• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut M. Solly Lubis yang menyatakan konsep teori merupakan “Kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, mengenai suatu kasus ataupun permasalahan (problem) yang bagi si pembaca menjadi bahan perbandingan, pegangan teori, yang

mungkin ia setuju ataupun tidak disetujuinya merupakan masukan eksternal bagi peneliti”.13

Kerangka teori dalam penelitian hukum sangat diperlukan untuk membuat jelas nilai-nilai oleh postulat-postulat hukum sampai kepada landasan filosofisnya yang tertinggi.14 Teori hukum sendiri boleh disebut sebagai kelanjutan dari mempelajari hukum positif, setidak-tidaknya dalam urutan yang demikian itulah kita merekonstruksikan kehadiran teori hukum secara jelas.15

Sebagai kerangka teori yang akan dibahas dalam tulisan ini dengan aliran hukum positif yang analistis dari Jhon Austin, Jhon Austin dengan analytical legal positivism-nya menjadi penganut utama aliran positivisme yuridis. Austin bertolak dari kenyataan bahwa terdapat suatu kekuasaan yang memberikan perintah-perintah, dan ada orang yang pada umumnya mentaati perintah-perintah itu. Tidak penting mengapa orang mentaati perintah perintah itu. Bahwa mereka mentaati karena takut, atau karena rasa hormat, atau karena merasa dipaksa, sama saja. Yang penting, faktanya adalah ada orang yang mentaati aturan itu. Kalau tidak, dijatuhkan sanksi, maka untuk dapat disebut hukum menurut Austin diperlukan adanya unsur-unsur yang berikut :

a. Adanya seorang penguasa (souvereighnity), b. Suatu perintah (command),

c. Kewajiban untuk mentaati (duty),

13M. Solly Lubis (I),Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV. Mandar Maju, Bandung, 1994, hal 80 14Satjipto Rahardjo,llmu Hukum,P.T. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, hal 254.

d. Sanksi bagi mereka yang tidak taat (sanction).16

Kedudukan Badan Usaha Commanditair Venotschap (CV) maupun Badan Hukum Perseroan Terbatas didalam Perjanjian Kredit adalah sebagai debitur sedangkan Bank kedudukannya sebagai kreditur, yang mana debitur dan kredit merupakan subjek hukum didalam suatu perjanajian kredit bank.

Perubahan Status Badan Usaha CV Menjadi Badan Hukum PT Terhadap Perjanjian Kredit yang sedang berjalan merupakan suatu peralihan debitur disebabkan Badan Usaha CV dengan Badan Hukum PT adalah merupakan subjek hukum yang berbeda.

Konsekwensi dari Perubahan Status Badan Usaha CV Menjadi Badan Hukum PT Terhadap Perjanjian Kredit yang sedang berjalan diperlukan suatu Perjanjian berupa Pembaharuan hutang, hal ini diatur Pada Buku ke III Bab ke Empat, Bagian Ketiga tentang Pembaharuan Hutang dari Pasal 1413 sampai dengan pasal 1424 KUH Perdata.

Pembaharuan hutang adalah suatu perjanjian dengan mana perikatan yang sudah ada dihapuskan dan sekaligus diadakan suatu perikatan baru.17

Karena dalam pembaruan hutang (novasi) perikatan yang lama hapus, maka pokok perikatan yang baru dapat berbeda dari pokok perikatan yang lama. Misalnya hubungan hukum antara penjual dan pembeli dalam perjanjian jual beli dirubah

16Lihat Satjipto Rahardjo,Teori Hukum,Genta Publishing, Yogyakarta, 2010, hal 120. 17 Mariam Darus Badrulzaman, Sutan Remy Sjahdeini, Heru Soepraptomo, Faturrahman

Djamil, Taryana Soenandar,Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal 133.

menjadi perjanjian pinjam meminjam uang, artinya disini sisa pembayaran harga yang belum dibayar oleh pembeli diakui sebagai hutang dalam perjanjian pinjam meminjam uang. Namun ada kemungkinan sifat hubungan hukum antara perikatan lama yang sudah dihapus dengan perikatan baru adalah sama. Misalnya suatu perjanjian kredit dihapuskan dengan perjanjian restrukturisasi hutang. Kedua perjanjian tersebut disensusnya sama yaitu pinjam meminjam uang. Novasi yang yang disebutkan diatas adalah novasi objektif, karena perikatannya yang diperbaharui. Selanjutnya dikenal pula novasi novasi subjektif dimana terjadi kesepakatan tiga pihak antara kreditur, debitur dari pihak ketiga untuk melakukan pembaharuan hutang. Novasi subjektif dibagi atas novasi subjektif aktif dan subjektif pasif. Novasi subjektif aktif terjadi jika kreditur dalam perikatan yang lama diganti dengan pihak ketiga selaku kreditur dalam perikatan yang baru. Sedangkan dalam novasi subjektif pasif justru debitur dalam perikatan yang lama diganti oleh pihak ketiga sebagai debitur dalam perikatan baru. Dalam novasi kreditur baru tidak menempati posisi kreditur lama, demikian pula debitur baru tidak menempati posisi debitur lama, karena perikatan yang lama sudah dihapus. Pasal 1413 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) menyebutkan tiga cara untuk melaksanakan novasi yaitu :

1. Apabila seorang debitur membuat suatu perikatan utang baru bagi kreditur untuk menggantikan perikatan yang lama dihapuskan karenanya hal inilah yang disebut novasi objektif.

2. Apabila seseorang debitur baru ditunjuk untuk menggantikan seseorang debitur lama yang dibebaskan dari perikatannya. Hal ini disebut novasi subjektif pasif. 3. Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, ditunjuk seorangkreditur baru,

untuk menggantikan kreditur lama terhadap siapa debitur dibebaskan dari perikatannya. Hal ini disebut novasi subjektif aktif.

Seandainya KUH Perdata tidak mengatur novasi, novasi tetap diperolehkan atas dasar doktrin kebebasan berkontrak, sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Namun demikian karena dalam novasi, perikatan yang lama hapus, maka dalam perikatan baru tidak dapat diperjanjikan hak-hak istimewa yang melihat pada perjanjian yang lama, apalagi perikatan yang baru tidak selalu sama dengan perikatan yang lama.

Antara Debitur dan Kreditur didalam melakukan Perjanjian Kredit mematuhi Pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata disebutkan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian harus memenuhi 4 (empat) syarat yaitu:

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; b. Kecakapan untuk membuat suatu pengikatan; c. Suatu hal tertentu;

d. Suatu sebab yang halal.

Kedua syarat yang pertama dinamakan syarat subjektif karena kedua syarat tersebut mengenai subjek perjanjian. sedangkan kedua syarat terakhir disebutkan

syarat objektif karena mengenai objek dari perjanjian.18Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya (Pasal 1338 KUH Perdata).

Dengan istilah “secara sah” Pembentuk Undang-undang hendak menunjukkan bahwa pembuatan perjanjian harus menurut hukum. Semua persetujuan yang dibuat menurut hukum atau secara sah adalah mengikat. Yang dimaksud dengan secara sah di sini ialah bahwa perbuatan perjanjian harus mengikuti apa yang ditentukan oleh pasal 1320 KUH Perdata.19

Dalam hukum perdata, perjanjian kredit adalah termasuk dalam perjanjian tak bernama, karena tidak dikenal dalam KUH Perdata. Walaupun usianya sama dengan usia Bank, sampai saat ini belum ada ketentuan perundang undangan yang mengatur perjanjian kredit.20

Dalam praktek perbankan, yang mejadi dasar hukum perjanjian kredit adalah unsur kesepakatan (konsensualisme) yang tertuang dalam perjanjian antara bank dengan debitur. Azas kebebasan berkontrak (partij otonomos),azas itikad baik (good faith), azas setiap janji harus dipatuhi (pacta sun servanda) dan azas kehati- hatian

(prudential).21

18Mariam Darus Badrulzaman,Op.Cit, hal 23-24. 19Mariam Darus Badrulzaman,Op.Cit, hal 27.

20 Martin Roestamy, Hukum Jaminan Fidusia, PT. Percetakan Penebar Swadaya, Jakarta,

2009, hal 24.

2. Kerangka Konsepsi

Sejalan dengan landasan teori tersebut, maka dalam penulisan hukum diperlukan kerangka konsepsional. Kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang ingin atau akan diteliti. Konsep bukan merupakan gejala yang akan diteliti, akan tetapi merupakan suatu abstraksi dari gejala tersebut. Gejala itu sendiri dinamakan fakta, sedangkan konsep merupakan suatu uraian mengenai hubungan-hubungan dalam fakta tersebut.22 Kerangka konsep mengandung makna adanya stimulasi dan dorongan konseptualisasi untuk melahirkan suatu konsep baginya atau memperkuat keyakinannya akan konsepnya sendiri mengenai sesuatu permasalahan.23

Kerangka konsepsional dalam penelitian hukum, diperoleh dari peraturan perundang-undangan atau melalui usaha untuk merumuskan atau membentuk pengertian-pengertian hukum. Apabila kerangka konsepsional tersebut diambil dari peraturan perundang-undangan tertentu, maka biasanya kerangka konsepsional tersebut sekaligus merumuskan definisi-definisi tertentu, yang dapat dijadikan pedoman operasional di dalam proses pengumpulan, pengolahan, analisa dan konstruksi data.24

Oleh karena itu, untuk menghindarkan terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka dipandang perlu untuk mendefinisikan beberapa konsep penelitian agar secara operasional diperoleh

22Soerjono Soekanto,Op.Cit, hal 132. 23M. Solly Lubis (I),Op.Cit, hal 80. 24Soerjono Soekanto,Op.Cit, hal 137.

hasil penelitian yang sesuai dengan makna variabel yang ditetapkan dalam topik, yaitu :

a. Perjanjian.

Suatu peristiwa di mana dua orang atau dua pihak saling berjanji untuk melakukan suatu hal atau suatu persetujuan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing masing bersepakat akan menaati apa yang tersebut dalam persetujuan itu.25

b. Perjanjian Kredit Bank.

Perjanjian antara bank selaku kreditor dengan nasabah selaku debitor, dalam hal ini, bank menyediakan sejumlah dana tertentu untuk keperluan usaha nasabah sebagai pinjaman dan nasabah memberikan jaminan tertentu dan membayar bunga yang ditentukan jangka waktu pengembaliannya kepada bank.26

c. Badan Usaha

Suatu Badan yang menjalankan usaha/kegiatan perusahaan /kegiatan perusahaan.27

d. Bank

Badan usaha yang mengimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.28

25 Hermanyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia , Kencana Prenada Media Group,

Jakarta, 2008, hal 71.

26Martin Roestamy,Op.Cit, hal 24.

27Hasanuddin Rahman, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia,PT.

e. Perseroan Tebatas (PT)

Badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasrkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang- undang ini serta peraturan pelaksanaanya.29

f. Perseroan Komanditer /Commanditaire Vennootschap(CV).

Suatu perseroan untuk menjalankan suatu perusahaan yang dibentuk antara satu orang atau beberapa orang pesero yang secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya (tanggung jawab solider) pada satu pihak, dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang (geldschieter) pada pihak yang lain.30

g. Kredit

Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.31

h. Pembaruan Utang (Novasi)

Sebuah persetujuan dimana suatu perikatan telah dibatalkan dan sekaligus perikatan lain harus dihidupkan , yang ditempatkan di tempat yang asli (C.

28Pasal 1 butir 2 UU No. 10 Tahun 1998. 29Pasal 1 butir 1 UU No. 40 Tahun 2007. 30Pasal 19 KUH Dagang.

Asser’s 1991 : 552), Suatu Perjanjian karena dimana sebuah perjanjian yang akan dihapuskan, dan seketika itu juga timbul sebuah perjanjian baru (Vollmar, 1983:237)32

Dokumen terkait