• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Universitas Sumatera Utara"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Covernote dalam prakteknya yang dibuat oleh notaris/PPAT dipercaya oleh bank sebagai dasar pencairan dana dalam perjanjian kredit. Pengaturan mengenai covernote tidak ada diatur dalam undang-undang jabatan notaris maupun peraturan pemerintah pejabat pembuat akta tanah, ataupun undang- undang perbankan. Permasalahan dalam penelitian, bagaimana kewenangan (Notaris/PPAT) untuk mengeluarkan covernote untuk kepentingan para pihak terhadap perjanjian kredit, bagaimana kepastian hukum covernote yang dikeluarkan oleh (Notaris/PPAT) sebagai dasar pencairan kredit dalam transaksi kredit perbankan, bagaimana tanggung jawab hukumnya bagi notaris dan debitur, bilamana pejabat (Notaris/PPAT) tidak dapat menyelesaikan pengurusan Hak Tanggungan sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam covernote.

Tesis menggunakan jenis penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif analitis, dengan menggunakan data primer yaitu wawancara dan data sekunder yaitu bahan hukum primer berupa Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pembuat Akta Tanah, UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Bahan hukum sekunder berupa buku-buku, dan tersier berupa kamus umum, kamus hukum.

Hasil penelitian, berdasarkan peraturan perundang-undangan notaris/PPAT tidak memiliki kewenangan dalam mengeluarkan covernote untuk kepentingan para pihak terhadap perjanjian kredit. Kewenangan notaris/PPAT mengeluarkan covernote dalam praktek perkreditan di perbankan berdasarkan kebiasaan.

Kepastian hukum covernote dijadikan sebagai dasar pencairan kredit dalam perjanjian kredit perbankan sangat tidak memberikan kepastian hukum karena kebenarannya dapat disangkal, bukan suatu perjanjian jaminan yang dapat menjamin kepastian selesainya pengurusan pendaftaran hak tanggungan, dan tidak ada diatur dalam peraturan perundang-undangan. Tanggung jawab debitur apabila tidak dapatnya diselesaikan pengurusan hak tanggungan sesuai dengan keterangan covernote, debitur tetap harus memenuhi prestasinya dan tanggung jawab notaris/

PPAT apabila terdapat kesengajaan memuat keterangan yang tidak dalam keadaan yang sebenarnya dalam covernote maka dikenakan tanggung jawab pidana yaitu hukum penjara dengan ancaman 6 tahun, diberhentikan tidak hormat, dan bertanggung jawab menganti kerugian kepada bank atau kreditur jika dapat dibuktikan kerugian.

Kata Kunci: Covernote, Kredit, Perbankan.

(7)

ON THE PARTIES IN BANKING CREDIT CONTRACT ABSTRACT

In practice, a covernote is made by a reliable Notary/PPAT in disbursing funds in a credit contract. Covernote is not regulated in the Notarial Act ad in the Government Regulation on PPAT, or in the Law on Banking. The research problems are how about the authority of a Notary/PPAT to issue covernote for the interest of stakeholders in a credit contract, how about the legal certainty of covernote issued by a Notary/PPAT to disburse credit in banking credit transaction, and how about the liability for a Notary and debtor when the Notary/PPAT cannot settle the case of the Hypothecation on time specified in the covernote.

The research used juridical normative and descriptive analytic method.

Primary data were gathered by conducting interviews, secondary data were obtained from Law No. 30/2004 on Notarial Position, Law No. 4/1996 on Hypothecation, PP No. 37/1998 on the Regulation on the Position of the Official Empowered to Draw Up Land Deeds, law No. 7/1992 on Banking, and Law No.

10/1998 on the Amendment of Law No. 7/1992 on Banking. Secondary data were obtained from books and tertiary data from dictionaries and dictionaries of law.

The result of the research shows that according to law, a Notary/PPAT has no right to issue covernote for the interest of stakeholders in a credit contract.

He issues covernote as what is usually done. There is no legal certainty for issuing covernote for disbursing credit in a banking credit contract since its truth is denied. It cannot be used for registering hypothecation since it is not regulated in the legal provisions. Debtor is responsible to get through the hypothecation according what is stipulated in the covernote; he is required to fulfill his performance. When a Notary/PPAT gives false information in a covernote, he will be imposed criminal sanction by imprisonment of 6 years and is required to pay compensation to the Bank or creditor if there is financial loss.

Keywords: Covernote, Credit, Banking

(8)

I. DATA PRIBADI

Nama : Michael Boy Sembiring

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 06 Agustus 1992 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Katholik

Alamat : Jalan Bunga Encole Gg. Tarigan No. 8 Medan

Telepon/Hp : 081260600150

II. KELUARGA

Nama Ayah : Arapen Sembiring Nama Ibu : Sri Bernadetta

Nama Adik : Gabriel Guntara Sembiring Nama Abang : Aditia Sembiring

III. PENDIDIKAN FORMAL

1. SD St. Antonius : Tahun Lulus 2003

2. SMP Santo Thomas 4 : Tahun Lulus 2007

3. SMA Santo Thomas 2 : Tahun Lulus 2010

4. S1 Fakultas Hukum UDA : Tahun Lulus 2014

5. S2 Program Studi Magister Kenotariatan FH-USU : Tahun Lulus 2018

(9)

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul :

“AKIBAT HUKUM PENERBITAN COVERNOTE OLEH NOTARIS/PPAT TERHADAP PIHAK-PIHAK DALAM PERJANJIAN KREDIT PERBANKAN”

Ketika melakukan penulisan dan penyusunan tesis ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari isi tulisan maupun cara penulisannya. Hal ini dikarenakan oleh terbatasnya pengetahuan dan pengalaman penulis untuk menuangkannya ke dalam tesis ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan maupun saran guna memperbaiki kualitas dari penulisan dan bermanfaat pada masa yang akan datang.

Saat penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik Secara langsung maupun tidak langsung. Penulis menyadari tidak akan mampu untuk membalas kebaikan dari berbagai pihak tersebut, dan penulis hanya dapat berdo’a agar semua pihak yang membantu penulis selalu dalam lindungan Tuha Yang Maha Esa.

Sebagai ungkapan terima kasih, maka izinkanlah penulis untuk menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembimbing I, yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan pengarahan, petunjuk

(10)

2. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH., CN., M.Hum., selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembimbing III, yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan pengarahan, petunjuk kepada penulis, baik berupa saran dan arahan yang membangun dalam penyelesaian tesis ini.

3. Prof. Dr. Sunarmi, SH., M.Hum., selaku Komisi Dosen Pembimbing II, yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan pengarahan, petunjuk kepada penulis, baik berupa saran dan arahan yang membangun dalam penyelesaian tesis ini.

4. Bapak/Ibu Dosen Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberikan tambahan wawasan ilmu dan pengetahuan hukum kepada penulis selama menjalankan perkuliahan di Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh staf dan pegawai Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah membantu selama proses perkuliahan yang dijalani penulis selama ini.

6. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Notaris Indra Sakti Tarigan, Rica Angelia Barus, Yetty Rosalina Lubis, yang memberikan izin kepada penulis untuk melakukan wawancara tersebut.

7. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih dan rasa sayang yang tak terhingga kepada Ayahanda Arapen Sembiring, dan Ibunda Sri Bernadetta,

(11)

8. Terima kasih kepada Adik Gabriel Guntara Sembiring dan Abang Aditia Sembiring, yang telah memberi bantuan, semangat, dan dukungan yang tidak pernah henti kepada penulis.

9. Terima kasih kepada Tante dan Om Eddy Simon Tarigan, Budi Tarigan, dan Eva Glorya Tarigan, Berdikari Sembiring yang telah memberikan dukungan, semangat, dan masukan kepada penulis

10. Terima kasih kepada sepupuku tersayang: Rio Jordan, Bero Marhaen, Raja Batu, Eggy Juventus Tarigan Seibero, Andre Gunanta Sembiring, Piter, Joy, Jeje, dan semua sepupu yang tidak dapat dituliskan satu persatu yang telah membantu serta mendoakan penulis dalam penyelesaian tesis ini.

11. Terima kasih kepada para sahabat saya Andi Reza, Idris Sembiring, Amrizal, Bajora Pinayungan Lubis, Nakka Sendepaiman, Nanda Yustiansyah, Sanofta Dj Ginting, Validay, Henny, Akbar, Julie, dan semua yang tidak dapat dituliskan satu persatu yang selalu menemani dan membuat kecerian setiap hari.

12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2015 Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan saran kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis

(12)
(13)

Halaman

PENGESAHAN………….………... i

TANGGAL UJIAN PERNYATAAN ORISINALITAS PERSETUJUAN PUBLIKASI ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR RIWAYAT HIDUP KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Keaslian Penelitian ... 13

F. Kerangka Teori Dan Landasan Konsepsi ... 15

1. Kerangka Teori ... 15

2. Konsepsi …………... 20

G. Metode Penelitian ... 22

1. Sifat Dan Jenis Penelitian ... 22

2. Sumber Data Penelitian ... 23

3. Teknik Pengumpulan Data ... 24

4.Analisis Data ... 25

BABII KEWENANGAN NOTARIS/PPAT UNTUK MENGELUARKAN COVERNOTE UNTUK KEPENTINGAN PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI KREDIT PERBANKAN ... 27

A. Kredit ... 27

B. Peranan Notaris Dalam Perjanjian Kredit ... 36

(14)

BAB III KEPASTIAN HUKUM COVERNOTE YANG DIKELUARKAN OLEH NOTARIS/PPAT SEBAGAI DASAR PENCAIRAN

KREDIT DALAM PERJANJIAN KREDIT PERBANKAN ... 51

A. Akibat Hukum Pencairan Kredit Dalam Perjanjian Kredit ... 51

B. Analisis Kepastian Hukum Covernote Yang Dikeluarkan Oleh Notaris/PPAT Sebagai Dasar Pencairan Kredit Perbankan ... 57

BAB IV KONSEKUENSI HUKUMNYA BAGI NOTARIS DAN DEBITUR, BILAMANA PEJABAT (NOTARIS/PPAT) TIDAK DAPAT MENYELESAIKAN PENGURUSAN HAK TANGGUNGAN SESUAI DENGAN JANGKA WAKTU YANG DITETAPKAN DALAM COVER NOTE ... 68

A. Hak Tanggungan ... 68

B. Tanggung JawabDebitur Tidak Dapat Selesai Pengurusan Hak Tanggungan Sesuai Dengan Jangka Waktu Yang Ditetapkan Dalam Covernote ... 83

C. Tanggung Jawab Notaris/PPAT Tidak Dapat Selesai Pengurusan Hak Tanggungan Sesuai Dengan Jangka Waktu Yang Ditetapkan Dalam Covernote... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 98

A. Kesimpulan... 98

B. Saran... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101

(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Saat ini jasa notaris/PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) sudah begitu akrab dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Keberadaan lembaga notaris/PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) dilandasi oleh kebutuhan masyarakat dalam menggunakan jasa notaris/PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) dalam setiap kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat perdata seperti perjanjian-perjanjian, kuasa, waris, perwalian dan lain sebagainya sebagai suatu alat bukti yang mengikat.

Kehidupan sehari-hari masyarakat masih menganggap sama antara Notaris dan PPAT padahal notaris dan PPAT sangat berbeda begitupun dengan kewenangannya. Hal ini antara lain disebabkan notaris atau PPAT pada umumnya dijabat oleh orang yang samameskipun tidaklah selalu demikian. Secara garis besar, notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris. Sedangkan Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 tentang Pejabat Pembuat Akta Tanah, PPAT adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun.

Seorang notaris boleh menjalankan profesinya setelah diangkat oleh Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, sementara PPAT diangkat langsung oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN). Lebih lanjut dilihat dari kewenangannyaterdapat

(16)

perbedaan antara jabatan Notaris dan jabatan PPAT dalam melakukan perbuatan hukum, pokok wewenang yang bisa ditangani oleh notaris dan PPAT juga jauh berbeda. Berdasarkan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, notaris berwenang untuk :

1. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus,

2. membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus,

3. membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan,

4. melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya, 5. memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta, 6. membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau

7. membuat akta risalah lelang.

Berdasarkan wewenang yang ada pada notaris sebagaimana dalam Pasal 15 undang-undang jabatan notaris dan kekuatan pembuktian dari akta notaris, maka ada dua kesimpulan, yaitu:

1. Tugas jabatan notaris adalah memformulasikan keinginan/tindakan para pihak ke akta otentik, dengan memperhatikan aturan hukum yang berlaku.

2. Akta notaris sebagai akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, sehigga tidak perlu dibuktikan atau ditambah dengan alat bukti lainnya, jika ada orang/pihak yang menilai atau menyatakan bahwa akta tersebut tidak benar, maka orang/pihak yang menilai atau menyatakan tidak benar tersebut wajib membuktikan penilaian atau pernyataan sesuai aturan hukum yang berlaku. kekuatan pembuktian akta notaris tesebut sesuai dengan sifat publik dari jabatan notaris.1

Kewenangan notaris dalam membuat akta mengenai semua perbuatan.

Perbuatan dalam bahasa belanda disebut dengan handeling, yaitu berkaitan dengan apa yang akan dilakukan oleh subjek hukum atau penghadap kepada notaris. Konsep

1 Herry Susanto, Peranan Notaris Dalam Menciptakan Kepatutan Dalam Kontrak, Fh UI Press, Yogyakarta, 2010, h. 42.

(17)

perbuatan dalam ketentuan tersebut sangat luas tidak hanya perbuatan hukum, tetapi juga perbuatan-perbuatan non hukum. Perbuatan hukum merupakan tindakan yang menimbulkan hak dan kewajiban.2

Akta otentik merupakan akta yang dibuat oleh pejabat yang berwenang berdasarkan hal tersebut maka notaris dalam membuat suatu akta otentik maka dia harus berwenang untuk membuat akta tersebut. Menurut G. H. S. Lumbantobing, notaris berwenang dalam membuat suatu akta maka harus memiliki 4 hal, yaitu:

1. Notaris harus berwenang sepanjang yang menyangkut akta yang dibuat itu, tidak setiap pejabat umum dapat membuat semua akta, akan tetapi seorang pejabat umum hanya dapat membuat akta-akta tertentu, yakni yang ditugaskan atau dikecualikan kepadanya berdasarkan peraturan perundang-undangan.

2. Notaris harus bewenang sepanjang mengenai orang untuk kepentingan siapa akta itu dibuat, notaris tidak berwenang untuk membuat akta untuk kepentingan setiap orang. Contohnya notaris tidak boleh membuat akta dimana pihaknya isterinya sendiri ataupun anaknya.

3. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai tempat, dimana akta itu dibuat, setiap notaris ditentukan daerah hukumnya dan hanya di dalam daerah yang ditentukan baginya itu notaris berwenang membuat akta otentik. Akta yang dibuatnya di luar daerah jabatannya adalah tidak sah.

4. Notaris harus berwenang speanjang mengenai waktu pembuatan akta tersebut, notaris tidak boleh membuat akta selama notaris masih cuti atau dipecat dari jabatannya, demikian juga notaris tidak boleh membuat akta sebelum notaris memangku jabatannya.3

Akta autentik dengan akta dibawah tangan terdapat perbedaan sebagai berikut:

1. Akta autentik:

a. Akta autentik dibuat dalam bentuk sesuai dengan yang ditentukan oleh Undang-Undang;

b. Harus dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum yang berwenang;

c. Mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, terutama mengenai waktu, tanggal pembuatan, dan dasar hukumnya;

d. Kalau kebenarannya disangkal, maka si penyangkal harus membuktikan ketidabenarannya.

2. Akta dibawah tangan:

2Salim HS, Teknik Pembuatan Akta Satu, Rajawali Press, Jakarta, 2016, h. 51.

3G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Erlanggga, Jakarta, 1983, h. 49-50.

(18)

a. Tidak terikat bentuk formal, melainkan bebas.

b. Dapat dibuat bebas oleh setiap subjek hukum yang berkepentingan;

c. Apabila diakui oleh penanda tangan atau tidak disangkal, akta tersebut mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna sama halnya seperti akta autentik;

d. Tetapi bila kebenarannya disangkal, maka pihak yang mengajukan sebagai bukti yang harus membuktikan kebenarannya (melalui bukti atau saksi- saksi).4

Berdasarkan Peraturan Pemerintah tentang Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 tentang Pejabat Pembuat Akta Tanah, kewenangan PPAT adalah bertugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu. Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Pejabat Pembuat Akta Tanah Perbutan hukum tersebut diatas meliputi pembuatan akta-akta atas tanah sebagai berikut:

1. Jual beliatas tanah

2. Tukar menukar atas tanah 3. Hibah atas tanah

4. Pemasukan atas tanah ke dalam perusahaan (inbreng) 5. Pembagian hak bersama atas tanah

6. Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas Tanah Hak Milik 7. Pemberian Hak Tanggungan

8. Pemberian Kuasa membebankan Hak Tanggungan.

Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta-akta selain akta yang menjadi kewenangan PPAT, dan akta yang dikeluarkan oleh notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah akta otentik.Keistemawaan akta otentik adalah merupakan suatu alat bukti yang sempurna, artinya apabila seorang mengajukan akta

44Soeroso, Perjanjian Dibawah Tangan, Sinar Grafika, Jakarta, 2011., h. 9.

(19)

autentik kepada hakim sebagai bukti, maka hakim harus menerima dan menganggap apa yang tertulis di dalam akta merupakan peristiwa yang sungguh-sungguh telah terjadi, dan hakim tidak boleh memerintahkan penambahan pembuktian.5

Akta otentik mempunyuai kekuatan lahiriah, formal, dan material.6 Pengertian lahiriah, formal, dan material, sebagai berikut:

1. Akta otentik mempunyai pembuktian lahir yaitu kekuatan pembuktian yang didasarkan atas keadaaan lahir, yaitu apa yang dilihat dari lahir seperti akta, dianggap mempunyai kekuatan.

2. Akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian formal yaitu kekuatan pembuktian antara para pihak atau pihak dalam akta tersebut telah benar menyatakan apa yang tertulis dalam akta yang dibuat dan ditandatangani oleh pejabat umum. Jadi secara formal orang-orang tersebut atau seseorang telah datang di muka pejabat umum untuk menerangkan apa yang tertulis dalam akta.

3. Akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian material yaitu kekuatan pembuktian bahwa apa yang diterangkan dan atau apa yang tertulis dalam akta tersebut benar-benar telah terjadi. Jadi secara material artinya isi dalam akta tersebut adalah benar.7

Pengertian akta autentik dapat dilihat di dalam Pasal 1868 KUHPerdata, Suatu akta otentik adalah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang oleh atau di hadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat.Berdasarkan pengertian akta otentik, maka dapat disimpulkan bahwa suatu akta otentik harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu:

1. Bentuknya sesuai undang-undang

2. Dibuat di hadapan pejabat umum yang berwenang.

3. Kekuatan pembuktian yang sempurna.

5Ibid., h. 7.

6Hari Sasangka, Hukum Pembuktian dan Perkara Perdata, Mandar Madju, Bandung, 2005, h. 53.

7Ibid.

(20)

Notaris/PPAT dalam praktek kredit perbankan dapat membuat suatu covernote.Covernote tersebut dalam praktek perbankan dapat dijadikan sebagai dasar

pencairan kredit dalam perbankan. Covernote yang dibuat oleh notaris/PPAT dalam prakteknya memiliki bentuk dan tata cara penulisan yang berbeda-beda akan tetapi dalam prakteknya penulisan covernote biasanya dilakukan atas kop surat notaris, ditandatangani dan dicap notaris yaitu menggunakan lambang negara.

Lambang negara adalah simbol wibawa tinggi.8 Notaris menurut undang- undang jabatan notaris diperkenankan untuk memakai lambang negara sebagai cap notaris. Lambang negara boleh dipergunakan oleh notaris hanya untuk membuat tanda notaris. Menurut Tan Thong Kie, lambang negara itu tidak melekat pada nama seorang notaris, tetapi hanya pada cap dan capnya harus diterakan pada pekerjaannya sebagai notaris, yaitu di sebelah tanda tangan notaris, di bawah suatu salinan akta autentik atau grosse yang dikeluarkannya.9

Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan, disebutkan bahwa:

Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Lambang Negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.

Berdasarkan Pasal 52 menegaskan lambang negara digunakan:

1. Sebagai cap atau kop surat jabatan;

2. Sebagai cap dinas untuk kantor;

3. Pada kertas bermetarai;

4. Pada surat dan lencana gelar pahlawan, tanda jasam dan tanda kehormatan;

8Tan Thong Kie, Studi Notariat Dan Serba-Serbi Praktek Notaris, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2013, h. 466.

9Ibid.

(21)

5. Sebagai lencana atau atribut pejabat negara, pejabat pemerintah atau warga negara indonesia yang sedang mengemban tugas negara di luar negeri;

6. Penyelenggaraan peristiwa resmi;

7. Buku dan majalah yang diterbitkan oleh pemerintah;

8. Buku kumpulan undang-undang; dan/atau;

9. Di rumah warga negara Indonesia.

Berdasarkan uraian pasal tersebut mengatur mengenai penggunaan lambang negara sebagai “cap atau kop surat jabatan” digunakan oleh menurut Pasal 52 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan:

1. Presiden dan wakil presiden;

2. Majelis Permusyawaratan Rakyat;

3. Dewan Perwakilan Rakyat;

4. Dewan Perwakilan Daerah;

5. Mahkamah Agung dan Badan Peradilan;

6. Badan Pemeriksa Keuangan;

7. Menteri dan pejabat setingkat menteri;

8. Kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan sebagai duta besar luar biasa dan berkuasan penuh, konsul jenderal, konsul, dan kuasa usaha tetap, konsul jenderal kehormatan, dan konsul kehormatan;

9. Gubernur, bupati, atau wali kota;

10. Notaris; dan

11. Pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh undang-undang.

Covernote berisikan keterangan yang diberikan oleh notaris/PPAT.

Keterangan dalam covernote yang dibuat oleh notaris/PPAT pada dasarnya dibuat berdasarkan kebutuhan dan permintaan para pihak yang menggunakan jasa notaris/

PPAT.10 Notaris/PPAT dalam prakteknya membuat covernoteberkaitan dengan keterangan-keterangan yang dibutuhkan dalam suatu ketentuan-ketentuan atau syarat yang harus dipenuhi oleh para pihak sepertinya halnya mengenai keterangan

10Hasil Wawancara Notaris/ PPAT Indra Sakti Tarigan Tanggal 15 Bulan 1 Tahun 2018.

(22)

pendaftaran hak yang sudah proses pendaftaran yang dimana keterangan tersebut merupakan keterangan yang dibutuhkan pencairan kredit dalam perbankan.

Covernote dapat diketahui bahwa tidak memiliki bentuk yang ditentukan oleh

undang-undang dan pembuatannya tidak harus dihadapan notaris. Pengaturan mengenai covernote tidak ada diatur dalam undang-undang jabatan notaris maupun peraturan pemerintah pejabat pembuat akta tanah, ataupun undang-undang perbankan. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwacovernote tidak termasuk dalam ciri-ciri akta otentik dan covernote tidak ada pengaturan mengenai hal tersebut.

Bank sebagai salah satu lembaga keuangan yang memiliki peranan yang penting dan besar dalam kehidupan masyarakat. Bank dalam menjalankan peranannya bertindak sebagai salah satu bentuk lembaga keuangan yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat banyak, dengan cara memberikan kredit, pembiayaan dan jasa-jasa lainnya.11Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, bahwa fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masayarakat.Fungsi-fungsi perbankan menurut para ahli, sebagai berikut:

1. Howar D. Crosse dan George H. Hempel, bank umum memiliki fungsi yaitu penciptaan kredit, fungsi giral, pembayaran dan penagihan, akumulasi tabungan dan investasi, jasa-jasa kepercayaan, jasa-jasa lain, dan perolehan laba untuk imbalan para pemegang saham.

2. America Banker Association, fungsi ekonomi utama bank yaitu fungsi penyimpanan dana, fungsi pembayaran, fungsi pemberian kredit, dan fungsi uang.

3. Oliver G. Wood, Jr., fungsi utama bank dalam perekenomian yaitu memegang dana nasabah, menyajikan mekanisme pembayaran, menciptakan pelayanan trust, menyajikan jasa-jasa lain.12

11Zainal Asikin, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, Rajawali, Jakarta, 2015, h. 17.

12Ibid., h. 16-17.

(23)

Kredit dalam kegiatan perbankan merupakan kegiatan usaha yang paling utama, karena pendapatan terbesar dari usaha berasal dari pendapatan kegiatan usaha kredit yaitu berupa bunga dan provisi. Ruang lingkup dari kredit sebagai kegiatan perbankan tidaklah semata-mata berupa kegiatan peminjaman kepada nasabah melainkan sangatlah komplek karena menyangkut keterkaitan unsur-unsur yang cukup banyak, di antaranya sumber-sumber dana kredit, alokasi dana, organisasi dan manajemen prekreditan, kebijakan perkreditan, dokumentasi dan administrasi kredit, pengawasan kredit serta penyelesaian kredit bermasalah.13

Berdasarkan fungsi-fungsi tersebut dapat diketahui bahwa salah satu fungsi yang selalu ada dalam bank salah satunya adalah pemberian kredit. Modal bank dalam memberikan kredit, pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dilakukan dengan modal sendiri, atau dengan dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat pembayaran baru yang berupa giral.14Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa modal bank dalam pemberian kredit salah satu sumbernya berasal dari dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga sehingga berdasarkan hal tersebut dalam pemberian kredit oleh bank harus berhati-hati agar bank tetap dipercaya oleh pihak ketiga dimana sebagai pemberi modal.

Pemberian fasilitas kredit yang tertuang dalam suatu perjanjian kredit oleh bank kepada debitur bukanlah tanpa resiko, karena resiko mungkin saja terjadi khususnya karena debitur tidak wajib membayar utangnya secara lunas atau tunai,

13H. R. M. Anton Suyatno, Kepastian Hukum Dalam Penyelesaian Kredit Macet Melalui Eksekusi Jaminan Hak Tanggungan Tanpa Proses Gugatan Pengadilan, Kencana, Jakarta, 2016, h.

34.

14Zainal Asikin op.cit., h. 17.

(24)

melainkan debitur diberi kepercayaan oleh Undang-Undang dalam perjanjian kredit untuk membayar belakangan secara bertahap atau mencicil. Risiko yang umumnya terjadi adalah kegagalan atau kemacetan dalam pelunasan kredit (resiko kredit), resiko yang timbul karena pergerakan pasar (resiko pasar), resiko karena bank tidak mampu memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo (resiko likuiditas), serta resiko karena adanya kelemahan aspek yuridis yang disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung (resiko hukum).15

Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, perbankan dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Berdasarkan pasal tersebut dapat diketahui bahwa penerapan prinsip-prinsip kehati-hatian harus diperhatikan oleh bank termasuk didalam kegiatan usaha pemberian kredit.

Penerapan prinsip kehati-hatian oleh perbankan maka salah satu dipersyaratkan bank sebagai kreditur dalam pemberian kredit yaitu adanya jaminan yang harus diberikan debitur guna menjamin pelunasan utangnya demi keamanan dan kepastian hukum apabila debitur tidak melunasi hutangnya atau melakukan wanprestasi. Tujuan jaminan bukan untuk dimiliki secara pribadi oleh kreditur akan tetapi barang jaminan tersebut dipergunakan untuk melunasi utang dengan cara sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku.16

15Badriyah Harun, Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2010, h. 2.

16Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis, Djambatan, Jakarta, 1996, h. 75.

(25)

Berdasarkan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggunan dan Pasal 14 Undang-Undang Nomor42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, bahwa objek jaminan hak tanggungan atau jaminan fidusia harus didaftarkan.

Syarat objek jaminan yang harus didaftarkan tersebut membuat debitur dalam prakteknya meminta kepada notaris/PPAT untuk membuatkan covernote dimana menerangkan jaminan hak tanggungan atau jaminan fidusia telah didaftarkan namun belum selesai proses pendaftarannya dan berdasarkan keterangan covernote tersebut dalam prakteknya bank sudah dapat mencairkan pencairan dana fasilitas kredit.

Covernote dalam prakteknya yang dibuat oleh notaris/PPAT dipercaya oleh

bank sebagai dasar pencairan dana dalam perjanjian kredit, padahal dapat diketahui bahwa covernote yang dibuat oleh notaris/PPAT bukan merupakan suatu akta otentik dan dapat diketahui juga bahwa tidak ada pengaturan mengenai covernote dalam peraturan perbankan dan dapat diketahui bahwa proses pendaftaran suatu jaminan belum selesai. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pencairan kredit dimana belum selesai proses pendaftarannya dengan dasar covernote yang dibuat oleh notaris/PPAT dapat memberikan resiko yang besar kepada bank karena dapat diketahui bahwa kedudukan dan akibat covernote tidak ada dijelaskan dalam undang- undang jabatan notaris, peraturan jabatan pembuat akta tanah, dan perbankan.

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa tidak ada pengaturan mengenai kedudukan dan akibat covernote yang dibuat oleh notaris/PPAT dalam perjanjian kredit. Sehingga berdasarkan hal tersebut perlu untuk penelitan lebih lanjut mengenai covernote, dengan judul peneletian “Akibat Hukum Penerbitan Covernote Oleh Notaris/PPAT Dalam Pernjanjian Kredit Perbankan”.

(26)

B. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan uraian yang telah dibahas pada latar belakang, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini dapatlah dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kewenangan (Notaris/PPAT) untuk mengeluarkan covernote untuk kepentingan para pihak terhadapperjanjian kredit ?

2. Bagaimana kepastian hukum covernote yang dikeluarkan oleh (Notaris/PPAT) sebagai dasar pencairan kredit dalam transaksi kredit perbankan ?

3. Bagaimana tanggung jawab hukumnya bagi notaris dan debitur, bilamana pejabat (Notaris/PPAT) tidak dapat menyelesaikan pengurusan Hak Tanggungan sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam cover note?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam melakukan penelitian tentang penerbitan covernote ini dalam perjanjian transaksi kredit perbankan adalah:

1. Untuk menganalisis kewenangan (Notaris/PPAT) dalam mengeluarkan covernote untuk kepentingan para pihak dalam perjanjian kredit perbankan.

2. Untuk menganalisis kepastian hukum tentang covernote yang dikeluarkan oleh Notaris/PPAT untuk kepentingan para pihak yang terlibat dalam perjanjian kredit perbankan.

3. Untuk menganalisis konsekuensi hukum bagi Notaris dan para pihak,bilamana pejabat (Notaris/PPAT) tidak dapat atau gagal dalampenyelesaian covernote menjadi Hak Tanggungan.

(27)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian merupakan pencerminan secara konkrit kegiatan ilmu dalam memproses ilmu pengetahuan. Secara operasional penelitian dapat berfungsi sebagai pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi, menunjang pembangunan, mengembangkan sistem dan mengembangkan kualitas manusia.Adapun manfaat penulisan tesis ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis

Secara teoritis pembahasan terhadap masalah-masalah yang dirumuskan akan memberikan kontribusi pemikiran dan melahirkan pemahaman kepada penulis akan arti penting dan tanggung jawab sosial di dalam melakukan suatu perbuatan hukum dimasa yang akan datang.

2. Secara praktis

Secara praktis pembahasan terhadap masalah ini diharapkan dapat menjadi masukkan dan pengetahuan bagi masyarakat, khususnya bagi pihak-pihak yang melakukan perjanjian di bawah tangan dan untuk mengetahui hukum dalam menghadapi permasalahan hukum, serta dapat membantu para pihak yang dirugikan dalam mengatasinya.

E. Keaslian Penulisan

Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan yang ada di lingkungan Universitas Sumatera Utara, khususnya di lingkungan Pascasarjana Univerasitas Sumatera Utara, menunjukan bahwa penelitian dengan judul tesis yang berhubungan dengan judul topik dalam tesis ini adalah:

(28)

1. Ihdina Nida Marbun, NIM : 137011111, Magister Kenotariatan dalam Program Studi Pascasarjana Fakultas Hukum USU, dengan judul “Tanggung Jawab Notaris Terhadap Covernote (Surat Keterangan) Atas Pengurusan Sertipikat” dan permasalahan yang diteliti adalah :

a) Bagaimana fungsi dari covernote yang dibuat oleh notaris atas proses pengurusan setipikat ?

b) Bagaimana tanggungjawab notaris sebagai pejabat umum terhadap covernote yang dibuat atas pengurusan sertipikat.

c) Untuk mengetahui akibat hukum yang ditimbulkan dari penggunaan covernote oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

2. Herly Gustiana Meliana Siagian, NIM : 077011027, Magister Kenotariatan dalam Program Studi Pascasarjana Fakultas Hukum USU, dengan judul

“Peranan Notaris Dalam Perjanjian Kredit Anggaran Sistem Fidusia Pada Perum Penggadaian (Studi di Kantor Perum Penggadaian Cabang Medan Utama” dan permasalahan yang diteliti adalah :

a) Bagaimana kewenangan notaris dalam pembuatan perjanjian kredit angsuran sistem fidusia pada Perum Penggadaian Cabang Medan Utama ? b) Bagaimana kedudukan benda jaminan dalam perjanjian kredit angsuran

sistem fidusia pada Perum Penggadaian Cabang Medan Utama ?

c) Bagaimana peranan notaris dalam pelaksanaan perjanjian kredit angsuran sistem fidusia pada Perum Penggadaian Cabang Medan Utama ?

3. Rahmad Nauli Siregar, NIM : 117011143, Magister Kenotariatan dalam Program Studi Pascasarjana Fakultas Hukum USU, dengan judul

(29)

“Perbandingan Perjanjian Kredit Dalam PrespektifPerjanjian Islam Dan Kitab Undan-gundang Hukum Perdata” dan permasalahan yang diteliti adalah : a) Bagaimana ketentuan hukum perjanjian kredit di bank syari’ah dan bank

konvensional?

b) Bagaimana bentuk klausul antara akad pembiayaan bank syari’ah dengan perjanjian kredit bank konvensional ?

c) Bagaimana hubungan hukum perjanjian perbankan syari’ah dengan KUHPerdata berkaitan dengan perjanjian kredit?

Berdasarkan hasil penelusuran terhadap hasil-hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya khususnya pada Sekolah Pascasarjana Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, maka penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Oleh karena itu judul penelitian ini merupakan hasil karya asli berdasarkan azas-azas dan perundang- undangan yang berlaku.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

Menurut Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, pentingnya kerangka konsepsional dan landasan atau kerangka teoritis dalam penelitian hukum.17Berikut kerangka teori dan landasa konsepsi penelitian “Akibat Hukum Penerbitan Covernote Oleh Notaris/PPAT Dalam Pernjanjian Kredit Perbankan”:

1. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis.

17Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Penilitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, h. 7.

(30)

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui. Teori berguna untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.

Tujuan Menetapkan landasan teori pada waktu diadakan penelitian ini tidak salah arah. Menurut M. Solly Lubis, landasan teori adalah suatu kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan (problem) yang dijadikan bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin

disetujui ataupun tidak disetujui yang dijadikan masukan dalam membuat kerangka berpikir dalam penulisan”18. Teori-teori yang dipakai dalam penelitian, sebagai berikut:

a. Teori Kepastian Hukum

Teori Kepastian hukum bagi pihak yang bersengketa. Teori Kepastian hukum mengandung 2 (dua) pengertian yaitu: adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak diboleh dilakukan, dan berupa keamanan hukum bagi individu dari kewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap Individu. Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam undang-undang melainkan juga adanya

18M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu Dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, h. 80.

(31)

konsistensi dalam putusan hakim antara putusan hakim yang satu dengan putusan hukum lainnya untuk kasus yang serupa yang telah diputuskan.19

Kepastian hukum merupakan suatu hal yang hanya bisa dipandang secara normatif bukan sosiologis. Kepastian hukum normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan (multitafsir) dan logis dalam artian ia menjadi suatu sistem norma dan tidak bertentangan dengan norma lainnya.

Kepastian hukum dapat diwujudkan dengan cara melaksanakan hukum yang berlaku pada prinsipnya harus ditaati dan tidak boleh menyimpang atau disimpangkan oleh objeknya. Karena dapat diketahui bahwa hukum adalah perintah dari penguasa negara yang menentukan apa yang dilarang dan apa yang diperintahkan. Kekuasaan penguasa itu memaksa orang lain untuk taat. Ia memberlakukan hukum dengan cara menakut-nakuti, dan mengarahkan tingkah laku orang lain kearah yangdiinginkannya.

Hukum yang sebenarnya memiliki empat unsur, yaitu (1) perintah (command), (2) Sanksi (sanction), (3) kewajiban (duty),dan (4) kedaulatan (sovereignty).20

Teori Kepastian hukum bagi pihak yang bersengketa. Teori Kepastian hukum mengandung 2 (dua) pengertian yaitu:

1) Adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak diboleh dilakukan.

19Peter Mahmud Marzuki, Pengatar Ilmu Hukum, Jakarta, Kencana Pranada Media Group, 2008, h. 158.

20Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006, h. 114.

(32)

2) Berupa keamanan hukum bagi individu dari kewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap Individu. Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam undang-undang melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim antara putusan hakim yang satu dengan putusan hukum lainnya untuk kasus yang serupa yang telah di putuskan.21

Teori kepastian hukum untuk menganilis kedudukan covernote dan kewenangan notaris dalam membuat covernote dalam perjanjian kredit.

b. Teori Tanggung Jawab

Teori tanggung jawab hukumdalam bahasa indonesia, kata tanggung jawab berarti keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya). Menanggung diartikan sebagai bersedia memikul biaya (mengurus, memelihara), menjamin, menyatakan keadaan kesediaan untuk melaksanakan kewajiban.22

Menurut Algra, mengartikan tanggungjawab adalah kewajiban memikul pertanggungjawaban dan memikul kerugian yang diderita (bila dituntut), baik dalam hukum maupun dalam bidang administrasi.23

Terdapat dua jenis tanggungjawab dan tanggungjawab administrasi. Tanggng jawab hukum adalah jenistanggungjawab yang dibebankan kepada subjek hukum atau

21Ibid., h. 158.

22Salim, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitan Disertasi Dan Tesis Buku Kedua, Rajawali Press, Jakarta, 2014, h. 207.

23Ibid.,h. 207-208.

(33)

pelaku yang melakukan perbuatan melawan hukum atau tindak pidana. Sehingga yang bersangkutan dapat diuntut membayar ganti rugi dan/atau menjalankan pidana.

Sedangkan tanggungjawab administrasi adalah suatu tanggungjawab yang dibebankan kpeada orang yang melakukan kesalahan administrasi.24

Hans Kelsen mengemukakan sebuah teori yang menganalisis tentang tanggungjawab hukum, yang ia sebut dengan teori tradisional. Di dalam teori tradisional, tanggungjawab dibedakan menjadi dua macam, yaitu: Tanggungjawab yang didasarkan kesalahan; dan tanggungjawab mutlak.25

Tanggungjawab mutlak bahwa perbuatannya menimbulkan akibat yang dianggap merugikan oleh pembuat undang-undang, dan ada suatu hubungan eksternal antara perbuatannya dengan akibatnya. Tiadanya keadaan jiwa si pelaku dengan akibat perbuatannya.26

Ada dua istilah yang menunjuk pada pertanggungjawaban dalam kamus hukum, yaitu liability dan responsbility. Liability merupakan istilah hukum yang luas menunjuk hampir semua karakter resiko atau tanggungjawab, yang pasti, yang bergantung atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara aktual atau potensial seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya atau kondisi yang menciptakan tugas untuk melaksanakan Undang-Undang. Responbility berarti hal yang dapat dipertanggungjawabkan atas suatu kewajiban, dan termasuk putusan, keterampilan, kemampuan dan kecakapan meliputi juga kewajiban bertanggung jawab atas undang-undang yang dilaksanakan. Dalam pengertian dan penggunaan praktik, istilah liability menunjuk pada pertanggungjawaban hukum, yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh subyek hukum, sedangkan istilah responsibility menunjuk pada pertanggungjawaban politik.27

Menurut Hans Kelsen dalam teorinya tentang tanggungjawab hukum menyatakan bahwa: ”seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu

24Ibid., h. 208.

25Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum Dan Negara, Nusa Media, Bandung, 2006, h. 95

26Salim, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Disertasi dan Tesis, RajaGrafindo, Jakarta, 2014, h. 212

27Ridwan, Hukum Administrasi Negara,Raja Grafindo, Jakarta, 2006, h. 335-337.

(34)

perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggungjawab hukum, subyek berarti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan.”28

Teori tanggungjawab berkaitan dalam hal menganalisis tanggungjawab hukum notaris dan kreditur bilamana tidak menyelesaikan pendaftaran hak tanggungan sesuai dengan covernote.

2. Konsepsi

Kerangka konseptual merupakan suatu pengarahan atau pedoman yang lebih konkrit kepada kerangka teoritis yang seringkali bersifat abstrak. Walaupun demikian suatu kerangka konseptual belaka, kadang-kadang dirasakan masih juga abstrak sehingga diperlukan definisi-definisi operasional yang akan dapat menjadi pegangan konkrit dalam proses penelitian. Dengan demikian maka kecuali terdiri dari pada konsep-konsep, suatu kerangka konsepsional dapat pula mencakup defenisi-defenisi operasional.

Suatu kerangka konsepsionil, merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus, yang ingin atau akan diteliti. Suatu konsep bukan merupakan gejala yang akan diteliti, akan tetapi merupakan suatu abstraksi dari gejala tersebut. Gejala itu sendiri biasanya dinamakan fakta, sedangkan konsep merupakan suatu uraian mengenai hubungan-hubungan dalam fakta tersebut. Untuk lebih menjelaskannya, maka didalam penelitian biasanya dibedakan antara tiga hal, yakni :

28Hans Kelsen sebagaimana diterjemahkan oleh Somardi, General Theory Of Law and State, Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif Empirik, BEE Media Indonesia, Jakarta, 2007, h. 81

(35)

a. Referens atau acuan, yakni hal aktual yang menjadi ruang lingkup penelitian.

Referens atau acuan tersebut mungkin merupakan benda perilaku atau peristiwa, ide, kwalitas, dan lain sebagainya.

b. Simbol atau kata atau istilah, yaitu sesuatu yang dipergunakan untuk mengidentifikasikan referens atau acuan.

c. Konsep yang merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan dengan istilah.

Dengan demikian, maka konsep sangat penting bagi cara pemikiran maupun komunikasi dalam penelitian.29

Agar tidak terjadi perbedaan pengertian tentang konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu diuraikan pengertian-pengertian konsep yang dipakai, yaitu :

a) Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan memiliki kewenangan lainya sebagaimana dimaksud dalam undang- undang ini atau berdasarkan udang-undang lainnya.30

b) PPAT adalah pejabat pembuat akta tanah.31

c) Covernote adalah surat keterangan yang dibuat oleh notaris/PPAT.32

d) Perjanjian kredit adalah perjanjian penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam- meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.33

29Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2005, h.

132

30Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.

31Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pembuat Akta Tanah.

32Hasil Wawancara Bank Rakyat Indonesia Tanggal 5 Bulan 5 Tahun 2018.

33Pasal 1 ayat (11) Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

(36)

G. Metode Penelitian

Istilah “Metodologi” berasal dari kata “Metode” yang berarti “jalan ke”

namun demikian menurut kebiasaan metode dirumuskan dengan kemungkinan- kemungkinan sebagai berikut :34

1. Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian.

2. Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan.

3. Cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur.

Metode penelitian adalah cara berfikir dan berbuat yaitu dipersiapkan dengan baik-baik untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai suatu tujuan penelitian.35 1. Sifat dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yang bersifat yuridis normatif yaitu mengacu kepada teori-teori, norma- norma, asas-asas yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai landasan normatif. Kemudian penulis deskripsikan dengan fakta-fakta terkait untuk menemukan kebenaran baru.

Penelitian ini bersifat Deskriptif analitis, dengan yang berorientasi pada pemecahan masalah karena penelitian dilakukan setelah kejadian berlangsung. Sifat Deskriptif dalam penelitian ini untuk menggambarkan fakta yang berkembang didalam masyarakat tentang Hak dan Tanggung Jawab Notaris Terhadap Surat Keterangan (Covernote).

2. Sumber Data

34Soerjono Soekanto, Suatu Tinjauan Sosiologis Hukum Terhadap Masalah-Masalah Sosial, Alumni, Bandung, 1982, h.5.

35Kartini Kartono, Pengantar Metodelogi Riset Sosial, Alumni, Bandung, 2005, h.15.

(37)

Sumber data adalah tempat diperolehnya data. Dalam penelitian hukum normatif maka sumber data yang utama berasal dari data kepustakaan.36 Sumber data yang utama dalam penelitian hukum normatif adalah data kepustakaan. Di dalam kepustakaan hukum, maka sumber datanya disebut bahan hukum. Bahan hukum adalah segala sesuatu yang dapat dipakai atau diperlukan untuk tujuan menganalisis hukum yang berlaku. Data yang di peroleh dari bahan-bahan pustaka lazimnya dinamakan data sekunder.37 Bahan hukum yang dikaji dan dianalisis dalam penelitian hukum normatif terdiri dari :

a) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, dan terdiri dari kaidah dasar. Bahan hukum primer yang dilakaukan dalam penelitian yaitu :

a. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

b. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris c. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1998

tentang Peraturan Jabatan Pembuat Akta Tanah.

e. UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

b) Bahan Hukum Sekunder

36Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Pers, Jakarta, 2010, h. 16.

37Ibid.,h. 12.

(38)

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang fungsinya memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, misalnya buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan, tulisan para ahli, makalah, hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya yang relevan dengan penelitian.

c) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan yang bersifat menunjang bahan-bahan hukum primer dan hukum sekunder untuk memberikan informasi tentang bahan-bahan sekunder, misalnya majalah, surat kabar, kamus hukum, kamus Bahasa Indonseia dan website.

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data a. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data bahan sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (library reserach) yang digunakan untuk memperoleh data dengan membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi dan menganalisis bahan hukum primer, sekunder maupun tersier yang berkaitan dengan covernote untuk mendukung hasil penelitian akan digunakan penelitian langsung

kepada beberapa informan yaitu notaris/ PPAT.

b. Alat Pengumpulan Data

Alat Pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dipergunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan studi dokumen yaitu dengan melakukan inventarisasi dan sistematisasi literatur yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelian ini. Alat Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian, sebagai berikut:

(39)

1) Studi dokumen digunakan untuk memperoleh data sekunder dengan membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi dan menganalisa data yang berkaitan dengan permasalahan yang diajukan. Data ini diperoleh dengan mempelajari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier, setiap bahan hukum ini harus diperiksa ulang validitas dan realibilitasnya sebab, hal ini sangat menentukan hasil penelitian.

2) Pedoman wawancara (interview guide)dilakukan terhadap informan dengan menggunakan pedoman wawancara bebas dan mendalam (depth interview). Informan dalam penelitian, antara lain: Notaris, PPAT dan Bank.

4. Analisis Data

Puncak kegiatan pada suatu penelitian ilmiah hukum adalah menganalisis data dari hasil penelitian.38Menurut Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, analisis data merupakan “kegiatan dalam penelitian yang berupa melakukan kajian atau telaah terhadap hasil pengolahan data yang dibantu dengan teori-teori yang telah didapatkan sebelumnya. Secara sederhana analisis data disebut sebagai kegiatan memberikan telaah, yang dapat berarti menentang, mengkritik, mendukung, menambah atau memberi komentar dan kemudian membuat suatu kesimpulan terhadap hasil penelitian dengan pikiran sendiri dan bantuan teori yang telah dikuasainya.”39

Analisa data dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Analis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mengorganisasikan data,

38Tampil Anshari Siregar, Metode Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005, h. 104.

39Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, op.cit., h. 183.

(40)

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mengsintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.40

40Lexy J. Moleong, Metode Penelitian KualitatifEdisi Revisi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, h. 248.

(41)

BAB II

KEWENANGAN (NOTARIS/PPAT) UNTUK MENGELUARKAN COVERNOTE UNTUK KEPENTINGAN PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI

KREDIT PERBANKAN A. Kredit

Istilah kredit bukan merupakan hal yang asing dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, karena sering dijumpai pada anggota masyarakat yang melakukan jual beli barang secara kredit. Jual beli tersebut tidak dilakukan secara tunai (kontan), tetapi dengan cara mengangsur. Masyarakat pada umumnya mengartikan kredit sama dengan utang, karena setelah jangka waktu tertentu mereka harus membayar lunas.

Kata kredit berasal dari bahasa Romawi yaitu credere yang berarti kepercayaan akan kebenaran, dan apabila dihubungkan dengan bank, maka terkandung pengertian bahwa pihak bank selaku kreditur memberikan kepercayaan untuk meminjamkan sejumlah uang kepada nasabah atau debitur, karena debitur dipercaya kemampuannya untuk membayar lunas pinjamannya setelah jangka waktu yang ditentukan.41

Pemberian kredit merupakan salah satu bisnis utama perbankan, karena dari bisnis ini bank mendapatkan keuntungan yang besar baik dari berbagai biaya yang menyertai pemberian kredit maupun keuntungan dari kegiatan menghimpun dana masyarakat lalu menyalurkan kepada bisnis yang memerlukan (mendapat keuntungan dengan berperan sebagai yang sumber dananya dari masyarakat fungsi perantara).42

41Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis, Djambatan, Jakarta, 1996, h. 44.

42Wira Franciska, Kepastian Hukum Pemegang HGB Di Atas HPL Dalam Perjanjian Penjaminan Kredit Perbankan, Alfabeta, Bandung, 2016, h. 141-142..

(42)

Menurut Munir Fuady, bahwa kredit dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan memiliki fungsi, sebagai berikut:

1. Kredit pada hakikatnya meningkatkan daya guna uang

Para pemilik uang atau modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya kepada para pengusaha yang memerlukan atau dapat menyimpan uangnya pada lembaga keuangan dan diberikan kepada pengusaha lain, untuk meningkatkan produksi atau usahanya.

2. Kredit dapat meningkatkan peredaran lalu lintas uang

Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan pembayaran baru, seperti cek, bilyet giro, dan wesel sehingga dapat meningkatkan peredaran uang giral. Disamping itu, kredit perbankan yang ditarik secara tunai dapat pula meningkatkan peredaran uang kartal.

3. Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang

Dengan mendapat kredit, pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat.

4. Kredit sebagai salah kredibilitas ekonomi

Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, kebijakan diarahkan kepada usaha-usaha pengedalian inflasi, peningkatan ekspor, dan pemenuhan kebutuhan pokok raktyat. Untuk itu, kredit diarahkan pada sektor-sektor yang produktif dengan pembatasan kualitatif dan kuantitatif, tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan dalam negeri.

5. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan

Dengan bantuan kredit dari bank, para pengusaha dapat memperluas usahanya dan mendirikan proyek-proyek baru. Peningkatan usaha dan mendirikan proyek-proyek baru akan membutuhkan tenaga kerja, dengan tertampungnya tenaga kerja tersebut maka pemerataan pendapatan akan meningkat pula.

6. Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional

Bank-bank di luar negeri yang memiliki jaringan usaha dapat memberikan bantuan dalam bentuk kredit, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan di dalam negeri.43

Pengaturan tentang kredit di Indonesia mengacu kepada ketentuan hukum perbankan. Menurut Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (selanjutnya disebut Undang-Undang Perbankan), kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan

43Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan Di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, h. 387.

(43)

persetujuan atau kesepakatan KUH antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian.

Menurut ketentuan Pasal 1butir 5 Peraturan Bank Indonesia No 72/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga termasuk: cerukan yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari; pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak-piutang; dan pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain. Terdapat beberapa pengertian kredit menurut para ahli, sebagai berikut:

1. Menurut OP. Simorangkir, kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang, barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi pada waktu yang akan datang. Kehidupan ekonomi modern adalah prestasi uang yang dengan demikian transaksi kredit menyangkut uang sebagai alat kredit. Kredit berfungsi kooperatif antara si pemberi kredit dan si penerima kredit atau antara kreditur dan debitur. Mereka menarik keuntungan dan saling menanggung risiko. Singkatnya, kredit dalam arti luas didasarkan atas komponen kepercayaan, risiko dan pertukuran ekonomi di masa-masa mendatang.44

2. Menurut R. Subekti, kredit berarti kepercayaan. Seorang nasabah yang mendapat kredit dari bank memang adalah orang yang mendapatkan kepercayaan dari bank”.45

3. Menurut Muchdarsyah Sinungan, kredit adalah uang bank yang dipinjamkan kepada nasabah dan akan dikembalikan pada suatu waktu tertentu di masa

44O.P. Simorangkir, Seluk Beluk Bank Komersial, cetakan kelima, Aksara Persada Indonesia, Jakarta, 1986, h. 91.

45R. Subekti, Jaminan-Jaminan untuk Pemberian Kredit menurut Hukum Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991 , h. 1.

(44)

mendatang disertai dengan suatu kontraprestasi berupa bunga.46 (Muchdarsyah Sinungan, 1993:212).

4. Menurut Mariam Darus Badrulzaman, secara umum kredit diartikan sebagai

“The ability to borrow on the opinion conceived by the lender that we will be repaid”.47(Mariam Darus Badrulzaman, 1991:23).

Kredit berdasarkan Pasal 1 butir 12 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan bahwa dapat dipahami bahwa kredit memiliki arti persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak yang yang mewajibkan peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami bahwa salah satu elemen yang paling penting dalam kredit adalah perjanjian kredit.

Menurut Sutarno, terdapat elemen-elemen kredit, sebagai berikut:

1. Kredit mempunyai arti khusus yaitu meminjamkan uang.

2. Penyedia/pemberi pinjaman uang khusus terjadi di dunia perjanjian kredit.

3. Berdasarkan perjanjian pinjam-meminjam sebagai acuan dari perjanjian kredit.

4. Dalam jangka waktu tertentu.

5. Adanya prestasi dari pihak peminjam untuk mengembalikan utang disertai sejumlah bunga atau imbalan. Bagi Bank Syariah, pengembalian uang disertai imbalan atau adanya pembagian keuntungan tetapi bukan bunga.48

Menurut Munir Fuady, elemen-elemen yuridis dari suatu kredit, sebagai berikut:

1. Adanya kesepakatan antara debitur dengan kreditur yang disebut dengan perjanjian kredit.

2. Adanya para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur.

3. Adanya kesanggupan atau janji untuk membayar utang.

4. Adanya pinjaman berupa pemberian sejumlah uang.

46Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana BankEdisi Kedua, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, h. 212.

47Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank. PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, h. 23.

48Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alfabeta, Bandung, 2003, h. 95-96.

(45)

5. Adanya perbedaan waktu antara pemberian kredit dengan pembayaran kredit.49

Berdasarkan elemen-elemen kredit menurut para ahli dapat dipahami bahwa suatu pemberian kredit akan dilandasai oleh suatu perjanjian kredit,dimana dalam suatu kredit yang menjadi dasar ketentuan-ketentuan dalam kredit adalah isi dalam perjanjian kredit. KUH Perdata tidak mengatur secara khusus tentang perjanjian kredit. KUH Perdata hanya mengatur tentang utang yang terjadi karena peminjaman uang sebagaimana diatur dalam Pasal 1756 yang selengkapnya berbunyi yaitu utang yang terjadi karena peminjaman yang hanyalah terdiri atas sejumlah uang disebutkan dalam perjanjian. jika, sebelum saat pelunasan, terjadi suatu kenaikan atau kemunduran harga atau adanya perubahan mengenai berlakunya mata uang, maka pengembalian jumlah yang dipinjam arus dilakukan dalam mata uang yang berlaku pada waktu pelunasan, dihitung menurut harganya yang berlaku pada saat itu.

Menurut Pasal 1754 KUH Perdata, perjanjian pinjam pakai ialah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian dengan syarat bahwa pihak yang belakang ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula. Berdasarkan hal tersebut dan defenisi kredit dapat dipahami bahwa perjanjian kredit adalah merupakan suatu perjanjinan pinjam pakai habis dimana debitur meminjam uang dan memakainya kemudian akan mengembalikannya seusai dengan kesepatan. Berdasarkan Pasal 1765 KUH Perdata bahwa perjanjian pinjam

49Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, h. 95-96.

Referensi

Dokumen terkait

Reses adalah agenda yang wajib dilakukan oleh pimpinan maupun anggota DPRD yang kegiatannya adalah tatap muka atau bertemu langsung dengan konstituen di daerah

Teknologi semi intensif dilakukan pada pembesaran udang windu dan udang vaname di tambak lining dengan persyaratan sebagai berikut: a. 2) Desain dan tata letak dibangun

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

bahwa berdasarkan Surat Kawat Menteri Dalam Negeri Nomor : 061/6859/SJ, tanggal 4 Nopember 1982, Surat Menteri Dalam Negeri Nomor : 061/11034/SJ, tanggal 19 Nopember 1983 perihal

Fitri Hartanto,Hen driani Selina 3 Tahun: 2009 ( Paediatrica Indonesiana, vol.51,no.4 (suppl),Juli 2011) Siswa SMP di Kota Semarang Prevalensi Masalah Mental Emosional

Guru meminta siswa untuk menggunakan strategi-strateginya dalam menyelesikan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling dan luas bangun segitiga

Ketika Herodes mendengar berita tentang kelahiran Yesus dan bahwa Yesus lahir sebagai raja orang Yahudi, ia teramat marah. Ia berusaha membunuh raja yang baru ini, tetapi

Berdasarkan hasil model arus dengan penambahan desain reklamasi pada kondisi saat menuju pasang(Gambar 4), secara tidak terjadi perubahan yang signifikan