• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Kerangka Teori

. Pengertian Pembiayaan

Menurut UU No. Tahun tentang Perbankan Pasal nomor ( ):

“Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah Penyediaan dana (uang) atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau

bagi hasil” dan Pasal nomor ( ): “ Prinsip syariah adalah perjanjian

berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).”

Menurut Antonio ( : ), “Pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.” Muhammad ( : ), pembiayaan dalam secara luas diartikan sebagai pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan atas kesepakatan bersama antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

. Tujuan Pembiayaan

Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro (Muhammad, : ). Secara makro dijelaskan bahwa pembiayaan bertujuan:

a. Peningkatan ekonomi umat, artinya masyarakat yang tidak dapat akses secara ekonomi, dengan adaya pembiayaan mereka dapat melakukan akses ekonomi.

b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya untuk pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan inti diperoleh melalui aktivitas pembiayaan. Pihak yang kelebihan dana menyalurkan ke pihak yang kekurangan dana.

c. Meningkatkan produktivitas, artinya adanya pembiayaan memberikan peluang bagi masyarakat agar mampu meningkatkan daya produksinya.

d. Membuka lapangan kerja baru, artinya dengan dibukanya sektor-sektor usaha melalui penambahan dana pembiayaan, maka sektor usaha tersebut akan menyerap tenaga kerja.

e. Terjadinya distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha produktif mampu melakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan memperoleh pendapatan dari hasil usahanya.

Adapun secara mikro pembiayaan bertujuan untuk:

a. Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha.

b. Upaya meminimalkan risiko, artinya usaha yang dilakukan agar mampu menghasilkan laba maksimal, maka pengusaha harus mampu meminimalkan risiko yang mungkin timbul. Risiko kekurangan modal usaha dapat diperoleh melalui tindakan pembiayaan.

c. Pendayagunaaan sumber ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat dikembangkan melalui mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia serta sumber daya modal. Jika sumber daya alam dan sumber daya manusianya ada, dan sumber daya modal tidak ada, maka dipastikan diperlukan pembiayaan. Dengan demikian, pembiayaan pada dasarnya dapat meningkatkan daya guna sumber-sumber daya ekonomi.

d. Penyaluran kelebihan dana, artinya dalam kehidupan masyarakat ada dana pihak yang kelebihan dana sementara ada pihak yang kekurangan dana. Dalam kaitan dengan masalah dana, maka mekanisme pembiayaan dapat menjadi jembatan dalam penyeimbangan dan penyaluran kelebihan dana dari pihak yang kelebihan (surplus) kepada pihak yang kekurangan (minus) dana.

Secara khusus bank juga memiliki tujuan tertentu dalam proses pembiayaaan. Dalam bukunya Muhammad menyebutkan bahwa tujuan yang dilaksanakan bank syariah adalah untuk memenuhi kebutuhan stakeholder, yakni:

a. Pemilik

Pemilik mengharapkan akan memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada bank.

b. Pegawai

Para pegawai berharap memperoleh kesejahteraan dari bank yaang dikelola.

c. Masyarakat ) Pemilik dana

Masyarakat pemilik dana mengharapkan dana yang diinvestasikan akan diperoleh bagi hasil.

Dengan adanya pembiayaan, para debitur membantu menjalankan usahanya di sektor produktif atau terbantu untuk pengadaan barang yang diinginkannya.

) Masyarakat konsumen

Masyarakat konsumen memperoleh barang-barang yang dibutuhkan.

) Pemerintah

Dengan penyediaan pembiayaan, pemerintah terbantu dalam pembiayaan pembangunan Negara, di samping itu akan memperoleh pajak (berupa pajak penghasilan atas keuntungan yang diperoleh bank dan juga perusahaan-perusahaan).

) Bank

Dari penyaluran pembiayaan, bank dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya agar tetap bertahan dan meluas jaringan usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat yang dapat dilayaninya.

. Fungsi Pembiayaan

Pembiayaan yang diselenggarakan oleh bank syariah secara umum berfungsi untuk (Aisyah, : ):

a. Meningkatkan daya guna uang

Para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk giro, tabungan dan depositi. Uang tersebut ditingkatkan kegunaanya oleh bank guna suatu usaha peningkatan produktivitas.

b. Meningkatkan daya guna barang

Produsen dengan bantuan pembiayaan bak dapat mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi sehingga utility bahan tersebut meningkat.

c. Meningkatnya peredaran uang

Melalui pembiayaan uang kartal, peredaran uang kartal maupun giral akan lebih berkembang, karena pembiayaan menciptakansuatu kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan bertambah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

d. Menimbulkan kegairahan berusaha

Pembiayaan yang diterima pengusaha dari bank kemudian digunakan memperbesar volume usaha dan produktivitasnya. e. Stabilitas ekonomi

Dalam ekonomi yang sehat, langkah-langkha stabilitas diarahkan pada usaha-usaha:

) Pengendalian inflasi ) Peningkatan ekspor ) Rehabilitasi prasarana

) Pemenuhan kebutuhan pokok rakyat

f. Jembatan untuk meningkatkan pendapatan ekonomi. g. Sebagai alat hubungan ekonomi internasional.

. Unsur-unsur pembiayaan

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas pembiayaan atau kredit adalah sebagai berikut (Kasmir, : ):

a. Kepercayaan

Suatu keyakinan pemberiaan pembiayaan bahwa pembiayaaan yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa mendatang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun ekstern. b. Kesepakatan

Disamping unsur percaya di dalam pembiayaan juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi pembiayaan dengan si penerima pembiayaan. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu akad dimana masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

c. Jangka waktu

Setiap pembiayaan yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencangkup masa pengembalian pembiayaan yang telah disepakati.

d. Risiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko macet pemberian pembiayaan. Semakin panjang suatu pembiayaan semakin besar risikonya.

e. Balas jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu pembiayaan atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bagi hasil. Balas jasa dalam bentuk bagi hasil dan biaya adiministrasi pembiayaan ini merupakan keuntungan bank.

. Jenis-jenis Pembiayaan

a. Menurut sifat penggunaanya (Antonio, : ):

) Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.

) Pembiayaaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

b. Berdasarkan pemanfaatannya (Antonio, : ):

) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan: (a) peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi; dan (b) untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang. ) Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan

barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.

c. Berdasarkan sistem bagi hasil

) Pembiayaan dengan akad mudharabah adalah akad kerjasama uasaha antara bank sebagai pemilik dana (shahibul maal) dengan nasabah sebagai pengusaha atau pengelola dana (mudharib), untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah pembagian hasil (keuntungan atau kerugian) menurut kesepakatan dimuka (Nabhan, : ).

) Pembiayaan musyarakah adalah akad kerjasama yang terjadi di antara para pemilik dana untuk menggabungkan modal, melakukan usaha bersama dan pengelola bersama dalam suatu hubungan kemitraan. Bagi hasil ditentukan dengan kesepakatan (biasanya didasarkan atas besarnya modal dan peran masing-masing pihak). Apabila terjadi kerugian ditanggung bersama secara proposional (Nabhan, : ).

) Pembiayaan muzara’ah adalah kerjasama pengelolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada sipenggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu (presentase) dari hasil panen (Aisyah, : ).

) Pembiayaan al-Musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzara’ah di mana si penggarap hanya bertanggungjawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagian imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari panen (Aisyah, : ).

d. Berdasarkan sistem sewa (Nabhan, : ):

) Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa dikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/ milkiyah) atas barang itu sendiri.

) Ijarah muntahiyah bitamlik adalah sewa menyewa yang diikuti dengan perpindahan kepemilikan obyek sewa.

e. Berdasarkan sistem jual beli (Aisyah, : ):

) Ba’i al-Murabahah yaitu jual beli barang pada harga semula dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Sebagaimana fatwa DSN-MUI, karakteristik pembiayaan murabahah berbeda dengan kredit yang terjadi pada bank konvensional. Diantaranya harga jual kredit kepada konsumenpada perbankan konvensional memakai tingkat bunga yang tergantung situasi pasar, sedangkan pada pembiayaan murabahah, margin atau tingkat keuntungan bersifat tetap, sehingga harga jual tidak boleh berubah. Jadi sejak awal perjanjian sampai dengan masa pelunasan, bank syariah tidak diperbolehkan mengubah harga yang telah diperjanjikan atau diakadkan.

) Ba’i as-Salam berarti bank memberikan pembiayaan dengan pemesanan barang yang diserahakan di kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan dimuka kepada nasabah.

) Ba’i al-Istishna, yaitu kontrak antara penjual dan pembelibarang.

as-salam. Kesepakatan harga dapat dilakukan tawar-menawar dan sistem pembayaran dapat dilakukan di muka atau secara angsuran per bulan atau di belakang.

f. Berdasarkan sistem jasa (Wirdiyaningsih, : )

) Kafalah, yaitu jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.

) Hiwalah,yaitu jasa pengalihan tanggung jawab pembayaran utang dari seseorang yang berutang kepada orang lain.

) Rahn atau Gadai, yaitu menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.

) Al- Jualah, yaitu jasa pelayanan pesanan/ permitaan tertentu dari nasabah, misalnya untuk memesan tiket pesawat atau barang yang menggunakan kartu debit atau kredit/cek/transfer.

) Wakalah, yaitu penyerahan dari seseorang kepada orang lain untuk mengerjakan sesuatu, seperti asuransi syariah

g. Berdasarkan biaya administrasi

) Qardul hasan, yaitu pembiayaan berupa pinjaman tanpa dibebani biaya apapun bagi kaum dhuafa yang ingin memulai berusaha kecil-kecilan. Pada umumnya dana ini diambilkan dari dana zakat, infak dan sedekah. (Wirdiyaningsih, : ).

B. Prosedur

Menurut Ismail ( : ), prosedur adalah suatu rangkaian tugas-tugas yang saling berhubungan yang merupakan urutan-urutan menurut waktu dan tata cara tertentu untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang dilaksanakan berulang-ulang.

Sedangkan menurut Moekijat ( ) mengemukakan definisi prosedur adalah serangkaian tugas yang saling berhubungan, yang merupakan urutan menurut waktu dan tata cara tertentu untuk melaksanakan pekerjaan yang harus diselesaikan. Urutan menurut waktu dari tugas-tugas merupakan ciri daripada setiap prosedur. Biasanya prosedur meliputi bagaimana, apasaja, bilamana dan oleh siapa masing-maing tugas harus dilakukan (Rahmawati, ).

Moekijat mengemukakan sifat (hakekat) daripada prosedur, yaitu:

a. Prosedur dalam tiap bagian perusahaan, prosedur merupakan salah satu macam rencana yang penting.

b. Prosedur biasanya dipandang sebagai penenrapan pekerjaan yang sifatnya berulang

c. Diberikan batas-batas waktu pada setiap langkah prosedur guna menjamin agar hasil yang dicapai seperti yang diinginkan.

C. Bagi Hasil

. Pengertian Bagi Hasil

Bagi hasil adalah bentuk return (perolehan kembaliannya) dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap.

Besar-kecilnya perolehan kembali itu bergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem bagi hasil merupakan salah satu praktik perbankan syariah (Karim, : ).

Menurut Aisyah ( : ), Nisbah bagi hasil merupakan presentase keuntungan yang akan diperoleh shahibul mal dan mudharib yang ditentukan berdasarkan kesepakatan antara keduanya.

Tabel .

Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil

Bunga Bagi hasil

Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung

Penentuan besarnya rasio atau nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad

dengan perpedoman pada

kemungkinan untung rugi. Besarnya presentasi berdasarkan pada

jumlah uang (modal) yang dijaminkan.

Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh

Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.

Bagi hasil bergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak

Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi

Jumlah pembagian laba meningkat sesuai peningkatan jumlah pendapatan.

“booming”

Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama, termasuk Islam.

Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil

Sumber: Antonio, : . Karakteristik nisbah bagi hasil

a. Presentase

Nisbah bagi hasil harus dinyatakan dalam presentase (%) bukan dalam nominal.

b. Bagi untung dan bagi rugi

Pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati, sedangkan pembagian kerugian berdasarkan porsi modal masing-masing pihak.

c. Jaminan

Jaminan yang akan diminta terkait dengan character risk yang dimiliki oleh mudharib karena jika kerugian diakibatkan ole keburukan karakter mudharib, maka yang menanggung adalah mudharib. Akan tetapi jika kerugian diakibatkan oleh business risk, maka shahibul mal tidak diperbolehkan untuk meminta jaminan pada mudharib.

d. Besaran nisbah

Angka besaran nisbah bagi hasil muncul sebagai hasil tawar-menawar yang dilandani oleh kata sepakat dari pihak shahibul mal dan mudharib.

e. Cara menyelesaikan kerugian

Kerugian akan ditanggung dari keuntungan terlebih dahulu karena keuntungan adalah pelindung modal. Jika kerugian melebihi keuntungan, maka akan diambil dari pokok modal.

. Penentuan nisbah bagi hasil pembiayaan ditentukan dengan mempertimbangkan:

a. Referensi tingkat (margin) keuntungan

Yang dimaksud adalah referensi tingkat margin yang ditetapkan oleh rapat ALCO (Asset and Liability Committee).

b. Perkiraan tingkat keuntungan bisnis/proyek yang dibiayai. c. Perkiraan biaya-biaya langsung

Adalah biaya yang berkaitan langsung dengan kegiatan penjualan seperti biaya pengangkutan, biaya pengemasan dan lain-lain yang termasuk COGS (Cost of Good Sold).

d. Perkiraan biaya-biaya tidak langsung

adalah biaya yang tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan penjualan, seperti biaya sewa kantor, biaya gaji karyawan dan biaya lain yang dikategorikan Overhead Cost (OHC).

e. Delayed Factor

Adalah tambahan waktu yang ditambahakan pada cash to cash cycle untuk mengantisispasi timbulnya keterlambatan pembayaran dari nasabah kepada bank.

. Metode penentuan nisbah bagi hasil pembiayaan: a. Penentuan nisbah bagi hasil keuntungan

Adalah penentuan nisbah yang didasarkan pada perkiraan keuntungan yang diperoleh nasabah dibagi dengan referensi tingkat keuntungan yang ditetapkan dalam rapat ALCO (Asset and Liability Committee).

b. Pendapatan nisbah bagi hasil pendapatan

Adalah penentuan nisbah yang didasarkan pada perkiraan pendapatan yang diperoleh nasabah dibagi dengan referensi tingkat keuntungan yang ditetapkan dalam rapat ALCO (Asset and Liability Committee).

c. Penentuan nisbah bagi hasil penjualan

Adalah penentuan nisbah yang didasarkan pada perkiraan penenrimaan penjualan yang diperoleh nasabah dibagi dengan pokok pembiayaan dan referensi tingkat keuntungan yang ditetapkan dalam rapat ALCO (Asset and Liability Committee).

. Faktor-faktor yang mempengaruhi bagi hasil adalah (Antonio, : ).:

a. Faktor langsung. Diantara faktor langsung (direct factor) yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia, dan nisbah bagi hasil (profit sharing ratio)

) Investment rate merupakan presentase aktual dana yang diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan investment rate sebesar , hal ini berarti dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.

) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode:

a) Rata-rata saldo minimum bulanan b) Rata-rata saldo harian

c) Investment rate dikalikan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan

) Nisbah (profit sharing ratio)

a) Salah satu ciri al-mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian.

b) Nisbah antara satu bank dengan bank lainnya dapat berbeda.

c) Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan account lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh tempo. d) Nisbah juga dapat berbeda dari wakttu ke waktu dalam

suatu bank, misalnya deposito bulan, bulan, bulan, dan bulan.

b. Faktor tidak langusng

) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah a) Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan

biaya (profit and sharing). Pendapatan yang

“dibagihasilkan” merupakan pendapatan yang diterima

dikurangi biaya-biaya

b) Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut revenue sharing

) Kebijakan akunting (prinsip dan metode akunting)

Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan terutama berhubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.

BAB III

Dokumen terkait