TESIS
Oleh
ADAM
107011043/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
ADAM
107011043/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Nomor Pokok : 107011043
Program Studi : Kenotariatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
Pembimbing Pembimbing
(Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH,MS,CN)(Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum)
Ketua Program Studi, Dekan,
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Runtung, SH, MHum
Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH. MS, CN
2. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum
3. Dr. Mahmul Siregar, SH, MHum
Nim : 107011043
Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU
Judul Tesis : DAMPAK PERUBAHAN STATUS BADAN USAHA CV
MENJADI BADAN HUKUM PT TERHADAP
PERJANJIAN KREDIT YANG SEDANG BERJALAN (STUDI PADA BANK BNI)
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri
bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena
kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi
Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas
perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan
sehat.
Medan,
Yang membuat Pernyataan
i
keberhasilan pengembangan perusahaan itu sendiri.
Kegiatan bisnis/usaha merupakan kegiatan dengan jangkauan perkembangan yang tanpa batas dan akan senantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Dalam perkembangan kegiatan usaha/bisnis tersebut, badan usaha yang menaunginya juga turut pula mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan kegiatan usaha/bisnis itu sendiri. Dimulai dari usaha perseorangan, berubah menjadi badan usaha firma, perseroan komanditer (CV) sampai badan usaha yang berbadan hukum seperti perseroan terbatas (PT). Dalam perkembangan kegiatan usaha/bisnis yang dijalankan tersebut, para persero senantiasa membutuhkan tambahan modal untuk mengembangkan/memperluas jaringan usaha/bisnisnya. Pada umumnya para pelaku usaha akan mengajukan permohonan tambahan modal usaha berupa fasilitas kredit dari lembaga keuangan dalam hal ini adalah bank. Untuk dapat memperoleh fasilitas kredit dari bank dibutuhkan persyaratan dan ketentuan administratif tertentu agar permohonan kredit tersebut dapat dikabulkan. Apabila permohonan kredit yang diajukan pelaku usaha cukup besar, maka pihak bank akan meminta barang jaminan baik bergerak maupun tidak bergerak dalam jumlah tertentu untuk dapat memenuhi persyaratan pengajuan kredit tersebut, disamping itu dapat pula mengubah bentuk badan usaha dari badan usaha yang tidak berbadan hukum menjadi badan usaha yang berbadan hukum.
ii
dialihkan atas nama PT sebagai debitur baru melalui suatu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
iii
of the business itself should be paid attention to.
Business activity is the one without limited development and will keep developing from time to time. In the development of the business, the entity supporting and sponsoring the business also makes progress in line with the velopment of the business activity itself. Commencing from individual company, the business changes into a firm, comanditer company (CV), and then a legal business entity such as limiuted liability company (PT). In the development the business activitiy, the companies always need supplementary capital to develop/extend their business networks. In general, the businessmen will apply for supplementary working 0capital in the forms of credit facilities from the financial institution such as the bank. To get the credit from a bank, certain administrative provision and requirement is needed. If the credit applied by the businessmen is big enough, the bank will ask for a certain amount of movable or unmovable collateral to meet the requirements for the credit extension, besides it can also change the form of business entity from unincorporated into incorporated enterprises.
The data for this descriptive analytical study with normative juridical approach were in the forms of primary, secondary and tertiary legal materials. The data obtained were then evaluated and qualitatively analyzed to deductively discuss the problems nased on the existing regulations of legislation in banking and the law of agreement. The result of analysis was qualitatively described through legal interpretation and logic to obtain anew description or to strengthen the existing description in asnwering the problems and to dranw a conclusion and to make a useful suggestion.
The change from comanditer company (CV) into a legal business entity such as limiuted liability company (PT) against the ongoing credit agreement shall begin with the renewal of credit agreement from previous debtor (CV) to current debtor (PT) resulting in a novation (debt renewal) with a number of additional requirements such as the addition of the collateral previously given. The collateral previously given on behalf of CV shall be cancelled with the agreement of Bank BNI and is transfered on behalf of PT as current/new debtor through a General Meeting of Stockholders.
iv
karena hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan
penulisan tesis ini tepat pada waktunya. Adapun judul tesis ini adalah “DAMPAK
PERUBAHAN STATUS BADAN USAHA CV MENJADI BADAN HUKUM PT
TERHADAP PERJANJIAN KREDIT YANG SEDANG BERJALAN, STUDI
PADA BANK BNI”. Penulisan tesis ini merupakan suatu persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Magister dalam bidang Kenotariatan (M.Kn)
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan
dorongan baik berupa masukan maupun saran, sehingga penulisan tesis dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, ucapan terima kasih yang
mendalam penulis sampaikan secara khusus kepada yang terhormat dan amat
terpelajar Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH. MHum, selaku Pembimbing utama penulis, Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Pembimbing II penulis, IbuDr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum, selaku Pembimbing III penulis yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan dan arahan untuk
kesempurnaan penulisan tesis ini.
Kemudian juga, kepada komisi penguji yang terhormat dan amat terpelajar
Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH. MHum, dan Bapak Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn,
v
sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A (K), selaku Rektor Universitas Sumatra Utara yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis
ini.
2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara, yang telah memberi kesempatan dan fasilitas kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus
pembimbing yang telah memberikan bimbingan serta saran yang membangun
kepada penulis Tesis ini.
4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH.CN, M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus
pembimbing yang telah memberikan bimbingan serta saran yang membangun
kepada penulis Tesis ini
5. Bapak dan Ibu Guru Besar juga Dosen Pengajar pada Program Magister
Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik
vi
Sungguh rasanya suatu kebanggaan tersendiri dalam kesempatan ini penulis
juga turut menghaturkan sembah sujud dan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada Ayahanda Drs H. Sahibul Anwar Situmeang dan Ibunda Hj. M.S Aminah Traigan, yang telah melahirkan, mengasuh, mendidik dan membesarkan penulis, serta kepada Isteri tercinta Syarifah Fatimah, SH, beserta kakanda tercinta Dra. Nurlina Sari, M.AP,dan adik adik-adikku tersayangAswita Agustini, S.Sos, MA,dan
Putera Ramadhan Situmeang, S.STP dan Abangda DR. Martin Roestamy, SH, MH
yang semuanya selalu memberikan motivasi, cinta dan kasih sayang kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya.
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada para sahabat sayaDes Alwi, Agus Suprianto, Togi Siregar, Deny, Samuel Iskandar, Sudiman Sihotang, Wahyudi Kurnia, Ardi Fitra, Ramadhan Siregar, Notaris Eko Evidolo, SH, Notaris Halim, SH, Notais Martua Simanjuntak, SH juga kepada Staf bagian Pendidikan Magister Kenotariatan USU,Sari, Bu Fatimah, Lisa, Afni, Bang Iken, Bang Aldydan
Bang Rizal, yang selama ini telah memberikan semangat dan doa restu serta kesempatan untuk menimba ilmu di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas
vii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna,
namun tak ada salahnya jika penulis berharap kiranya tesis ini dapat memberikan
manfaat kepada semua pihak.
Medan, Januari 2013 Penulis,
viii
Tempat/Tanggal Lahir : Medan/23 Februari 1970
Kewarganegaraan : Indonesia
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jalan Helvetia Raya Nomor 187 Medan
II. KELUARGA
Nama Ayah : H. Drs. Sahibul Anwar Situmeang
Nama Ibu : Hj. M.S Aminah Tarigan
Nama Isteri : Syarifah Fatimah, SH Nama Anak : Indhira Siti Fatimah
III. PENDIDIKAN
SD : Tahun 1976 s/d 1982
SD Negeri 06 Jakarta Selatan
SMP : Tahun 1982 s/d 1985
SMP Negeri 17 Medan
SMA : Tahun 1985 s/d 1988
SMA Negeri 4 Medan Perguruan Tinggi/S1 : Tahun 1988 s/d 1994
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan
Perguruan Tinggi/S2 : Tahun 2010 s/d 2013
Fakultas Hukum Program Studi Magister
ix
ABSTRACT... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP... viii
DAFTAR ISI... ix
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 12
C. Tujuan Penelitian ... 12
D. Manfaat Penelitian ... 12
E. Keaslian Penelitian... 13
F. Kerangka Teori dan Konsepsi... 14
G. Metode Penelitian... 23
BAB II PROSEDUR HUKUM PERUBAHAN STATUS DARI BADAN USAHA CV MENJADI BADAN HUKUM PT... 26
A. PengertianCommanditaire Vennootschap(CV) Sebagai Badan Usaha ... 26
B. Perseroan Terbatas (PT) Sebagai Perusahaan Berbadan Hukum... 35
C. Prosedur Hukum Perubahan Badan Usaha CV. menjadi PT .... 58
BAB III AKIBAT HUKUM PERUBAHAN STATUS BADAN USAHA CV MENJADI BADAN HUKUM PT TERHADAP PERJANJIAN KREDIT BANK YANG TELAH DIIKAT OLEH CV ... 80
A. Perjanjian Kredit Bank... 80
B. Akibat Hukum Perubahan CV. Menjadi PT. terhadap Perjanjian Kredit Bank yang telah diikat oleh CV... 87
i
keberhasilan pengembangan perusahaan itu sendiri.
Kegiatan bisnis/usaha merupakan kegiatan dengan jangkauan perkembangan yang tanpa batas dan akan senantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Dalam perkembangan kegiatan usaha/bisnis tersebut, badan usaha yang menaunginya juga turut pula mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan kegiatan usaha/bisnis itu sendiri. Dimulai dari usaha perseorangan, berubah menjadi badan usaha firma, perseroan komanditer (CV) sampai badan usaha yang berbadan hukum seperti perseroan terbatas (PT). Dalam perkembangan kegiatan usaha/bisnis yang dijalankan tersebut, para persero senantiasa membutuhkan tambahan modal untuk mengembangkan/memperluas jaringan usaha/bisnisnya. Pada umumnya para pelaku usaha akan mengajukan permohonan tambahan modal usaha berupa fasilitas kredit dari lembaga keuangan dalam hal ini adalah bank. Untuk dapat memperoleh fasilitas kredit dari bank dibutuhkan persyaratan dan ketentuan administratif tertentu agar permohonan kredit tersebut dapat dikabulkan. Apabila permohonan kredit yang diajukan pelaku usaha cukup besar, maka pihak bank akan meminta barang jaminan baik bergerak maupun tidak bergerak dalam jumlah tertentu untuk dapat memenuhi persyaratan pengajuan kredit tersebut, disamping itu dapat pula mengubah bentuk badan usaha dari badan usaha yang tidak berbadan hukum menjadi badan usaha yang berbadan hukum.
ii
dialihkan atas nama PT sebagai debitur baru melalui suatu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
iii
of the business itself should be paid attention to.
Business activity is the one without limited development and will keep developing from time to time. In the development of the business, the entity supporting and sponsoring the business also makes progress in line with the velopment of the business activity itself. Commencing from individual company, the business changes into a firm, comanditer company (CV), and then a legal business entity such as limiuted liability company (PT). In the development the business activitiy, the companies always need supplementary capital to develop/extend their business networks. In general, the businessmen will apply for supplementary working 0capital in the forms of credit facilities from the financial institution such as the bank. To get the credit from a bank, certain administrative provision and requirement is needed. If the credit applied by the businessmen is big enough, the bank will ask for a certain amount of movable or unmovable collateral to meet the requirements for the credit extension, besides it can also change the form of business entity from unincorporated into incorporated enterprises.
The data for this descriptive analytical study with normative juridical approach were in the forms of primary, secondary and tertiary legal materials. The data obtained were then evaluated and qualitatively analyzed to deductively discuss the problems nased on the existing regulations of legislation in banking and the law of agreement. The result of analysis was qualitatively described through legal interpretation and logic to obtain anew description or to strengthen the existing description in asnwering the problems and to dranw a conclusion and to make a useful suggestion.
The change from comanditer company (CV) into a legal business entity such as limiuted liability company (PT) against the ongoing credit agreement shall begin with the renewal of credit agreement from previous debtor (CV) to current debtor (PT) resulting in a novation (debt renewal) with a number of additional requirements such as the addition of the collateral previously given. The collateral previously given on behalf of CV shall be cancelled with the agreement of Bank BNI and is transfered on behalf of PT as current/new debtor through a General Meeting of Stockholders.
A. Latar Belakang
Setiap pengusaha pasti menginginkan perusahaannya bergerak maju, namun
demikian sebelum memutuskan untuk melakukan pengembangan sebuah perusahaan
hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang nantinya dapat mempengaruhi
keberhasilan pengembangan perusahaan itu sendiri.
Kegiatan bisnis sejatinya merupakan bidang usaha dengan jangkauan yang
(hampir) tanpa batas, semua kesempatan dapat diolah menjadi peluang bisnis. Dari
aspek hukum mereka yang akan melakukan kegiatan bisnis, harus memilih bentuk
usaha yang tersedia berdasarkan kerangka hukum yang ada. Dari perspektip ini,
kegiatan bisnis dapat memilih wadah yaitu Perusahaan Perseorangan, Persekutuan
Perdata, Persekutan dengan Firma, Perseroan Komanditer, Perseroan Terbatas,
Perusahaan Umum atau Perusahaan Daerah.
Secara kategorial, bentuk usaha tersebut dapat dipilah menjadi 2 (dua)
kategori, yaitu bentuk usaha yang memiliki status sebagai badan hukum (legal entity) dan bentuk usaha yang tidak berstatus sebagai badan hukum. Pemilahan ini
berimplikasi juga pada kedudukan subjek hukum. Bentuk usaha yang berstatus
sebagailegal entity, berkedudukan sebagai subjek hukum dengan segala akibatnya.1
1Tri Budiono,Hukum Dagang, Bentuk Usaha Tidak Bebadan Hukum, Griya Media, Salatiga,
Sebelum memilih bentuk usaha yang tersedia berdasarkan kerangka hukum
yang ada para calon pebisnis terlebih dahulu merencanakan pengelolaan usahanya
seperti menganalisa potensi pasar dan menganalisa kebutuhan lingkungan usaha dan
menganalisa aspek aspek organisasi usaha dan administrasi usaha. Aspek organisasi
Usaha meliputi tujuan dan sasaran usaha, bentuk-bentuk dan usaha dan struktur
orgainisasi usaha. Sedangkan, aspek administrasi Usaha meliputi perizinan usaha dan
surat menyurat, serta dokumen untuk keperluan usaha. Pemilihan bentuk badan
usaha merupakan masalah yang timbul pada saat perusahan dibentuk atau bahkan
sebelumnya.
“Pemilihan bentuk perusahaan perlu dilakukan dengan pertimbangan matang untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dikemudian hari. Dengan bentuk yang jelas menurut hukum, dapat diharapkan bahwa perusahaan akan dapat dengan tegas menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan demi mencapai tujuan yang diidamkan.”2
Dalam memilih bentuk perusahaan perlu dipertimbangkan berbagai hal
berikut :
a. Jenis usaha yang dijalankan (perdagangan, industri, dan sebagainya)
b. Ruang lingkup usaha.
c. Pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan usaha.
d. Batas-batas pertanggungjawaban terhadap utang-utang perusahaan.
e. Besarnya investasi yang ditanamkan.
f. Cara pembagian keuntungan.
2M. Fuad, Christine H, Lurlela, Sugiarto, Paulus, Y.E.F,Pengantar Bisnis, Gramedia Pustaka
g. Jangka waktu berdirinya perusahaan.
h. Peraturuan-peraturan pemerintah3
Pemilihan bentuk badan usaha harus disesuaikan dengan modal yang tersedia.
Misalnya perusahaan perorangan pada umumnya memiliki kegiatan bersekala kecil
sampai menengah, sehingga perusahaan jenis ini kurang mendapat kepercayaan dari
penyedia modal, sebagai akibatnya, kemungkinan untuk memperoleh dana juga
terbatas. Di sisi lain, perusahaan-perusahaan yang memiliki modal besar biasanya
mempunyai pilihan dan penggunaan dana yang tepat. Setelah mengetahui kelemahan
dan kelebihan serta seluk beluk dari berbagai bentuk badan usaha tersebut, dapat
dipilih badan usaha yang tepat dan sesuai apabila ingin membentuk suatu kegiatan
usaha.
Dalam perjalanan usahanya setelah pebisnis memilih bentuk badan usaha
yang tepat sesuai dengan keinginannya mengalami kemajuan usaha sesuai dengan
yang diharapkannya dan berkeinginan untuk memperluas/mengembangkan usahanya
kearah yang lebih maju. Akan tetapi untuk memperluas usahanya tersebut pebisnis
dengan menggunakan badan usaha yang telah dipilihnya sejak awal terbentur oleh
regulasi/peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dunia bisnis selalu penuh
dengan perkembangan yang memerlukan respon dan pengambilan keputusan yang
segera sehingga dapat mengantisipasi perubahan itu.
Perkembangan perekonomian dan perdagangan di Indonesia mengakibatkan
makin banyak persoalan yang timbul di masyarakat, karena setiap orang memerlukan
uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, begitupun dengan badan usaha
memerlukan uang untuk membiayai kegiatan usahanya, namun adakalanya mereka
tidak mempunyai cukup uang untuk memenuhi kebutuhannya maupun untuk
membiayai kegiatan usahanya tersebut. Bentuk-bentuk badan usaha (business organization) yang dapat dijumpai di Indonesia sekarang ini demikian beragam jumlahnya.
Bentuk badan usaha dimaksud dan yang merupakan topik dari pembahasan
penelitian ini adalah badan usaha berbentuk Commanditair Venotschap (CV) yang dalam membiayai kegiatan usahanya telah memanfaatkan jasa Perbankan berupa
fasilitas Kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., yang telah
didudukkan di dalam perjanjian kredit. Status hukum persekutuan komanditer bukan
perusahaan berbadan hukum.
“Walaupun persekutuan komanditer dalam pendiriannya memiliki unsur-unsur dan persyaratan menjadi badan hukum, persekutuan komanditer belum bisa dikatakan perusahaan berbadan hukum. Ini disebabkan tata cara pendirian persekutuan komanditer tidak ada pengakuan atau pengesahan dari pemerintah, atau lembaga institusi pemerintah yang berwenang.”4
Dalam sistem hukum Indonesia, Perseroan Terbatas, Koperasi, Yayasan,
Perusahaan Umum (Perum), Perusahaan Perseroan (Persero) dan Perusahaan Daerah
merupakan badan hukum dan karenanya (rechtsperson/legal entity).5 Upaya perubahan status badan usaha CV menjadi badan hukum PT merupakan salah satu
strategi pengembangan usaha yang sering kali digunakan oleh pelaku bisnis untuk
4 Engga Prayogi & RN Suparman, Tanya Jawab Seputar Hukum Bisnis, Pustaka Yustisia,
Yokyakarta, 2011, hal 43.
mengembangkan usaha dalam skala yang lebih luas. Tuntutan kreatifitas ini sering
kali kurang direspon oleh peraturan yang memadai. Hingga saat ini, kerangka hukum
CV tidak pernah mengalami perubahan sementara itu, tuntutan aktivitas CV sudah
berkembang sedemikian jauh. Akibatnya dalam praktek tidak saja menimbulkan
kelemahan yuridis tetapi juga kelemahan ekonomis.6
CV Sejahtera yang berkedudukan dan berkantor pusat di Desa Pasir Jae
Kecamatan Sosa Kabupaten Tapanuli Selatan merupakan salah satu contoh nyata
suatu badan usaha yang dalam tuntutan bisnisnya yang semakin berkembang akhirnya
memutuskan untuk mengubah status badan usahanya dari CV menjadi PT, PT adalah
salah satu bentuk perusahaan yang berbadan hukum.
Dalam ketentuan umum Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas
Nomor 40 Tahun 2007 disebutkan bahwa Perseroan Terbatas yang selanjutnya
disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
“Dari bunyi Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas (PT) Nomor 40 Tahun 2007 tersebut di atas dapat dikatakan bahwa Perseroan Terbatas adalah bentuk perusahaan yang berbadan hukum, persekutuan modal dan didirikan berdasarkan perjanjian. Modal seluruhnya terbagi dalam saham dan para pemegang saham disebut dengan istilah persero. Berbeda dengan PT, CV adalah perusahaan yang tidak berbadan hukum yang didalam KUHD dikenal
6Wawancara dengan Relationship Manager, Sdr. Des Alwi Ginting, Sentra Kredit Menengah
dengan istilah Perseroan Komaditer atau Commanditaire Vennoatschap atau
Partenership With Sleeping Partners.”7
Pasal 19 KUHD menyebutkan bahwa Perseroan Komaditer (CV) adalah suatu
perseroan untuk menjalankan suatu perusahaan yang dibentuk antara satu orang atau
beberapa orang persero yang secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk
seluruhnya (tanggung jawab solider) pada pihak dan satu orang atau lebih sebagai
pelepas uang (geldschuter) pada pihak yang lain. Adapun dasar pikiran dari pembentukan Perseroan Komanditer (CV) tersebut ialah seorang atau lebih
mempercayakan uang atau barang untuk digunakan didalam perniagaan atau lain
perusahaan kepada seorang lainnya atau lebih yang menjalankan perusahaan itu
sejalan yang pada umumnya berhubungan dengan pihak ketiga. Karena itu pula si
pengusaha bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pihak ketiga dan tidak semua
anggotanya yang bertindak keluar. Perseroan Komanditer adalah suatu perseroan
yang tidak bertindak di muka umum. Dalam Perseroan Komanditer (CV) seorang
atau lebih dan anggota-anggota CV tersebut/si pemberi uang telah menjadi pimpinan
perusahaan maupun bertindak terhadap pihak ketiga. Mereka hanya sekedar
menyediakan sejumlah modal bagi anggota atau anggota-anggota lainnya
menjalankan perseroan komanditer tersebut. Para persero sebagai pemberi uang yang
terdiri di belakang layar dari badan usaha CV juga turut memperoleh bagian dalam
keuntungan dan turut pula memikul kerugian yang diderita CV seperti para persero
biasa, akan tetapi tanggung jawabnya terbatas dalam CV, mereka tidak akan memikul
7CST Kansil, Hukum Perusahaan Indonesia (Aspek Hukum dalam Ekonomi), Pradinya
kerugian yang melebihi dari modal yang disetorkan. Persero di belakang layar itu
disebut anggota pasif atau komanditaris, yang disebut sleeping part news (still venoot), sedangkan para anggota yang memimpin CV dan bertindak keluar adalah anggota-anggota aktif yang disebut persero pengurus atau persero pemimpin atau
juga disebut komplementaris.
Perubahan status badan usaha dari CV Sejahtera menjadi PT Sinar Halomoan
yang berkedudukan di Pasir Jae Kecamatan Sosa Kabupaten Tapanuli Selatan
tersebut sehubungan dengan adanya pengembangan jenis usaha yang membutuhkan
perusahaan yang berbadan hukum untuk dapat merealisasikannya. Pengembangan
jenis usaha yang dimaksud adalah pengajuan permohonan Hak Guna Usaha (HGU)
atas lahan seluas 196 Ha yang akan dijadikan area bertanam kelapa sawit.
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) Nomor 5 Tahun 1960 pasal 28 ayat (1) berbunyi :
“Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung
oleh Negara dalam jangka waktu sebagaimana tersebut dalam Pasal 29, guna
perusahaan pertanian, perikanan atau peternakan.
Pasal 28 ayat (2) UUPA Nomor 5 Tahun 1960 berbunyi : “Hak guna usaha
diberikan atas tanah yang hasilnya paling sedikit 5 (lima) hektar, dengan ketentuan
jika hasilnya 25 (dua puluh lima) hektar atau lebih, harus memakai investasi modal
yang layak dan teknik perusahaan yang baik, sesuai dengan perkembangan zaman.
Pasal 30 ayat (1) UUPA Nomor 5 Tahun 1960 berbunyi, “Yang dapat mempunyai
hak guna usaha ialah :
b. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia”.
Dengan adanya ketentuan dari Pasal 30 ayat (1) UUPA Nomor 5 Tahun 1960
tersebut di atas maka CV Sejahtera sebagai perusahaan yang tidak berbadan hukum
tidak dapat memiliki HGU. Oleh karena itulah diambil suatu keputusan oleh para
persero tersebut untuk meningkatkan status badan usaha CV. Sejahtera, yang
sebelumnya telah didirikan badan hukum PT, dimana kedudukan dari kantor
perusahaan sama-sama terletak di Desa pasir Jae Kecamatan Sosa Kabupaten
Tapanuli Selatan. Kepentingan pengembangan dan perluasan bisnis yang dilakukan
oleh CV Sejahtera, mewajibkan para persero mengubah status badan usahanya dan
CV menjadi PT, sehingga perluasan bisnis dalam bidang usaha pertanian (pertanian
kelapa sawit) dengan memohon lahan HGU seluas 196 Ha dapat terealisasikan.
Sebagai pengusaha terkadang terbentur permasalahan modal usaha, problem
ini adalah masalah khas semua pengusaha bahkan pengusaha besar sekalipun.
Pengajuan kredit adalah salah satu jalan yang dapat ditempuh demi mengembangkan
usaha bahkan menyelamatkan usaha. Pada dasarnya fungsi pokok dari kredit adalah
untuk pemenuhan jasa pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat (to service the society) dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, pruduksi dan jasa-jasa bahkan konsumsi yang kesemuanya itu ditujukan untuk meningkatkan taraf
hidup manusia.
Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang
kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 ayat
(11) menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
meluna si utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Dalam memberikan jasanya kepada masyarakat, Bank senantiasa
mendasarkan kepada perikatan yang dilakukan antara Bank dengan nasabahnya.
Perikatan ini pada umumnya berupa perjanjian yang dibuat secara tertulis, misalnya
Perjanjian Kredit.8 Perjanjian kredit merupakan perjanjian antara Bank dengan
debitur untuk memberikan pinjaman sejumlah dana kepada debitur. Perjanjian Kredit
ini merupakan suatu dasar hukum dalam hal penyaluran kredit perbankan, perjanjian
kredit juga merupakan bentuk pengamanan yang sangat penting guna mencegah
resiko kerugian yang mungkin timbul dari penyaluran kredit.
Dari pengertian kredit seperti tersebut di atas, maka dapat dilihat terdapatnya
beberapa unsur kredit sebagai berikut :
a. Adanya kesepakatan atau perjanjian antara pihak kreditur dengan nasabah debitur
yang disebut dengan perjanjian kredit;
b. Adanya para pihak yaitu pihak kreditur sebagai pihak yang memberikan
pinjaman, seperti bank, dan pihak nasabah debitur, yang merupakan pihak yang
membutuhkan uang pinjaman/barang atau jasa.
8PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Divisi Pelatihan dan Pengembangan Jakarta, Hukum
c. Adanya unsur kepercayaan dan kreditur bahwa pihak nasabah debitur mau dan
mampu membayar/mencicil kreditnya;
d. Adanya kesanggupan dan janji membayar hutang dari pihak nasabah debitur;
e. Adanya pemberian sejumlah/barang/jasa oleh pihak kreditur kepada pihak
debitur;
f. Adanya pembayaran kembali sejumlah uang/barang atau jasa oleh pihak nasabah
debitur kepada kreditur bank disertai dengan pemberian imbalan/bunga atau
pembagian keuntungan;
g. Adanya perbedaan waktu antara pemberian kredit oleh kreditur dengan
pengembalian kredit oleh nasabah debitur;
h. Adanya resiko tertentu yang diakibatkan karena adanya perbedaan waktu tadi.
Semakin jauh tenggang waktu pengembalian, semakin besar resiko tidak
terlaksananya pembayaran kembali suatu kredit.9
Berdasarkan pengertian kredit dan unsur-unsur kredit di atas, maka pada
hakikatnya bahwa perjanjian kredit adalah perjanjian pinjam pakai habis yang tunduk
kepada Pasal 1754 KUH Perdata, juga merupakan kelompok perjanjian khusus
(bernama), perjanjian kredit merupakan perjanjian pendahuluan terhadap perjanjian
pinjam pakai.10
9Munir Fuady,Hukum Perbankan Modern Berdasarkan Undang-Undang Tahun 1998,Buku
Kesatu, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hal 7.
10Mariam Darus Badrul Zaman,Perjanjian Kredit Bank,Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991,
Perubahan status badan usaha CV menjadi badan hukum PT adalah
merupakan suatu fakta hukum. Fakta hukum adalah kejadian-kejadian,
perbuatan/tindakan, atau keadaan yang menimbulkan, beralihnya, berubahnya atau
berakhirnya suatu hak. Singkatnya fakta hukum adalah fakta yang menimbulkan
akibat hukum.11 Commanditair Venotschap (CV) melalui organnya sebagai subjek hukum dalam perjanjian kredit bank oleh karena itu perjanjian kredit yang telah
berlangsung dan didalam perjalanan kredit tersebut salah satu pihak (subjek hukum)
berubah menjadi subjek hukum yang lain atau berbeda dalam hal ini badan hukum
Perseroan terbatas (PT) tentunya akan membawa konsekwensi berupa fakta hukum
yang menimbulkan akibat hukum terhadap perjanjian kredit yang sedang
berlangsung.
Tanggung jawab terhadap kredit tersebut jika debiturnya adalah badan usaha
CV dan didalam jangka waktu kredit yang sedang berjalan merubah statusnya
menjadi badan hukum PT hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap kredit yang
sedang berjalan.
Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
menyusun penelitian dalam bentuk Tesis dengan judul “Dampak Perubahan Status
Badan Usaha CV Menjadi Badan Hukum PT Terhadap Perjanjian Kredit Yang
Sedang Berjalan, Studi Pada Bank BNI”.
11Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerpannya di Bidang
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur hukum perubahan status badan usaha CV menjadi PT?
2. Bagaimana akibat hukum perubahan status badan usaha CV menjadi PT terhadap
perjanjian kredit bank yang telah diikat oleh CV?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian merupakan bagian pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk
lebih mendalami segala aspek kehidupan, disamping itu juga merupakan sarana untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan, baik dari segi teoritis maupun praktis.12Adapun
tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui prosedur hukum perubahan status badan usaha dari CV
menjadi PT.
2. Untuk mengetahui bagaimana akibat hukum perubahan status badan usaha CV
menjadi PT terhadap perjanjian kredit bank yang telah diikat oleh CV.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini kegunaan utama dari penelitian ini diharapkan tercapai,
yaitu:
1. Kegunaan secara teoritis.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan dan wawasan serta sebagai refrensi tambahan pada program studi
Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara Medan, khususnya mengenai
perjanjian kredit Bank.
2. Kegunaan secara praktis.
Manfaat penelitian yang bersifat praktis hasil penelitian ini diharapkan
bermanfaat sebagai bahan masukan bagi kalangan akademisi, praktisi maupun
masyarakat umumnya serta dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang ingin
melakukan penelitian di bidang yang sama.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dan penelusuran yang telah dilakukan, baik
berdasarkan penelitian sebelumnya, khususnya pada Magister Kenotariatan
Universitas Sumatera Utara, dan sejauh yang telah diketahui bahwa belum ditemui
adanya penelitian yang berkaitan dengan judul tesis ini yaitu “Kajian Yuridis Dampak
Perubahan Status Badan Usaha CV Menjadi Badan Hukum PT Terhadap Perjanjian
Kredit Yang Sedang Berjalan, Studi Kasus di Bank BNI” belum pernah diteliti oleh
para Mahasiswa Kenotariatan yang lain, oleh karena itu penelitian ini adalah asli dan
aktual sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara akademis ilmiah.
Adapun beberapa judul penelitian yang mendekati yang pernah dilakukan
sebelumnya dengan judul penelitian tesis ini adalah:
1. Tesis saudara Binsar Hutabarat dengan judul “Perubahan status Perusahaan
Listrik Negara dari Perum menjadi Perseroan dalam kaitannya dengan public
2. Tesis saudara Frianata Felix Ginting, dengan judul: “Status Perbuatan Hukum
Yang Dilakukan Organ Perseroan Terbatas Sebelum dan Sesudah Memperoleh
Status Badan Hukum.”.
3. Tesis saudara Muhammad Arwan Ananda dengan judul: “Perjanjian Kredit Pada
BNI Dengan Jaminan Hak Tanggungan dan Upaya penyelesaian Kredit Macet
pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk, Cabang Kabanjahe.
4. Tesis saudara Haposan Siahaan dengan judul: “Analisa Hukum Atas Klausula
Pelarangan Penggantian Direksi Dan Komisaris Perseroan Terbatas Sebagai
Debitur dalam Perjanjian Kredit Pada Bank.
Dari beberapa penelitian yang disebutkan diatas atau yang ada tidak ada
menyebutkan objek yang diteliti adalah Subjek hukum yang berubah dalam suatu
perjanjian yang telah diadakan sebelumnya, serta dampak akibat hukum dari
perjanjian yang telah diadakan disebabkan perubahan atas perubahan subjek hukum,
serta tempat dari penelitian yang dilakukan.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Menurut M. Solly Lubis yang menyatakan konsep teori merupakan “Kerangka
pemikiran atau butir-butir pendapat, mengenai suatu kasus ataupun permasalahan
mungkin ia setuju ataupun tidak disetujuinya merupakan masukan eksternal bagi
peneliti”.13
Kerangka teori dalam penelitian hukum sangat diperlukan untuk membuat
jelas nilai-nilai oleh postulat-postulat hukum sampai kepada landasan filosofisnya
yang tertinggi.14 Teori hukum sendiri boleh disebut sebagai kelanjutan dari
mempelajari hukum positif, setidak-tidaknya dalam urutan yang demikian itulah kita
merekonstruksikan kehadiran teori hukum secara jelas.15
Sebagai kerangka teori yang akan dibahas dalam tulisan ini dengan aliran
hukum positif yang analistis dari Jhon Austin, Jhon Austin dengan analytical legal positivism-nya menjadi penganut utama aliran positivisme yuridis. Austin bertolak dari kenyataan bahwa terdapat suatu kekuasaan yang memberikan perintah-perintah,
dan ada orang yang pada umumnya mentaati perintah-perintah itu. Tidak penting
mengapa orang mentaati perintah perintah itu. Bahwa mereka mentaati karena takut,
atau karena rasa hormat, atau karena merasa dipaksa, sama saja. Yang penting,
faktanya adalah ada orang yang mentaati aturan itu. Kalau tidak, dijatuhkan sanksi,
maka untuk dapat disebut hukum menurut Austin diperlukan adanya unsur-unsur
yang berikut :
a. Adanya seorang penguasa (souvereighnity), b. Suatu perintah (command),
c. Kewajiban untuk mentaati (duty),
13M. Solly Lubis (I),Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV. Mandar Maju, Bandung, 1994, hal 80 14Satjipto Rahardjo,llmu Hukum,P.T. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, hal 254.
d. Sanksi bagi mereka yang tidak taat (sanction).16
Kedudukan Badan Usaha Commanditair Venotschap (CV) maupun Badan Hukum Perseroan Terbatas didalam Perjanjian Kredit adalah sebagai debitur
sedangkan Bank kedudukannya sebagai kreditur, yang mana debitur dan kredit
merupakan subjek hukum didalam suatu perjanajian kredit bank.
Perubahan Status Badan Usaha CV Menjadi Badan Hukum PT Terhadap
Perjanjian Kredit yang sedang berjalan merupakan suatu peralihan debitur disebabkan
Badan Usaha CV dengan Badan Hukum PT adalah merupakan subjek hukum yang
berbeda.
Konsekwensi dari Perubahan Status Badan Usaha CV Menjadi Badan Hukum
PT Terhadap Perjanjian Kredit yang sedang berjalan diperlukan suatu Perjanjian
berupa Pembaharuan hutang, hal ini diatur Pada Buku ke III Bab ke Empat, Bagian
Ketiga tentang Pembaharuan Hutang dari Pasal 1413 sampai dengan pasal 1424 KUH
Perdata.
Pembaharuan hutang adalah suatu perjanjian dengan mana perikatan yang
sudah ada dihapuskan dan sekaligus diadakan suatu perikatan baru.17
Karena dalam pembaruan hutang (novasi) perikatan yang lama hapus, maka
pokok perikatan yang baru dapat berbeda dari pokok perikatan yang lama. Misalnya
hubungan hukum antara penjual dan pembeli dalam perjanjian jual beli dirubah
16Lihat Satjipto Rahardjo,Teori Hukum,Genta Publishing, Yogyakarta, 2010, hal 120. 17 Mariam Darus Badrulzaman, Sutan Remy Sjahdeini, Heru Soepraptomo, Faturrahman
menjadi perjanjian pinjam meminjam uang, artinya disini sisa pembayaran harga
yang belum dibayar oleh pembeli diakui sebagai hutang dalam perjanjian pinjam
meminjam uang. Namun ada kemungkinan sifat hubungan hukum antara perikatan
lama yang sudah dihapus dengan perikatan baru adalah sama. Misalnya suatu
perjanjian kredit dihapuskan dengan perjanjian restrukturisasi hutang. Kedua
perjanjian tersebut disensusnya sama yaitu pinjam meminjam uang. Novasi yang
yang disebutkan diatas adalah novasi objektif, karena perikatannya yang
diperbaharui. Selanjutnya dikenal pula novasi novasi subjektif dimana terjadi
kesepakatan tiga pihak antara kreditur, debitur dari pihak ketiga untuk melakukan
pembaharuan hutang. Novasi subjektif dibagi atas novasi subjektif aktif dan subjektif
pasif. Novasi subjektif aktif terjadi jika kreditur dalam perikatan yang lama diganti
dengan pihak ketiga selaku kreditur dalam perikatan yang baru. Sedangkan dalam
novasi subjektif pasif justru debitur dalam perikatan yang lama diganti oleh pihak
ketiga sebagai debitur dalam perikatan baru. Dalam novasi kreditur baru tidak
menempati posisi kreditur lama, demikian pula debitur baru tidak menempati posisi
debitur lama, karena perikatan yang lama sudah dihapus. Pasal 1413 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) menyebutkan tiga cara untuk melaksanakan
novasi yaitu :
1. Apabila seorang debitur membuat suatu perikatan utang baru bagi kreditur untuk
menggantikan perikatan yang lama dihapuskan karenanya hal inilah yang disebut
2. Apabila seseorang debitur baru ditunjuk untuk menggantikan seseorang debitur
lama yang dibebaskan dari perikatannya. Hal ini disebut novasi subjektif pasif.
3. Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, ditunjuk seorangkreditur baru,
untuk menggantikan kreditur lama terhadap siapa debitur dibebaskan dari
perikatannya. Hal ini disebut novasi subjektif aktif.
Seandainya KUH Perdata tidak mengatur novasi, novasi tetap diperolehkan
atas dasar doktrin kebebasan berkontrak, sepanjang tidak bertentangan dengan
undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Namun demikian karena dalam
novasi, perikatan yang lama hapus, maka dalam perikatan baru tidak dapat
diperjanjikan hak-hak istimewa yang melihat pada perjanjian yang lama, apalagi
perikatan yang baru tidak selalu sama dengan perikatan yang lama.
Antara Debitur dan Kreditur didalam melakukan Perjanjian Kredit mematuhi
Pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata disebutkan bahwa untuk sahnya
suatu perjanjian harus memenuhi 4 (empat) syarat yaitu:
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
b. Kecakapan untuk membuat suatu pengikatan;
c. Suatu hal tertentu;
d. Suatu sebab yang halal.
Kedua syarat yang pertama dinamakan syarat subjektif karena kedua syarat
syarat objektif karena mengenai objek dari perjanjian.18Semua persetujuan yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya
(Pasal 1338 KUH Perdata).
Dengan istilah “secara sah” Pembentuk Undang-undang hendak menunjukkan
bahwa pembuatan perjanjian harus menurut hukum. Semua persetujuan yang dibuat
menurut hukum atau secara sah adalah mengikat. Yang dimaksud dengan secara sah
di sini ialah bahwa perbuatan perjanjian harus mengikuti apa yang ditentukan oleh
pasal 1320 KUH Perdata.19
Dalam hukum perdata, perjanjian kredit adalah termasuk dalam perjanjian tak
bernama, karena tidak dikenal dalam KUH Perdata. Walaupun usianya sama dengan
usia Bank, sampai saat ini belum ada ketentuan perundang undangan yang mengatur
perjanjian kredit.20
Dalam praktek perbankan, yang mejadi dasar hukum perjanjian kredit adalah
unsur kesepakatan (konsensualisme) yang tertuang dalam perjanjian antara bank
dengan debitur. Azas kebebasan berkontrak (partij otonomos),azas itikad baik (good faith), azas setiap janji harus dipatuhi (pacta sun servanda) dan azas kehati- hatian
(prudential).21
18Mariam Darus Badrulzaman,Op.Cit, hal 23-24. 19Mariam Darus Badrulzaman,Op.Cit, hal 27.
20 Martin Roestamy, Hukum Jaminan Fidusia, PT. Percetakan Penebar Swadaya, Jakarta,
2009, hal 24.
2. Kerangka Konsepsi
Sejalan dengan landasan teori tersebut, maka dalam penulisan hukum
diperlukan kerangka konsepsional. Kerangka konsepsional merupakan kerangka yang
menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang ingin atau akan
diteliti. Konsep bukan merupakan gejala yang akan diteliti, akan tetapi merupakan
suatu abstraksi dari gejala tersebut. Gejala itu sendiri dinamakan fakta, sedangkan
konsep merupakan suatu uraian mengenai hubungan-hubungan dalam fakta
tersebut.22 Kerangka konsep mengandung makna adanya stimulasi dan dorongan
konseptualisasi untuk melahirkan suatu konsep baginya atau memperkuat
keyakinannya akan konsepnya sendiri mengenai sesuatu permasalahan.23
Kerangka konsepsional dalam penelitian hukum, diperoleh dari peraturan
perundang-undangan atau melalui usaha untuk merumuskan atau membentuk
pengertian-pengertian hukum. Apabila kerangka konsepsional tersebut diambil dari
peraturan perundang-undangan tertentu, maka biasanya kerangka konsepsional
tersebut sekaligus merumuskan definisi-definisi tertentu, yang dapat dijadikan
pedoman operasional di dalam proses pengumpulan, pengolahan, analisa dan
konstruksi data.24
Oleh karena itu, untuk menghindarkan terjadinya perbedaan penafsiran
terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka dipandang perlu
untuk mendefinisikan beberapa konsep penelitian agar secara operasional diperoleh
hasil penelitian yang sesuai dengan makna variabel yang ditetapkan dalam topik,
yaitu :
a. Perjanjian.
Suatu peristiwa di mana dua orang atau dua pihak saling berjanji untuk
melakukan suatu hal atau suatu persetujuan yang dibuat oleh dua pihak atau
lebih, masing masing bersepakat akan menaati apa yang tersebut dalam
persetujuan itu.25
b. Perjanjian Kredit Bank.
Perjanjian antara bank selaku kreditor dengan nasabah selaku debitor, dalam hal
ini, bank menyediakan sejumlah dana tertentu untuk keperluan usaha nasabah
sebagai pinjaman dan nasabah memberikan jaminan tertentu dan membayar
bunga yang ditentukan jangka waktu pengembaliannya kepada bank.26
c. Badan Usaha
Suatu Badan yang menjalankan usaha/kegiatan perusahaan /kegiatan
perusahaan.27
d. Bank
Badan usaha yang mengimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.28
25 Hermanyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia , Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, 2008, hal 71.
26Martin Roestamy,Op.Cit, hal 24.
27Hasanuddin Rahman, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia,PT.
e. Perseroan Tebatas (PT)
Badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasrkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaanya.29
f. Perseroan Komanditer /Commanditaire Vennootschap(CV).
Suatu perseroan untuk menjalankan suatu perusahaan yang dibentuk antara satu
orang atau beberapa orang pesero yang secara tanggung menanggung
bertanggung jawab untuk seluruhnya (tanggung jawab solider) pada satu pihak,
dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang (geldschieter) pada pihak yang lain.30
g. Kredit
Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga.31
h. Pembaruan Utang (Novasi)
Sebuah persetujuan dimana suatu perikatan telah dibatalkan dan sekaligus
perikatan lain harus dihidupkan , yang ditempatkan di tempat yang asli (C.
28Pasal 1 butir 2 UU No. 10 Tahun 1998. 29Pasal 1 butir 1 UU No. 40 Tahun 2007. 30Pasal 19 KUH Dagang.
Asser’s 1991 : 552), Suatu Perjanjian karena dimana sebuah perjanjian yang akan
dihapuskan, dan seketika itu juga timbul sebuah perjanjian baru (Vollmar,
1983:237)32
G. Metode Penelitian
1. Sifat dan Jenis Penelitian
Untuk membahas dan menjawab permasalahan dalam penelitian tesis ini,
maka sifat penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitis, yang
dimaksud adalah berusaha untuk menguraikan/memaparkan sekaligus menganalisis
akibat hukum perubahan status badan usaha CV menjadi badan usaha PT, hambatan
yang ditemui para persero dalam perubahan status badan usaha CV menjadi badan
usaha PT dan bagaimana akibat hukum perubahan status badan usaha CV menjadai
badan usaha PT terhadap jaminan yang telah diberikan dalam perjanjian kredit
sebelumnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan masalah
badan usaha. Perjanjian kredit, hak tanggungan dan jaminan fidusia.33
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normative, dimana
pendekatannya terhadap permasalahan dilakukan dengan mengkaji ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai perjanjian kredit perbankan,
badan usaha, hak tanggungan, jaminan fidusia dan bahan hukum lainnya yang
mendukung pembaharuan permasalahan dalam penelitian ini.
32Salim HS,Hukum Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hal 168.
33 Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993,
2. Sumber Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data dari bahan
hukum primer yang berupa norma/peraturan dasar dan peraturan
perundang-undangan. Dalam penelitian ini bahan hukum primer adalah KUH Perdata, KUH
Dagang, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT),
peraturan tentang pemberian kredit perbankan yaitu Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998, Undang-Undang Hak Tanggungan (UUHT) Nomor 4 Tahun 1996,
Undang Jaminan Fidusia (UUJF) Nomor 42 Tahun 1999 dan
Undang-Undang Pokok Agraris (UUPA) Nomor 5 Tahun 1960. Bahan hukum sekunder yaitu
bahan yang memberikan penjelasan pendukung dari bahan hukum primer yang
berupa buku, hasil-hasil penelitian dan atau karya ilmiah, buku tentang hukum
perbankan dan perjanjian kredit perbankan khususnya. Dan bahan hukum tertier yaitu
bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer
bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, kamus umum, Ensiklopedia dan lain
sebagainya.
3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
penelitian kepustakaan (library research). Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan studi dokumen untuk memperolah data sekunder dengan membaca,
mempelajari, meneliti, mengidentifikasi dan menganalisa data primer, sekunder
maupun tertier yang berkaitan dengan penelitian ini. Disamping itu penelitian ini juga
Bank Negara Indonesia Persero (Tbk) dan juga pimpinan Badan Usaha yang menjadi
debitur (penerima fasilitas kredit) dan PT. Bank Negara Indonesia Persero (Tbk) yang
dalam penelitian ini memiliki kapasitas sebagai informasi dan nara sumber.
4. Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan menggunakan data
dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan suatu hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh data.34Di dalam penelitian
hukum normative, maka maksud pada hakekatnya berarti kegiatan untuk mengadakan
sistematisasiterhadap bahan-bahan hukum tertulis, sistematisasi yang berarti membuat
klasifikasi terhadap bahan hukum tertulis tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisis
dan konstruksi.35Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dan
evaluasi terhadap semua data yang dikumpulkan untuk mengetahui validasinya. Setelah
itu keseluruhan data tersebut akan disistematisasikan sehingga menghasilkan klasifikasi
yang selaras dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, dengan tujuan
untuk memperoleh jawaban yang baik pula.
Dalam penelitian ini bahan-bahan hukum tertulis yang digunakan adalah akta
perjanjian kredit (notaris), akta pendirian badan-badan usaha (notaris), akta pengalihan
asset badan usaha CV kepada badan usaha PT (notaris), akta persetujuan dan kuasa
(notaris) dan karya ilmiah yang diberi hubungan dengan dalam penelitian ini, yang
dijadikan pedoman untuk menghasilkan jawaban selaras dengan permasalahan yang
dibahas dalam penelitian ini.
34Bambang Sunggono,Metode Penelitian Hukum,Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, Hal
106.
BAB II
PROSEDUR HUKUM PERUBAHAN STATUS DARI BADAN USAHA CV MENJADI BADAN HUKUM PT
A. PengertianCommanditaire Vennootschap(CV) sebagai Badan Usaha
Bentuk badan usaha commanditaire vennootschap (CV) tidak diatur secara tersendiri dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) melainkan di
gabungkan bersama-sama dengan peraturan-peraturan mengenai Badan Usaha
berbentuk Firma (Fa). Pasal 19 KUHD menyebutkan bahwa Perseroan Komanditer
atau commanditaire vennootschap (CV) adalah suatu perseroan untuk menjalankan suatu perusahaan yang dibentuk antara satu orang atau beberapa orang persero yang
secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya (tanggung jawab
solider) pada satu pihak dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang (geld schieter)pada pihak yang lain. Adapun dasar pikiran dan pembentukan perseroan ini adalah seorang atau lebih mempercayakan uang atau barang untuk digunakan di
dalam perniagaan atau lain perusahaan kepada seorang lainnya atau lebih yang
menjalankan perusahaan itu saja yang pada umumnya berhubungan dengan
pihak-pihak ketiga, karena itu pula si pengusaha bertanggung jawab sepenuhnya terhadap
pihak ketiga, dan tidak semua anggotanya yang bertindak keluar.
Perseroan Komanditer (CV) adalah suatu perseroan yang tidak bertindak di
muka umum. Dalam CV, seorang atau lebih dari anggota-anggotanya (sipemberi
uang) tidak menjadi pimpinan perusahaan maupun bertindak terhadap pihak ketiga.
anggota-anggota lainnya yang menjalankan CV tersebut. Para persero yang memberi
uang yang berdiri di belakang layar perseroan itu juga turut memperoleh bagian
dalam keuntungan dan turut pula memikul kerugian yang diderita CV seperti para
persero biasa, akan tetapi pertanggung jawabannya terbatas dalam CV. Mereka tidak
akan memikul kerugian yang melebihi modal yang disetorkan. Persero di belakang
layar tersebut disebut anggota pasif atau komanditaris yang disebutsleeping partners (still vennot), sedangkan para anggota yang memimpin perseroan dan bertindak keluar adalah anggota-anggota aktif yang disebut persero pengurus atau persero
pemimpin atau juga disebut komplementaris.36 Apabila terdapat lebih dari satu
persero pengurus, maka berhadapan dengan perseroan rangkap, yaitu suatu perseroan
Firma antara persero-persero pengurus, dan perseroan komanditer antara peserta
pengurus dan para komanditaris.
Pasal 19 ayat (1) KUHD menggunakan istilah geldschieters terhadap pesero pesero yang hanya memasukkan uang atau barang dan tidak ikut dalam pengurusan atau pesero komanditer dapat menimbulkan salah paham sehingga menimbulkan pembahasan khusus untuk memungkinkan mengadakan perbedaan antar istilah “commmanditaire dan istilah geldschiters, seperti apa yang dikemukan oleh undang-undang tersebut37
Pasal 1759 KUH Perdata berbunyi : “Orang yang meminjamkan tidak dapat
meminta kembali apa yang telah dipinjamkannya sebelum lewatnya waktu yang
ditentukan dalam perjanjian.” Pasal 1960 KUH Perdata berbunyi : “Mereka yang
disebutkan dalam pasal yang lalu dapat memperoleh hak milik dengan jalan daluarsa,
jika alas hak penguasaan mereka telah berganti, baik karena suatu sebab yang berasal
dari seorang pihak ketiga, maupun karena pembantahan yang mereka lakukan
terhadap haknya si pemilik”, yang dimaksud dengan pasal yang lalu dalam Pasal
1960 KUH Perdata tersebut adalah Pasal 1959 KUH perdata yang berbunyi : “Mereka
yang menguasai sesuatu kebendaan untuk seorang lain, begitu pula ahli warisnya
orang-orang itu”. Tak sekali-kali dapat memperoleh sesuatu dengan jalan daluwarsa
meskipun dengan lewatnya waktu yang berapa saja lamanya. Demikian pun seorang
penyewa, seorang penyimpan, seorang penikmat hasil, dan segala orang lain yang
memegang suatu benda berdasarkan suatu perjanjian dengan si pemiliknya, tidak
dapat memperoleh benda itu dengan jalan daluwarsa”.
Sukardono mempergunakan istilah mempercayakan uang untuk istilah
geldschiters, karena yang dimaksud oleh masing-masing ialah menyerahkan hak milik atas modal yang bersangkutan kepada pesero-pesero komplementer, jadi modal
itu selama berjalannya CV tidak dapat ditarik kembali, melainkan baru debitur
penyelesaian CV setelah pemecahannya, apabila ternyata ada sisa yang
menguntungkannya. Persero selama berjalannya usaha CV tersebut hanya berhak atas
penerimaan bagiannya dalam keuntungan yang diperoleh, tetapi ia mungkin juga
dibebani pula dengan membayarkan bagiannya dalam kerugian yang diderita oleh
CV. Hal ini tersimpul dalam asas pembiayaan bersama untuk menjalankan
perusahaan yang dilakukan oleh anggota-anggota komplementer persero-persero
pengurus.38
Mengingat hubungan dengan pihak ketiga dalam suatu badan usaha berbentuk
CV, hanyalah persero-persero pengurus yang menjalankan perusahaan dan bertindak
keluar, serta terikat kepada pihak ketiga, sebaliknya para komanditaris yang
mempunyai hubungan dengan pihak ketiga, mereka yang menjalankan perusahaan
mempunyai tangung jawab penuh dan dapat disamakan dengan kedudukan para
peserta perseroan Firma (Fa).
Jadi apabila CV mempunyai banyak utang sehingga jatuh pailit misalnya, dan
apabila harta benda perseroan tidak mencukupi untuk pelunasan utang-utangnya,
maka harta benda pribadi persero pengurus itu dapat pula dipertanggung jawabkan
untuk melunaskan hutang CV. Sebaliknya para komanditaris paling tinggi hanya akan
kehilangan jumlah uang yang disetorkan, sedangkan harta benda pribadinya tidak
dapat diganggu gugat. Adapun tanggung jawab penuh yang dibebankan pada persero
pengurus adalah berdasarkan pendapat bahwa baik buruknya, maju mundurnya
perusahaan itu adalah bergantung pada usaha dan pimpinan mereka sendiri.
Keadaan demikian akan berubah, apabila seorang komanditer turut campur
tangan dalam penyelenggaraan dan penyusutan perseroan ataupun apabila ia
mengijinkan namanya dipakai dalam nama firma, yang dipakai sebagai nama firma
oleh persero-persero pengurus. Dalam melakukan tindakan demikian itu akan
menimbulkan kesan kepada pihak ketiga, seakan-akan ia juga menjadi anggota
pengurus yang bertanggung jawab, untuk menghindarkan pihak ketiga akan
mendirikan kewajiban oleh tindakan-tindakan demikian, maka dalam Pasal 21 KUHD
pengurus atau bekerja dalam perusahaan CV ataupun mengizinkan pemakaian
namanya dalam Firma adalah secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk
seluruhnya atas segala utang dan segala perikatan dari CV tersebut (tanggung jawab
solider).
“Dengan demikian seorang komanditaris yang bertingkah laku sebagai anggota pengurus mempunyai tanggung jawab seperti anggota pengurus terhadap pihak ketiga dan pertanggung jawaban ini diperluas juga terhadap persetujuan-persetujuan yang diadakan komanditaris dalam penyelenggaraan perusahaan CV tersebut, dan terhadap persetujuan-persetujuan yang masih akan diadakan.”39
Walaupun demikian komanditaris tanpa melepaskan kedudukannya dapat
menuntut untuk mengawasi tindakan-tindakan para anggota pengurus ataupun mereka
ini tidak boleh bertindak tanpa ijinnya. Bagi perusahaan CV juga adanya sleeping partners, ini adalah memberikan kemungkinan untuk mengumpulkan lebih banyak modal dari pada sistem perseroan Firma. Hal ini disebabkan ada orang yang
mempunyai waktu ataupun tidak ada bakat untuk berusaha, tidak dapat turut aktif
dalam sesuatu perusahaan, maka bentuk perusahaan CV lah yang memberi
kemungkinan pada orang-orang tersebut untuk turut berusaha walaupun hanya pasif
saja. Pembagian untung rugi diatur dalam peraturan CV, mengingat reaksi dari
tanggungjawab yang dipikul pada peserta aktif, maka tidaklah mengherankan apabila
pembagian untung rugi itu diatur sesuai serta sebanding dengan tanggungjawab
tersebut.
Perusahaan CV mempunyai kekayakan tersendiri yang pada pembagian untung rugi dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan untuk mendirikan
badan usaha berbentuk CV, tidaklah memerlukan suatu faslitas dan karenanya dapat dilakukan dengan lisan atau tulisan. Kalau dibuat secara tertulis dalam bentuk surat, maka hal tersebut dapat dibuat dalam bentuk akta otentik ataupun data di bawah tangan dalam mana diatur organisasi perusahaan CV itu begitu juga hak-hak dan kewajiban para anggotanya.40
Dalam praktek perniagaan di Indonesia saat ini, perjanjian untuk medirikan
suatu perusahaan dengan bentuk CV dibuat dalam bentuk akta otentik notaris untuk
lebih memperkuat kedudukan hukum para pihak yang mendirikan CV tersebut
sekaligus pula untuk memperkuat kedudukan hukum dan Badan Usaha CV tersebut.
Persekutuan Komanditer (CV) berdasarkan jenisnya dapat dibagi kedalam 3
(tiga) jenis yaitu :
a. CV diam-diam yaitu suatu badan usaha berbentuk CV yang belum menyatakan
diri secara terbuka sebagai CV, bagi pihak luar jenis usaha ini masih dianggap
sebagai usaha dagang biasa. Akan tetapi secara intern diantara para pemilik
modal dalam usaha dagang tersebut telah ada pembagian dan wewenang yang
berkaitan dengan tanggungjawab hukum.
b. CV terang-terangan yaitu suatu badan usaha berbentuk CV yang telah
menyatakan diri secara terang-terangan dan terbuka kepada pihak ketiga. Hal ini
terlihat dengan dibuatnya akta pendirian CV oleh notaris dan akta pendirian
tersebut didaftarkan di dalam daftar perusahaan.
c. CV dengan saham, yaitu suatu badan usaha berbentuk CV yang karena masalah
kekuarngan modal usaha memasukkan para komanditaris (penanaman modal)
pengurus pasif yang menanamkan modalya ke dalam CV tersebut yang
menjadikan penanaman modal tersebut memperoleh kepemilikan satu atau
beberapa saham terhadap perusahaan CV tersebut.41
CV Sejahtera didirikan dengan akta Notaris Indra Syarif Halim pada Tanggal
18 Agustus 2004, berkedudukan dan berkantor pusat di Desa Pasar Jae, Kecamatan
Sosa, Kabupaten Tapanuli Selatan, tujuan didirikanya CV adalah :
a. Mengusahakan dan menjalankan usaha-usaha perdagangan minyak dan gas pada
umumnya, SPBU temasuk import dan export interent sulair dan lokal, baik atas
perhitungan sendiri maupun atas tanggungan pihak lain secara komisi serta
bertindak sebagai komisioner dan perwakilan-perwakilan perusahaan lain dalam
segala bidang usaha,
b. Mengusahakan dan menjalankan usaha-usaha pemborongan (kontraktor),
perencanaan bangunan kontraktor melaksanakan atau buruh melaksanakannya,
pemasangan instalasi-instalasi, mesin-mesin, listrik, air leding, telekomunikasi,
pembuatan jalan-jalan, jembatan-jembatan, irigasi, parit-parit dan segala sesuatu
lainnya dalam bidang pembangunan,
c. Mengusahakan dan menjalankan usaha-usaha perkebunan, pertanian, peternakan,
perikanan dan pertambangan,
d. Berusaha dalam bidang transportasi angkutan, barang umum, penumpang di
darat, sungai serta menjalankan ekspedisi satu dan lainnya dalam bidang
pengangkutan,
e. Berusaha dalam bidang peternakan, pertanian, perkebunan rakyat, hasil laut dan
industri serta segala sesuatu yang berkembang dengan itu,
f. Mengusahakan dan menjalankan usaha-usaha di bidang perumahan (real estate), g. Berusaha dalam bidang jasa telekomunikasi,
h. Mengusahakan dan menjalankan usaha-usaha industri pada umumnya dan
industri ruangan(home industri)maupun industri berat dari segala jenis barang, i. Mengusahakan dan menjalankan usaha-usaha percetakan, offset, penjilitan dan
alat-alat kantor,
j. Mengusahakan dan menjalankan usaha-usaha perbengkelan, pembubutan,
doorsmer, serta usaha-usaha kerajinan tangan,
k. Mengusahakan dan menjalankan usaha-usaha pertamanan pengadaan/penyediaan
tempat-tempat rekreasi.
Akta notaris pendirian CV bernomor 19 tersebut didirikan oleh Rajamin
Hasibuan dan Putra Mahkota Alam Hasibuan. Dalam anggaran dasar CV dinyatakan
bahwa perseroan CV hanya dapat dibubarkan sewaktu-waktu apabila para persero
semuanya menghendaki pembubaran itu. Pembubaran perseroan CV tidak
mengurangi hak dari masing-masing persero untuk keluar dari perseroan ini pada
tiap-tiap akhir tahun buku, dengan ketentuan memberitahukan kehendak itu pada
persero lainnya sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sebelum itu (surat tercatat tertulis),
Rajamin Hasibuan dan Putra Mahkota Alam Hasibuan adalah pendiri sekaligus pula
adalah para pesero pengurus yang bertanggungjawab sepenuhnya atas dan terhadap
Komanditer hanya turut bertanggungjawab hingga jumlah pemasukkannya dalam
perseroan. Modal dalam perseroan CV hanya dapat dimiliki oleh warga negara
Indonesia dan tidak ditentukan besarnya dan setiap waktu harus ternyata dalam
buku-buku perseroan.
Perseroan CV ini diurus dan dipimpin oleh para persero pengurus Rajamin
Hasibuan sebagai Direktur dan Putra Mahkota Alam Hasibuan sebagai Direktur dan
Wakil Direktur. Dalam anggaran dasar CV dinyatakan bahwa Direktur dan Wakil
Direktur baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri berhak dan berkuasa mewakili
perseroan dimanapun juga dan terhadap siapa saja, baik di dalam maupun di luar
pengadilan, mengikat orang lain dengan perseroan atau perseroan dengan orang lain
dari dan menjalankan pekerjaan itu ia berhak melakukan dan atas nama perseroan
segala tindakan pemilikan dan segala tindakan pengurusan termasuk juga untuk
meminjam uang atau menjalankan uang perseroan, memperolah, melepaskan dan atau
membebani harta tidak bergerak dan/atau inventaris untuk dan/atau kepunyaan
perseroan, mengikat perseroan sebagai penjamin, menggadaikan atau dengan cara
lain mempertanggungkan (menyerahkan sebagai jaminan) kekayaan perseroan.
Persero pengurus berhak mengangkat seorang kuasa atau lebih untuk mewakili
perseroan dan memberikan kepada ia/mereka kuasa tertentu yang terpisah dari akta
pendirian CV ini. Bilamana salah seorang persero meninggal dunia, maka perseroan
tidak berakhir, akan tetapi dijalankan oleh para persero lainnya bersama-sama dengan
para ahli waris dari persero yang meninggal dunia itu yang dalam perseroan ini
ahli waris itu menyatakan bahwa mereka tidak menghendaki meneruskan perseroan
itu, perseroan CV berakhir bila salah seorang persero keluar/meninggal dunia dan
para ahli waris persero yang meninggal tersebut menyatakan keinginannya untuk
tidak meneruskan perseroan tersebut. Bila mana salah seorang persero dinyatakan
pailit, berada di bawah pengawasan atau karena apapun juga tidak berhak lagi
mengurus dan menguasai kekayaannya, maka persero tersebut telah dianggap keluar
dari perseroan.
Dalam hal tersebut di atas, maka perusahaan perseroan boleh diteruskan oleh
persero lainnya dengan nama yang sama dan mengambil alih segala kekayaan dan
beban-beban perseroan yang keluar kepada ahli waris persero yang meninggal atau
kepada wakilnya menurut hukum dari perseroan yang dinyatakan pailit atau ditaruh
dibawah pengampunan itu selama 3 (tiga) bulan, sesudahnya bagian perseroan yang
bersangkutan dalam perseroan maupun karena laba yang belum dibagi atau karena
apapun juga, akan tetapi dengan kewajiban membayar kepada wakil menurut hukum
dari persero yang bersangkutan dalam waktu selambat-lambatnya 6 (enam) bulan
sesudahnya bagian persero itu dalam perseroan perhitungan bagian itu harus
didasarkan atas angka-angka dari daftar perhitungan yang berakhir pada hari persero
yang bersangkutan dianggap keluar dari perseroan.
B. Perseroan Terbatas (PT) Sebagai Perusahaan Berbadan Hukum
Tidak dapat dipungkiri pada saat sekarang ini sebagian besar badan usaha