• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA5

2.4 Kerangka Teori

Distribusi sosiodemografi :

· Umur

· Jenis kelamin

· Pendidikan pasien

· Pekerjaan

· Status pernikahan

· Tempat tinggal

Hasil CT Scan

Faktor Risiko

Tatalaksana Medis :

· Operatif

· Non Operatif

Lama Rawat

Keadaan Sewaktu Pulang

Keluhan Utama

Stroke

Stroke Iskemik Stroke Hemoragik :

· PSD

· PSA

· PIS

Keterangan:

· PSD : Perdarahan Sub Dural

· PSA : Perdarahan Sub Adrenal

· PIS : Perdarahan Intral Sereberal

Gambar 2.6 Kerangka Teori

22

2.4 KERANGKA KONSEP

Sosiodemografi

· Umur

· jenis kelamin

· suku

· agama

· pendidikan

· pekerjaan

· status perkawinan

Faktor Resiko

· Diabetes Melitus

· Hipertensi

· Pernah Stroke

· Penyakit Jantung

CT-Scan

· Letak perdarahan

· Volume perdarahan

Penatalaksanaan

· Tindakan operatif

· Tindakan non-operatif

Lama rawatan dan keadaan sewaktu pulang

Stroke Hemoragik

Gambar 2.7 Kerangka Konsep

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian retrospektif yang bersifat deskriptif.

3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 3.2.1 LOKASI PENELITIAN

Penelitian akan dilakukan di RSUP H Adam Malik Medan.Pertimbangan RSUP H Adam Malik sebagai tempat penelitian adalah RS rujukan pusat untuk Sumatera Utara dan memiliki sistem pencacatan rekam medis yang baik.

3.2.2 WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilakukan sejak bulan Juli 2016 sampai dengan bulan Juni 2017.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL 3.3.1 POPULASI

Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien troke hemoragik yang dirawat inap di RSUP H Adam Malik tahun 2016.

3.3.2 SAMPEL

Penelitian ini mengunakan metode total sampling atau besar sampel sama dengan populasi yaitu seluruh pasien stroke hemoragik di RSUP H Adam Malik yang memenuhi kriteria inklusi. Dengan rumus minimal sampel sebagai berikut:

24

n =

=

(Sudigdo & Ismail, 2014)

Keterangan :

n = jumlah sampel minimal yang diperlukan Z= derajat kepercayaan (1,96)

p = proporsi kejadian penyakit stroke hemoragik

q = 1-p (proporsi kejadian stroke yang bukan stroke hemoragik) d = limit dari error atau presisi absolut

Dari hasil hasil penelitian Prince dan Wilson (2006) di Amerika Serikat, proporsi pasien (p) yang menderita penyakit stroke sekitar 20 %. Ini berarti nilai p

= 0,20 dan nilai q = 1 – p. Dengan limit dari error (d) ditetapkan 0,1 dan nilai Alfa = 0,05, maka jumlah sampel yang dibutuhkan sebesar:

n =

=

=

3.4 KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI 3.4.1 KRITERIA INKLUSI

1. Penderita stroke hemoragik yang dirawat inap dan bersedia menjalani segala pengobatan yang dianjurkan oleh dokter di RSUP H Adam Malik pada tahun 2016-2017.

2. Telah menjalani CT scan kepala dengan hasil stroke hemoragik.

3.4.2 KRITERIA EKSKLUSI

1. Perdarahan otak yang disertai dengan trauma kepala 2. Rekam medis dengan data yang tidak lengkap 3. Penderita tumor otak

25

3.5 METODE PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data menggunakan data sekunder yang diperoleh dari rekam medik pasien stroke hemoragik yang dirawat inap di RSUP H Adam Malik tahun 2016-2017.

3.6 PENGUMPULAN DATA 1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder didapatkan langsung dari rekam medis, yaitu jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat kesadaran awal, faktor resiko, jenis penatalaksanaan, letak perdarahan, lama rawatan, dan keadaan sewaktu pulang.

2. Cara Pengumpulan Data

a. Penelitian ini diawali dengan mendapatkan persetujuan untuk menggunakan data dari rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan (ethical clearance).

b. Setelah mendapatkan izin, peneliti mencari rekam medis dengan kode diagnosis I60-I62 berdasarkan ICD X.

c. Setelah itu, dilakukan penyaringan sesuai dengan kriteria eksklusi.

d. Data sehubungan variable umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan didapat dengan mencatat laporan kedatangan awal pasien.

e. Data mengenai letak perdarahan didapat berdasarkan penilaian oleh ahli bedah saraf yang dikonfirmasi oleh ahli radiologi.

f. Data mengenai faktor resiko, penatalaksanaan, lama rawatan,dan keadaan sewaktu pulang didapat berdasarkan catatan ahli bedah saraf.

g. Seluruh data yang didapat akan diolah secara komputerisasi.

26

3.7 VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL Berikut adalah tabel variabel dan definisi operasional :

Tabel 3.1. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat

Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Stroke

Hemoragik

Merupakan stroke yang disebabkan oleh perdarahan ke dalam jaringan

Tingkat kesadaran penderita stroke saat pertama kali di bawak ke

Umur Usia penderita Stroke Hemoragik saat berobat sesuai dengan yang

Jenis kelamin responden pada penelitian Pendidikan Keterangan mengenai pendidikan

formal teringgi yang pernah dijalani oleh penderita Stroke Hemoragik

Pekerjaan Aktifitas rutin yang dilakukan sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan hidup

Agama Kepercayaan yang dianut oleh pasien

27

Status Perkawinan

Keterangan yang menunjukan pernikahan pasein sebagai penatalaksanaan utama pasien

Tempat atau lokasi terjadinya perdarahan yang terjadi pada penderita Stroke Hemoragik

Jumlah perdarahan intraserebral yang terjadi penderita Stroke Hemoragik yang di rawat inap terhitung dari tanggal masuk sampai dengan tanggal keluar Rumah Sakit setelah mendapat perwatan

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Kota Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit pemerintah dengan kategori kelas A. selain itu, RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah Sumatera yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang sangat bervariasi. Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder yaitu data yang didapatkan dari rekam medis yang diambil dari sub bagian rekam medis periode Juli 2016-Juni 2017 di RSUP Haji Adam Malik, Medan.

Berdasarkan rekam medis didapatkan 467 pasien dengan diagnosis I60-I62.

Dengan diagonosis I60 sebanyak 27 pasien, I61 sebanyak 406 pasien dan I62 sebanyak 34 pasien. Data mengenai CT-Scan hanya terdapat pada 324 pasien.

Diantara 324 pasien, hanya terdapat 78 pasien yang memiliki data lengkap pada rekam medis.

Pada penelitian ini, jumlah sampel yang didapat sebagai responden yang diteliti dalam penelitian sebanyak 78 responden. Berikut diuraikan beberapa karakteristik responden berdasarkan sosiodemografi yaitu : umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, dan status perkawinan. Selain itu karakteristik yang dilihat dalam penelitian ini antara lain tingkat kesadaran awal, faktor risiko, penatalaksanaan, letak perdarahan, volume perdarahan, lama perawatan, dan keadaan sewaktu pulang.

29

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan sosiodemografi: umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, dan status perkawinan

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Usia

30

Dari tabel 4.1 dapat dilihat dari bahwa proporsi usia tertinggi adalah kelompok usia 45-64 tahun (66,7%) sedangkan proporsi paling sedikit yaitu pada kelompok usia > 65 tahun (15,4%). Didapatkan hasil distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin yang sama antara laki-laki dan perempuan yaitu masing-masing sebesar 50% (39 pasien). Proporsi suku lebih besar adalah suku Batak Toba yaitu sebesar 51,3% (40 pasien), sedangkan proporsi terkecil adalah suku Melayu sebesar 5,1%

(4 pasien). Proporsi agama tertinggi adalah agama Islam yaitu 56,4% (44 pasien) dan terendah adalah agama Hindu yaitu sebanyak 0% (0 pasien). Tingkat pendidikan terakhir pasien yang tertinggi adalah SMA sebesar 51,2% (40 pasien) sedangkan tingkat pendidikan pasien yang terendah adalah tidak sekolah 1,3% (1 pasien). Proporsi pekerjaan pasien tertinggi adalah IRT 24,4% (19 pasien), sedangkan yang paling sedikit adalah pegawai swasta yaitu sebesar 3,8% (3 pasien). Berdasarkan status perkawinan pasien didapatkan pasien yang sudah menikah sebanyak 89,7% (70 pasien), sedangkan pasien yang belum menikah 10,3% (8 pasien).

Usia merupakan faktor risiko tunggal terpenting terhadap kejadian stroke. Dari hasil penelitian, didapatkan proporsi usia tertinggi adalah kelompok usia 45 - 64 tahun (66,7%) sedangkan proporsi paling sedikit yaitu pada kelompok usia >65 tahun (15,4%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Sirait pada tahun 2008 di RSUP Haji Adam Malik Medan didapatkan proporsi penderita stroke hemoragik berdasarkan umur yang tertinggi adalah kelompok umur 45-64 tahun yaitu 42,1% dan terendah kelompok umur < 45 tahun yaitu 17,6% (Sirait, 2008). Pada umumnya risiko terjadinya stroke mulai usia 35 tahun dan akan meningkat dua kali dalam tahun berikutnya. 40% berumur 65 tahun dan 13% berumur < 35 tahun (Bambang dan Suhartik, 2003).

Didapatkan hasil distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin yang sama antara laki-laki dan perempuan yaitu masing-masing sebesar 50% (39 pasien). Hal ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sofyan, Ika, dan Hamra, jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki (51,9%) namun tidak jauh berbeda dengan jenis kelamin perempuan (48,1%) (Sofyan, Ika, dan Hamra, 2012).

31

Proporsi suku lebih besar adalah suku Batak Toba yaitu sebesar 51,3% (40 pasien), sedangakan proporsi terkecil adalah suku Melayu sebesar 5,1% (4 pasien). Hal ini disebabkan oleh karena sebagian besar penderita yang berkunjung ke RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2016-2017 adalah suku batak yang terdiri dari Batak Mandailing, Batak Karo, Batak Simalungun dan Batak Toba.

Proporsi agama tertinggi adalah agama Islam yaitu 56,4% (44 pasien) dan terendah adalah agama hindu yaitu sebanyak 0% (0 pasien). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Sirait, didapatkan proporsi penderita stroke hemoragik yang tertinggi adalah agama Islam sebesar 65,5% (Sirait, 2008).

Pada penelitian ini, tingkat pendidikan terakhir pasien yang tertinggi adalah SMA sebesar 51,2% (40 pasien) sedangkan tingkat pendidikan pasien yang terendah adalah tidak sekolah 1,3% (1 pasien). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Sirait, didapatkan bahwa proporsi penderita stroke hemoragik yang tertinggi adalah berpendidikan SLTA sebesar 36,7% dan terendah adalah tidak sekolah sebesar 3,4% (Sirait, 2008).

Berdasarkan status perkawinan pasien didapatkan pasien sudah menikah sebanyak 89,7% (70 pasien), sedangkan pasien belum menikah 10,3% (8 pasien).

Hal ini sejalan dengan data umur penderita stroke hemoragik yang dirawat inap di RSUP. Haji Adam Malik Medan tahun 2016-2017 sebagian besar pada kelompok usia 45-64 tahun, di mana usia tersebut pada umumnya berstatus sudah menikah.

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan tingkat kesadaran awal

Tingkat Kesadaran Awal Frekuensi Persentase (%)

GCS 3 - 8 24 30,8

GCS 9 - 12 32 41,0

GCS 13 - 15 22 28,2

Total 78 100

Dari tabel 4.2 didapat proporsi tingkat kesadaran awal pasien terbanyak adalah GCS 9-12 sebesar 41.0% (32 pasien), dan yang paling sedikit adalah GCS 13-15 sebesar 28,2% (22 pasien).

Glasgow Coma Scale (GCS) merupakan suatu skala yang digunakan sebagai pengukuran klinis semikuantitatif dari tingkat kesadaran. Hal ini sesuai dengan

32

penelitian yang dilakukan oleh Daniel, dkk bahwa paling banyak pasien stroke hemoragik memiliki GCS 9-12 sebesar 41,18% (63 dari 153 pasien) dan sisanya memiliki GCS 3-8 dan GCS 14-15 dengan proporsi yang sama (Daniel et al., 2006).

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan faktor risiko

Faktor Risiko Frekuensi Persentase (%)

Diabetes Melitus

Ada riwayat DM 8 10,3

Tidak ada riwayat DM 70 89,7

Hipertensi

Ada riwayat Hipertensi 74 94,9

Tidak ada riwayat Hipertensi 4 5,1

Stroke

Ada riwayat Stroke 8 10,3

Tidak ada riwayat Stroke 70 89,7

Penyakit Jantung

Ada riwayat Penyakit Jantung 1 1,3

Tidak ada riwayat Penyakit Jantung 77 98,7

Total 78 100

Hasil penelitian pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa faktor risiko yang mendasari kejadian stroke paling banyak adalah riwayat hipertensi yaitu sebanyak 94,% (74 pasien) dan faktor risiko yang paling sedikit adanya riwayat penyakit jantung yaitu sebanyak 1,3% (1 pasien).

Hipertensi adalah faktor risiko stroke terkuat dari kejadian stroke. Faktor risiko meningkat seiring dengan peningkatan tekanan darah. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sofyan, Ika, dan Yusuf yang menemukan bahwa terdapat hubungan hipertensi dengan kejadian stroke (Sofyan, Ika, dan Yusuf, 2012). Hipertensi merupakan faktor risiko utama, baik pada stroke iskemik maupun stroke hemoragik. Hal ini disebabkan oleh hipertensi memicu proses aterosklerosis oleh karena tekanan yang tinggi dapat mendorong Low Density Lipoprotein (LDL) kolesterol untuk lebih mudah masuk ke dalam lapisan intima lumen pembuluh darah dan menurunkan elastisitas dari pembuluh darah tersebut (Depkes RI, 2007).

33

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan hasil CT-Scan, letak perdarahan

Hasil CT-Scan Frekuensi Persentase (%)

Letak Perdarahan

Pada penelitian ini, pada tabel 4.4 dapat di lihat dari hasil CT-Scan didapatkan lokasi perdarahan. Lokasi perdarahan yang paling banyak terjadi yaitu di ventrikel sebanyak 35,9% (28 pasien) dan perdarahan yang paling sedikit dijumpai pada lokasi lain yang tidak digolongkan yaitu sebanyak 1,3% (1 pasien).

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sirait, letak perdarahan yang tertinggi adalah di Basal ganglia sebesar 17,6% dan terendah adalah batang otak sebesar 4,0% (Sirait, 2008).

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan hasil CT-Scan, volume perdarahan

Hasil CT-Scan

Volume Perdarahan (cc)

Volume minimal 2

Volume maksimal 180

Rata-rata 36

Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil volume perdaharan tertinggi sebesar 180 cc dan volume perdarahan paling sedikit sebesar 2 cc, dengan rata-rata sebesar 36 cc.

Menurut berbagai studi, volume perdarahan intraserebral ditemukan sebagai salah satu prediktor kuat dari variabel lainnya dalam mengetahui prognosis dan outcome pasien. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Salihovic di University Clinical Centre Tuzla terdapat 31 pasien dengan volume perdarahan <29 cc, 3 pasien dengan volume perdarahan 30-60 cc, dan 2 pasien dengan volume perdarahan >60 cc (Salihovic, Smajlovic dan Omer, 2013).

34

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan penatalaksanaan

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Tatalaksana

Operatif 42 53,8

Non-operatif 36 46,2

Dari tabel 4.6 dapat dilihat proporsi pasien yang dilakukan tindakan operasi sebanyak 53,8% (42 pasien) sedangkan yang tidak dilakukan tindakan operasi sebanyak 46,2% (36 pasien). Seperti yang sudah dijabarkan pada tinjauan pustaka, indikasi operatif pada stroke hemoragik adalah apabila pendarahan yang terjadi superfisial, volume pendarahan antara 20-80 ml, penurunan status neurologis, pasien usia muda, dan terjadi midline shift serta peningkatan TIK. Pendarahan yang terjadi pada batang otak ataupun pada thalamus pada umumnya tidak dilakukan evakuasi akibat resiko dan luaran yang buruk pada pasien (Pudiastuti, 2011). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Daniel, dkk bahwa hanya 24,48% pasien stroke hemoragik yang dilakukan tindakan operasi yaitu sebanyak 38 dari 153 pasien (Daniel et al., 2006).

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan keadaan sewaktu pulang dan lama rawatan

Keadaan Sewaktu Pulang

Pulang berobat jalan (PBJ) 26 33,3

Pulang atas permintaan sendiri (PAPS) 1 1,3

Meninggal 51 65,4

Berdasarkan penelitian ini didapatkan pasien yang pulang berobat jalan (PBJ) sebanyak 33,3% (26 pasien), pasien yang pulang atas permintaan sendiri (PAPS) sebanyak 1,3% (1 pasien), dan pasien yang meninggal pada penelitian ini sebanyak 65,4% (51 pasien). Sedangkan lama rawatan pada penelitan ini rata-rata 8 hari dengan lama rawatan minimal 2 hari dan lama rawatan maksimal 56 hari.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Feigin, Derrick dan Suzanne pada tahun 2009 didapatkan tingkat mortalitas pada negara maju sebesar 50-70%

sementara dinegara berkembang sebesar 70-85% (Feigin, Derrick dan Suzanne,

35

2009). Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh perbedaan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi antara negara maju dan negara berkembang. Di negara berkembang banyak pasien datang dengan kondisi yang jelek, pengobatan hipertensi dan DM yang tidak terkontrol karena pendidikan yang kurang dan faktor sosial ekonomi. Di negara maju, peningkatan perawatan medis terhadap pasien stroke hemoragik menyebabkan lebih rendahnya tingkat kematian disbanding di negara berkembang (Chan S, Hemphill JC 3rd, 2014). Indonesia sebagai negara berkembang memiliki tingkat kematian sebesar 46,7%.

Sedangkan lama rawatan pada penelitan ini rata-rata 8 hari dengan lama rawatan minimal 2 hari dan lama rawatan maksimal 56 hari. Lama rawatan yang terpanjang 56 hari disebabkan karena pasien perlu dirawat intensif dan memerlukan pemeriksaan lanjutan setiap hari. Lama dan singkatnya waktu penderita stroke yang dirawat tergantung pada tingkat keparahan stroke, jumlah pemeriksaan yang perlu dilakukan dan pemulihan pada penderita (Felgin, 2006).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dari data yang diperoleh, adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat sebanyak 78 pasien penderita Stroke Hemoragik di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Juli 2016 – Juni 2017.

2. Berdasarkan sosiodemografi, proporsi usia tertinggi adalah kelompok usia 45-64 tahun (66,7%), jenis kelamin yang sama antara laki-laki dan perempuan yaitu masing-masing sebesar 50% (39 pasien), suku lebih besar adalah suku batak toba yaitu sebesar 51,3% (40 pasien), agama tertinggi adalah agama islam yaitu 56,4% (44 pasien), Tingkat pendidikan terakhir pasien yang tertinggi adalah SMA sebesar 51,2% (40 pasien), pekerjaan pasien tertinggi adalah IRT 24,4% (19 pasien), status perkawinan pasien didapatkan pasien yang sudah menikah sebanyak 89,7% (70 pasien),

3. Tingkat kesadaran awal yang paling banyak ditemukan pada pasien Stroke hemoragik adalah GCS 9-12 sebesar 41.0% (32 pasien).

4. Fakor risiko yang mendasari kejadian stroke paling banyak adalah riwayat hipertensi yaitu sebanyak 94,% (74 pasien).

5. Pada penelitian ini, dari hasil CT-Scan didapatkan lokasi dan volume perdarahan. Lokasi perdarahan yang paling banyak terjadi yaitu di ventrikel sebanyak 35,9% (28 pasien), volume perdaharan tertinggi sebesar 180 cc 6. Proporsi pasien yang dilakukan tindakan operasi sebanyak 53,8% (42 pasien).

7. Berdasarkan penelitian ini didapatkan pasien yang pulang berobat jalan (PBJ) sebanyak 33,3% (26 pasien), pasien yang pulang atas permintaan sendiri (PAPS) sebanyak 1,3% (1 pasien), dan pasien yang meninggal pada penelitian ini sebanyak 65,4% (51 pasien), lama rawatan maksimal 56 hari.

37

5.2 SARAN

Beberapa hal yang dapat disarankan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan antara lain:

1. Penelitian ini hanya melibatkan satu rumah sakit. Agar memperoleh data yang representatif untuk tingkat kotamadya atau propinsi, sebaiknya penelitian dilakukan pada beberapa rumah sakit.

2. Kepada bagian radiologi, perlu diterapkan suatu SOP pelaporan CT-Scan.

Pada penelitian ini data yang lengkap hanya ditemukan pada 78 pasien dari 467 pasien = 16,7%.

3. Kepada bagian rekam medis, dalam mengentri data rekam medis ke dalam komputer sebaiknya lebih teliti, agar tidak terjadi penggandaan nomor rekam medis, kesalahan dalam memasukkan kode penyakit serta lebih memperhatikan kelengkapan isi rekam medis. Sehingga dapat mempermudah pencarian data rekam medis.

4. Perlunya bagi masyarakat menerapkan perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari dan melakukan kontrol secara rutin untuk mencegah terjadinya stroke.

DAFTAR PUSTAKA

Americant Heart, 2004. Stroke Statistic. http://www.americantheart.org/

Arima H, Wang JG, Huang Y, Heeley E, et al. 2009. Significance of perihematomal edema in acute intracerebral hemorrhage: The INTERACTtrial. Neurology: 73:1963-68.

Bambang M, Suhartik K S. 2003. Pencegahan Stroke Dan Jantung Pada Usia Muda. Jakarta: Balai Pustaka FKUI.

Broderick JP, Diringer MN, Hill MD, et al. 2007. Determinants of intracerebral hemorrhage growth: An exploratory analysis. Stroke;38:1072-75.

Butcher KS, Baird T, MacGregor L, Desmond P, et al. 2004. Perihematomal edema in primary intracerebral hemorrhage is plasma derived.

Stroke;35:1879-85.

Chan S, Hemphill JC 3rd. 2014. Critical care management of Intracerebral Hemorrhage. Crit Care Clin; 30:699-717.

Daniel et al. 2006. Predicting Mortality in Spontaneous Intracerebral Hemorrhage

‘Can Modification to Original Socre Improve the Prediction?’.

Available from: www.stroke.ahajournals.org. [Accessed in: 10 Desember 2017]

Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI.

Elliott J, Smith M. 2010. The Acute Management of Intracerebral Hemorrhage: A Clinical Review. Anesthesia & Analgesia;110(5):1419-27.

Feigin, Derrick dan Suzanne. 2009. Worldwide stroke incidence and early case fatality reported in 56 population-based studies: a systematic review.

Available from: www.thelancet.com/neurology. [Accessed in: 5 December 2017].

Felgin V. 2006. Stroke. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

Flower O, Smith M. 2011. The acute management of intracerebral hemorrhage.

Current Opinion in Critical Care;17:106-114.

40

Grysiewicz RA, Thomas K, Pandey DK. 2008. Epidemiology of ischemic and hemorrhagic stroke: incidence, prevalence, mortality, and risk factors.

Neurol Clin. Nov;26(4): 871-95.

Harsono. 2003. Kapita Selekta Neurologi. Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Henderson, L. 2002. Stroke Panduan Perawatan. Jakarta: Penerbit Arcan.

Hu YZ, Wang JW, Luo BY. 2013. Epidemiological and Clinical Characteristics of 266 Cases of Intracerebral Hemorrhage in Hangzhou, China. J Zhejiang Univ Sci:496-504.

Hull A. 1993. Penyakit jantung, Hipertensi, dan Nutrisi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Joseph R. 2003. Prevalence of Stroke and Transient Ischaemic Attack in the

Elderly Population WHO, available at

http://www.who.int/infobase/report. [Accessed in: April 30 2017].

Junaidi I. 2004. Panduan Praktis Pencegahan dan Pengobatan Stroke. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan.

Lumbantobing SM. 2003. Bencana Peredaran Darah Di Otak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Lumbantobing SM. 2001. Neurogeriatri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Lumongga, F. 2006. Atherosclerosis. USU Repository. Available at repository.

usu.ac.id/handle/. [Accessed in: 28 April 2017]

Madiyono B, Suharti K, Suherman. 2003. Pencegahan Stroke dan Serangan Jantung Pada Usia Muda. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Manno EM, Atkinson JLD, Fulgham JR, Wijdicks EFM. 2005. Emerging medical and surgical management strategies in the evaluation and treatment of intracerebral hemorrhage. Mayo Clin Proc;80:420-433.

Mayer SA, Rincon F. 2005. Treatment of intracerebral haemorrhage. Lancet Neurol;4:662-672.

41

Michael LL Explaining Stroke. National Stroke Association. 2013. Explaining Stroke. Available from: www.stroke.org.uk. [Accessed in: 22 April 2015].

Morgenstern LB, Hemphill JC 3rd, Becker K, Broderick JP, Connolly ES Jr, Greenberg SM, et al. 2010. Guidelines for the management of spontaneous intracerebral hemorrhage in adults:2010 update: A guideline from the American Heart Association/American Stroke Association. Stroke;(41):2108-29

Nurzakiah B. 2000. Karakteristik Penderita Stroke Yang Di Rawat Inap Di RSUP.H. Adam Malik Medan Tahun 2000. FKM USU.

Patel C. 1995. Fighting Heart Disease: A Practical Self-Help Guide to Prevention and Treatment. 3rd Ed. Great Britain: Dorling Kindersly.

Pearson, Thomas A. et al. 1994. Primer In Preventive Cardiology. Texas :American Heart Association.

Price SA, Wilson LM. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Edisi 6. Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Pudiastuti. 2011. Penyakit Pemicu stroke. Yogjakarta: Nuha Medika.

Salihovic Denisa, Smajlovic dan Omer. 2013. Does the volume and localization of Intracerebral Hematoma Affect Short-Term Prognosis of Patients with Intracerebral Hemorrhage?. Available at www.hindawi.com [Accessed in: 5 Dec 2017]

Sirait, Mustafa. 2008. Karakteristik Penderita Stroke Hemoragik yang di Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2007-2008. FK USU.

Sjoblom L, Hardemark HG, Lindgren A, Norrving B, Fahlen M, Samuelsson M, et al. 2001. Management and prognostic features of intracerebral hemorrhage during anticoagulant therapy: A Swedish multicenter study.

Stroke;32:2567-74.

Soeharto I. 2004. Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya Dengan Lemak dan Kolesterol. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sofyan, Ika, dan Yusuf. 2012. Hubungan Umur, Jenis Kelamin dan Hipertensi dengan Kejadian Stroke. Sulawesi: FK UHO.

Stroke Association. 2010. Converging Risk Factors. Available at www.strokeassosiation.org. [Accessed in: 8 Mei 2017].

42

Stroke Association. 2015. Stroke Statistic January 2015 Stroke Association.

Stroke Association. 2015. Stroke Statistic January 2015 Stroke Association.

Dokumen terkait