• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Djuanda dan Sularsito (2002), Cohen (1999), Gardiner Aw & Harrington (2007), Schnuch & Carlsen (2011), Siregar (1996), serta Hipp dalam Utomo (2007)

1. Lama Kontak 2. Frekuensi Kontak 3. Bahan Kimia 4. Masa Kerja 5. Usia 6. Jenis Kelamin 7. Ras 8. Riwayat Atopi

9. Riwayat Penyakit Kulit 10.Riwayat Alergi

11.Musim 12.Tipe Kulit

13.Pengeluaran Keringat 14.Jenis Proses Pekerjaan 15.Suhu

16.Kelembaban 17.Personal Hygiene

18.Pemakaian APD

49   

3.1 Kerangka Konsep

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012. Berdasarkan teori, faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak adalah lama kontak, frekuensi kontak, bahan kimia, masa kerja, usia, jenis kelamin, ras, riwayat atopi, riwayat penyakit kulit lain, riwayat alergi, musim, tipe kulit, pengeluaran keringat, jenis proses pekerjaan, personal hygiene, pemakaian APD, serta suhu dan kelembaban. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu dermatitis kontak. Sedangkan variabel independen yang diteliti dalam penelitian ini yaitu:

1. Lama Kontak

Lama kontak dengan bahan kimia dapat meningkatkan terjadinya dermatitis kontak akibat kerja. Kontak yang lama dengan bahan kimia dapat menyebabkan kulit lapisan luar mengalami peradangan, dan jika kontak dengan bahan kimia semakin lama, akan semakin memungkinkan terjadinya peradangan pada kulit lapisan dalam.

2. Frekuensi Kontak

Fekuensi kontak merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian dermatitis kontak akibat kerja. Semakin banyaknya frekuensi paparan bahan kimia

terhadap kulit akan menyebabkan terjadinya kerusakan kulit dari lapisan yang paling luar hingga dalam.

3. Masa Kerja

Masa kerja merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian dermatitis kontak akibat kerja. Masa kerja seseorang menentukan tingkat pengalaman seseorang dalam menguasai pekerjaannya. Selain itu, pekerja yang lebih lama telah memiliki resistensi terhadap bahan kimia, sehingga kulitnya lebih tahan. Maka dari itu, pekerja yang belum lama bekerja memungkinkan untuk mengalami kejadian dermatitis kontak.

4. Usia

Kejadian dermatitis kontak akan lebih mudah terjadi pada pekerja yang lebih tua, karena kulitnya lebih rentan. Semakin bertambahnya usia maka kulit manusia akan mengalami degenerasi. Kulit akan menipis dan kehilangan lapisan lemak sehingga menjadi lebih kering. Hal tersebut menyebabkan kulit lebih mudah untuk mengalami dermatitis kontak.

5. Riwayat Atopi

Riwayat atopi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian dermatitis kontak akibat kerja. Adanya riwayat atopi menjadikan kerentanan pekerja terhadap rekasi iritasi. Pada orang yang memiliki riwayat atopi akan dapat memperparah penyakit. Selain itu orang yang pernah memiliki dermatitis atopi disebabkan karena permeabilitas barrier dan respon kulit yang lebih besar, sehingga memudahkan terjadinya dermatitis.

6. Riwayat Penyakit Kulit

Pekerja yang sebelumnya pernah menderita penyakit kulit merupakan hal yang utama untuk dapat terjadinya dermatitis kontak akibat kerja. Hal tersebut dikarenakan kulit pekerja menjadi sensitif, khususnya terhadap bahan kimia. Bahan kimia akan lebih mudah mengiritasi kulit, sehingga kulit lebih mudah mengalami dermatitis.

7. Riwayat Alergi

Riwayat alergi juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi dermatitis kontak akibat kerja. Riwayat alergi dapat menjadikan kulit lebih rentan, sehingga dermatitis kontak akan lebih mudah terjadi pada orang yang memiliki riwayat alergi.

8. Personal Hygiene

Personal hygiene juga dapat mempengaruhi kejadian dermatitis kontak akibat kerja. Dermatitis kontak lebih mudah dialami oleh pekerja yang memiliki personal hygiene yang tidak baik, khususnya dalam hal kebiasaan mencuci tangan setelah kontak dengan bahan kimia.

Variabel independen yang tidak diteliti dalam penelitian ini yaitu: 1. Bahan Kimia

Bahan kimia tidak menjadi variabel penelitian karena paparan bahan kimia disetiap bengkel motor jenisnya sama. Konsentrasi dari bahan kimia itu sendiri sulit untuk diteliti, karena dalam satu bengkel tidak hanya menggunakan

satu bahan kimia. Jenis paparan bahan kimia yang ada di bengkel motor yaitu air aki (asam sulfat), minyak, minyak pelumas, bensin, serta cairan pendingin. Kemudian kejadian dermatitis kontak itu sendiri ada yang bersifat kronik, sehingga tidak dapat dipastikan jenis dan konsentrasi paparan bahan kimia yang menyebabkan kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel. Selain itu, pekerja bengkel motor selalu kontak dengan bahan kimia selama menangani motor, yang mana bahan kimia tersebut dapat menyebabkan dermatitis kontak. Maka dari itu bahan kimia tidak dijadikan variabel penelitian.

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin tidak diteliti karena jenis kelamin pekerja bengkel motor adalah seluruhnya laki-laki.

3. Ras

Ras tidak diteliti karena pekerja bengkel di Kecamatan Ciputat Timur memiliki ras yang sama.

4. Musim

Faktor musim tidak diteliti karena homogen. Musim yang terjadi di Kecamatan Ciputat Timur sama.

5. Tipe Kulit

Tipe kulit tidak diteliti karena penentuan tipe kulit sulit untuk dilakukan. Penentuan tipe kulit tidak cukup hanya secara subyektif berdasarkan pemeriksaan fisik oleh dokter, namun harus dilakukan uji laboratorium.

6. Pengeluaran Keringat

Pengeluaran keringat tidak diteliti karena pada pekerja bengkel dimana tangannya selalu basah saat bekerja akibat paparan dengan minyak atau bensin pada alat bengkel akan sulit untuk menentukan kulit yang berkeringat secara subyektif. Hal tersebut dikhawatirkan hasilnya terdapat bias/rancu.

7. Jenis Proses Pekerjaan

Jenis proses pekerjaan tidak diteliti karena dibengkel motor tidak ada pembagian kerja atau spesifikasi kerja, artinya satu pekerja mengerjakan semua pekerjaan. Jadi hasilnya akan homogen.

8. Suhu dan Kelembaban

Suhu dan kelembaban tidak dijadikan variabel penelitian karena suhu dan kelembaban lingkungan di bengkel motor homogen, karena semua bengkel motor terletak di out door.

9. Pemakaian APD

Variabel pemakaian APD tidak diteliti karena semua pekerja bengkel tidak menggunakan APD berupa sarung tangan saat melakukan pekerjaan.

                          Bagan 3.1

Dokumen terkait