• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PROSEDUR HUKUM PERUBAHAN STATUS DARI BADAN

A. Pengertian Commanditaire Vennootschap (CV) Sebaga

Bentuk badan usaha commanditaire vennootschap (CV) tidak diatur secara tersendiri dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) melainkan di gabungkan bersama-sama dengan peraturan-peraturan mengenai Badan Usaha berbentuk Firma (Fa). Pasal 19 KUHD menyebutkan bahwa Perseroan Komanditer atau commanditaire vennootschap (CV) adalah suatu perseroan untuk menjalankan suatu perusahaan yang dibentuk antara satu orang atau beberapa orang persero yang secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya (tanggung jawab solider) pada satu pihak dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang (geld schieter)pada pihak yang lain. Adapun dasar pikiran dan pembentukan perseroan ini adalah seorang atau lebih mempercayakan uang atau barang untuk digunakan di dalam perniagaan atau lain perusahaan kepada seorang lainnya atau lebih yang menjalankan perusahaan itu saja yang pada umumnya berhubungan dengan pihak- pihak ketiga, karena itu pula si pengusaha bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pihak ketiga, dan tidak semua anggotanya yang bertindak keluar.

Perseroan Komanditer (CV) adalah suatu perseroan yang tidak bertindak di muka umum. Dalam CV, seorang atau lebih dari anggota-anggotanya (sipemberi uang) tidak menjadi pimpinan perusahaan maupun bertindak terhadap pihak ketiga. Mereka ini hanyalah sekedar menyediakan sejumlah modal bagi anggota atau

anggota-anggota lainnya yang menjalankan CV tersebut. Para persero yang memberi uang yang berdiri di belakang layar perseroan itu juga turut memperoleh bagian dalam keuntungan dan turut pula memikul kerugian yang diderita CV seperti para persero biasa, akan tetapi pertanggung jawabannya terbatas dalam CV. Mereka tidak akan memikul kerugian yang melebihi modal yang disetorkan. Persero di belakang layar tersebut disebut anggota pasif atau komanditaris yang disebutsleeping partners (still vennot), sedangkan para anggota yang memimpin perseroan dan bertindak keluar adalah anggota-anggota aktif yang disebut persero pengurus atau persero pemimpin atau juga disebut komplementaris.36 Apabila terdapat lebih dari satu persero pengurus, maka berhadapan dengan perseroan rangkap, yaitu suatu perseroan Firma antara persero-persero pengurus, dan perseroan komanditer antara peserta pengurus dan para komanditaris.

Pasal 19 ayat (1) KUHD menggunakan istilah geldschieters terhadap pesero pesero yang hanya memasukkan uang atau barang dan tidak ikut dalam pengurusan atau pesero komanditer dapat menimbulkan salah paham sehingga menimbulkan pembahasan khusus untuk memungkinkan mengadakan perbedaan antar istilah “commmanditaire dan istilah geldschiters, seperti apa yang dikemukan oleh undang-undang tersebut37

Pasal 1759 KUH Perdata berbunyi : “Orang yang meminjamkan tidak dapat meminta kembali apa yang telah dipinjamkannya sebelum lewatnya waktu yang ditentukan dalam perjanjian.” Pasal 1960 KUH Perdata berbunyi : “Mereka yang disebutkan dalam pasal yang lalu dapat memperoleh hak milik dengan jalan daluarsa, jika alas hak penguasaan mereka telah berganti, baik karena suatu sebab yang berasal

36Abdul R Salman,Hukum Bisnis Untuk Perusahaan,Prenada Media, Jakarta, 2005, hal 6. 37Said Natzir,HukumPerusahaan di Indonesia,Alumni, Bandung, 1987, hal 193.

dari seorang pihak ketiga, maupun karena pembantahan yang mereka lakukan terhadap haknya si pemilik”, yang dimaksud dengan pasal yang lalu dalam Pasal 1960 KUH Perdata tersebut adalah Pasal 1959 KUH perdata yang berbunyi : “Mereka yang menguasai sesuatu kebendaan untuk seorang lain, begitu pula ahli warisnya orang-orang itu”. Tak sekali-kali dapat memperoleh sesuatu dengan jalan daluwarsa meskipun dengan lewatnya waktu yang berapa saja lamanya. Demikian pun seorang penyewa, seorang penyimpan, seorang penikmat hasil, dan segala orang lain yang memegang suatu benda berdasarkan suatu perjanjian dengan si pemiliknya, tidak dapat memperoleh benda itu dengan jalan daluwarsa”.

Sukardono mempergunakan istilah mempercayakan uang untuk istilah

geldschiters, karena yang dimaksud oleh masing-masing ialah menyerahkan hak milik atas modal yang bersangkutan kepada pesero-pesero komplementer, jadi modal itu selama berjalannya CV tidak dapat ditarik kembali, melainkan baru debitur penyelesaian CV setelah pemecahannya, apabila ternyata ada sisa yang menguntungkannya. Persero selama berjalannya usaha CV tersebut hanya berhak atas penerimaan bagiannya dalam keuntungan yang diperoleh, tetapi ia mungkin juga dibebani pula dengan membayarkan bagiannya dalam kerugian yang diderita oleh CV. Hal ini tersimpul dalam asas pembiayaan bersama untuk menjalankan perusahaan yang dilakukan oleh anggota-anggota komplementer persero-persero pengurus.38

Mengingat hubungan dengan pihak ketiga dalam suatu badan usaha berbentuk CV, hanyalah persero-persero pengurus yang menjalankan perusahaan dan bertindak keluar, serta terikat kepada pihak ketiga, sebaliknya para komanditaris yang mempunyai hubungan dengan pihak ketiga, mereka yang menjalankan perusahaan mempunyai tangung jawab penuh dan dapat disamakan dengan kedudukan para peserta perseroan Firma (Fa).

Jadi apabila CV mempunyai banyak utang sehingga jatuh pailit misalnya, dan apabila harta benda perseroan tidak mencukupi untuk pelunasan utang-utangnya, maka harta benda pribadi persero pengurus itu dapat pula dipertanggung jawabkan untuk melunaskan hutang CV. Sebaliknya para komanditaris paling tinggi hanya akan kehilangan jumlah uang yang disetorkan, sedangkan harta benda pribadinya tidak dapat diganggu gugat. Adapun tanggung jawab penuh yang dibebankan pada persero pengurus adalah berdasarkan pendapat bahwa baik buruknya, maju mundurnya perusahaan itu adalah bergantung pada usaha dan pimpinan mereka sendiri.

Keadaan demikian akan berubah, apabila seorang komanditer turut campur tangan dalam penyelenggaraan dan penyusutan perseroan ataupun apabila ia mengijinkan namanya dipakai dalam nama firma, yang dipakai sebagai nama firma oleh persero-persero pengurus. Dalam melakukan tindakan demikian itu akan menimbulkan kesan kepada pihak ketiga, seakan-akan ia juga menjadi anggota pengurus yang bertanggung jawab, untuk menghindarkan pihak ketiga akan mendirikan kewajiban oleh tindakan-tindakan demikian, maka dalam Pasal 21 KUHD ditentukan, bahwa tiap-tiap persero CV yang ikut melakukan perbuatan-perbuatan

pengurus atau bekerja dalam perusahaan CV ataupun mengizinkan pemakaian namanya dalam Firma adalah secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya atas segala utang dan segala perikatan dari CV tersebut (tanggung jawab solider).

“Dengan demikian seorang komanditaris yang bertingkah laku sebagai anggota pengurus mempunyai tanggung jawab seperti anggota pengurus terhadap pihak ketiga dan pertanggung jawaban ini diperluas juga terhadap persetujuan-persetujuan yang diadakan komanditaris dalam penyelenggaraan perusahaan CV tersebut, dan terhadap persetujuan-persetujuan yang masih akan diadakan.”39

Walaupun demikian komanditaris tanpa melepaskan kedudukannya dapat menuntut untuk mengawasi tindakan-tindakan para anggota pengurus ataupun mereka ini tidak boleh bertindak tanpa ijinnya. Bagi perusahaan CV juga adanya sleeping partners, ini adalah memberikan kemungkinan untuk mengumpulkan lebih banyak modal dari pada sistem perseroan Firma. Hal ini disebabkan ada orang yang mempunyai waktu ataupun tidak ada bakat untuk berusaha, tidak dapat turut aktif dalam sesuatu perusahaan, maka bentuk perusahaan CV lah yang memberi kemungkinan pada orang-orang tersebut untuk turut berusaha walaupun hanya pasif saja. Pembagian untung rugi diatur dalam peraturan CV, mengingat reaksi dari tanggungjawab yang dipikul pada peserta aktif, maka tidaklah mengherankan apabila pembagian untung rugi itu diatur sesuai serta sebanding dengan tanggungjawab tersebut.

Perusahaan CV mempunyai kekayakan tersendiri yang pada pembagian untung rugi dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan untuk mendirikan

badan usaha berbentuk CV, tidaklah memerlukan suatu faslitas dan karenanya dapat dilakukan dengan lisan atau tulisan. Kalau dibuat secara tertulis dalam bentuk surat, maka hal tersebut dapat dibuat dalam bentuk akta otentik ataupun data di bawah tangan dalam mana diatur organisasi perusahaan CV itu begitu juga hak-hak dan kewajiban para anggotanya.40

Dalam praktek perniagaan di Indonesia saat ini, perjanjian untuk medirikan suatu perusahaan dengan bentuk CV dibuat dalam bentuk akta otentik notaris untuk lebih memperkuat kedudukan hukum para pihak yang mendirikan CV tersebut sekaligus pula untuk memperkuat kedudukan hukum dan Badan Usaha CV tersebut.

Persekutuan Komanditer (CV) berdasarkan jenisnya dapat dibagi kedalam 3 (tiga) jenis yaitu :

a. CV diam-diam yaitu suatu badan usaha berbentuk CV yang belum menyatakan diri secara terbuka sebagai CV, bagi pihak luar jenis usaha ini masih dianggap sebagai usaha dagang biasa. Akan tetapi secara intern diantara para pemilik modal dalam usaha dagang tersebut telah ada pembagian dan wewenang yang berkaitan dengan tanggungjawab hukum.

b. CV terang-terangan yaitu suatu badan usaha berbentuk CV yang telah menyatakan diri secara terang-terangan dan terbuka kepada pihak ketiga. Hal ini terlihat dengan dibuatnya akta pendirian CV oleh notaris dan akta pendirian tersebut didaftarkan di dalam daftar perusahaan.

c. CV dengan saham, yaitu suatu badan usaha berbentuk CV yang karena masalah kekuarngan modal usaha memasukkan para komanditaris (penanaman modal) pengurus pasif yang menanamkan modalya ke dalam CV tersebut yang

menjadikan penanaman modal tersebut memperoleh kepemilikan satu atau beberapa saham terhadap perusahaan CV tersebut.41

CV Sejahtera didirikan dengan akta Notaris Indra Syarif Halim pada Tanggal 18 Agustus 2004, berkedudukan dan berkantor pusat di Desa Pasar Jae, Kecamatan Sosa, Kabupaten Tapanuli Selatan, tujuan didirikanya CV adalah :

a. Mengusahakan dan menjalankan usaha-usaha perdagangan minyak dan gas pada umumnya, SPBU temasuk import dan export interent sulair dan lokal, baik atas perhitungan sendiri maupun atas tanggungan pihak lain secara komisi serta bertindak sebagai komisioner dan perwakilan-perwakilan perusahaan lain dalam segala bidang usaha,

b. Mengusahakan dan menjalankan usaha-usaha pemborongan (kontraktor), perencanaan bangunan kontraktor melaksanakan atau buruh melaksanakannya, pemasangan instalasi-instalasi, mesin-mesin, listrik, air leding, telekomunikasi, pembuatan jalan-jalan, jembatan-jembatan, irigasi, parit-parit dan segala sesuatu lainnya dalam bidang pembangunan,

c. Mengusahakan dan menjalankan usaha-usaha perkebunan, pertanian, peternakan, perikanan dan pertambangan,

d. Berusaha dalam bidang transportasi angkutan, barang umum, penumpang di darat, sungai serta menjalankan ekspedisi satu dan lainnya dalam bidang pengangkutan,

e. Berusaha dalam bidang peternakan, pertanian, perkebunan rakyat, hasil laut dan industri serta segala sesuatu yang berkembang dengan itu,

f. Mengusahakan dan menjalankan usaha-usaha di bidang perumahan (real estate), g. Berusaha dalam bidang jasa telekomunikasi,

h. Mengusahakan dan menjalankan usaha-usaha industri pada umumnya dan industri ruangan(home industri)maupun industri berat dari segala jenis barang, i. Mengusahakan dan menjalankan usaha-usaha percetakan, offset, penjilitan dan

alat-alat kantor,

j. Mengusahakan dan menjalankan usaha-usaha perbengkelan, pembubutan,

doorsmer, serta usaha-usaha kerajinan tangan,

k. Mengusahakan dan menjalankan usaha-usaha pertamanan pengadaan/penyediaan tempat-tempat rekreasi.

Akta notaris pendirian CV bernomor 19 tersebut didirikan oleh Rajamin Hasibuan dan Putra Mahkota Alam Hasibuan. Dalam anggaran dasar CV dinyatakan bahwa perseroan CV hanya dapat dibubarkan sewaktu-waktu apabila para persero semuanya menghendaki pembubaran itu. Pembubaran perseroan CV tidak mengurangi hak dari masing-masing persero untuk keluar dari perseroan ini pada tiap-tiap akhir tahun buku, dengan ketentuan memberitahukan kehendak itu pada persero lainnya sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sebelum itu (surat tercatat tertulis), Rajamin Hasibuan dan Putra Mahkota Alam Hasibuan adalah pendiri sekaligus pula adalah para pesero pengurus yang bertanggungjawab sepenuhnya atas dan terhadap perseroan CV, sedangkan peseroan komanditer akan diangkat kemudian Perseroan

Komanditer hanya turut bertanggungjawab hingga jumlah pemasukkannya dalam perseroan. Modal dalam perseroan CV hanya dapat dimiliki oleh warga negara Indonesia dan tidak ditentukan besarnya dan setiap waktu harus ternyata dalam buku- buku perseroan.

Perseroan CV ini diurus dan dipimpin oleh para persero pengurus Rajamin Hasibuan sebagai Direktur dan Putra Mahkota Alam Hasibuan sebagai Direktur dan Wakil Direktur. Dalam anggaran dasar CV dinyatakan bahwa Direktur dan Wakil Direktur baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri berhak dan berkuasa mewakili perseroan dimanapun juga dan terhadap siapa saja, baik di dalam maupun di luar pengadilan, mengikat orang lain dengan perseroan atau perseroan dengan orang lain dari dan menjalankan pekerjaan itu ia berhak melakukan dan atas nama perseroan segala tindakan pemilikan dan segala tindakan pengurusan termasuk juga untuk meminjam uang atau menjalankan uang perseroan, memperolah, melepaskan dan atau membebani harta tidak bergerak dan/atau inventaris untuk dan/atau kepunyaan perseroan, mengikat perseroan sebagai penjamin, menggadaikan atau dengan cara lain mempertanggungkan (menyerahkan sebagai jaminan) kekayaan perseroan. Persero pengurus berhak mengangkat seorang kuasa atau lebih untuk mewakili perseroan dan memberikan kepada ia/mereka kuasa tertentu yang terpisah dari akta pendirian CV ini. Bilamana salah seorang persero meninggal dunia, maka perseroan tidak berakhir, akan tetapi dijalankan oleh para persero lainnya bersama-sama dengan para ahli waris dari persero yang meninggal dunia itu yang dalam perseroan ini diwakili oleh salah seorang dari mereka atau oleh seorang kuasanya, kecuali bila para

ahli waris itu menyatakan bahwa mereka tidak menghendaki meneruskan perseroan itu, perseroan CV berakhir bila salah seorang persero keluar/meninggal dunia dan para ahli waris persero yang meninggal tersebut menyatakan keinginannya untuk tidak meneruskan perseroan tersebut. Bila mana salah seorang persero dinyatakan pailit, berada di bawah pengawasan atau karena apapun juga tidak berhak lagi mengurus dan menguasai kekayaannya, maka persero tersebut telah dianggap keluar dari perseroan.

Dalam hal tersebut di atas, maka perusahaan perseroan boleh diteruskan oleh persero lainnya dengan nama yang sama dan mengambil alih segala kekayaan dan beban-beban perseroan yang keluar kepada ahli waris persero yang meninggal atau kepada wakilnya menurut hukum dari perseroan yang dinyatakan pailit atau ditaruh dibawah pengampunan itu selama 3 (tiga) bulan, sesudahnya bagian perseroan yang bersangkutan dalam perseroan maupun karena laba yang belum dibagi atau karena apapun juga, akan tetapi dengan kewajiban membayar kepada wakil menurut hukum dari persero yang bersangkutan dalam waktu selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sesudahnya bagian persero itu dalam perseroan perhitungan bagian itu harus didasarkan atas angka-angka dari daftar perhitungan yang berakhir pada hari persero yang bersangkutan dianggap keluar dari perseroan.

Dokumen terkait