• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pengertian upaya

“Upaya adalah usaha; akal; ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan mencari jalan keluar.”8 Upaya juga diartikan sebagai usaha untuk melakukan suatu hal atau kegiatan yang bertujuan.

Sedangkan arti upaya menurut kamus umum bahasa indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta yaitu: usaha; ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dsb); daya upaya: -- menegakkan keamanan patut dibanggakan; ber·u·pa·ya v mencari upaya (akal); berusaha; berikhtiar: ia harus ~ meningkatkan prestasinya; meng·u·pa·ya·kan v mengusahakan; mengikhtiarkan; melakukan sesuatu untuk mencari akal (jalan keluar dsb): Amerika Serikat bersedia ~ perundingan untuk perdamaian dunia; ter·u·pa·ya v dapat diupayakan: tidak ~ , tidak sanggup; peng·u·pa·ya·an n proses, cara, perbuatan mengupayakan; se·u·pa·ya-u·pa·ya, se·u·pa·ya-u·pa·ya·nya advsedapat-dapatnya; sebisanya.9

Upaya yang dimaksud penulis disini adalah bentuk upaya orang tua untuk mensukseskan pelaksanaan shalat 5 waktu dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian upaya orang tua adalah usaha yang dilakukan oleh orang tua dalam mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai.

8

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka, 2007. h. 1250.

9

Kamus Umum Bahasa Indonesia/Susunan W.J.S Poerwadarminta diolah kembali oleh Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. Edisi III, Cetakan ke-7. Jakarta: Balai Pustaka. 2010. h. 1345.

2. Pengertian dan Peran orang tua

Dalam penggunaan Bahasa Inggris, istilah orang tua dikenal dengan sebutan “parent”.10 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah orang tua diartikan:

a. Ayah dan ibu kandung

b. Orang-orang tua atau orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli, dan sebagainya)

c. Orang-orang yang dihormati (disegani).

Sedangkan dalam Bahasa Arab, istilah orang tua dikenal dengan sebutan “ ” (al-waalidaen).11 Orang tua adalah pria dan wanita yang berjanji dihadapan Allah SWT dalam pernikahan untuk hidup sebagai suami istri dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya. Ini berarti bahwa pria dan wanita yang terikat dalam pernikahan siap sedia untuk menjadi orang tua.

Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat dalam bukunya “Ilmu JiwaAgama”, menyebutkan bahwa orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak.

Orang tua adalah menjadi kepala keluarga; keluarga adalah sebagai persekutuan hidup terkecil dari masyarakat negara yang luas. Pangkal ketentraman dan kedamaian hidup adalah terletak dalam keluarga. Keluarga harus mendapat pimpinan ayah dan ibu sebagai kepala dwitunggal yang mempunyai tanggung jawab, atas demikian juga Islam memerintahkan kepada orang tua untuk berlaku sebagai kepala dan pemimpin kekeluarganya.

10

Adi Gunawan.Kamus Lengkap Inggris-Indonesia. Surabaya: Kartika, 2002. h.274 11

Dari pengertian tersebut menunjukkan bahwa orang tua adalah sepasang suami istri yang terkait secara pernikahan kemudian mempunyai beberapa keturunan (anak), untuk selanjutnya disebut sebagai pemimpin bagi anak-anaknya, serta melaksanakan tugas untuk memberi pengarahan sampai mereka dewasa dan hidup mandiri.

Peran orang tua dalam mendidik anak sangat penting, mengasuh dan membimbing anak-anak mereka untuk mencapai tahapan tertentu. 12Peran orang tua adalah sebagai penyelamat anak dunia dan akhirat, khususnya dalam menumbuhkan niat agar anak sadar akan betapa pentingnya shalat bukan tugas yang ringan.

Dalam pembahasan ini, penulis akan menjelaskan tiga peranan orang tua dalam mendidik anak, yaitu:

a. Peran orang tua sebagai suri tauladan

Seringkali anak cenderung memandang orang tua sebagai model dalam melakukan peran sebagai orang tua, sebagai suami atau istri, atau model hidup sebagai anggota masyarakat, oleh sebab itu untuk membawa anak kepada kedewasaan, orang tua harus memberi teladan yang baik karena anak suka meniru apa yang dilakukan orang tua.13

Orang tua yang shaleh merupakan contoh suri tauladan yang baik bagi perkembangan anak, jiwa, pribadi, maupun pembentukan perilaku anak. Apabila orang tua membiasakan diri untuk berperilaku dan berakhlak baik, taat kepada Allah, menjalankan syariat agama, serta memiliki jiwa sosial, maka dalam diri anak akan timbul dan berbentuk sifat yang ada pada orang tuanya, karena ia akan meniru dan mencontoh apa yang ia lihat dalam kehidupan sehari-hari dari tingkah laku orang tuanya.

12

Subhan Husain Albari.Agar Anak Rajin Shalat...h 19 13

b. Peran orang tua sebagai pendidik

Orang tua juga berperan dalam mendidik anak dan mengembangkan kepribadiannya, karena pada dasarnya pendidikan anak adalah tanggung jawab orang tua, namun pengaruh dan akibatnya amat besar terutama pada tahun-tahun pertama dari kehidupan anak atau pada masa balita (di bawah lima tahun). Pada umur tersebut pertumbuhan kecerdasan anak masih terkait kepada panca inderanya dan belum bertumbuh pikiran logis atau maknawi (abstrak), atau dapat dikatakan bahwa anak masih berpikir inderawi.

Model pendidikan agama dalam keluarga dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, dengan menampilkan penghayatan atau perilaku keagamaan yang sungguh-sungguh. Kedua, pengadaan sarana ibadah. Ketiga, hubungan sosial yang baik antara anggota keluarga dan lembaga keagamaan.

Dalam hal mendidik anak, orang tua perlu memperhatikan beberapa hal. Pertama, jika anak dididik dengan semangat maka ia akan belajar percaya diri. Kedua, jika anak dididik dengan toleransi maka ia akan belajar kesabaran. Ketiga,jika anak dididik dengan pujian maka ia akan belajar mengapresiasi.14 c. Peran orang tua sebagai motivator

Motivasi merupakan dasar tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Motivasi adalah unsur penting dalam tarbiyah dan tidak boleh disepelekan. Memberi dorongan kepada anak memainkan peranan penting dalam jiwa, memicu gerak positif konstruktif dan mengungkap potensi dan jati dirinya yang terpendam. Sebagaimana ia dapat meningkatkan kontinuitas kerja dan mendorongnya untuk terus maju ke arah yang benar.

Motivasi memiliki peran besar bagi anak kecil sehingga akan terus menerus dilakukan, membantu selalu mengetahui hobi anak-anak, kemampuan dan kekuatan mereka, diantara motivasi yang bermanfaat adalah

14

memberi semangat kepada anak untuk melakukan hal-hal yang baik yang baik dalam mengarahkan kepada komitmen dan berpegang teguh kepada nilai ajaran agama, seperti memberi buku-buku islami, mengajak hadir ke majlis ulama, khutbah dan seminar.

Untuk menuntun anak supaya senang shalat, hendaknya orang tua terlebih dahulu berusaha menjadi orang yang juga senang melaksanakan shalat. Bagaimana mungkin kita akan sukses memotivasi anak supaya senang shalat, tapi kita sendiri sebenarnya benci shalat, alias menjadikan shalat sebagai kewajiban yang amat memberatkan.15

Sebagai orang tua, hendaknya kita menyadari kedudukan shalat dalam islam. Dengan menyadari kedudukan shalat ini, kita pun memiliki perhatian kepada pelaksanaan shalat. Kedudukan shalat dalam islam, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Shalat merupakan rukun islam yang kedua.

2. Shalat sebagai Tiang agama, Apabila islam diibaratkan sebagai bangunan, maka shalat merupakan tiang bagi bangunan tersebut. Apa jadinya sebuah bangunan, apabila tiangnya lemah, apalagi sampai roboh? Tentu saja bangunan itu pun akan ikut roboh, dan hancur berantakan.Sebaliknya, apabila seseorang itu malas melaksanakan shalat, maka agamanya dalam keadaan lemah. Disadari maupun tidak, diakui maupun tidak, sesungguhnya orang seperti ini relatif susah untuk diajak berbuat baik secara ikhlas. Inilah tanda utama adanya sifat munafik pada diri seseorang.

3. Shalat merupakan amal yang pertama kali akan diperhitungkan pada hari kiamat.

4. Shalat merupakan amal yang paling dicintai Allah.

15

5. Shalat itu memiliki manfaat untuk menghilangkan dosa-dosa kita, sebagaimana air menghilangkan kotoran yang melekat pada diri kita. 6. Shalat merupakan kunci surga.16

Setelah menyadari akan kedudukan shalat dalam islam, sebagai orang tua hendaknya menindaklanjuti kesadaran ini dengan mempelajari tata cara shalat yang benar. Hal ini memdesak untuk kita lakukan, mengingat orang tua merupakan guru pertama bagi anak-anak, khususnya sebelum mereka masuk sekolah.

Ada orang tua yang memiliki harapan besar, anak-anaknya bisa rajin shalat, tetapi dia sendiri malas mendirikan shalat.“Orang tua adalah sosok yang sangat berpengaruh terhadap sifat dan kebiasaan seorang anak. Jika orang tua berakhlak dengan perilaku yang baik, maka anak akan meniru sifat-sifat positif tersebut. Namun jika perilaku orang tua buruk, misalnya tidak konsisten antara ucapan dengan perbuatan, maka hal tersebut akan memberikan dampak yang negatif bagi sang anak.”17

Orang tua memiliki pengaruh yang amat luar biasa dalam jiwa anak-anak. Sampai-sampai Rasulullah SAW pun menjelaskan bahwa orang tua merupakan pribadi yang menentukan agama seorang anak. Dari Abu Hurairoh r.a, Rasulullah SAW bersabda:

.

)

(

16

Ahda Bina. Jurus Jitu agar Anak Rajin Shalat, Cepat Hafal Al-Qur’an, dan Berbakti

kepada Orang Tua. Surakarta: Ahad Books, 2013. h. 41. 17

Artinya: “Dari (Abu) Hurairah ra. Dia berkata: Rasulullah SAW

bersabda: tidak ada seorang anakpun kecuali ia dilahirkan menurut fitrah. kedua orang tua nyalah yang akan menjadikan yahudi, nasrani, dan majusi

sebagaimana binatang melahirkan binatang dalam keadaan sempurna.”(HR. Bukhari dan Muslim).

“Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita sebagai orang tua memiliki perhatian yang lebih kepada pendidikan anak-anak, sehingga mereka menjadi anak-anak yang mencintai shalat, dan berbakti kepada orang tua.”18

Agar dapat memperoleh jaminan bahwa anak-anak kita merupakan pribadi yang diridhai oleh Allah SWT adalah mereka memperoleh ridha orang tuanya. Rasulullah SAW bersabda:

:

,

)

(

Artinya: Dari Abdullah bin 'Amr beliau berkata; Rasulullah SAW bersabda;“ridha Allah bersama ridha kedua orang tua dan murka Allah bersama murka kedua orang tua.”(HR. Baihaqi)

Sabda Rasulullah SAW tersebut juga bermaksud bahwa sebagai orang tua memiliki tanggung jawab penuh untuk mengarahkan anak-anak untuk menjadi anak yang berbakti kepada orang tua. Berbaktinya seorang anak kepada orang tua, merupakan salah satu tanda keberhasilan orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Sebaliknya, tidak berbaktinya seorang anak kepada orang tua merupakan salah satu tanda kegagalan orang tua dalam melaksanakan tugasnya.

“Oleh karena itu, sebagai orang tua, kita memiliki tanggung jawab untuk memberikan pendidikan yang terbaik kepada anak-anak, sehingga mereka menjadi

18

Ahda Bina. Jurus Jitu agar Anak Rajin Shalat, Cepat Hafal Al-Qur’an, dan Berbakti

anak-anak yang berbakti. Hendaknya kita melaksanakan tugas ini dengan baik lebih dulu, sebelum menuntut hak bakti dari anak-anak kita.”19

3. Tugas dan kewajiban orang tua terhadap anak

Tugas dan tanggung jawab orang tua untuk mengasuh dan mendidik anak sejak masa bayi bukanlah suatu usaha yang mudah. Orang tualah yang bertanggung jawab membentuk masa depan anak-anak mereka. Hal tersebut bukanlah soal kecil, karena berhasil atau gagal dalam tanggung jawab ini berarti membawa pengaruh yang luas, baik dalam lingkungan keluarga itu sendiri maupun kepada masyarakat dan bangsa.

“Peran orang tua dalam pendidikan keluarga adalah menumbuhkan suasana kondusif untuk tumbuh kembang anak atas kebebasannya, mewujudkan sosialisasi mencapai kemandirian. Situasi pendidikan diwarnai oleh adanya sikap pendidikan yang melindungi anak dalam permasalahan secara emosional, mental, dan fisik”.20

Anak adalah amanah Allah SWT, maka orang tua wajib menjaga keselamatan lahir dan kesucian batinnya. Orang tua pun wajib mengupayakan biaya yang cukup untuk keperluan jasmani anak-anaknya, tetapi yang lebih penting adalah berusaha mencerdaskan anak dan memperbaiki budi pekertinya. Dengan kata lain, pola pendidikan orang tua terhadap anak-anak adalah keserasian antara pemenuhan kepentingan dan kebutuhan jasmani dengan pendidikan keagamaan serta keluhuran budi pekertinya.

Pembinaan anak dalam beribadah dianggap sebagai penyempurnaan dari pembinaan akidah. Karena semakin tinggi nilai ibadah yang ia miliki, akan semakin tinggi pula keimanannya.

Masa kecil anak bukanlah masa pembebanan atau pemberian kewajiban, tetapi merupakan masa persiapan, latihan dan pembiasaan, sehingga ketika

19

Ahda Bina.Jurus Jitu agar Anak Rajin Shalat...,h. 16 20

mereka sudah memasuki masa dewasa, yaitu pada saat mereka mendapatkan kewajiban dalam beribadah, segala jenis ibadah yang Allah wajibkan dapat mereka lakukan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, karena sebelumnya mereka sudah terbiasa melakukan ibadah-ibadah tersebut.

Teknis mengajarkan shalat kepada anak bisa dilakukan dengan cara: a. Mengajak anak shalat bersama-sama ketika mereka masih kecil

(sekitar umur dua sampai empat tahun)

b. Mengajarkan bacaan dan tata cara shalat yang benar, ketika mereka berumur sekitar lima tahun sampai tujuh tahun.

c. Mengecek dan memantau bacaan serta tata cara shalat yang dilakukan anak.

d. Mengingatkan anak untuk senantiasa mendirikan shalat kapan pun, di mana pun dan bagaimana pun keadaannya

e. Membiasakan mereka untuk melaksanakan shalat berjama’ah, baik di rumah maupun di masjid

f. Selain shalat, orang tua juga harus mengajarkan, melatih dan membiasakan melaksanakan ibadah-ibadah lain dalam islam, seperti puasa, zikir, doa dan lain-lain.

“Wahai ayah ibu, anda bertanggung jawab atas pembentukan sebuah keluarga muslim. Kewajiban pertama yang harus dilakukan adalah mengubah rumah menjadi rumah muslim yang taat kepada Allah, Rabb semesta alam. Betapa bahagia hidup di dalam rumah yang semua penghuninya bersujud kepada Allah SWT, Rabb semesta alam.”21

Orang tua adalah sosok yang sangat berpengaruh terhadap sifat dan kebiasaan seorang anak. Jika orang tua berakhlak dengan perilaku yang baik,

21

Mustafa Abul Muathi.Ingin Anak Anda Rajin Shalat?. Jogjakarta: PT. Aqwam Media Profetika, 2012 h. 27

maka anak akan meniru sifat-sifat positif tersebut. Namun jika peran orang tua buruk, maka hal tersebut juga akan memberikan dampak yang negatif bagi sang anak.

Sebagai kewajiban paling utama dalam islam, shalat benar-benar memperoleh perhatian yang istimewa. Bukan hanya orang tua, anak-anak pun sudah harus dibiasakan shalat secara tertib. Hal ini memberikan isyarat akan bahaya yang serius atas pengabaian shalat, meskipun yang mengabaikan shalat ini masih anak-anak. Dengan kata lain, orang tua hendaknya jangan sampai melalaikan tugas untuk memantau perhatian anak terhadap rukun islam yang kedua ini.22

“Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar dalam mendidik, mengasuh, dan membimbing anak-anak mereka untuk mencapai tahapan tertentu. Selain itu orang tua juga bertanggung jawab dalam menyiapkan anak mereka agar dapat hidup bermasyarakat.”23

Disiplin dalam keluarga sebenarnya berkenaan dengan perumusan anggota keluarga tentang yang benar dan tidak benar, yang terkait dengan peraturan dan harapan yang telah ditentukan berhubungan dengan situasi dan tingkah laku tertentu. Oleh karena itu, setiap anggota keluarga menuntut dapat diterimanya peraturan itu dengan akal sehat dan perasaan yang ikhlas sesuai dengan norma yang berlaku di dalam lingkungannya.

Sebagaimana kita maklumi, Rasulullah SAW merupakan sosok yang amat penuh kasih. Namun, ketika berhadapan dengan kewajiban shalat, beliau menunjukkan sikap yang amat tegas. Beliau memberikan batas waktu paling lambat bagi orang tua untuk mengajari anak shalat adalah pada usia tujuh tahun.

Bahkan bila anak enggan shalat, atau bermalas-malasan shalat, beliau memberikan perintah kepada orang tua untuk memukulnya. Semua itu menunjukan betapa serius Rasulullah SAW memberikan perhatian kepada shalat, termasuk pendidikan shalat untuk anak.

22

Ahda Bina.Jurus Jitu agar Anak Rajin Shalat...,h. 27 23

Mengajari anak-anak untuk senang melaksanakan shalat berarti kita telah mengajari mereka untuk selalu dekat kepada Allah SWT. Karna, hakikat shalat adalah menghadapkan kepada-NYA. Bahkan Allah pun menghadapkan wajahnya kepada orang yang melaksanakan shalat.

“Dengan demikian, anak-anak yang senang melaksanakan shalat merupakan anak-anak yang selalu dekat kepada Allah SWT. Bila tela demikian adanya, kita sebagai orang tua pun akan senantiasa dalam suasana hati yang nyaman dan tenang, bahwa mereka senantiasa dalam bimbingan Allah SWT, menuju kebahagian dan keselamatan, baik didunia maupun diakhirat.”24

Cara untuk membiasakan anak agar senantiasa melaksanakan shalat saat berada di luar pengawasan orang tua adalah tidak jauh berbeda dengan langkah-langkah yang telah disebutkan sebelumnya. Berikan penyadaran kepada sang anak bahwa kapan dan di mana pun Allah SWT selalu bersama dan mengawasi kita.

“Jika anak-anak keluar rumah, sarankan agar mereka membawa perlengkapan shalat. Untuk anak perempuan, bawalah mukena, dan untuk anak laki-laki membawa kopiah maupun kain sarung.”25 Jika mereka merasa keberatan atau tidak memungkinkan membawa perlengkapan shalat, ingatkan agar selalu mengenakan pakaian yang suci dari najis. Sehingga ketika waktu shalat tiba, mereka tidak kesulitan dalam melaksanakan shalat dan terhindar dari hal-hal yang meragukan kesucian pakaian yang dikenakan.

“Lingkungan keluarga merupakan media pertama dan utama yang secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku dalam perkembangan anak. Disiplin dalam keluarga berorientasi pada kewajiban orang tua dalam mendidik anak dengan menanamkan disiplin pribadi sejak dini, yaitu taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.”26

24

Ahda Bina.Jurus Jitu agar Anak Rajin Shalat...,h. 18. 25

Subhan Husain Albari.Agar Anak Rajin Shalat. h. 114

26

Pendidikan keluarga secara potensial berakar dari pergaulan, khususnya antara orang tua dan anak. Jadi, setiap pergaulan tersebut adalah suatu lapangan persiapan untuk berubah menjadi situasi pendidikan dimana kegiatan mendidik dilandasi oleh nilai moral tertentu. Dalam proses pendidikan setiap orang tua wajib mengembangkan potensi anak.

Bila orang tua dalam upaya menjadikan anak sesuai dengan apa yang dipersyaratkan dengan sengaja, maka seringkali anak berbuat sebaliknya dan tidak mengikuti apa yang sudah dipersyaratkan oleh orang tua. Ini karena anak merupakan individu yang ingin menjadi dirinya sendiri. Oleh karena itu, orang tua dalam strateginya harus tidak terlalu menonjolkan kemauannya, melainkan merencanakan hal yang ingin dicapai.27

“Bila orang tua mengabaikan kewajiban untuk memantau perhatian anak terhadap shalat, maka akan timbul beberapa pengaruh negatif kepada anak-anak, diantaranya: anak mengabaikan hubungannya dengan sang khalik dan anak terbiasa mengabaikan kewajiban.”28

Selama masih hidup kita memiliki kesempatan untuk memperbanyak amal kebajikan sebagai sarana untuk memperoleh pahala sebanyak-banyaknya. Namun bila telah mati, kesempatan tersebut akan tinggal kenangan belaka.

“Anak merupakan salah satu lahan amal kebajikan yang bepotensi untuk terus-menerus memberikan pahala kepada orang tuanya, meskipun orang tua tersebut telah meninggal dunia. Anak yang saleh, bila rajin mendoakan orang tuanya, maka dia akan menjadi lahan yang akan terus-menerus mengalirkan pahala.”29

27

Conny Semiawan.Penerapan Pembelajaran Pada Anak..., h.58

28

Ahda Bina.Jurus Jitu agar Anak Rajin Shalat...,h. 27-28 29

B. Mensukseskan Pelaksanaan Salat 5 Waktu 1. Pengertian sukses

“Sukses adalah suatu kata yang mengandung makna keberhasilan dalam melaksanakan sesuatu. Kata sukses mampu membuat seseorang bahagia, ceria, dan penuh kebanggaan. Orang yang sukses dalam studi selalu menjauhkan sikap ragu dari dalam dirinya. Mereka percaya pada diri mereka sendiri.”30

2. Pengertian shalat

Shalat menurut pengertian bahasa adalah doa. Pengertian ini antara lain terlihat dari firman Allah:

...

)

/

:

(

Artinya: ... dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka(QS At-Taubah/9:103).

“Shalat menurut pengertian istilah ialah suatu ibadah yang mengandung perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam. Shalat disyari’atkan pada malam Isra’ Mi’raj. Hukumnya adalah fardhu’ain bagi setiap orang muslim yang mukallaf, yang ditetapkan dengan dalil Alquran, sunnah dan ijma.”31

Salah satu nilai shalat yang dapat diaplikasikan untuk mencapai kesuksesan dalam bekerja adalah penetapan waktu-waktunya. Sebab Allah SWT telah menetapkan waktu-waktu shalat, dan telah membimbing Nabi Muhammad

30

Syaiful Bahri Djamarah.Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002. h. 8

31

SAW dalam pelaksanaannya. Setelah shalat menjadi kewajiban umat islam sehari-hari Malaikat Jibril menemui Nabi Muhammad SAW untuk memberi bimbingan tentang batas-batas waktunya.32

Shalat selalu dikaitkan dengan zikir (ingat) kepada Allah, kesucian diri dan dengan ibadah-ibadah lainnya. shalat juga merupakan hal terakhir yang lenyap dari agama, dengan hilangnya shalat berarti hilang pulalah agama secara keseluruhan.33

Shalat dalam ajaran islam mempunyai kedudukan yang sangat penting, terlihat dari pernyataan-pernyataan yang terdapat pada Quran dan sunnah, yang

Dokumen terkait