dengan teknik Mind Mapping dalam penelitian karena model Quantum Teaching memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan utama model Quantum Teaching adalah optimalisasi partisipasi siswa guna menciptakan kebermaknaan dalam pembelajaran dan segala aspek yang mendukung pembelajaran layaknya orkestrasi. Mind Mapping menekankan pada kreativitas siswa dalam membuat catatan penuh kreatifitas disertai gambar. dalam pembelajaran siswa bukan hanya sekedar proses pengalihan ilmu dari guru ke siswa, melainkan pembelajaran yang menekankan apa yang dipelajarinya merupakan suatu yang nyata dan dapat diterapkan pada kehidupan nyata pada. Model Quantum Teaching dengan teknik Mind Mapping memberikan kesempatan bagi siswa untuk membebaskan kreatifitasnya dalam mencatat dan pembelajaran yang menyenangkan.

Pembelajaran dengan model Quantum Teaching yang dilaksanakan di kelas eksperimen membuat siswa lebih aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. Siswa aktif dalam menjawab pertanyaan dan mengikuti setiap proses pembelajaran. Sebelum materi diberikan siswa dapat mengetahui manfaat mempelajari materi sehingga siswa kesadaran siswa akan muncul dengan sendirinya karena mengetahui pentingnya materi. Siswa mencatat materi dengan sesuai dengan petunjuk guru dan membuat catatan kreatif berupa peta pemikiran atau mind mapping. Pada saat pembelajaran diskusi kelompok siswa diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya dengan menyampaikan hasil diskusi di depan kelas. Siswa bersama guru juga mengulang materi bersama-sama untuk menegaskan bahwa materi benar-benar dipahami. Setelah semua yang dipelajari selesai, maka siswa berhak pula mendapatkan penghargaan. Pada pembelajaran peneliti juga memberikan musik untuk mendukung suasana belajar, misalnya saat siswa mengerjakan soal evaluasi sambil diperdengarkan musik. Pembelajaran tersebut sesuai dengan prinsip TANDUR yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, dan Rayakan.

Selama pembelajaran model Quantum Teaching berlangsung hal yang perlu diperhatikan adalah pengkondisian kelas. Kondisi di dalam kelas berlangsungnya pembelajaran model Quantum Teaching cenderung akan lebih ramai karena guru memberikan kebebasan bagi siswa untuk berdiskusi dengan teman sekelompoknya dan membuat catatan sendiri. Siswa mencatat dengan teknik mind mapping yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dengan warna- warna disertai bentuk bangun datarnya. Dari perbedaan inilah suasana belajar menjadi menyenangkan, kemudian guru memberikan kesimpulan jawaban. Guru

memberikan penghargaan kepada yang berani menjawab dan mendapat nilai terbaik di kelas sebagai bentuk perayaan atas apa yang telah dipelajari. Pada akhir pembelajaran diadakan tes evaluasi dan tes hasil belajar. Dengan model Quantum Teaching dengan Mind Mapping pembelajaran lebih menyenangkan dan bermakna, sehingga terbukti bahwa model Quantum Teaching dengan Mind Mapping efektif terhadap minat dan hasil belajar bangun datar pada siswa kelas V.

Dokumen terkait