• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya orang tua dalam mensukseskan pelaksanaan shalat 5 waktu di SDN Meruya Selatan 01 Pagi Jakarta Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya orang tua dalam mensukseskan pelaksanaan shalat 5 waktu di SDN Meruya Selatan 01 Pagi Jakarta Barat"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam Jenjang Pendidikan Strata Satu (S-1)

Oleh:

MELLY AMALIA 1810011000085

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2008.

Albari, Subhan Husain.Agar Anak Rajin Shalat. Jogjakarta: Diva Press, 2011.

Ardani,.Fikih Ibadah Praktis. Jakarta: Gaya Medika Pratama, 2000

Bina, Ahda.Jurus Jitu agar Anak Rajin Shalat, Cepat Hafal Al-Qur’an, dan

Berbakti kepada Orang Tua. Surakarta: Ahad Books, 2013.

Bungin, Burhan.Metodologi Penelitian Kuantitatif.Jakarta: Kencana, 2009.

Cowan, Milton. Hans Wehr A Dictionary Of Modern Written Arabic. London: Otto Harrassowitz. 1979.

Daradjat, Zakiyah dkk.Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta: PT. Bulan Bintang. 1983.

Djamarah,. Syaiful Bahri.Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.

Gunawan, Adi.Kamus Lengkap Inggris - Indonesia. Surabaya: Kartika, 2002.

Ismail Al-Muqaddim, bin Muhammad bin Ahmad.Masihkah Engkau Berani Meninggalkan Shalat. Solo: Kafilah Publishing. 2013.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka, 2007.

Kamus Umum Bahasa Indonesia/Susunan W.J.S Poerwadarminta diolah kembali oleh Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. Edisi III, Cetakan ke-7. Jakarta: Balai Pustaka. 2010.

Muathi, Mustafa Abul.Ingin Anak Anda Rajin Shalat?. Jogjakarta: PT. Aqwam Media Profetika, 2012

(3)

Semiawan, Prof. Dr. Conny.Penerapan Pembelajaran Pada Anak. Jakarta: PT Indeks,2008.

Sujiono, Anas.Pengantar Statistik Pendidikan.Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006.

Usman, Dr. Husaini M.Pd.Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Wasito, Drs. Hermawan.Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 1993.

(4)

ii

Tempat/Tgl.Lahir : Jakarta, 30 Agustus 1988

NIM : 1810011000085

Jurusan / kelas : P.A.I / C

Alamat : Jl. I kebon jeruk rt.008 rw.01 no.63b jakarta barat 11530

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi ini yang berjudul Upaya Orangtua dalam Mensukseskan Pelaksanaan Shalat 5 Waktu di SDN Meruya Selatan 01 Pagi Jakarta Barat adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Dosen pembimbing : Drs. Anshori, M.A

NIP : 195704061994031001

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 07 September 2014 Yang Menyatakan

(5)
(6)
(7)

v Meruya Selatan 01 Pagi Jakarta Barat.

Kata Kunci : Upaya Orang Tua, Pelaksanaan Shalat 5 Waktu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya orang tua dalam mensukseskan pelaksanaan shalat 5 waktu di SDN Meruya Selatan 01 Pagi jakarta barat. Obyek penelitian ini yaitu wali murid SDN Meruya Selatan 01 Pagi Jakarta Barat. Penelitian ini diharapkan berguna untuk para orangtua murid maupun sekolah agar menjadi acuan bagaimana penting pendidikan agama khususnya pendidikan shalat bagi anak-anak dalam membentuk kepribadian anak yang berahlak mulia.

Penelitian ini menggunakan metode deskriftif analis dengan mengumpulkan data, mendeskripsikan data dan mengalisa data mengenai berbagai upaya orangtua terhadap pendidikan shalat yang diterapkan kepada anak-anaknya.

Pengumpulan data dengan cara menyebar angket sebanyak 15 pertanyaan kepada responden terpilih dari populasi 113 siswa. Penulis mengambil 50 orang yang dijadikan sampel dan sebagai obyek utama..

(8)

vi

Syukur Alhamdulillah, penulis sanjungkan kehadirat Allah SWT. Dengan segala rahmat dan hidayah-Nya, membukakan jalan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “UPAYA ORANGTUA DALAM MENSUKSESKAN PELAKSANAAN SHALAT 5 WAKTU DI SDN MERUYA SELATAN 01 PAGI JAKARTA BARAT”. Sholawat dan salam penulis sampaikan keharibaan baginda Nabi Muhammad SAW. Beserta para keluarganya, sahabatnya sampai kepada kita selaku umatnya, dan semoga syafaat yang sangat didambakan umat manusia akan kita dapati pada hari yang sangat menentukan itu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kekhilafan dalam skripsi ini, baik yang berupa tulisan maupun hasil dari penelitian yang tertuang didalamnya. Ini semua karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki.

Ada banyak bantuan dan peran dari semua pihak yang sangat berarti di dalam penulisan skripsi ini, karena peran serta dan bantuan mereka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Maka, dari itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A., Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Nurlena, M.A, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(9)

vii

7. Kepada seluruh saudara, sahabat dan teman, khususnya teman seperjuangan Dual Mode System Kelas PAI/C karena telah memberikan bantuan/dukungan/ serta saling mendoakan untuk kelancaran penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Jakarta, 07 September 2014

(10)

viii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBINGAN ...iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...iv

ABSTRAK ...v

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL ...ix

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...6

C. Pembatasan Masalah ...7

D. Perumusan Masalah …...…...7

E. Tujuan Penelitian ...7

F. Kegunaan Penelitian ………...…………...7

BAB II. KERANGKA TEORI A. Upaya Orang Tua 1. Pengertian upaya...9

2. Pengertian dan Peran orang tua ...10

(11)

ix

3. Proses pendidikan shalat bagi anak ...25

C. Kerangka Berfikir ...27

D. Hasil Penelitian Yang Relevan ...30

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...33

B. Metode Penelitian ...33

C. Populasi dan Sampel ...33

D. Tehnik Pengumpulan Data ...34

E. Pengolahan Data dan Analisa ...36

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ...39

B. Analisa Data ...55

C. Penafsiran Data/Interpretasi Data ...56

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ...59

B. Saran ...60

(12)

x

2. Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Penganut Agama ... 42

3. Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Responden ... 43

4. Tabel 4.3 Pekerjaan Responden ... 43

5. Tabel 4.4 Membimbing Anak Shalat Sejak Usia Dini ... 45

6. Tabel 4.5 Mengontrol Anak Terhadap Pendidikan Agama Islam .... 46

7. Tabel 4.6 Mengingatkan Anak, Bila Waktu Shalat Telah Tiba ... 47

8. Tabel 4.7 Menegur Anak Yang Tidak Shalat ... 48

9. Tabel 4.8 Kebiasaan Orangtua Melaksanakan shalat 5 waktu... 48

10. Tabel 4.9 Pujian Terhadap Anaknya Yang Shalat Penuh 5 Waktu .. 49

11. Tabel 4.10 Mengajak Anak Shalat Berjamaah Ke Masjid Atau Musalla ... 50

12. Tabel 4.11 Shalat Berjamaah Bersama Keluarga ... 51

13. Tabel 4.12 Membimbing Shalat Terhadap Anak-Anak ... 52

14. Tabel 4.13 Membangunkan Anak Untuk Shalat Subuh ... 52

15. Tabel 4.14 Laporan Orangtua Kepada Guru Pendidikan Agama Islam Tentang Anak Yang Tidak Shalat ... 53

16. Tabel 4.15 Menyediakan Tempat Shalat Di Rumah ... 54

17. Tabel 4.16 Perlengkapan Shalat Di Rumah ... 54

(13)
(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Shalat merupakan rukun Islam yang kedua. Oleh karena itu, orang tua perlu memberikan pendidikan shalat kepada anaknya sejak kecil agar dewasa nanti mereka dapat mengamalkannya sendiri dan dapat bertanggung jawab atas kewajibannya.

“Shalat dalam Islam apabila ditelusuri dalam Alquran dan Hadist

mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dibandingkan ibadah-ibadah lainnya. Shalat merupakan tiang agama Islam. Islam tidak dapat tegak kecuali dengan shalat.”1Hal ini dijelaskan Rasullullah SAW, dalam hadis berikut ini:

:

)

(

Artinya : “Dari (Abu) Hurairah ra. Dia berkata: Rasulullah SAW

bersabda: “Shalat merupakan tiang agama, barangsiapa yang mendirikannya,

maka sungguh ia telah mendirikan agama dan barang siapa yang menghancurkannya, maka ia telah menghancurkan agama”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Cara mengajarkan anak untuk beribadah shalat sejak kecil memang gampang gampang susah. Apalagi jika kita adalah keluarga baru dan baru memiliki anak pertama. Selain faktor tersebut, fakta bahwa anak anak tidak bisa

1

(15)

dikerasi dan juga anak anak memang lebih suka bermain akan membuat proses mengajarkan beribadah menjadi sedikit lebih sulit.

Sebagaimana peribahasa, buah jatuh memang tidak akan jauh dari pohonnya. Jadi jika orang tua mengajarkan yang baik baik serta memberikan contoh untuk beribadah dengan rajin dan taat. Maka tentulah hal tersebut akan dicontoh oleh sang anak sehingga anak kita juga akan mulai belajar untuk beribadah sejak dini.

Namun, meskipun para orang tua sudah mengerti bagaimana cara mengajarkan anak untuk ibadah shalat sejak kecil. Terkadang hal ini tetap saja menjadi masalah dan kita akan mendapati fakta bahwa anak kita akan tetap susah diajak untuk beribadah shalat.

Salah satu tugas penting orang tua adalah memperkenalkan kemukjizatan shalat terhadap anak sedini mungkin. Sehingga seorang anak betul-betul mengerti dan paham tentang manfaat dari shalat yang dikerjakan.

Shalat merupakan aktifitas seorang muslim dalam rangka menghadapkan wajahnya kepada Allah, Dzat yang maha suci. Shalat yang dilakukan secara tekun dan konsisten dapat menjadi alat pendidikan rohani yang efektif dalam memperbarui dan memelihara jiwa manusia serta memupuk pertumbuhan kesadaran.

Shalat menjadikan manusia bersikap disiplin, pandai menghargai waktu, dan teratur dalam menjalani hidup. Kewajiban shalat lima waktu dalam sehari semalam (24 jam) akan membimbing manusia yang menjadi pribadi yang mampu menghargai dan menghormati waktu. Sehingga, ia tidak mudah menghamburkan waktu untuk sesuatu yang tidak ada manfaatnya.2

Upaya membentuk kepribadian anak dalam naungan islam memang sering mengalami kendala. Perlu disadari, betapapun besar dan beratnya kendala yang terjadi, namun orang tua harus menghadapinya dengan sabar serta menjadikan kendala-kendala tersebut sebagai tantangan dan ujian.

2

(16)

Setidaknya, ada dua kendala dan tantangan dalam mendidik anak, yakni tantangan yang bersifat internal dan tantangan yang bersifat eksternal. Sumber tantangan internal yang utama adalah orang tua, misalnya ketidakcakapan orang tua dalam mendidik anak atau ketidakharmonisan suasana rumah tangga.

Tantangan atau kendala eksternal bisa saja bersumber dari lingkungan rumah tangga, misalnya interaksi dengan teman bermain dan kawan sebayanya, di samping itu peran media massa sangat berpengaruh terhadap perkembangan tingkah laku atau kepribadian anak. Adapun bahaya meninggalkan shalat yang harus orang tua tanamkan dalam diri anak yaitu dengan mengetahui bahaya apa saja yang akan terjadi bila meninggalkan shalat. Barang siapa yang (sengaja) meninggalkan solat fardhu lima waktu, diantaranya:

Subuh Allah Ta’ala akanmenenggelamkannya kedalam neraka Jahannam selama 60 tahun hitungan akhirat. (1 tahun diakhirat=1000 tahun didunia=60,000 tahun). Dhuhur-Dosa sama seperti membunuh 1000 orang muslim.

Asar-Dosa seperti menghacurkan Ka’bah.

Maghrib-Dosa seperti berzina dengan ibu-bapak sendiri.

Isya’ -Allah Ta’ala akan berseru kepada mereka: “Hai orang yang meninggalkan sholat Isya’, bahwa Aku tidak lagi ridha’ engkau tinggal dibumiKu dan menggunakan nikmat-nikmatKu, segala yang digunakan dan dikerjakan adalah berdosa kepada Allah Ta’ala”.

Meninggalkan shalat akan membuat hati menjadi gelap dan wajah pun tampak menjadi murung. Ketaatan yang melahirkan kedamaian dalam hati adalah cahaya. Kemaksiatan yang membuat hati tidak tentram adalah kegelapan. Jika hati semakin gelap, maka jiwa akan semakin terjerat dalam kegalauan. Pada akhirnya, seseorang yang meninggalkan shalat akan tersesat tanpa disadarinya.3

3

(17)

Akibatnya, dijauhi oleh sesama manusia. Segala keberkahan pun kemudian menjauh dari dirinya. Kepribadiannya pun semakin dekat dengan setan, karena telah menjauh dari Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Orang seperti itu menjadi lebih senang berdekatan dengan orang-orang yang mempunyai kepribadian yang kasar dan keras, serta pasti lalai untuk mengingat Allah. Hasilnya hanya menjadi orang-orang yang merugi.

Jika seseorang berakal sehat, maka akan memilih cara hidup yang dipraktikkan oleh para Nabi, orang yang jujur, para syuhada’, dan orang-orang yang saleh. Sedangkan orang-orang yang kurang akalnya, pasti akan memilih praktik hidup orang yang dimurkai dan dilaknat oleh Allah. Artinya, lebih memilih jalan ke neraka.

Banyak sekali orang yang meninggalkan shalat tidak merasa bahwa mereka berdosa dan tidak menyadari bahwa siksaan Allah menanti mereka. Ketahuilah, bahwa siksaan yang paling dahsyat adalah yang dirahasiakan, siksaan ini disembunyikan dari orang yang akan disiksa.

Orang yang seperti itu tidak akan menyadari karena bagaikan seorang yang sedang mabuk, sehingga tidak menyadari adanya bahaya yang mengancamnya. Oleh sebab itu, tidak merasa butuh untuk berusaha bebas dari siksaan. Orang yang berpaling dari Allah, maka diancam dengan penghidupan yang sempit.

Barang siapa yang nyiakan shalat, maka Allah akan menyia-nyiakannya, menghinakannya, dan menjadikan setan dapat menguasai dirinya. Setan terus menguasainya dimana saja dia berada. Hatinya yang sakit menjadi tempat yang nyaman bagi setan. Oleh sebab itu, tidak akan memperoleh keberuntungan, baik di dunia maupun di akhirat. 4

Orang tua mempunyai langkah-langkah dalam memerintahkan anak untuk shalat dengan memperkenalkan hal-hal yang menjadi kewajiban bagi setiap seorang muslim, menggunakan tangan untuk segera ke kamar mandi agar berwudu. Terkadang memerlukan tindakan pukulan

4

(18)

yang mendidik, untuk anak yang berusia 10 (sepuluh) tahun. Sebagaimana langkah untuk tidak bicara kepada anak yang tidak mau shalat. Itu merupakan langkah efektif, khususnya untuk mereka yang memiliki kepribadian yang lembut.5

Jika anak hidup di lingkungan yang baik dalam keluarga yang menegakkan shalat, maka dari itu kita akan memdapati bahwa anak tersebut menirukan kedua orang tuanya dalam shalat mereka berdua. Dimulai dari sinilah, masa pertama dalam pendidikan shalat pada anak dimulai, yaitu masa meniru.

Masa meniru adalah masa yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak-anak. Berbagai perbuatan pada masa meniru ini akan tertanam dalam diri anak dan ia tumbuh dengannya. Masa itu bagaikan dasar dalam pendidikan shalat pada dirinya. Masa meniru ini dimulai dalam kehidupan anak, kira-kira ketika berumur dua tahun.

Hal ini bisa diperhatikan dengan peniruan anak terhadap ayah atau ibunya pada saat shalat dan mempraktikkannya dengan gerakan-gerakan yang serupa dengan apa yang diperbuat oleh ayah dan ibunya. Ketika anak menjadi besar dan tumbuh lebih dewasa, peniruannya lebih sempurna hingga akhirnya memasuki fase selanjutnya, yaitu masa pengajaran.

Masa pengajaran dimulai sejak anak berusia tujuh tahun.6 Sang pendidik Rasulullah SAW telah menjelaskan hal ini. Beliau bersabda:

Hanna binti Abdul Aziz ash-Shani’,Mendidik Anak Agar Terbiasa Shalat, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2008, hlm. 67.

6

(19)

Artinya: Dari ‘Amr bin Syu’aib dari Ayahnya dari Kakeknya

berkata, Rasulullah saw bersabda : “perintahkanlah shalat kepada anak-anakmu pada usia tujuh tahun dan pukul mereka karena meninggalkan

shalat pada usia sepuluh tahun.”(HR. Abu Dawud)

“Pada taraf awal, tujuan pendidikan shalat bagi anak-anak adalah agar mereka terbiasa melaksanakan shalat. Oleh karena itu, pendidikan shalat mereka sejak kecil harus mendapat perhatian yang baik. Pepatah lama mengatakan: “belajar di waktu kecil ibarat melukis di atas batu. Belajar di waktu besar ibarat

melukis di atas air.”7

Dari uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa peranan orang tua sangat penting untuk membantu siswa dalam mempraktekkan dan mengamalkan shalat, karena waktu di rumah lebih banyak dari pada waktu di sekolah. Oleh sebab itu penulis terdorong untuk mengadakan penelitian secara ilmiah dan menuangkannya dalam skripsi yang berjudul :

“Upaya Orang Tua Dalam Mensukseskan Pelaksanaan Shalat 5 Waktu di

SDN Meruya Selatan 01 Pagi Jakarta Barat”

B. Identifikasi Masalah

Dari judul diatas penulis dapat mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Banyaknya anak peserta didik yang tidak bisa melaksanakan shalat 5 waktu ketika di sekolah.

2. Banyaknya anak peserta didik yang belum bisa mendisiplinkan melaksanakan shalat 5 waktu ketika di sekolah.

3. Banyaknya anak peserta didik yang tidak peduli dalam melaksanakan shalat 5 waktu ketika di sekolah

7

(20)

4. Kendala dalam pelaksanaan ibadah pada anak dalam kehidupan sehari-hari

5. Upaya orang tua terhadap pelaksanaan shalat 5 waktu bagi anaknya dalam kehidupan sehari-hari

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan materi skripsi tersusun dengan sistematis, maka perlu diadakan pembatasan masalah, yaitu : Upaya orang tua terhadap pelaksanaan shalat 5 waktu bagi anaknya dalam kehidupan sehari-hari yang di batasi dari jumlah peserta didik kelas II sampai kelas VI tahun ajaran 2013-2014 di SDN Meruya Selatan 01 Pagi Jakarta Barat.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan yang terkandung dalam penelitian ini dapat dirumuskan menjadi : “Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan orang tua dalam mensukseskan pelaksanaan pendidikan shalat 5 waktu dalam kehidupan sehari-hari bagi anak SDN Meruya Selatan 01 Pagi Jakarta Barat”.

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui upaya orang tua dalam mensukseskan pelaksanaan shalat 5 waktu di SDN Meruya Selatan 01 Pagi jakarta barat.

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini sedikit banyaknya dapat memberikan kontribusi untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang pendidikan anak 2. Hasil penelitian ini sebagai langkah awal dan dapat ditindaklanjuti oleh

(21)
(22)

BAB II

KERANGKA TEORI A. Upaya Orang Tua

1. Pengertian upaya

“Upaya adalah usaha; akal; ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan mencari jalan keluar.”8 Upaya juga diartikan sebagai usaha untuk melakukan suatu hal atau kegiatan yang bertujuan.

Sedangkan arti upaya menurut kamus umum bahasa indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta yaitu: usaha; ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dsb); daya upaya: -- menegakkan keamanan patut dibanggakan; ber·u·pa·ya v mencari upaya (akal); berusaha; berikhtiar: ia harus ~ meningkatkan prestasinya; meng·u·pa·ya·kan v mengusahakan; mengikhtiarkan; melakukan sesuatu untuk mencari akal (jalan keluar dsb): Amerika Serikat bersedia ~ perundingan untuk perdamaian dunia; ter·u·pa·ya v dapat diupayakan: tidak ~ , tidak sanggup; peng·u·pa·ya·an n proses, cara, perbuatan mengupayakan; se·u·pa·ya-u·pa·ya, se·u·pa·ya-u·pa·ya·nya advsedapat-dapatnya; sebisanya.9

Upaya yang dimaksud penulis disini adalah bentuk upaya orang tua untuk mensukseskan pelaksanaan shalat 5 waktu dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian upaya orang tua adalah usaha yang dilakukan oleh orang tua dalam mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai.

8

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka, 2007. h. 1250.

9

(23)

2. Pengertian dan Peran orang tua

Dalam penggunaan Bahasa Inggris, istilah orang tua dikenal dengan sebutan “parent”.10 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah orang tua diartikan:

a. Ayah dan ibu kandung

b. Orang-orang tua atau orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli, dan sebagainya)

c. Orang-orang yang dihormati (disegani).

Sedangkan dalam Bahasa Arab, istilah orang tua dikenal dengan sebutan “ ” (al-waalidaen).11 Orang tua adalah pria dan wanita yang berjanji dihadapan Allah SWT dalam pernikahan untuk hidup sebagai suami istri dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya. Ini berarti bahwa pria dan wanita yang terikat dalam pernikahan siap sedia untuk menjadi orang tua.

Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat dalam bukunya “Ilmu JiwaAgama”, menyebutkan bahwa orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak.

Orang tua adalah menjadi kepala keluarga; keluarga adalah sebagai persekutuan hidup terkecil dari masyarakat negara yang luas. Pangkal ketentraman dan kedamaian hidup adalah terletak dalam keluarga. Keluarga harus mendapat pimpinan ayah dan ibu sebagai kepala dwitunggal yang mempunyai tanggung jawab, atas demikian juga Islam memerintahkan kepada orang tua untuk berlaku sebagai kepala dan pemimpin kekeluarganya.

10

Adi Gunawan.Kamus Lengkap Inggris-Indonesia. Surabaya: Kartika, 2002. h.274 11

(24)

Dari pengertian tersebut menunjukkan bahwa orang tua adalah sepasang suami istri yang terkait secara pernikahan kemudian mempunyai beberapa keturunan (anak), untuk selanjutnya disebut sebagai pemimpin bagi anak-anaknya, serta melaksanakan tugas untuk memberi pengarahan sampai mereka dewasa dan hidup mandiri.

Peran orang tua dalam mendidik anak sangat penting, mengasuh dan membimbing anak-anak mereka untuk mencapai tahapan tertentu. 12Peran orang tua adalah sebagai penyelamat anak dunia dan akhirat, khususnya dalam menumbuhkan niat agar anak sadar akan betapa pentingnya shalat bukan tugas yang ringan.

Dalam pembahasan ini, penulis akan menjelaskan tiga peranan orang tua dalam mendidik anak, yaitu:

a. Peran orang tua sebagai suri tauladan

Seringkali anak cenderung memandang orang tua sebagai model dalam melakukan peran sebagai orang tua, sebagai suami atau istri, atau model hidup sebagai anggota masyarakat, oleh sebab itu untuk membawa anak kepada kedewasaan, orang tua harus memberi teladan yang baik karena anak suka meniru apa yang dilakukan orang tua.13

Orang tua yang shaleh merupakan contoh suri tauladan yang baik bagi perkembangan anak, jiwa, pribadi, maupun pembentukan perilaku anak. Apabila orang tua membiasakan diri untuk berperilaku dan berakhlak baik, taat kepada Allah, menjalankan syariat agama, serta memiliki jiwa sosial, maka dalam diri anak akan timbul dan berbentuk sifat yang ada pada orang tuanya, karena ia akan meniru dan mencontoh apa yang ia lihat dalam kehidupan sehari-hari dari tingkah laku orang tuanya.

12

Subhan Husain Albari.Agar Anak Rajin Shalat...h 19 13

(25)

b. Peran orang tua sebagai pendidik

Orang tua juga berperan dalam mendidik anak dan mengembangkan kepribadiannya, karena pada dasarnya pendidikan anak adalah tanggung jawab orang tua, namun pengaruh dan akibatnya amat besar terutama pada tahun-tahun pertama dari kehidupan anak atau pada masa balita (di bawah lima tahun). Pada umur tersebut pertumbuhan kecerdasan anak masih terkait kepada panca inderanya dan belum bertumbuh pikiran logis atau maknawi (abstrak), atau dapat dikatakan bahwa anak masih berpikir inderawi.

Model pendidikan agama dalam keluarga dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, dengan menampilkan penghayatan atau perilaku keagamaan yang sungguh-sungguh. Kedua, pengadaan sarana ibadah. Ketiga, hubungan sosial yang baik antara anggota keluarga dan lembaga keagamaan.

Dalam hal mendidik anak, orang tua perlu memperhatikan beberapa hal. Pertama, jika anak dididik dengan semangat maka ia akan belajar percaya diri. Kedua, jika anak dididik dengan toleransi maka ia akan belajar kesabaran. Ketiga,jika anak dididik dengan pujian maka ia akan belajar mengapresiasi.14 c. Peran orang tua sebagai motivator

Motivasi merupakan dasar tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Motivasi adalah unsur penting dalam tarbiyah dan tidak boleh disepelekan. Memberi dorongan kepada anak memainkan peranan penting dalam jiwa, memicu gerak positif konstruktif dan mengungkap potensi dan jati dirinya yang terpendam. Sebagaimana ia dapat meningkatkan kontinuitas kerja dan mendorongnya untuk terus maju ke arah yang benar.

Motivasi memiliki peran besar bagi anak kecil sehingga akan terus menerus dilakukan, membantu selalu mengetahui hobi anak-anak, kemampuan dan kekuatan mereka, diantara motivasi yang bermanfaat adalah

14

(26)

memberi semangat kepada anak untuk melakukan hal-hal yang baik yang baik dalam mengarahkan kepada komitmen dan berpegang teguh kepada nilai ajaran agama, seperti memberi buku-buku islami, mengajak hadir ke majlis ulama, khutbah dan seminar.

Untuk menuntun anak supaya senang shalat, hendaknya orang tua terlebih dahulu berusaha menjadi orang yang juga senang melaksanakan shalat. Bagaimana mungkin kita akan sukses memotivasi anak supaya senang shalat, tapi kita sendiri sebenarnya benci shalat, alias menjadikan shalat sebagai kewajiban yang amat memberatkan.15

Sebagai orang tua, hendaknya kita menyadari kedudukan shalat dalam islam. Dengan menyadari kedudukan shalat ini, kita pun memiliki perhatian kepada pelaksanaan shalat. Kedudukan shalat dalam islam, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Shalat merupakan rukun islam yang kedua.

2. Shalat sebagai Tiang agama, Apabila islam diibaratkan sebagai bangunan, maka shalat merupakan tiang bagi bangunan tersebut. Apa jadinya sebuah bangunan, apabila tiangnya lemah, apalagi sampai roboh? Tentu saja bangunan itu pun akan ikut roboh, dan hancur berantakan.Sebaliknya, apabila seseorang itu malas melaksanakan shalat, maka agamanya dalam keadaan lemah. Disadari maupun tidak, diakui maupun tidak, sesungguhnya orang seperti ini relatif susah untuk diajak berbuat baik secara ikhlas. Inilah tanda utama adanya sifat munafik pada diri seseorang.

3. Shalat merupakan amal yang pertama kali akan diperhitungkan pada hari kiamat.

4. Shalat merupakan amal yang paling dicintai Allah.

15

(27)

5. Shalat itu memiliki manfaat untuk menghilangkan dosa-dosa kita, sebagaimana air menghilangkan kotoran yang melekat pada diri kita. 6. Shalat merupakan kunci surga.16

Setelah menyadari akan kedudukan shalat dalam islam, sebagai orang tua hendaknya menindaklanjuti kesadaran ini dengan mempelajari tata cara shalat yang benar. Hal ini memdesak untuk kita lakukan, mengingat orang tua merupakan guru pertama bagi anak-anak, khususnya sebelum mereka masuk sekolah.

Ada orang tua yang memiliki harapan besar, anak-anaknya bisa rajin shalat, tetapi dia sendiri malas mendirikan shalat.“Orang tua adalah sosok yang sangat berpengaruh terhadap sifat dan kebiasaan seorang anak. Jika orang tua berakhlak dengan perilaku yang baik, maka anak akan meniru sifat-sifat positif tersebut. Namun jika perilaku orang tua buruk, misalnya tidak konsisten antara ucapan dengan perbuatan, maka hal tersebut akan memberikan dampak yang negatif bagi sang anak.”17

Orang tua memiliki pengaruh yang amat luar biasa dalam jiwa anak-anak. Sampai-sampai Rasulullah SAW pun menjelaskan bahwa orang tua merupakan pribadi yang menentukan agama seorang anak. Dari Abu Hurairoh r.a, Rasulullah SAW bersabda:

.

)

(

16

Ahda Bina. Jurus Jitu agar Anak Rajin Shalat, Cepat Hafal Al-Qur’an, dan Berbakti

kepada Orang Tua. Surakarta: Ahad Books, 2013. h. 41. 17

(28)

Artinya: “Dari (Abu) Hurairah ra. Dia berkata: Rasulullah SAW

bersabda: tidak ada seorang anakpun kecuali ia dilahirkan menurut fitrah. kedua

orang tua nyalah yang akan menjadikan yahudi, nasrani, dan majusi

sebagaimana binatang melahirkan binatang dalam keadaan sempurna.”(HR. Bukhari dan Muslim).

“Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita sebagai orang tua memiliki perhatian yang lebih kepada pendidikan anak-anak, sehingga mereka menjadi anak-anak yang mencintai shalat, dan berbakti kepada orang tua.”18

Agar dapat memperoleh jaminan bahwa anak-anak kita merupakan pribadi yang diridhai oleh Allah SWT adalah mereka memperoleh ridha orang tuanya. Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: Dari Abdullah bin 'Amr beliau berkata; Rasulullah SAW bersabda;“ridha Allah bersama ridha kedua orang tua dan murka Allah bersama murka kedua orang tua.”(HR. Baihaqi)

Sabda Rasulullah SAW tersebut juga bermaksud bahwa sebagai orang tua memiliki tanggung jawab penuh untuk mengarahkan anak-anak untuk menjadi anak yang berbakti kepada orang tua. Berbaktinya seorang anak kepada orang tua, merupakan salah satu tanda keberhasilan orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Sebaliknya, tidak berbaktinya seorang anak kepada orang tua merupakan salah satu tanda kegagalan orang tua dalam melaksanakan tugasnya.

“Oleh karena itu, sebagai orang tua, kita memiliki tanggung jawab untuk memberikan pendidikan yang terbaik kepada anak-anak, sehingga mereka menjadi

18

Ahda Bina. Jurus Jitu agar Anak Rajin Shalat, Cepat Hafal Al-Qur’an, dan Berbakti

(29)

anak-anak yang berbakti. Hendaknya kita melaksanakan tugas ini dengan baik lebih dulu, sebelum menuntut hak bakti dari anak-anak kita.”19

3. Tugas dan kewajiban orang tua terhadap anak

Tugas dan tanggung jawab orang tua untuk mengasuh dan mendidik anak sejak masa bayi bukanlah suatu usaha yang mudah. Orang tualah yang bertanggung jawab membentuk masa depan anak-anak mereka. Hal tersebut bukanlah soal kecil, karena berhasil atau gagal dalam tanggung jawab ini berarti membawa pengaruh yang luas, baik dalam lingkungan keluarga itu sendiri maupun kepada masyarakat dan bangsa.

“Peran orang tua dalam pendidikan keluarga adalah menumbuhkan suasana kondusif untuk tumbuh kembang anak atas kebebasannya, mewujudkan sosialisasi mencapai kemandirian. Situasi pendidikan diwarnai oleh adanya sikap pendidikan yang melindungi anak dalam permasalahan secara emosional, mental, dan fisik”.20

Anak adalah amanah Allah SWT, maka orang tua wajib menjaga keselamatan lahir dan kesucian batinnya. Orang tua pun wajib mengupayakan biaya yang cukup untuk keperluan jasmani anak-anaknya, tetapi yang lebih penting adalah berusaha mencerdaskan anak dan memperbaiki budi pekertinya. Dengan kata lain, pola pendidikan orang tua terhadap anak-anak adalah keserasian antara pemenuhan kepentingan dan kebutuhan jasmani dengan pendidikan keagamaan serta keluhuran budi pekertinya.

Pembinaan anak dalam beribadah dianggap sebagai penyempurnaan dari pembinaan akidah. Karena semakin tinggi nilai ibadah yang ia miliki, akan semakin tinggi pula keimanannya.

Masa kecil anak bukanlah masa pembebanan atau pemberian kewajiban, tetapi merupakan masa persiapan, latihan dan pembiasaan, sehingga ketika

19

Ahda Bina.Jurus Jitu agar Anak Rajin Shalat...,h. 16 20

(30)

mereka sudah memasuki masa dewasa, yaitu pada saat mereka mendapatkan kewajiban dalam beribadah, segala jenis ibadah yang Allah wajibkan dapat mereka lakukan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, karena sebelumnya mereka sudah terbiasa melakukan ibadah-ibadah tersebut.

Teknis mengajarkan shalat kepada anak bisa dilakukan dengan cara: a. Mengajak anak shalat bersama-sama ketika mereka masih kecil

(sekitar umur dua sampai empat tahun)

b. Mengajarkan bacaan dan tata cara shalat yang benar, ketika mereka berumur sekitar lima tahun sampai tujuh tahun.

c. Mengecek dan memantau bacaan serta tata cara shalat yang dilakukan anak.

d. Mengingatkan anak untuk senantiasa mendirikan shalat kapan pun, di mana pun dan bagaimana pun keadaannya

e. Membiasakan mereka untuk melaksanakan shalat berjama’ah, baik di rumah maupun di masjid

f. Selain shalat, orang tua juga harus mengajarkan, melatih dan membiasakan melaksanakan ibadah-ibadah lain dalam islam, seperti puasa, zikir, doa dan lain-lain.

“Wahai ayah ibu, anda bertanggung jawab atas pembentukan sebuah keluarga muslim. Kewajiban pertama yang harus dilakukan adalah mengubah rumah menjadi rumah muslim yang taat kepada Allah, Rabb semesta alam. Betapa bahagia hidup di dalam rumah yang semua penghuninya bersujud kepada Allah SWT, Rabb semesta alam.”21

Orang tua adalah sosok yang sangat berpengaruh terhadap sifat dan kebiasaan seorang anak. Jika orang tua berakhlak dengan perilaku yang baik,

21

(31)

maka anak akan meniru sifat-sifat positif tersebut. Namun jika peran orang tua buruk, maka hal tersebut juga akan memberikan dampak yang negatif bagi sang anak.

Sebagai kewajiban paling utama dalam islam, shalat benar-benar memperoleh perhatian yang istimewa. Bukan hanya orang tua, anak-anak pun sudah harus dibiasakan shalat secara tertib. Hal ini memberikan isyarat akan bahaya yang serius atas pengabaian shalat, meskipun yang mengabaikan shalat ini masih anak-anak. Dengan kata lain, orang tua hendaknya jangan sampai melalaikan tugas untuk memantau perhatian anak terhadap rukun islam yang kedua ini.22

“Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar dalam mendidik, mengasuh, dan membimbing anak-anak mereka untuk mencapai tahapan tertentu. Selain itu orang tua juga bertanggung jawab dalam menyiapkan anak mereka agar dapat hidup bermasyarakat.”23

Disiplin dalam keluarga sebenarnya berkenaan dengan perumusan anggota keluarga tentang yang benar dan tidak benar, yang terkait dengan peraturan dan harapan yang telah ditentukan berhubungan dengan situasi dan tingkah laku tertentu. Oleh karena itu, setiap anggota keluarga menuntut dapat diterimanya peraturan itu dengan akal sehat dan perasaan yang ikhlas sesuai dengan norma yang berlaku di dalam lingkungannya.

Sebagaimana kita maklumi, Rasulullah SAW merupakan sosok yang amat penuh kasih. Namun, ketika berhadapan dengan kewajiban shalat, beliau menunjukkan sikap yang amat tegas. Beliau memberikan batas waktu paling lambat bagi orang tua untuk mengajari anak shalat adalah pada usia tujuh tahun.

Bahkan bila anak enggan shalat, atau bermalas-malasan shalat, beliau memberikan perintah kepada orang tua untuk memukulnya. Semua itu menunjukan betapa serius Rasulullah SAW memberikan perhatian kepada shalat, termasuk pendidikan shalat untuk anak.

22

Ahda Bina.Jurus Jitu agar Anak Rajin Shalat...,h. 27 23

(32)

Mengajari anak-anak untuk senang melaksanakan shalat berarti kita telah mengajari mereka untuk selalu dekat kepada Allah SWT. Karna, hakikat shalat adalah menghadapkan kepada-NYA. Bahkan Allah pun menghadapkan wajahnya kepada orang yang melaksanakan shalat.

“Dengan demikian, anak-anak yang senang melaksanakan shalat merupakan anak-anak yang selalu dekat kepada Allah SWT. Bila tela demikian adanya, kita sebagai orang tua pun akan senantiasa dalam suasana hati yang nyaman dan tenang, bahwa mereka senantiasa dalam bimbingan Allah SWT, menuju kebahagian dan keselamatan, baik didunia maupun diakhirat.”24

Cara untuk membiasakan anak agar senantiasa melaksanakan shalat saat berada di luar pengawasan orang tua adalah tidak jauh berbeda dengan langkah-langkah yang telah disebutkan sebelumnya. Berikan penyadaran kepada sang anak bahwa kapan dan di mana pun Allah SWT selalu bersama dan mengawasi kita.

“Jika anak-anak keluar rumah, sarankan agar mereka membawa perlengkapan shalat. Untuk anak perempuan, bawalah mukena, dan untuk anak laki-laki membawa kopiah maupun kain sarung.”25 Jika mereka merasa keberatan atau tidak memungkinkan membawa perlengkapan shalat, ingatkan agar selalu mengenakan pakaian yang suci dari najis. Sehingga ketika waktu shalat tiba, mereka tidak kesulitan dalam melaksanakan shalat dan terhindar dari hal-hal yang meragukan kesucian pakaian yang dikenakan.

“Lingkungan keluarga merupakan media pertama dan utama yang secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku dalam perkembangan anak. Disiplin dalam keluarga berorientasi pada kewajiban orang tua dalam mendidik anak dengan menanamkan disiplin pribadi sejak dini, yaitu taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.”26

24

Ahda Bina.Jurus Jitu agar Anak Rajin Shalat...,h. 18. 25

Subhan Husain Albari.Agar Anak Rajin Shalat. h. 114

26

(33)

Pendidikan keluarga secara potensial berakar dari pergaulan, khususnya antara orang tua dan anak. Jadi, setiap pergaulan tersebut adalah suatu lapangan persiapan untuk berubah menjadi situasi pendidikan dimana kegiatan mendidik dilandasi oleh nilai moral tertentu. Dalam proses pendidikan setiap orang tua wajib mengembangkan potensi anak.

Bila orang tua dalam upaya menjadikan anak sesuai dengan apa yang dipersyaratkan dengan sengaja, maka seringkali anak berbuat sebaliknya dan tidak mengikuti apa yang sudah dipersyaratkan oleh orang tua. Ini karena anak merupakan individu yang ingin menjadi dirinya sendiri. Oleh karena itu, orang tua dalam strateginya harus tidak terlalu menonjolkan kemauannya, melainkan merencanakan hal yang ingin dicapai.27

“Bila orang tua mengabaikan kewajiban untuk memantau perhatian anak terhadap shalat, maka akan timbul beberapa pengaruh negatif kepada anak-anak, diantaranya: anak mengabaikan hubungannya dengan sang khalik dan anak terbiasa mengabaikan kewajiban.”28

Selama masih hidup kita memiliki kesempatan untuk memperbanyak amal kebajikan sebagai sarana untuk memperoleh pahala sebanyak-banyaknya. Namun bila telah mati, kesempatan tersebut akan tinggal kenangan belaka.

“Anak merupakan salah satu lahan amal kebajikan yang bepotensi untuk terus-menerus memberikan pahala kepada orang tuanya, meskipun orang tua tersebut telah meninggal dunia. Anak yang saleh, bila rajin mendoakan orang tuanya, maka dia akan menjadi lahan yang akan terus-menerus mengalirkan pahala.”29

27

Conny Semiawan.Penerapan Pembelajaran Pada Anak..., h.58

28

Ahda Bina.Jurus Jitu agar Anak Rajin Shalat...,h. 27-28 29

(34)

B. Mensukseskan Pelaksanaan Salat 5 Waktu 1. Pengertian sukses

“Sukses adalah suatu kata yang mengandung makna keberhasilan dalam melaksanakan sesuatu. Kata sukses mampu membuat seseorang bahagia, ceria, dan penuh kebanggaan. Orang yang sukses dalam studi selalu menjauhkan sikap ragu dari dalam dirinya. Mereka percaya pada diri mereka sendiri.”30

2. Pengertian shalat

Shalat menurut pengertian bahasa adalah doa. Pengertian ini antara lain terlihat dari firman Allah: Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka(QS At-Taubah/9:103).

“Shalat menurut pengertian istilah ialah suatu ibadah yang mengandung perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam. Shalat disyari’atkan pada malam Isra’ Mi’raj. Hukumnya adalah fardhu’ain bagi setiap orang muslim yang mukallaf, yang ditetapkan dengan dalil Alquran, sunnah dan ijma.”31

Salah satu nilai shalat yang dapat diaplikasikan untuk mencapai kesuksesan dalam bekerja adalah penetapan waktu-waktunya. Sebab Allah SWT telah menetapkan waktu-waktu shalat, dan telah membimbing Nabi Muhammad

30

Syaiful Bahri Djamarah.Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002. h. 8

31

(35)

SAW dalam pelaksanaannya. Setelah shalat menjadi kewajiban umat islam sehari-hari Malaikat Jibril menemui Nabi Muhammad SAW untuk memberi bimbingan tentang batas-batas waktunya.32

Shalat selalu dikaitkan dengan zikir (ingat) kepada Allah, kesucian diri dan dengan ibadah-ibadah lainnya. shalat juga merupakan hal terakhir yang lenyap dari agama, dengan hilangnya shalat berarti hilang pulalah agama secara keseluruhan.33

Shalat dalam ajaran islam mempunyai kedudukan yang sangat penting, terlihat dari pernyataan-pernyataan yang terdapat pada Quran dan sunnah, yang antara lain sebagai berikut :

1. Shalat dinilai sebagai tiang agama (sunnah nabi)

2. Shalat merupakan kewajiban yang paling pertama diturnkan kepada nabi (isra’ mi’raj)

3. Shalat merupakan kewajiban universal, yang telah diwajibkan kepada nabi-nabi sebelum nabi muhammad SAW

4. Shalat merupakan wasiat terakhir nabi muhammad SAW 5. Shalat merupakan ciri penting dari orang yang taqwa 6. Shalat merupakan ciri dari orang yang berbahagia

7. Shalat merupakan peranan untuk menjauhkan diri dari pekerjaan jahat dan munkar

“Kesempurnaan shalat merupakan rukun Islam yang ke dua. Shalat dapat dinilai apabila memenuhi semua syarat dan rukun-rukunnya.”34 Kewajiban

32

Jefri Noer, Pembinaan Sumber Daya Manusia Berkualitas dan Bermoral Melalui Shalat yang Benar, Jakarta: Kencana, 2006, hlm.17-18.

33

Dr. Hj. Zurinal, z dan DRS Aminuddin, M.Ag,Fiqih Ibadah, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, hlm. 67

34

(36)

melaksanakan shalat sebagaimana halnya dengan melaksankan kewajiban lainnya, menurut syariat islam ditentukan bagi seseorang yang telah dapat dipandang sebagai subyek hukum atau mukallaf (kewajiban untuk melaksanakan peraturan-peraturan Allah) yaitu apabila:

1. ajaran islam sudah sampai kepadanya;

2. berakal (sehat), tidak gila atau dalam keadaan tidak sadar;

3. baligh yang cirinya antara lain sudah berumur 15 tahun, pernah mimpi bersetubuh, sudah menikah dan menstruasi bagi wanita.

Beberapa materi yan harus diajarkan kepada anak-anak berkaitan dengan shalat adalah sebagai berikut:35

1. syarat sahnya shalat serta rukun, wajib, dan sunah-sunahnya.

2. Tata carapelaksanaan shalat, mulai dari takburatul ihram hingga salam. 3. Sifat gerakan dalam shalat, sperti sifat tangan dan jari-jari ketika

takbiratul ihram.

4. Sifat bacaan dalam shalat, materi ini meliputi terang atau tidaknya bacaan shalat, serta panjang pendeknya gerakan dan bacaan.

5. Nama-nama shalat, waktu, serta bilangan rakaatnya. 6. Tata cara berpakaian yang benar dalam shalat.

7. Menanamkan akidah (keyakinan) bahwa orang yang melaksanakan shalat itu sedang menghadap kepada Allah SWT.

8. Thaharah dan berwudhu. 9. Tata cara adzan dan iqamat. 10. Batas-batas aurat dalam shalat.

35

(37)

“Shalat adalah ibadah jasmani yang bersifat harian, yang mesti dilakukan lima kali dalam sehari. Jika ibadah dimaksudkan antara lain untuk memelihara dan menyuburkan iman, maka dalam jarak 24 jam, seorang mukmin mesti menghubungkan dirinya dengan yang diimaninya sekurang-kurangnya 5 kali agar hubungan antara keduanya tidak putus malah semakin erat dan semakin dekat.”36

Shalat mempunyai keistimewaan yang tidak terbilang dibandingkan dengan ibadah wajib yang lain. Allah sendiri yang mewajibkan shalat disebabkan keagungannya. Rasulullah SAW sendiri menerima perintah shalat langsung dari Allah tanpa perantara pada malam Isra’ Mi’raj. Salat memang hadiah dari Allah yang diberikan kepada Nabi SAW sekaligus kekasihnya pada malam Isra’ Mi’raj sebagai jaminan atas peribadahan yang tulus dan tidak ada bandingannya.37

Shalat menjadi sarana bagi manusia untuk memperoleh sandaran dan mendekatkan diri kepada Allah. Ketika rasa takut, cemas, lemah, dan lain sebagainya menghampiri dirinya, maka Allah menjadi sandaran bagi manusia yang membutuhkan kedamaian dan kenyamanan. Hal ini bukan berarti salat sebagai pelarian dari aktualitas persoalan, kemudian mencari tempat untuk meluapkan emosi. Dalam salat manusia memperoleh sandaran yang kuat, sehingga merasa nyaman dan damai.

“Dimensi lain dalam shalat adalah terciptanya kepribadian yang teguh. Shalat yang dilakukan secara rutin (berdasarkan waktu yang telah ditentukan syariat), akan membentuk pribadi yang teguh dan disiplin, terutama dalam hal disiplin waktu dan kerja.”38

“Shalat lima waktu hukumnya adalah wajib atau fardhu ain bagi setiap orang islam baik laki-laki maupun perempuan yang sudah mukhallaf. Yang dimaksud dengan mukhallaf ialah setiap orang yang sudah memperoleh beban

36

M. Ardani.Fikih Ibadah Praktis. h.20

37

Muhammad bin Ahmad bin Ismail Al-Muqaddim.Masihkah Engkau Berani Meninggalkan Shalat. Solo: Kafilah Publishing. 2013.h. 62

38

(38)

hukum syara’ untuk melaksanakan suatu ibadah dengan ditandai usia baligh (dewasa). “39

Sedangkan anak yang sudah mumayyiz, yaitu anak yang sudah dapat membedakan yang baik dan yang buruk, antara yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat, jika ia mengerjakan salat sudah dipandang sah, meskipun ia belum diwajibkan untuk mengerjakannya. Karena pada dasar nya perbuatan hukum anak yang sudah mumayyiz yang mendatangkan manfaat atau kebaikan pada dirinya hukumnya adalah sah. Karena itu kepada orang tua atau walinya diperintahkan mendidik mereka agar mereka membiasakan diri mengerjakan shalat.40

Hukum orang yang tidak mengerjakan shalatsecara syar’i diancam hukuman mati. Adapun orang yang meremehkan shalat, masuk dalam kategori fasik.

3. Proses pendidikan shalat bagi anak

“Cara mudah mendidik anak dengan nilai-nilai yang baik antara lain orang tua harus terlebih dahulu mempraktikkannya sebelum nilai tersebut ditransfer kepada anak. Orang tua harus menjamin lingkungan anak sesuai dengan ajaran islam. Selain itu orang tua harus menjalankan fungsinya masing-masing.”41

Shalat merupakan aktivitas yang kita lakukan setiap hari. Aktifitas ini tidak akan hilang meskipun kita dalam keadaan sakit maupun perjalanan jauh (musafir). Oleh karena itu, bisa dibilang bahwa shalat merupakan kewajiban yang paling berat diantara kewajiban-kewajiban yang lain.

Namun, bila kita perhatikan dari sisi yang lain, shalat juga merupakan kebutuhan yang paling mendasar dalam kehidupan orang yang beriman. Hal itu

39

Nursyamsudin.Fiqih. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depag RI. 2009. h. 220

40

Nursyamsudin.Fiqih..., h. 213-214 41

(39)

karena shalat merupakan satu-satunya sarana bagi orang yang beriman untuk berkomunikasi secara langsung dengan sang Maha Pencipta.

Mengingat demikian berat sekaligus penting arti shalat bagi orang yang beriman, sudah sepantasnya sebagai orang tua, kita berusaha untuk mengenalkan kewajiban sekaligus memberitahu pentingnya arti shalat ini kepada anak-anak sejak dini.

Untuk menuntun anak supaya senang shalat, hendaknya orang tua terlebih dahulu berusaha menjadi orang yang juga senang melaksanakan shalat. Bagaimana mungkin kita akan sukses memotivasi anak supaya senang shalat, tapi kita sendiri sebenarnya benci shalat, alias menjadikan shalat sebagai kewajiban yang amat memberatkan.

Secara tegas, Allah SWT menghubungkan antara kesalehan orang tua dan kesejahteraan anak-anaknya. Apabila kita khawatir dengan masa depan anak-anak, cara mengatasinya bukanlah dengan menumpuk harta dan memberikan pendidikan formal yang setinggi-tingginya. Yang lebih penting adalah bagaimana kita juga berusaha untuk selalu menjaga dan meningkatkan takwa kepada Allah SWT. Dengan takwa Allah sendiri yang akan menjaga nasib anak-anak di masa depan.42

Pendidikan shalat lima waktu kepada anak melalui proses sebagai berikut:

1. Latihan pembiasaan mengenalkan anak pada mesjid. Mesjid identik dengan shalat, karena shalat merupakan kegiatan utama yang dilaksanakan di mesjid. Mengenalkan anak kepada mesjid berarti dengan sendirinya juga mengenalkan shalat kepada anak.

2. Latihan gerakan dengan mengecek bacaan dan gerakan shalat anak, pada umumnya anak-anak telah memperoleh pelajaran agama yang cukup baik di sekolah, termasuk tentang bacaan dan gerakan shalat. Namun boleh jadi

42

(40)

karena jumlah murid dalam kelas cukup banyak guru tidak sempat mengecek bacaan dan gerakan shalat anak secara sempurna. Pada kondisi seperti ini, justru menjadi tugas orang tua melakukan penyempurnaan kepada bacaan dan gerakan shalat anak.

3. Menerangkan arti bacaan shalat, sebagaimana kita ketahui bacaan shalat memang berbahasa Arab. Kita tidak diperkenankan untuk mengubah bacaan shalat, baik dengan sinonim katanya maupun dengan terjemahannya. Sebagai orang tua, sudah menjadi tugasnya untuk menjelaskan arti bacaan shalat kepada anak.

4. Menerangkan makna gerakan shalat, selain arti bacaan shalat, hendaknya juga berusaha menerangkan gerakan shalat kepada anak. Misalnya, mengapa ketika salat menghadap kiblat, yaitu ka’bah? Mengapa dalam bertakbiratul ihram mengangkat kedua tangan sampai pundak?atau apa makna gerakan rukuk, sujud, duduk hingga salam? Ketika anak memperoleh keterangan tentang makna gerakan shalat, dia akan mengerti bahwa setiap gerakan shalat itu ada hikmahnya. Setiap gerakan shalat itu bukanlah gerakan sia-sia yang tanpa guna. Dengan pengetahuan dan kesadaran tersebut anak pun akan memiliki perhatian yang lebih baik kepada setiap gerakan shalat. Dia pun akan menjiwai setiap gerakan tersebut.43

C. Kerangka Berfikir

Setiap siswa selalu berada diantara tiga lingkungan, yaitu: keluarga, sekolah dan masyarakat. Ia mengadakan interaksi dengan ketiga lingkungan. Karena itu anak selalu dipengaruhi secara positif maupun negatif, secara sengaja atau tidak sengaja oleh ketiga lingkunganya itu.

43

(41)

Pengaruh yang baik cenderung membawa anak berakhlak mulia. Sedangkan pengaruh yang buruk dalam arti bertentangan dengan ajaran islam cenderung membawa anak berkepribadian jauh dari ajaran islam.

“Keluarga dalam hal ini orang tua memiliki peran utama dalam mendidik anak-anaknya. Dan proses pendidikan tersebut tidak hanya berlangsung ketika seorang anak terlahir kedunia tapi sejak dalam kandungan ibunya proses itu harus sudah dimulai. Oleh karena itu, orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar untuk membentuk dan mengarahkan anak menjadi anak yang saleh dan salehah.”44

Untuk membentuk karakter anak jadi lebih baik, orang tua harus fokus pada pendidikan agama khususnya pendidikan shalat. Keberhasilan pendidikan shalat amat dipengaruhi latar belakang sosial ekonomi dan budaya keluarga itu sendiri. Oleh karena itu orang tua berperan penting menciptakan lingkungan keluarga yang agamis. Budaya di dalam keluarga yang agamis merupakan materi pendidikan yang penting bagi anak-anak yang berlangsung sejak anak berada di tengah-tengah keluarga.

Proses pendidikan shalat yang baik di dalam lingkungan keluarga, akan sangat berarti apabila anak-anak sudah mulai berinteraksi dengan lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah.

Usaha orang tua dalam mendidik anak tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Orang tua harus memiliki kesabaran dan kreativitas yang tinggi. Secara umum ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh para orang tua muslim dalam mendidik anak. Berikut beberapa langkah tersebut:

1. Memahami tentang konsep dan tujuan pendidikan anak. 2. Banyak menggali informasi tentang pendidikan anak. 3. Memahami kiat mendidik anak secara praktis.

44

(42)

Orang tua harus mempraktikkan terlebih dahulu nilai-nilai yang baik dalam kehidupan sehari-hari sebelum ditransfer kepada sang anak. Sebab, anak-anak yang cerdas cenderung meniru dan merekam segala perbuatan orang-orang terdekat mereka.45

Dengan demikian, setiap gejala dalam tahap-tahap pertumbuhan anak dapat ditanggapi dengan cepat. Selain itu, orang tua harus menjaga lingkungan si anak agar sesuai dengan ajaran agama islam. Dan, yang tidak kalah pentingnya juga, orang tua hendaknyaberperan sesuai dengan fungsi masing-masing.

Beberapa hal lainnya yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah sebagai berikut:

1. Rutin dan konsisten dalam melaksanakan shalat. Hal ini sangat penting agar anak terbiasa dan menjadikan shalat sebagai bagian dari kegiatan sehari-harinya.

2. Ajarkan bacaan shalat secara bertahap, mulai dari yang pendek hingga bacaan yang panjang. Mengajari anak bacaan shalat tidak harus dilakukan ketika shalat. Tapi, kapan pun kita boleh mengajari anak melaksanakan shalat.

3. Beri penghargaan atau reward bila anak sudah shalat, bisa berupa pujian, pelukan, dan lain sebagainya.

4. Kalau anak melakukan kesalahan dalam shalat (baik gerakan atau bacaan) jangan ditegur dengan keras, namun perbaikilah kesalahan itu dengan lembut dan tegas. Tapi, jangan sampai kesalahan itu tidak diperbaiki sama sekali, sehingga anak memiliki kebiasaan yang tidak benar.

45

(43)

5. Biasakan anak senantiasa berada di lingkungan orang-orang yang rajin shalat, seperti orang tuanya, saudara-saudaranya, maupun teman-temannya.46

D. Hasil Penelitian Yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian yang banyak mengangkat materi tentang upaya pelaksanaan pendidikan, baik tentang shalat maupun kecerdasan spiritual. Adapun penelitian yang penulis jadikan perbandingan adalah penelitian yang dilakukan oleh Dini Agustin dengan judul “Peranan Orang Tua dalam

Menumbuhkan Jiwa Keagamaan Anak Usia Dini (Studi Kasus Kelurahan Rawa Badak Rt 06 Rw 09 – Jakarta Utara)”, dan penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Mursidi dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar

Fiqihpokok Bahasan Shalat Melalui Metode Problem Solving Siswa Kelas III MI Al-Hikmah Kalibata”. Demikian dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan judul “Upaya Orang Tua dalam Mensukseskan Pelaksanaan Shalat 5 Waktu Di Sdn Meruya Selatan 01 Pagi Jakarta Barat”, maka dari penelitian tersebut dapat disimpulkan beberapa persamaan dan perbedaannya antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Dini Agustin lebih menekankan kepada peran orang tua dalam menumbuhkan jiwa keagamaannya karena dari agama lah seseorang itu ditentukan oleh pendidikan agama yang didapatkan dilingkungan keluarga dan dilakukan oleh orang tua, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Mursidi lebih berorientasi kepada upaya untuk meningkatkan prestasi belajar fiqih dengan memilih pokok bahasan shalat. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh penulis lebih menitik beratkan kepada upaya apa saja yang dilakukan orang tua dalam mensukseskan pelaksanaan shalat 5 waktu. 2. Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Dini Agustin adalah untuk

mengetahui peranan orang tua dalam menumbuhkan jiwa keagamaan anak usia dini di lingkungan kelurahan rawa badak utara rt 06 rw 09

46

(44)

jakarta utara, sedangkan tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Mursidi adalah untuk mengetahui prestasi belajar siswa, untuk memotivasi siswa, dan untuk meningkatkan prestasi belajar. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk mengetahui upaya orang tua dalam mensukseskan pelaksanaan shalat 5 waktu di sdn meruya selatan 01 pagi jakarta barat.

3. Persamaan dari penelitian yang dilakukan dengan Dini Agustin, Muhamad Mursidi dan penulis adalah masing-masing mengangkat tentang keagamaan terutama dalam pokok bahasan tentang shalat. Dimana dalam penelitian-penelitian tersebut yang pada intinya adalah Pendidikan Agama Islam berkontribusi dalam membentuk serta meningkatkan pelaksanaan shalat.

4. Metodologi yang digunakan oleh Dini Agustin adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif melalui penelitian kepustakaan, digunakan untuk mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan judul. sedangkan Muhamad Mursidi dalam melakukan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sebagai upaya untuk mengetahui permasalahan yang muncul di dalam kelas, kemudian metode penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah metode penelitian yang hampir sama dengan Dini Agustin, hanya saja dalam penelitian yang penulis lakukan metode deskriftif analisisnya dengan mengupulkan data, mendeskripsikan data, dan menganalisa data mengenai berbagai upaya orang tua terhadap pendidikan shalat yang diterapkan kepada anak..

(45)
(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat Penelitian di SDN Meruya Selatan 01 Pagi terletak pada Jl. H. Juhri rt.03 rw.01 Kelurahan Meruya Selatan Kecamatan Kembangan Jakarta Barat 11620. Waktu Penelitian dilaksanakan pada Tanggal 6 Januari sampai dengan 6 Maret 2014

B. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriftif analisis yaitu metode untuk mendapatkan gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta populasi yang sedang diteliti. “Dalam bab ini di uraikan secara rinci megenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan penelitian yang meliputi: (1) Penentuan variabel pokok, (2) penentuan populasi, (3) penentuan sampel atau teknik pengambilan contoh, (4) metode dan teknik pengumpulan data, (5) instrumen penelitiannya, dan (6) teknik pengolahan data dan analisis data.”47

C. Populasi dan Sampel

“Populasi adalah jumlah keseluruhan dari obyek yang diteliti, yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, tau peristiwa, sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.”48 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah orang tua dari siswa SDN Meruya Selatan 01 Pagi Jakarta Barat yang berjumlah 113 orang.

47

Husaini Usman.Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 1996. h. 42

48

(47)

“Sampel secara sederhana diartikan sebagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Artinya, sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi.”49

Contoh yang dianggap dapat mewakili terhadap populasi dalam penyusunan skripsi ini adalah orang tua dari siswa kelas II sampai kelas VI SDN Meruya Selatan 01 Pagi Jakarta Barat dengan jumlah 50 orang responden.

Adapun penentuan sample dilakukan dengan tehnik random yaitu: 1. orang tua murid kelas II sebanyak 10 orang

2. orang tua murid kelas III sebanyak 10 orang 3. orang tua murid kelas IV sebanyak 10 orang 4. orang tua murid kelas V sebanyak 10 orang 5. dan orang tua murid kelas VI sebanyak 10 orang. D. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data dan bahan yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini penulis menggunakan tehnik:

1. Observasi

“Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data penelitian tersebut dapat diamati oleh peneliti.”50 Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti dengan menggunakan pancaindra. Penulis melakukan pengamatan sambil mencatat informasi yang didapat . 2. Interview

“Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang

49

Hermawan Wasito.Pengantar Metodologi Penelitian.., h. 51 50

(48)

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.”51 Adapun jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara tak terstruktur. Wawancara tak terstruktur sangat berbeda dalam hal bertanya dan memberikan respon, yaitu cara ini lebih bebas, pertanyaan biasanya tidak disusun terlebih dahulu, tetapi disesuaikan dengan keadaan dan ciri yang unik dari informan, pelaksanaan tanya jawab mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari.

Adapun kisi-kisi wawancara tak terstruktur disusun bukan berupa daftra pertanyaan, akan tetapi hanya berupa poin-poin pokok yang akan ditanyakan pada informan dan dikembangkan pada saat wawancara berlangsung. Hal ini dimaksudkan agar proses wawancara berlangsung secara alami dan mendalam. Poin-poin yang dimaksud adalah:

1. Latar belakang pendidikan orang tua

2. Cara orang tua memperkenalkan pendidikan shalat

3. Upaya yang dilakukan orang tua dalam mensukseskan pelaksanaan shalat pada anak-anak di rumah.

3. Angket

“Metode angket sering disebut dengan metode kuesioner atau dalam bahasa inggris disebut questionnaire (daftar pertanyaan). Metode angket merupakan serangkaian atau daftrar pertanyaaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Setelah diisi, angket dikembalikan kepada peneliti.”52

Angket mempunyai kesamaan dengan wawancara karena keduanya diberikan dalam bentuk pertanyaan. Bedanya wawancara dilaksanakan secara lisan sedangkan angket secara tertulis. Berikut adalah kisi-kisi angket:

51

Burhan Bungin.Metodologi Penelitian Kuantitatif.h.126 52

(49)

Tabel 3.1

Kisi-kisi angket tentang upaya orang tua dalam mensukseskan pelaksanaan shalat 5 waktu

No. Dimensi Indikator Butir soal Jumlah

soal

"Pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data dilaksanakan."53 Dalam mengumpulkan data dan pengolahan hasil penelitian ini penulis menggunakan dua macam tehnik analisa data, yaitu tehnik analisa data kualitatif dan tehnik analisa data kuantitatif.

53

(50)

Teknik analisa data kualitatif, yaitu tehnik analisa dengan menguraikan kedalam bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti secara logis. Data yang diperoleh dari observasi dan wawancara akan diolah dan diedit kemudian dianalisa serta disimpulkan.

Teknik analisa data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka perhitungan yang didapat dari penjumlahan, kemudian diprosentasikan. Karena data yang terkumpul masih berupa data yang mentah, adapun data yang diperoleh menlalui angket, penulis akan menganalisa dan mengolah data statistik frekuensi, yaitu memeriksa jawaban-jawaban dari para orang tua, lalu dijumlahkan, diklasifikasikan dan ditabulasikan, data yang didapat dari sebuah item pertanyaan akan dibuat satu tabel yang didalamnya langsung dibuat frekuensi, maka data tersebut harus diolah dan dianalisa sebagai berikut:

a. Tabulasi data (data disusun secara rinci ke dalam tabel frekuensi) "Tabulasi adalah bagian terakhir dari pengolahan data. Maksud tabulasi adalah memasukkan data pada tabel-tabel tertentu dan mengatur angka-angka serta menghitungnya."54

b. Perhitungan nilai rata-rata dengan menggunakan rumus:55 F

P= --- x 100% N

Keterangan: P= presentase

F= frekuensi / jumlah jawaban

N= jumlah yang dianalisa / jumlah responden

54

Burhan Bungin.Metodologi Penelitian Kuantitatif.h.164 55

(51)

100% = bilangan tetap

Adapun ketentuan skala prosentasi adalah sebagai berikut: 100% : seluruhnya

90-99% : hampir seluruhnya 60-89% : sebagian besar 51-59% : lebih dari setengah 50 % : setengahnya

40-49% : hampir setengahnya

10-39% : sebagian kecil 1-9% : sedikit sekali

0% : tidak sama sekali

c. Masing-masing masalah tabel dideskripsikan, dan data yang berukuran jumlah lebih besar dari 30 (n>30) lebih tepat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang dianalisa kemudian disimpulkan.

4. Dokumentasi

(52)

BAB IV

HASIL-PENELITIAN A. Deskripsi

SDN Meruya Selatan 01 Pagi merupakan salah satu lembaga pendidkan dasar yang terpangil untuk menyelengarakan pendidikan bermutu , sebagai mana yang telah ditetapkan dalam Tujuan Pendidikan Dasar yaitu meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan yang lebih lanjut

SDN Meruya Selatan 01 Pagi sebagai penyelenggara pendidikan harus mampu menjawab segala macam tuntutan masyarakat yang sudah maju di era globalisasi ini harus mampu menjadi pionir dalam pembangunan pengembangan sumber daya manusia yang berorientasi pada kualitas manusia dengan berpedoman pada prinsip pendidikan yaitu keseimbangan antara logika, etika, estetika dan kinestetika dengan berorientasi pada 4 pilar pendidikan yaitu :

1. Learning To be ( Belajar menjadi diri sendiri ) 2. Learning To Know ( Belajar untuk mengetahui ) 3. Learning To Do ( Belajar melakukan/praktek )

4. Learning To Live Together ( Belajar hidup dalam kebersamaan )

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan harus mampu melaksanakan serta mewujudkan kebutuhan masyarakat sesuai dengan wewenang yang diberikan kepadanya yaitu Manejemen Berbasis Sekolah ( MBS ) yang tentunya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi serta lingkungan sekolah.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Kepala sekolah harus mampu mengelola sekolah dengan prisip-prinsip manejemen modern, agar dapat melaksanakan program-programnya dengan baik.

Dalam melaksanakan penyelenggaraan sekolah agar terprogram dan terarah diperlukan adanya Visi dan Misi.

(53)

Membangun peserta didik yang beriman , berakhlak mulia , cerdas, trampil dan mandiri

2. MISI

Berdasarkan Visi di atas, makaSekolah Dasar Negeri Meruya Selatan 01 Pagi menyusun Misi sebagai berikut:

1. Menanamkan akidah melalui pengamalan ajaran agama 2. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan

3. Mengembangkan pengetahuan di bidang Iptek , bahasa,olah raga , seni budaya sesuai minat dan potensi bakat peserta didik

4. Menjalin kerja sama yang harmonis antar warga sekolah

Peran Serta Masyarakat lingkungan SDN Meruya Selatan 01 Pagi termasuk lingkungan padat penduduk. Sosial ekonomi masyarakatnya terdiri dari masyarakat menengah kebawah. Jika melihat tingkat pekerjaan dan tingkat pendidikan masyarakat yang menyekolahkan anaknya di SDN Meruya Selatan 01 Pagi kebanyakan adalah buruh/karyawan dan tingkat pendidikannya SD, SLTP dan SLTA. Namun melihat tingkat partisipasi masyarakat yang menyekolahkan anaknya dari sisi semangat, mereka menyadari bahwa pendidikan itu penting dan pendidikan itu adalah masa depan bagi anaknya.

Tetapi disisi lain mereka kurang menyadari bahwa pendidikan itu bukan hanya berada di sekolah formal saja, tetapi juga di rumah atau masyarakat. Sehingga sering terjadi masyarakat menyalahkan pihak sekolah apabila prestasi anaknya tidak bisa diandalkan. Di samping itu kurangnya perhatian orang tua dalam membantu biaya penyelenggaraan pendidikan anaknya di sekolah, walaupun disadari bahwa biaya penyelenggaraan pendidikan di tanggung oleh pemerintah.

(54)

mengenal sosok sekolah melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan sekolah, peserta didik dan masyarakat antara lain kegiatan : Pentas Seni, Pameran Sekolah, dan kegiatan sosial.

Penelitian terhadap wali murid SDN Meruya Selatan 01 Pagi dilakukan dengan cara pengumpulan data melalui wawancara dan pengisian kuisioner. Data yang terkumpul untuk hasil penelitian tentang Upaya orang tua terhadap pelaksanaan shalat 5 waktu bagi anaknya dalam kehidupan sehari-hari di SDN Meruya Selatan 01 Pagi adalah sebagai berikut :

1. Identitas Responden

Untuk mengetahui kondisi sosial orang tua murid SDN Meruya Selatan 01 Pagi, secara umum penulis sajikan data tentang :

a. Responden berdasarkan penganut agama b. Responden berdasarkan tingkat pendidikan c. Responden berdasarkan tingkat pekerjaan 2. Situasi dan Keadaan SDN Meruya Selatan 01 Pagi

a. Sekilas tentang keadaan SDN Meruya Selatan 01 Pagi b. Situasi keagamaan di SDN Meruya Selatan 01 Pagi

3. Hasil penelitian tentang upaya orang tua terhadap pelaksanaan shalat 5 waktu bagi anak SDN Meruya Selatan 01 Pagi.

Dari data yang terkumpul penulis mencoba melakukan tabulasi langsung dengan perhitungan frekuensi dan prosentasenya yaitu :

Jumlah jawaban

Gambar

Tabel 3.1
tabel distribusi frekuensi yang dianalisa kemudian disimpulkan.
Tabel 4.1Data responden berdasarkan penganut agama
Tabel 4.2Data tingkat pendidikan responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Meningkatkan pengetahuan Guru Dalam Pelatihan Pembelajaran Online Dengan Aplikasi Quizizz Untuk Guru Smp 206 Jakarta Barat Di Wilayah Kelurahan Meruya Selatan dengan

Aktif di KKG dan sanggup untuk mengimbaskan hasil diklat di forum KKG, yang dibuktikan dengan surat kesanggupan yang dibuat dan ditandatangani peserta, serta diketahui oleh

Oleh karena tidak maksimalnya kinerja Pemda dalam mengawasi dan mendampingi UMKM, kurangnya koordinasi dari berbagai pelaku sehingga kegagalan yang sekarang terjadi tidak

Tingkat motivasi seseorang dalam melakukan aktivitas kerja adalah salah satu tolak ukur keberhasilan kerja atau proses produksi yang dilakukan dalam sebuah

Untuk mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi sebagaimana yang tertuang dalam Rencana Strategis, Akuntabilitas Kinerja Dinas Kependudukan dan Catatan

+ika cairan yang keluar dari vagina normal, kadang pembilasan dengan air bisa membantu mengurangi jumlah

105 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa walaupun terdapat kecenderungan perbaikan pertumbuhan pada program pemuasaan yang lebih lama hanya perlakuan pemuasaan

Valbury Asia Securities or their respective employees and agents makes any representation or warranty or accepts any responsibility or liability as to, or in relation to,