• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional

1. Kerangka Teori

Berdasarkan hal tersebut maka teori yang akan di gunakan dalam penulisan tesis ini adalah :

A. Teori Tujuan Hukum

Pada umumnya hukum ditujukan untuk mendapatkan keadilan, menjamin adanya kepastian hukum di masyarakat dan mendapatkan kemanfaatan atas dibentuknya hukum tersebut. Tiga unsur tujuan hukum tersebut yaitu keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan.

1. Keadilan

Definisi keadilan menurut para ahli adalah :

a. Keadilan menurut Aristoteles sebagai pendukung teori etis, bahwa tujuan hukum utama adalah keadilan yang meliputi14

1. Distributif, yaitu keadilan yang diberikan pada setiap orang didasarkan atas jasa-jasanya (prestasi) atau pembagian menurut haknya masing-masing.

:

2. Komutatif (justitia comuutativa) yaitu suatu keadilan yang diterima oleh masing-masing anggota tanpa memperdulikan jasa masing-masing. Keadilan ini berdasrkan transaksi baik yang sukarela atau tidak.

14

Ojte Salman, catatan kuliah filsafat hukum, http://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/filsafat-hukum/ diakses pada tgl 27 Nopember 2012.

b. Keadilan menurut Thomas Aquinas (filsuf hukum alam), membedakan keadilan dalam dua kelompok 15

1. Keadilan umum (justitia generalis), adalah keadilan menurut kehendak undang-undang, yang harus ditunaikan demi kepentingan umum.

:

2. Keadilan khusus, keadilan atas dasar kesamaan atau proporsionalitas. Keadilan ini dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

a. Keadilan distributif, keadilan yang secara proporsional yang diterapkan dalam lapangan hukum public secara umum.

b. Keadilan komutatif, keadilan dengan mempersamakan antara prestasi dengan kontraprestasi.

c. Keadilan Vindikatif, bahwa kejahatan harus setimpal dengan hukumannya. Seseorang dianggap adil apabila dipidana badan atau denda sesuai dengan besarnya hukuman yang telah ditentukan atas tindakan pidana yang dilakukan.

c. Keadilan menurut Notohamidjojo dibagi dua yaitu16

1. Keadilan Kreatif, bahwa harus ada perlindungan kepada orang yang kreatif, yaitu setiap orang bebas bebas menciptkan sesuai dengan daya kreativitasnya.

:

2. Keadilan Protektif, keadilan yang memberikan pengayoman kepada setiap orang, yaitu perlindungan yang diperlukan dalam masyarakat.

15 Ibid.,

16

2. Kepastian.

Kepastian menurut Hans Kelsen dengan konsepnya (Rule of Law) atau Penegakan Hukum dalam hal ini mengandung arti:

a. Hukum itu ditegakan demi kepastian hukum.

b. Hukum itu dijadikan sumber utama bagi hakim dalam memutus perkara. c. Hukum itu tidak didasarkan pada kebijaksanaan dalam pelaksanaannya. d. Hukum itu bersifat dogmatic.

3. Kegunaan.

Teori kemanfaatan atau kegunaan Menurut Jeremy Bentham, sebagai pendukung teori kegunaan, bahwa tujuan hukum harus berguna bagi masyarakat untuk mencapai kebahagiaan sebesar-besarnya. Senada dengan Jeremy Bentham, John Stuart berpendapat bahwa tujuan hukum hendaknya untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia.

B. Teori Sistem Hukum (Legal Theory)

Teori sistem hukum dari Lawrence M.Friedman menyatakan bahwa sebagai suatu sistem hukum dari sistem kemasyarakatan, maka hukum mencakup tiga komponen yaitu17

1. Substansi hukum (legal substance ); merupakan aturan-aturan, norma- norma dan pola prilaku nyata manusia yang berada dalam sistem itu termasuk produk yang

:

17

Teori sistem hukum dari Lawrence M.Friedman, Http.www.sribd.com diakses pada 20 Okteber 2012.

dihasilkan oleh orang yang berada di dalam sistem hukum itu, mencakup keputusan yang mereka keluarkan atau aturan baru yang mereka susun.

2. Struktur hukum (legal structure ); merupakan kerangka, bagian yang tetap bertahan, bagian yang memberikan semacam bentuk dan batasan terhadap keseluruhan instansi-instansi penegak hukum. Di Indonesia yang merupakan struktur dari sistem hukum antara lain; institusi atau penegak hukum seperti advokat, polisi, jaksa dan hakim.

3. Budaya hukum (legal culture ); merupakan suasana pikiran sistem dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum itu digunakan, dihindari atau disalahgunakan oleh masyarakat.

Ketiga komponen di atas sangat memegang peranan penting dalam pelaksanaan penegakan hukum termasuk dalam memberikan perlindungan terhadap whistleblower dan justice collaborator. Perlindungan hukum yang diberikan harus memunyai dasar aturan yang harus dipahami oleh semua aparat penegak hukum sehingga kehadiran whistleblower dapat berkembang dan memberikan manfaat bagi masyarakat dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi.

Belum adanya aturan hukum yang spesifik mengatur tentang perlindungan hukum bagi whistleblower membuat para penegak hukum masih ragu-ragu menyatakan bahwa seseorang yang melaporkan suatu tindak pidana korupsi baik dilingkungan kerjanya atau yang dia ketahui adalah whistleblower dan perlu mendapatkan perlindungan.

Komponen pertama tersebut yaitu substansi hukum sangat diperlukan untuk menjamin adanya suatu kepastian. Aturan-aturan tentang whistleblower harus dapat menjamin perlindungan terhadap dirinya sehingga sangat diperlukan peraturan perundang-undangan yang secara spesifik mengatur tentang perlindungan whistleblower. Dengan adanya paraturan secara spesifik yang mengatur perlindungan terhadap whistleblower sebagai komponen kedua maka aparat penegak hukum secara praktis tidak akan ragu-ragu untuk memberikan perlindungan kepada whistleblower.

Selanjutnya komponen ketiga yang merupakan budaya hukum dapat mengikuti dengan sendirinya jika aturan perundang-undangan dan aparat penegak hukum dapat menjamin perlindungan hukum whistleblower. Dengan adanya perlindungan tersebut akan bermunculan para whistleblower yang akan memberikan informasi kepada aparat penegak hukum terutama kasus tindak pidana korupsi dan para pelaku korupsi merasa selalu diawasi oleh orang disekitarnya.

C. Teori Perlindungan Hukum

Teori perlindungan hukum ini bersumber dari teori hukum alam atau aliran hukum alam. Aliran ini dipelopori oleh Plato, Aristoteles (murid Plato), dan Zeno (pendiri aliran Stoic). Menurut aliran hukum alam menyebutkan bahwa hukum itu bersumber dari Tuhan yang bersifat universal dan abadi, serta antara hukum dan moral tidak boleh dipisahkan.

Menurut Von Thomas Aquinas mengatakan bahwa hukum alam adalah cerminan dari undang-undang abadi (lex naturalis). Jauh sebelum lahirnya aliran sejarah hukum, ternyata aliran hukum alam tidak hanya disajikan sebagai ilmu pengetahuan, tetapi juga diterima sebagai prinsip-prinsip dasar dalam perundang-undangan. Keseriusan umat manusia akan kerinduan terhadap keadilan, merupakan hal yang esensi yang berharap adanya suatu hukum yang lebih tinggi dari hukum positif. Hukum alam telah menunjukkan, bahwa sesungguhnya hakikat kebenaran dan keadilan merupakan suatu konsep yang mencakup banyak teori. Berbagai anggapan dan pendapat para filosof hukum bermunculan dari masa ke masa. Pada abad ke-17, substansi hukum alam telah menempatkan suatu asas yang berisfat universal yang bisa disebut HAM.18

Menurut Fitzgerald, dia menjelaskan teori pelindungn hukum Salmond bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan di lain pihak.19 Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi.20

18

Marwan Mas, “Pengantar Ilmu Hukum” (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), 116

19

Satijipto Raharjo, “Ilmu Hukum’, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), 53.

20

Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat. Kesepakatan tersebut untuk mengatur hubungan prilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan masyarakat.

Menurut Satijipto Raharjo, perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu di berikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.21

Menurut lili rasjidi dan I.B Wysa Putra berpendapat bahwa hukum dapat difungsikan untuk mewujudkan perlindungan yang sifatnya tidak sekedar adaptif dan fleksibel, melainkan juga prediktif dan antisipatif.22 Pendapat Sunaryati Hartono mengatakan bahwa hukum dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi dan politik untuk memperoleh keadilan sosial.23

Menurut pendapat Pjillipus M. Hadjon bahwa perlindungan hukum bagi rakyat sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan represif.24

21 Ibid.,54

22

Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra, “Hukum Sebagai Suatu Sistem”, (Bandung, Remaja Rusdakarya, 1993), 118.

23 Sunaryati Hartono, “Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional”, (Bandung: Alumni, 1991), 55.

24

Phillipus M. Hadjon, “Perlindungan hukum Bagi Rakyat Indonesia”, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987), hal.2 .

Perlindungan hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, yang mengarahkan tindakan pemerintah bersikap hati-hati dalam pengambilan keputusan berdasarkan diskresi, dan perlindungan yang represif bertujuan untuk menyelesaikan terjadinya sengketa, termasuk penangananya di lembaga peradilan.25

Dokumen terkait