• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Teori

Dalam dokumen Universitas Sumatera Utara (Halaman 29-36)

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis.

17Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Penilitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, h. 7.

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui. Teori berguna untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.

Tujuan Menetapkan landasan teori pada waktu diadakan penelitian ini tidak salah arah. Menurut M. Solly Lubis, landasan teori adalah suatu kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan (problem) yang dijadikan bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin

disetujui ataupun tidak disetujui yang dijadikan masukan dalam membuat kerangka berpikir dalam penulisan”18. Teori-teori yang dipakai dalam penelitian, sebagai berikut:

a. Teori Kepastian Hukum

Teori Kepastian hukum bagi pihak yang bersengketa. Teori Kepastian hukum mengandung 2 (dua) pengertian yaitu: adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak diboleh dilakukan, dan berupa keamanan hukum bagi individu dari kewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap Individu. Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam undang-undang melainkan juga adanya

18M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu Dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, h. 80.

konsistensi dalam putusan hakim antara putusan hakim yang satu dengan putusan hukum lainnya untuk kasus yang serupa yang telah diputuskan.19

Kepastian hukum merupakan suatu hal yang hanya bisa dipandang secara normatif bukan sosiologis. Kepastian hukum normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan (multitafsir) dan logis dalam artian ia menjadi suatu sistem norma dan tidak bertentangan dengan norma lainnya.

Kepastian hukum dapat diwujudkan dengan cara melaksanakan hukum yang berlaku pada prinsipnya harus ditaati dan tidak boleh menyimpang atau disimpangkan oleh objeknya. Karena dapat diketahui bahwa hukum adalah perintah dari penguasa negara yang menentukan apa yang dilarang dan apa yang diperintahkan. Kekuasaan penguasa itu memaksa orang lain untuk taat. Ia memberlakukan hukum dengan cara menakut-nakuti, dan mengarahkan tingkah laku orang lain kearah yangdiinginkannya.

Hukum yang sebenarnya memiliki empat unsur, yaitu (1) perintah (command), (2) Sanksi (sanction), (3) kewajiban (duty),dan (4) kedaulatan (sovereignty).20

Teori Kepastian hukum bagi pihak yang bersengketa. Teori Kepastian hukum mengandung 2 (dua) pengertian yaitu:

1) Adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak diboleh dilakukan.

19Peter Mahmud Marzuki, Pengatar Ilmu Hukum, Jakarta, Kencana Pranada Media Group, 2008, h. 158.

20Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006, h. 114.

2) Berupa keamanan hukum bagi individu dari kewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap Individu. Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam undang-undang melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim antara putusan hakim yang satu dengan putusan hukum lainnya untuk kasus yang serupa yang telah di putuskan.21

Teori kepastian hukum untuk menganilis kedudukan covernote dan kewenangan notaris dalam membuat covernote dalam perjanjian kredit.

b. Teori Tanggung Jawab

Teori tanggung jawab hukumdalam bahasa indonesia, kata tanggung jawab berarti keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya). Menanggung diartikan sebagai bersedia memikul biaya (mengurus, memelihara), menjamin, menyatakan keadaan kesediaan untuk melaksanakan kewajiban.22

Menurut Algra, mengartikan tanggungjawab adalah kewajiban memikul pertanggungjawaban dan memikul kerugian yang diderita (bila dituntut), baik dalam hukum maupun dalam bidang administrasi.23

Terdapat dua jenis tanggungjawab dan tanggungjawab administrasi. Tanggng jawab hukum adalah jenistanggungjawab yang dibebankan kepada subjek hukum atau

21Ibid., h. 158.

22Salim, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitan Disertasi Dan Tesis Buku Kedua, Rajawali Press, Jakarta, 2014, h. 207.

23Ibid.,h. 207-208.

pelaku yang melakukan perbuatan melawan hukum atau tindak pidana. Sehingga yang bersangkutan dapat diuntut membayar ganti rugi dan/atau menjalankan pidana.

Sedangkan tanggungjawab administrasi adalah suatu tanggungjawab yang dibebankan kpeada orang yang melakukan kesalahan administrasi.24

Hans Kelsen mengemukakan sebuah teori yang menganalisis tentang tanggungjawab hukum, yang ia sebut dengan teori tradisional. Di dalam teori tradisional, tanggungjawab dibedakan menjadi dua macam, yaitu: Tanggungjawab yang didasarkan kesalahan; dan tanggungjawab mutlak.25

Tanggungjawab mutlak bahwa perbuatannya menimbulkan akibat yang dianggap merugikan oleh pembuat undang-undang, dan ada suatu hubungan eksternal antara perbuatannya dengan akibatnya. Tiadanya keadaan jiwa si pelaku dengan akibat perbuatannya.26

Ada dua istilah yang menunjuk pada pertanggungjawaban dalam kamus hukum, yaitu liability dan responsbility. Liability merupakan istilah hukum yang luas menunjuk hampir semua karakter resiko atau tanggungjawab, yang pasti, yang bergantung atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara aktual atau potensial seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya atau kondisi yang menciptakan tugas untuk melaksanakan Undang-Undang. Responbility berarti hal yang dapat dipertanggungjawabkan atas suatu kewajiban, dan termasuk putusan, keterampilan, kemampuan dan kecakapan meliputi juga kewajiban bertanggung jawab atas undang-undang yang dilaksanakan. Dalam pengertian dan penggunaan praktik, istilah liability menunjuk pada pertanggungjawaban hukum, yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh subyek hukum, sedangkan istilah responsibility menunjuk pada pertanggungjawaban politik.27

Menurut Hans Kelsen dalam teorinya tentang tanggungjawab hukum menyatakan bahwa: ”seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu

24Ibid., h. 208.

25Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum Dan Negara, Nusa Media, Bandung, 2006, h. 95

26Salim, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Disertasi dan Tesis, RajaGrafindo, Jakarta, 2014, h. 212

27Ridwan, Hukum Administrasi Negara,Raja Grafindo, Jakarta, 2006, h. 335-337.

perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggungjawab hukum, subyek berarti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan.”28

Teori tanggungjawab berkaitan dalam hal menganalisis tanggungjawab hukum notaris dan kreditur bilamana tidak menyelesaikan pendaftaran hak tanggungan sesuai dengan covernote.

2. Konsepsi

Kerangka konseptual merupakan suatu pengarahan atau pedoman yang lebih konkrit kepada kerangka teoritis yang seringkali bersifat abstrak. Walaupun demikian suatu kerangka konseptual belaka, kadang-kadang dirasakan masih juga abstrak sehingga diperlukan definisi-definisi operasional yang akan dapat menjadi pegangan konkrit dalam proses penelitian. Dengan demikian maka kecuali terdiri dari pada konsep-konsep, suatu kerangka konsepsional dapat pula mencakup defenisi-defenisi operasional.

Suatu kerangka konsepsionil, merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus, yang ingin atau akan diteliti. Suatu konsep bukan merupakan gejala yang akan diteliti, akan tetapi merupakan suatu abstraksi dari gejala tersebut. Gejala itu sendiri biasanya dinamakan fakta, sedangkan konsep merupakan suatu uraian mengenai hubungan-hubungan dalam fakta tersebut. Untuk lebih menjelaskannya, maka didalam penelitian biasanya dibedakan antara tiga hal, yakni :

28Hans Kelsen sebagaimana diterjemahkan oleh Somardi, General Theory Of Law and State, Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif Empirik, BEE Media Indonesia, Jakarta, 2007, h. 81

a. Referens atau acuan, yakni hal aktual yang menjadi ruang lingkup penelitian.

Referens atau acuan tersebut mungkin merupakan benda perilaku atau peristiwa, ide, kwalitas, dan lain sebagainya.

b. Simbol atau kata atau istilah, yaitu sesuatu yang dipergunakan untuk mengidentifikasikan referens atau acuan.

c. Konsep yang merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan dengan istilah.

Dengan demikian, maka konsep sangat penting bagi cara pemikiran maupun komunikasi dalam penelitian.29

Agar tidak terjadi perbedaan pengertian tentang konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu diuraikan pengertian-pengertian konsep yang dipakai, yaitu :

a) Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan memiliki kewenangan lainya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini atau berdasarkan udang-undang-undang lainnya.30

b) PPAT adalah pejabat pembuat akta tanah.31

c) Covernote adalah surat keterangan yang dibuat oleh notaris/PPAT.32

d) Perjanjian kredit adalah perjanjian penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.33

29Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2005, h.

132

30Pasal 1 angka (1) Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.

31Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pembuat Akta Tanah.

32Hasil Wawancara Bank Rakyat Indonesia Tanggal 5 Bulan 5 Tahun 2018.

33Pasal 1 ayat (11) Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Dalam dokumen Universitas Sumatera Utara (Halaman 29-36)