• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Suatu penelitian hukum biasanya ada kerangka konsepsional dan landasan atau kerangka teori yang merupakan suatu hal yang penting. Pada kerangka konsepsional diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum, dan di dalam landasan/kerangka teoritis diuraikan segala sesuatu yang terdapat dalam teori sebagai system aneka “thoere’ma” atau ajaran.19

       19

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 6.

Kerangka teori adalah, “suatu kerangka berfikir lebih lanjut terhadap masalah- masalah yang diteliti”20. Kerangka teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori hukum hak dan kewajiban dari seorang ahli hukum Belanda yang bernama Gevers.

Menurut Gevers ahli hukum bangsa Belanda, menerangkan fungsi hukum secara umum dalam masyarakat, bahwa :

Hukum berfungsi sebagai alat untuk membagi hak dan kewajiban diantara para anggota masyarakat. Peraturan hukum memberikan suatu petunjuk arah kepada tuntutan yang dapat dilaksanakan oleh berbagai peserta dalam lalu lintas sosial satu sama lain.21

Ada 2 (dua) teori dalam ilmu hukum yang menjelaskan keberadaan hak, yaitu: 1. Teori kepentingan (Belangen Theorie) dianut oleh Rudolf Von Jhering, yang

berpedapat hak itu sesuatu yang penting bagi seseorang yang dilindungi.

2. Teori kehendak (Wilsmacht Theorie) dianut oleh Benhard Winsceid, yang bependapat hak adalah kehendak yang diperlengkapi dengan kekuatan dan diberi oleh tata tertib hukum kepada seseorang.22

Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum, suatu kepentingan yang dilindungi oleh hukum. baik pribadi maupun umum. Dapat diartikan bahwa hak adalah sesuatu yang patut atau layak diterima. Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual, dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan.

       20

Ibid. 21

Gevers, Hukum dan Masyarakat, (dalam Algra, Mula Hukum terjemahan Rechts aanvang oleh Simorangkir),Cet I, Binacipta, Bandung, 1983, hal. 379,382,385.

22

Hak dan kewajiban timbul pada subyek hukum disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya akibat terjadi perjanjian yang di sepakati oleh para pihak. Sertifikasi lisensi mengumumkan musik dan lagu, merupakan suatu perjanjian lisensi mengumumkan musik dan lagu antara YKCI dengan Pencipta atau emegang Hak Cipta, YKCI memperoleh kuasa dari Pencipta atau Pemegang Hak Cipta musik dan lagu untuk mengelola hak ekonominya dalam hak mengumumkan. Dengan demikian YKCI untuk dan atas nama Pencipta atau Pemegang Hak Cipta, dapat memberikan izin kepada pengguna musik dan lagu untuk menggunakan lagunya untuk kepentingan komersial. Dengan demikian timbul hak dan kewajiban diantara YKCI dan pengguna hak cipta musik dan lagu, apa yang menjadi hak bagi pengguna musik dan lagu merupakan kewajiban bagi YKCI.

Pencipta dan ciptaan merupakan 2 (dua) hal yang saling berhubungan satu sama lainnya yang berkaitan dengan Hak Cipta. Namun di dalam UUHC membedakan 2 (dua) pengertian tentang Hak Cipta itu sendiri. Pada Pasal 1 angka 1 UUHC menyebutkan bahwa, “Hak Cipta adalah Hak eksklusif bagi Pencipta maupun Penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut perundang-undangan yang berlaku”.

Sedangkan pada Pasal 2 ayat (1) UUHC menyebutkan bahwa, “Hak Cipta adalah Hak eksklusif bagi Pencipta atau Penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak suatu Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu Ciptaan

dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan-pembatasan menurut perundang-undangan yang berlaku”.

Sebenarnya Pasal 1 angka 1 UUHC dan Pasal 2 ayat (1) UUHC tersebut hanya berbeda dari segi penulisan saja, hal ini dapat dilihat dalam Penjelasan Pasal 1 angka 1 UUHC, bahwa pengertian Hak Cipta tersebut tidak dijelaskan lebih lanjut, karena diangap sebagai suatu ketentuan umum saja. Sedangkan Pasal 2 ayat (1) UUHC dapat dilihat dalam penjelasannya yang menyatakan bahwa, “yang dimaksud dengan hak eksklusif adalah hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegangnya….”, jadi Pasal 2 ayat (1) UUHC tersebut merupakan penjelasan dari Pasal 1 angka 1 UUHC, sehingga pada prinsipnya boleh dikatakan tidak berbeda satu sama lainnya.

Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, selain untuk melindungi hak Pencipta atau Pemegang Hak, UUHC juga memiliki fungsi sosial. Pasal 2 ayat (1) UUHC di atas ada menyebutkan pembatasan menurut undang-undang, hal tersebut menyatakan bahwa dalam hal tertentu yang menyangkut kepentingan Negara dan masyarakat, ada kalanya pengumuman dan perbanyakan ciptaan oleh yang bukan Pencipta tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta walaupun tidak ada izin dari Pencipta.

Terhadap adanya pembatasan-pembatasan tertentu menurut undang-undang, maka UUHC telah memberikan sarana guna mewujudkan prinsip fungsi sosial yang

harus melekat pada hak milik sebagaimana lazimnya, yang memberikan kemungkinan kepada masyarakat luas untuk memanfaatkan atau menikmati suatu ciptaan yang dilindungi hak ciptanya sebagai salah satu hak milik.23 Sedangkan berbicara tentang kepemilikan, maka erat kaitannya dengan keberadaan konsep hak milik yang sudah diakui lama oleh hukum. Pemberian kekuasaan memonopoli kepada yang berhak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.24

Suatu persoalan yang penting dalam Hak Cipta adalah menyangkut tentang hak mengumumkan musik dan lagu, yaitu menyangkut cara pemberian lisensi oleh Pencipta lagu kepada pemakai atau pengguna (user), pembayaran dan penerimaan royalty, pengawasan terhadap pelaksanan lisensi dan pengawasan terhadap pemakai musik dan lagu yang tanpa lisensi.

Pengidentifikasian kegiatan pengumuman musik dan lagu atau pemakaian musik dan lagu untuk disiarkan, dipertunjukkan atau diputar untuk konsumsi umum, antara lain :

1. Menyiarkan lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi secara langsung maupun melalui kaset, CD atau VCD oleh lembaga penyiaran seperti radio dan televisi, baik yang menggunakan kabel atau tanpa kabel;

2. Mempertunjukkan atau memperdengarkan lagu melalui konser-konser musik dan acara pertunjukkan musik yang bukan konser, seperti pesta-pesta, pertunjukkan di tempat-tempat hiburan malam;

3. Memperdengarkan lagu melalui pemutaran kaset atau CD lagu diberbagai tempat seperti : diskotik, karoke, cafe, bar, hotel, restoran, mall, plaza, supermarket, toko-toko, angkutan umum, rumah sakit, sekolah/universitas, perpustakaan, stasiun angkutan umum dan sebagainya;

       23

Rahmadi Usman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual-Perlindungan Dan Dimensi Hukumnya Di Indonesia, PT. Alumni, Bandung, 2003, hal. 87.

24

4. Menggunakan musik dan lagu sebagai nada dering dan nada sambung telepon selular. 25

Terhadap pemakaian musik dan lagu begitu luasnya yang berkaitan dengan menyiarkan, mempertunjukkan atau memperdengarkan musik dan lagu di stasiun- stasiun radio yang terletak di berbagai kota di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia, tidak mungkin Pencipta musik dan lagu sendiri melaksanakan pemberian lisensi, memungut royalty dan memperkarakan bilamana ada orang secara tidak sah atau tanpa izin melakukan penyiaran, mempertunjukkan atau memperdengarkan musik dan lagu. Sehingga diperlukan lembaga yang dapat mewakili para Pencipta musik dan lagu ialah YKCI.

Mekanisme pengadministrasian kolektif diawali dengan pemberian kuasa oleh Pencipta atau Pemegang Hak Cipta musik dan lagu kepada YKCI untuk memungut fee atau royalty hak mengumumkan (performing right) atas pemakaian Hak Ciptanya oleh orang lain untuk kepentingan komersial, baik berupa pertunjukkan maupun penyiaran dan pendistribusian hasil royalty tersebut kepada Pencipta yang berhak setelah dipotong biaya administrasi.

Lisensi YKCI merupakan suatu izin untuk mengumumkan musik dan lagu milik Pemegang Hak Cipta Indonesia dan asing yang dikelola yang dikelola YKCI. Sistem ini untuk menghindari para pengguna dari kewajiban mencari, meminta izin, bernegosiasi dan membayar royalty kepada pemegang Hak Cipta satu persatu.

       25

Lisensi pengumuman musik dan lagu pada dasarnya merupakan suatu perjanjian lisensi antara Pencipta yang telah dikuasakan kepada Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) dengan pihak pengguna atau pemakai musik dan lagu, pada hakikatnya merupakan suatu perjanjian keperdataan26 yang mengatur penggunaan atau pemakaian karya cipta musik dan lagu, dengan pembayaran dan penerimaan royalty.

Selain berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diatur di dalam UUHC, maka dalam kaitannya dengan perjanjian lisensi pengumuman musik dan lagu, perlu diperhatikan pada Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disingkat KUHPerdata) yaitu tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu perjanjian. Bilamana suatu perjanjian telah memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian, maka perjanjian tersebut berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya (Pasal 1338 KUHPerdata).27

Pasal 1320 KUHPerdata menyebutkan bahwa untuk sahnya persetujuan- persetujuan tersebut diperlukan 4 (empat) syarat, yaitu :

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya (the consent of the parties); 2. Kemampuan untuk membuat suatu perikatan (the capacity to contract); 3. Adanya suatu hal tertentu (a certain subject);

       26

Menurut KUHPerdata Pasal 1233 sumber-sumber perikatan (verbentenis) adalah perjanjian (overeenkomst) dan undang-undang (wet), selanjutnya Pasal 1313 menetapkan bahwa suatu perjanjian adalah perbuatan yang terjadi antara satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap orang lain atau lebih.

27

Insan Budi Maulana, Bianglala Haki (Hak Kekayaan Intelektual), PT. Hecca Mitra Utama, Jakarta, 2005, hal. 144.

4. Adanya suatu sebab yang halal (a permissible cause). 28

Terhadap kedua syarat yang pertama dinamakan syarat subjektif, karena kedua syarat tersebut mengenai subjek perjanjian, kemampuan melakukan perbuatan hukum, kesepakatan (consensus) yang menjadi dasar kebebasan menentukan kehendak (tidak ada paksaan, kekhilafan ataupun penipuan). Sedangkan kedua syarat terakhir disebut syarat objektif, karena mengenai objek perjanjian, ditentukan bahwa apa yang diperjanjikan harus cukup jelas, harus sesuatu yang halal dalam arti tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan.29

Syarat pertama tentang perlu adanya kesepakatan (consensus) antara pihak- pihak yang mengadakan perjanjian, artinya kedua belah pihak harus mempunyai kebebasan kehendak untuk mengadakan perjanjian. Para pihak tidak mendapat tekanan apapun juga yang dapat mengakibatkan cacat bagi terwujudnya kehendak tersebut. Pengertian sepakat dilukiskan sebagai pernyataan kehendak yang disetujui (overeenstemende wilverklaring) antara pihak-pihak. Pernyataan pihak yang mengajukan tawaran dinamakan (offerte), pernyataan pihak yang menerima tawaran dinamakan akseptasi (acceptatie).30

Syarat kedua, kecakapan pihak-pihak yang mengadakan perjanjian, artinya bahwa para pihak yang mengikatkan diri dalam suatu perjanjian harus telah dewasa       

28

Eddy Damian, Op. Cit., hal. 208. 29

Rumusan Hasil Simposium, Pembaharuan Hukum Perdata Nasional, diselenggarakan BHPN-Depkeh bekerja sama dengan FH-GAMA, 21023 Desember 1981 di Yogyakarta, dimuat dalam buku Mariam Darus Badrulzaman, KUHPerdata Buku III, Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, PT. Alumni, Edisi kedua, 1996, hal. 245.

30

Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal. 73.

dan tidak di bawah pengampuan. Kedewasaan atau kriteria belum dewasa seseorang pengaturannya beragam, dalam Pasal 330 KUHPerdata menetapkan seseorang sebagai orang yang belum dewasa bila seseorang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum menikah.31 Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menetapkan usia dewasa untuk seorang wanita adalah 16 (enam belas) tahun dan untuk seorang pria adalah 18 (delapan belas) tahun.

Syarat ketiga, adanya keharusan adanya objek tertentu yang dapat ditentukan dalam suatu perjanjian lisensi pengumuman musik dan lagu, obyeknya yaitu Hak Cipta suatu ciptaan berupa karya musik dan lagu yang akan disiarkan oleh pengguna musik dan lagu.

Syarat keempat adanya suatu sebab yang halal, mengenai unsur “sebab” atau kausa” undang-undang tidak memberikan pengertian yang baku. Namun pada dasarnya yang dimaksud dengan “sebab” bukanlah hubungan sebab akibat, sehingga pengertian “sebab” tersebut tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan ajaran kausaliteit. Jadi yang dimaksud dengan pengertian “sebab” bukan juga sebab yang mendorong para pihak untuk mengadakan perjanjian, karena apa yang menjadi menjadi motif dari seseorang untuk mengadakan perjanjian itu tidak menjadi perhatian hukum.32

Pembentuk undang-undang mempunyai pandangan bahwa perjanjian-perjanjian mungkin juga diadakan tanpa sebab atau dibuat dengan sebab terlarang. Sementara       

31

Ibid, hal 78 32

yang dimaksud dengan sebab terlarang ialah sebab yang dilarang menurut undang- undang atau berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum (Pasal 1337 KUHPerdata). Perjanjian yang dibuat dengan sebab yang demikian tidak mempunyai kekuatan hukum (Pasal 1335 KUHPerdata).

Lisensi adalah suatu bentuk pemberian izin pemafaatan atau penggunaan Hak atas Kekayaan Intelektual yang bukan pengalihan hak, yang dimiliki oleh pemilik lisensi kepada penerima lisensi, yang pada umumnya disertai dengan imbalan berupa royalty.33 Dalam hal ini YKCI telah menerima kuasa dari pemilik hak untuk membuat perjanjian dengan pengguna musik komersial dengan menerbitkan Sertifikat Lisensi Pengumuman Musik (SLPM). Diterbitkannya Sertifikat Lisensi pengumuman musik dan lagu oleh YKCI ini membuktikan kepeduliannya suatu organisasi masyarakat ikut serta mengefektifkan pelaksanaan UUHC di Indonesia sekaligus memberikan perlindungan hukum kepada Pencipta.

       

Sebagai kosekuensi dari pengertian Hak Cipta sebagai hak eksklusif sebagaimana diuraikan di atas, demikian halnya dengan Hak Cipta musik dan lagu, maka setiap orang atau badan usaha yang menggunakan musik dan lagu untuk kegiatan komersial, harus meminta izin terlebih dahulu kepada Penciptanya dan atau kepada Pemegang Hak Ciptanya yang sah.

  33

Gunawan Widjaja, Lisensi (seri Hukum Bisnis), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hal. 44.

2. Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsepsi dalam penelitian adalah untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstrak dan kenyataan, sedangkan konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang disebut definisi operasional.34

Kegunaan dari adanya konsepsi agar ada pegangan dalam melakukan penelitian atau penguraian, sehingga dengan demikian memudahkan bagi orang lain untuk memahami batasan-batasan atau pengertian-pengertian yang dikemukakan. Oleh karena itu, di dalam penelitian ini dikemukakan beberapa konsep dasar sebagai berikut :

a. Sertifikasi adalah penyertifikatan, mendapat sertifikat, atau telah disertifikasi.35 b. Sertifikat adalah tanda atau surat keterangan (pernyataan tertulis) atau tercetak

dari orang yang berwenang yang dapat digunakan sebagai bukti pemilikan atau suatu kejadian.36

c. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemegang Hak terkait kepada pihak lain untuk mengumumkan dan/atau memperbanyak Ciptaannya atau produk Hak terkaitnya dengan persyaratan tertentu.37

d. Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau Penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaanya atau memberikan izin untuk itu       

34

Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hal. 28.

35

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan ke-4, Departemen Pendidikan Nasional, PT. Gramedia, Jakarta, 2008, hal. 1290.

36

http://kamus bahasaindonesia.org/, diakses tanggal 10 Agustus 2010. 37

dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang- undangan yang berlaku.38

e. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks adalah Ciptaan utuh yang terdiri dari unsur lagu dan melodi, syair atau lirik dan aransemen, termasuk notasinya.39 Musik diartikan sebagai cetusan ekspresi isi hati yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bahasa bunyi (lagu) dan apabila cetusan isi hati dikeluarkan melalui mulut disebut vokal, dan apabila dikeluarkan lewat alat musik disebut instrumental.40

f. Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) adalah lembaga nirlaba pengelola Hak Cipta musik secara kolektif yang mendapat kuasa dari Pencipta musik dan lagu Indonesia maupun asing bertugas untuk memberikan sertifikat lisensi pengguna musik di wilayah Indonesia dan mendistribusikannya kepada para pencipta yang berhak.41

g. Radio siaran adalah pancaran radio yang langsung ditujukan kepada umum dalam bentuk suara dan mempergunakan gelombang radio sebagai media.42

h. Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran atau penyebaran suatu Ciptaan dengan menggunakan apapun, termasuk media internet       

38

Pasal 1 angka 1, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. 39

Pasal 12 ayat (1), Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, dan

Penjelasannya. 40

Atan Hanjau dan Armillah Windawati, Pengetahuan Seni Musik, Mutiara, Jakarta, 1981, hal. 9.

41

Tanpa Pengarang, Op. Cit., hal. 4. 42

Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 1970 Tentang Radio Siaran Non Pemerintah.

atau melakukan dengan cara apapun sehingga ciptaan dapat dibaca, didengar atau dilihat orang lain.43

i. Perbanyakan adalah penambahan jumlah sesuatu Ciptaan, baik secara keseluruhan maupun sebagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk mengalih wujudkan secara permanent atau temporer.44

j. Royalty adalah suatu persentase dari harga jual atau harga ongkos objek yang diberikan suatu lisensi atau produksi-produksi yang dihasilkan dengan objek lisensi tersebut.45

k. Menyiarkan adalah memberitahukan kepada masyarakat atau umum dengan pemutaran radio, televisi, surat-surat kabar, selebaran-selebaran dan sebagainya.46 l. Penyiaran radio adalah media komunikasi massa dengar yang menyalurkan

gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.47

m. Lembaga Penyiaran Swasta adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia yang bidang usahanya khusus menyelenggarakan siaran radio atau siaran televisi.48

       43

Pasal 1 angka 5, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. 44

Pasal 1 angka 6, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. 45

Roeslan Saleh, Seluk Beluk Praktis Lisensi, Sinar Grafika, Jakarta, 1991, hal. 30. 46

Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, Pustaka Amani, Jakarta, 1990, hal. 439-440.

47

Pasal 1 angka 5, Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Komisi Penyiaran Indonesia.

48

Dokumen terkait