• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sosialisasi Politik Dalam Pelayanan Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Melalui Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Online

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sosialisasi Politik Dalam Pelayanan Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Melalui Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Online"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana

Pada Program Studi iIlmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Disusun oleh:

CHRISTIAN FEBRIYANTO RUSLY NIM: 41707017

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN BANDUNG

(2)

v

online(Suatu Studi pada Wajib Pajak di Wilayah Kota Bandung) Samsat online merupakan wujud dari pelaksanaan e-government di Dispenda Provinsi Jawa Barat yang dilaksanakan pada tahun 2010 yang perlu disosialisasikan kepada wajib pajak di Kota Bandung. Proses sosialisasi sangat diperlukan karena wajib pajak kendaraan bermotor tidak memahami persyaratan yang berlaku dalam pelaksanaan tersebut. Pemerintah daerah berhak untuk menetapkan kebijakan-kebijakan untuk daerahnya dan mensosialisasikannya kepada masyarakat agar mengetahuinya. Sosialisasi kebijakan daerah merupakan sosialisasi politik dari penyelenggaraan pemerintah daerah.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sosialisasi politik menurut Michael Rush dan Phillip Althoff dalam bukunya yang berjudul Pengantar Sosiologi Politik yang terdiri dari empat indikator yaitu agen sosialisasi politik, materi sosialisasi politik, mekanisme politik, dan pola sosialisasi politik. Keempat indikator tersebut merupakan unsur-unsur utama dalam pelaksanaan sosialisasi politik.

Metode penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan Teknik penentuan informan yaitu purposive. Informan yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu Aparatur di CPDPDP Wilayah Kota Bandung dan wajib pajak yang melakukan pembayaran PKB melalui Samsat online. Peneliti untuk memperoleh data-data menggunakan teknik wawancara, observasi partisipatif dan studi kepustakaan.

Hasil penelitian, menunjukan bahwa sosialisasi politik dalam pelayanan pembayaran PKB melalui Samsat online telah berhasil. Agen sosialisasi dalam mensosialisasikan pelayanan pembayaran PKB melalui Samsatonline di Wilayah Kota Bandung sudah berjalan dengan cukup efektif, hal tersebut dapat dilihat dari tahap persiapan dan tahap meniru dari aparatur CPDPDP , namun dalam tahap siap bertindaknya masih ada beberapa kendala yang dialami oleh aparatur di tiga CPDPDP Kota Bandung. Materi sosialisasi dalam mensosialisasikan pelayanan pembayaran PKB melalui Samsatonlinedi Wilayah Kota Bandung sudah berjalan dengan efektif. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai, norma-norma dan peranan dari aparatur aparatur CPDPDP Kota Bandung Mekanisme sosialisasi dalam mensosialisasikan pelayanan pembayaran PKB melalui Samsatonline di Wilayah Kota Bandung sudah berjalan dengan efektif. Hal tersebut dapat dilihat dari instruksi, motivasi serta pembelajaraan formal aparatur CPDPDP. Pola sosialisasi politik sudah berjalan dengan efektif. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya koordinasi yang baik antara CPDPDP dengan pihak kecamatan dalam proses sosialisasi pelayanan pembayaran PKB melalui Samsatonline.

(3)

vi

Samsat online is one of e-government realization at the Regional Incoming Official West Java Province that has been carried out in the year 2010 for taxpayers at Bandung City that necessarily to be done. Socialization process is very important due to the taxpayers of motor vehicle tax does not comprehend operative rules in that implementation. Local government has rights to determine policies for each their teritory and socialize them to the peoples in order to know it. Regional socialization is political socialization from local government exertion. The theory that has been used in this observation was political socialization according to books of Michael Rush and Phillip Althoff entitled “Political Sociology Preface” consisted of four indicators, there were political socialization agency, political socialization material, political mechanism, and political socialization pattern. The four indicators were main elements in running political socialization.

The research method required descriptive with qualitative approaches as well as determination techniques of informants that was purposive. The informants related to this observation, namely the apparatus at CPDPDP Bandung City Territory and taxpayers who made PKB payment through Samsat online. The surveyor obtained data by using interviewing techniques, participant observation, and literature study.

This study showed that political socialization at the payment service of PKB via Samsat online has been successful and has been running quite effectively. That could be seen from the preparation stages of the CPDPDP apparatus, but in another stages in three CPDPDP apparatus of Bandung City were still having some constraints. This can also be seen from the good coordination between CPDPDP with the District in the socialization process of PKB payment through Samsat online.

(4)

vii

melimpahkan rahmat, karunia dan kekuatan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “SOSIALISASI POLITIK DALAM

PELAYANAN PEMBAYARAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR

(PKB) MELALUI SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP (SAMSAT) ONLINE (Suatu Studi pada Wajib Pajak di Wilayah Kota Bandung)”. Peneliti menyadari sepenuhnya akan segala keterbatasan peneliti sendiri sehingga dalam skripsi ini masih banyak kekurangan. Peneliti berusaha semaksimal mungkin agar skripsi ini dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Peneliti dengan hati terbuka dan lapang dada, mengharapkan kritik yang membangun sebagai masukan yang berharga agar dapat menjadi bahan yang berguna dan bermanfaat bagi peneliti di masa yang akan datang.

Proses skripsi ini, peneliti banyak sekali mendapat bantuan dari berbagai pihak dan memberi bimbingan, dorongan dan segala fasilitas yang bermanfaat. Peneliti dalam kesempatan yang berharga ini dengan segala kerendahan hati, ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1 Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

2 Ibu Nia Karniawati, S.IP.,M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan sekaligus pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan dan saran-saran serta motivasinya kepada peneliti.

3 Ibu Tatik Rohmawati, S.IP selaku Dosen Wali Program Studi Ilmu Pemerintahan Angkatan 2007.

4 Ibu Airinawati, A.Md selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Pemerintahan. 5 Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Pemerintahan yang telah

membantu kelancaran peneliti dalam melaksanakan Penelitian.

(5)

viii

Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi (CPDPDP) Wilayah Kota Bandung II, yang telah memberikan waktu luangnya kepada peneliti untuk wawancara. Seluruh aparatur dan pihak kepolisian di Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi (CPDPDP) Wilayah Kota Bandung II yang telah membantu kelancaran peneliti dalam melaksanakan Penelitian di lapangan. 8 Bapak Iwan Dermawan, S.Sos.,M.Si selaku Kasi PKB atau BBNKB Cabang

Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi (CPDPDP) Wilayah Kota Bandung I, yang telah memberikan waktu luangnya kepada peneliti untuk wawancara. Seluruh aparatur dan pihak kepolisian di Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi (CPDPDP) Wilayah Kota Bandung I yang telah membantu kelancaran peneliti dalam melaksanakan Penelitian di lapangan. 9 Orangtuaku dan kedua saudaraku yang selalu memberi motivasi dalam

hidupku di dunia ini.

10 Semua pihak yang telah mendukung dan membantu secara tidak langsung dalam memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini terutama teman-teman kostan, teman-teman-teman-teman kampus dan teman-teman-teman-temanku di Bekasi.

Akhir kata semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca semua,Amiin.

Bandung, Agustus 2011

(6)

ix

MOTTO... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 15

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 15

1.4 Kegunaan Penelitian... 16

1.5 Kerangka Pemikiran ... 16

1.6 Metode Penelitian... 30

1.6.1 Teknik Penelitian... 30

1.6.2 Teknik Penentuan Informan ... 31

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data ... 32

1.6.4 Teknik Analisis Data... 33

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian... 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sosialisasi Politik ...35

2.1.1 Pengertian Sosialisasi Politik ...35

2.1.2 Jenis-Jenis Sosialisasi Politik...37

2.1.3 Syarat Terjadinya Sosialisasi Politik...38

2.2 Pengertian Pelayanan ...44

(7)

x

2.3.4 Pajak Daerah...57

2.3.4.1 Pengertian Pajak Daerah ...57

2.3.4.2 Jenis Pajak Daerah ...58

2.3.4.3 Objek, Subjek dan Wajib Pajak Daerah...60

2.3.4.4 Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)...61

BAB III OBJEK PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Kota Bandung...66

3.1.1 Perkembangan PKB di Kota Bandung...67

3.1.2 Visi dan Misi Kota Bandung...69

3.2 Gambaran Umum Wilayah Kota Bandung I Pajajaran ...72

3.2.1 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi CPDPDP Wilayah Kota Bandung I Pajajaran...72

3.2.2 Struktur Organisasi CPDPDP Wilayah Kota Bandung I Pajajaran... 73

3.2.3 Wilayah Kerja CPDPDP Wilayah Kota Bandung I Pajajaran ... 74

3.3 Gambaran Umum Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan...75

3.3.1 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi CPDPDP Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan... 75

3.3.2 Struktur Organisasi CPDPDP Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan...76

3.3.3 Wilayah Kerja CPDPDP Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan ... 77

3.4 Gambaran Umum Wilayah Kota Bandung III Soekarno-Hatta ...78

3.4.1 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi CPDPDP Wilayah Kota Bandung III Soekarno-Hatta...78

(8)

xi

3.5.2 Maksud dan Tujuan Samsatonline...81 3.5.3 Pelayanan Samsatonlinedi CPDPDP Wilayah Kota

Bandung ...81 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Agen Sosialisasi dalam Mensosialisasikan Pelayanan Pembayaran PKB melalui Samsatonlinedi Wilayah Kota Bandung...85 4.1.1 Tahap Persiapan Agen Sosialisasi dalam Mensosialisasikan

Pelayanan Pembayaran PKB melalui Samsatonline... 86 4.1.2 Tahap Meniru Agen Sosialisasi dalam Mensosialisasikan

Pelayanan Pembayaran PKB melalui Samsatonline...91 4.1.3 Tahap Siap Bertindak Agen Sosialisasi dalam Mensosialisasi

Pelayanan Pembayaran PKB melalui Samsatonline... 96 4.2 Materi Sosialisasi dalam Mensosialisasikan Pelayanan Pembayaran

Pembayaran PKB Melalui Samsatonlinedi Wilayah Kota

Bandung ...101 4.2.1 Nilai-Nilai Materi Sosialisasi dalam Mensosialisasikan

Pelayanan Pembayaran PKB melalui Samsatonline...102 4.2.2 Norma-Norma dalam Mensosialisasikan Pelayanan

Pembayaran PKB melalui Samsatonline...107 4.2.3 Perananan Aparatur dalam Mensosialisasikan Pelayanan

Pembayaran PKB melalui Samsatonline...112 4.3 Mekanisme Sosialisasi dalam Mensosialisasikan Pelayanan

Pembayaran PKB Melalui Samsatonline di Wilayah Kota

Bandung ...117 4.3.1 Instruksi dalam Mekanisme Sosialisasi Pelayanan

Pembayaran PKB Melalui Samsatonline...117 4.3.2 Motivasi dalam Mekanisme Sosialisasi Pelayanan

(9)

xii

4.4.1 Badan atau Instansi Dalam Pola Sosialisasi Pelayanan

Pembayaran PKB melalui Samsatonline...131

4.4.2 Koordinasi antar Badan atau Instansi Dalam Pola Sosialisasi Pelayanan Pembayaran PKB melalui Samsatonline...133

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...138

5.2 Saran...140

DAFTAR PUSTAKA ... 142

(10)

xiii

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian... 34 Tabel 3.1 Jumlah Sarana Angkutan Umum dan Pribadi Menurut Jenis

Kendaraan di Kota Bandung ... 69 Tabel 3.2 Rekapitulasi Keadaan Pegawai Pada CPDPDP Kota Bandung I

(11)

xiv

Gambar 1.1 Model Sosialisasi Politik... 20

Gambar 1.2 Model Kerangka Pemikiran ... 29

Gambar 2.1 Peranan Media dalam Proses Sosialisasi Politik... 40

Gambar 3.1 Struktur Organisasi CPDPDP Wilayah Kota Bandung I Pajajaran 73 Gambar 3.2 Struktur Organisasi CPDPDP Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan...76

Gambar 3.3 Struktur Organisasi CPDPDP Wilayah Kota Bandung III Soekarno-Hatta...79

Gambar 3.4 Mekanisme Pelayanan Samsatonline... 81

Gambar 4.1 Media Sosialisasi Melalui Pikiran Rakyatonline... 86

Gambar 4.2 Media Sosialisasi yang Terdapat di Samsatoutlet ITC Kalapa... 102

Gambar 4.3 Pemasangan spanduk di CPDPDP Wilayah Kota Bandung I Pajajaran Pada Tahun 2010...106

(12)

xv

Lampiran 1 Pedoman Wawancara untuk Aparatur ... 146

Lampiran 2 Pedoman Wawancara untuk Wajib Pajak... 149

Lampiran 3 Transkrip Wawancara... 151

Lampiran 4 Identitas Informan Aparatur ... 155

Lampiran 5 Identitas Informan Wajib Pajak... 157

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Daerah Provinsi Jawa Barat... 160

Lampiran 7 Surat izin Penelitian dari Dispenda Provinsi Jawa Barat ... 161

Lampiran 8 Surat Pengantar Penelitian dari Unikom kepada CPDPDP Wilayah Kota Bandung I Pajajaran... 162

Lampiran 9 Surat Pengantar Penelitian dari Unikom Kepada CPDPDP Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan ... 163

Lampiran 10 Surat Pengantar Penelitian dari Unikom Kepada CPDPDP Wilayah Kota Bandung III Soekarno-Hatta... 164

Lampiran 11 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari CPDPDP Kota Bandung I Pajajaran ... 165

Lampiran 12 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari CPDPDP Kota Bandung II Kawaluyaan... 166

Lampiran 13 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari CPDPDP Kota Bandung II Soekarno-Hatta... 167

Lampiran 14 Dokumentasi Foto... 168

(13)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Negara memiliki kewajiban untuk memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya, meningkatkan harkat dan martabat rakyat untuk menjadi manusia seutuhnya. Negara Republik Indonesia sebagai negara merdeka dan berdaulat mempunyai tujuan dalam menjalankan pemerintahannya. Pembangunan di segala bidang dilakukan untuk membentuk masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Tujuan bangsa Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Alenia IV, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

(14)

masyarakat maka akan semakin besar dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan.

Pembangunan merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengembangan atau mengadakan perubahan – perubahan kearah keadaan yang lebih baik. Pembangunan yang ingin dicapai bangsa Indonesia adalah mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang merata baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945. Demi terciptanya pembangunan nasional, maka penyusunan program pembangunan tersebut mengikuti suatu pola atau tatanan yang telah ditentukan didalam pemerintah negara Indonesia.

Pemerintahan Indonesia dalam rangka efektifitas pelaksanaan pembangunan di segala bidang, demi tercapainya keselarasan dan keseimbangan seluruh kegiatan pembangunan, maka diperlukan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya bagi seluruh rakyat. Urusan pemerintahan tidak semuanya dilaksanakan oleh pemerintah pusat, akan tetapi daerah diberikan kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Sistem pemerintahan negara Indonesia yang merupakan negara kesatuan berbentuk republik, maka dibentuk pemerintahan daerah sesuai Pasal 18 UUD Negara RI Tahun 1945.

(15)

Pendapatan Asli Daerah (PAD), termasuk surcharge of taxes, Pinjaman, maupun dana Perimbangan dari Pemerintah Pusat.

Keuangan daerah merupakan aspek yang sangat menentukan, agar daerah dapat mengurus rumah tangganya sendiri dengan sebaik-baiknya. Pemerintah daerah dalam melaksanakan fungsi pembangunan harus ditunjang dengan dana yang memadai, tanpa dana yang memadai pemerintah daerah tidak akan mampu memberikan hasil yang efektif dalam pembangunan.

Keuangan daerah digunakan untuk mendanai kegiatan pemerintahan dan pembangunan daerah serta memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pembangunan diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai, sumber pembiayaan yang memadai, dan dilengkapi dengan berbagai sarana penunjang lainnya.

Pelaksanaan otonomi daerah saat ini diatur dalam Undang-Undang RI No.12 Tahun 2008. Pemerintah daerah berdasarkan UU No. 12 Tahun 2008 untuk mendukung kemampuan melaksanakan otonomi daerah maka dibutuhkan peningkatan kemampuan pembuatan dan pelaksanaan pajak daerah agar dapat meningkatkan pendapatan daerah. Pemerintah dalam membiayai pembangunan salah satu upaya adalah menyerap dari sektor pajak, meskipun tidak kalah pentingnya pemasukan dari berbagai sektor pendapatan yang lain.

(16)

meningkatkan PAD, banyak daerah memikirkan bagaimana meningkatkan tarif pajak daerah dan retribusi daerah serta memikirkan untuk menciptakan objek-objek pajak daerah dan retribusi daerah yang baru. Pemerintah pusat Sebagai langkah telah menempuh kebijakan dengan memberi kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk menggali dana sebagai sumber bagi pembiayaan atas penyedian public services kepada masyarakat. Penggalian potensi dana tersebut antara lain melalui kegiatan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah.

PAD merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. PAD yang sah, bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi. Hal tersebut tercermin dengan diundangkannya Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Pajak daerah terdiri atas pajak Propinsi dan pajak Kabupaten atau Kota. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan salah satu pajak Propinsi yang sejak tahun 1976 telah dipungut dengan mengguanakan Sistem administrasi manunggal satu atap (Samsat) yang menggabungkan pelayanan administrasi kendaraan bermotor dan pembayaran pajak dalam satu gedung.

(17)

peningkatan peran serta masyarakat atau wajib pajak dalam membantu meningkatkan pendapatan daerah Provinsi Jawa Barat.

PKB dalam penerimaannya tergantung pada perkembangan jumlah dan peningkatan nilai jual kendaraan bermotor. Provinsi Jawa Barat terdapat peningkatan jumlah dan nilai jual kendaraan bermotor, akan tetapi potensi pajak ini belum tergali dengan baik, hal ini terlihat dari kurangnya dana untuk membiayai sarana dan prasarana umum yang diperlukan berkaitan dengan pertumbuhan jumlah kendaraan sehingga sering terjadi kemacetan yang sangat menganggu kenyamanan berkendara.

Pada tahun 2002 seiring dengan adanya kebijakan dari Gubernur bahwa dilingkungan Dinas tidak ada lagi Cabang Dinas, maka dibentuk Unit Pelayanan Pendapatan Daerah sesuai dengan Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 65 Tahun 2002 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas pada Unit Pelaksana Teknis dilingkungan Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Barat tanggal 2 Desember 2002. di dalam perjalanannya Cabang pelayanan di lingkungan Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat berkembang menjadi 33 CPDPDP yang tersebar di kabupaten atau Kota yang ada di Jawa Barat sesuai dengan Keputusan Gubernur Nomor 39 Tahun 2010 tentang Tugas Pokok , Fungsi ,Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Unit pelaksana Tekhnis Dinas di lingkungan Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari :

1. Cabang Pelayanan Dispenda Prov. Wil. Kota Depok I.

(18)

4. Cabang Pelayanan Dispenda Prov. Wil. Kota Bogor. 5. Cabang Pelayanan Dispenda Prov. Wil. Kota Sukabumi.

6. Cabang Pelayanan Dispenda Prov. Wil. Kabupaten Sukabumi I Cibadak. 7. Cabang Pelayanan Dispenda Prov. Wil. Kab. Sukabumi II Palabuhan Ratu. 8. Cabang Pelayanan Dispenda Prov. Wil. Kabupaten Cianjur.

9. Cabang Pelayanan Dispenda Prov. Wil. Kota Bekasi. 10. Cabang Pelayanan Dispenda Prov. Wil. Kabupaten Bekasi. 11. Cabang Pelayanan Dispenda Prov. Wil. Kabupaten Karawang. 12. Cabang Pelayanan Dispenda Prov. Wil. Kabupaten Purwakarta. 13. Cabang Pelayanan Dispenda Prov. Wil. Kabupaten Subang. 14. Cabang Pelayanan Dispenda Prov. Wil. Kota Cirebon.

15. Cabang Pelayanan Dispenda Prov. Wil. Kabupaten Cirebon I Sumber. 16. Cabang Pelayanan Dispenda Prov. Wil. Kabupaten Cirebon II Ciledug. 17. Cabang Pelayanan Dispenda Prov. Wil. Kabupaten Indramayu I.

18. Cabang Pelayanan Dispenda Prov. Wil. Kabupaten Indramayu II Haurgeulis.

(19)

26. Cabang Pelayanan Dispenda Prov. Wil. Kabupaten Sumedang. 27. Cabang Pelayanan Dispenda Prov. Wil. Kabupaten Garut. 28. Cabang Pelayanan Dispenda Prov. Wil. Kota Tasikmalaya. 29. Cabang Pelayanan Dispenda Prov. Wil. Kabupaten Tasikmalaya. 30. Cabang Pelayanan Dispenda Prov. Wil. Kabupaten Ciamis I.

31. Cabang Pelayanan Dispenda Prov. Wil. Kabupaten Ciamis II Pangandaran 32. Cabang Pelayanan Dispenda Prov. Wil. Kota Cimahi.

33. Cabang Pelayanan Dispenda Prov. Wil. Kota Banjar

Pelayanan kepada wajib pajak mengenai pembayaran PKB di Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi (CPDPDP) Wilayah Kota Bandung, awalnya dilaksanakan secara manual. Wajib pajak dari luar Kota Bandung harus pulang ke daerah asalnya membayar PKB dan waktu pelayanan relatif lama. Proses pembayaran PKB yang dilakukan secara manual memakan waktu yang cukup lama.

(20)

PKB kepada wajib pajak Kota Bandung dan sekaligus didalam rangka upaya meningkatkan kualitas pelayanan sehingga dapat mencapai tingkat indeks kepuasan masyarakat di dalam memberikan pelayanan yang prima, maka sejak tahun 2003 CPDPDP Kota Bandung telah dibagi menjadi 3 wilayah pelayanan yang terdiri dari CPDPDP Wilayah Kota Bandung I yang terletak di Pajajaran, CPDPDP Wilayah Kota Bandung II yang terletak di Kawaluyaan, dan CPDPDP Wilayah Kota Bandung III yang terletak di Soekarno-Hatta. CPDPDP Kota Bandung mengacu kepada Dispenda Provinsi Jawa Barat dalam melaksanakan pelayanan kepada wajib pajak berdasarkan Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2011 Perubahan atas Gubernur Jawa Barat No. 113 Tahun 2009.

Kompleksnya permasalahan PKB baik dalam proses pembayaran, terlebih dalam hubungannya dengan banyaknya kendaraan bermotor yang berada di Kota Bandung, maka akan berakibat pula pada semakin kompleksnya permasalahan dalam proses pelayanan di pembayaran PKB. Di satu sisi disebabkan oleh semakin meningkatnya permintaan pelayanan dari wajib pajak kendaraan bermotor dan di lain pihak yaitu aparat Dinas pendapatan daerah (Dispenda) Provinsi Jawa Barat juga dituntut untuk dapat memberikan pelayanan secara cepat, tepat waktu, memuaskan dan menjamin kepastian hukum.

(21)

STNK. Pembayaran PKB itu diwajibkan bagi pemilik kendaraan bermotor yang sah.

Pembenahan pelayanan birokrasi yang selama ini cenderung dicitrakan jelek khususnya bidang perpajakan terus menjadi masalah baik ditingkat publik atau wajib pajak maupun dilingkungan pemerintahan itu sendiri. Wajib pajak mempunyai tuntutan yang sangat kuat agar pemerintah konsisten untuk melaksanakan reformasi birokrasi dengan memberikan pelayanan prima kepada wajib pajak, sedangkan ditingkat pemerintahan sendiri, harus diakui pula bahwa secara legal formal pembenahan pelayanan pajak terus mendapat perhatian khusus.

Kebijakan-kebijakan dari pemerintah mengenai pajak diterbitkan agar penyelenggaraan pelayanan yang prima segera terealiasi. Keinginan tersebut setidaknya sejalan dengan apa yang mengenjala di ranah praktis, hampir seluruh pejabat publik, menjadikan isu pelayanan yang prima sebagai ikon kepemimpinan, apa yang terjadi tersebut kemudian mendapat dukungan teoritis. Reformasi birokrasi terus menguat karena tidak dapat dilepaskan dari pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia.

(22)

Pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu bagian dari pemerintahan Indonesia, melalui Dispenda telah membuat Samsat online sebagai wujud dari pelayanan yang berbasis electronic government. Wajib pajak di Provinsi Jawa Barat diharapkan dapat dengan mudah untuk membayar PKB melalui sarana-sarana penunjang yang telah disediakan oleh Pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat, khususnya Dispenda Provinsi Jawa Barat.

Pelaksanaan e-government di Dispenda Provinsi Jawa Barat merupakan suatu upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis Teknologi Informasi. Perkembangan dan pemanfaatan Teknologi Informasi, diiringi semakin meluasnya pengunaan internet sebagai akses informasi, telah mendorong suatu perubahan yang revolusioner. Perubahan pemanfaatan teknologi informasi tersebut selain dalam cara berkomunikasi dan menikmati hiburan, tetapi juga dalam birokrasi pemerintahan.

(23)

Pembayaran PKB melaui Samsatonlinemerupakan pembayaran PKB bagi wajib pajak yang dapat dilakukan di wilayah Jawa Barat berdasarkan ruang lingkup Polda Provinsi Jawa Barat, kecuali Bekasi, Cikarang, dan Depok yang termasuk ruang lingkup Polda metro jaya atau DKI Jakarta. Pembayaran PKB di CPDPDP atau sering disebut Samsat yang ada di setiap daerah pada awalnya hanya dilakukan di wilayah daerah tersebut. Pelaksanaan pembayaran PKB melalui Samsatonline, wajib pajak dari suatu Kabupaten atau Kota lain di wilayah Jawa Barat dapat melakukan pembayaran PKB di semua Samsat dalam ruang lingkup Polda Provinsi Jawa Barat, Sebagai contoh: wajib pajak dari Kota Cianjur sedang bekerja di Kota Bandung dapat melakukan pembayaran PKB online melalui Samsat di Kota Bandung, sehingga wajib pajak tersebut tidak perlu pulang ke Kota Cianjur untuk membayar PKB.

(24)

Ruang lingkup Samsat online yang dilaksanakan oleh Dispenda Provinsi Jawa Barat meliputi : Pengesahaan STNK setiap tahun, termasuk pengesahan STNK yang mempunyai tunggakan pokok pajak dan terkena sanksi administrasi sepanjang jatuh tempo STNK belum berakhir, pembayaran PKB, dan SWDKLL yang berdomisili dan kendaraannya terdaftar di Provinsi Jawa Barat. Peneliti hanya mengambil mengenai pembayaran PKB secara online, hal tersebut disebabkan PKB sangat besar peranannya dalam menyumbang PAD Jawa Barat.

Wajib pajak Provinsi Jawa Barat yang berada di Kota Bandung dalam melakukan pembayaran PKB melalui Samsat online hanya membawa dokumen berupa identitas pemilik kendaraan yang sah, STNK yang asli, dan bukti pelunasan PKB tahun terakhir. Proses pembayaran ini paling lama berlansung sekitar 5 menit sudah selesai dan tidak perlu menunggu terlalu lama.

Pembayaran PKB melalui Samsat online tidak hanya melalui CPDPDP, tetapi bisa dilakukan melalui Samsat outlet yang berada di Mall atau Pusat perbelanjaan yaitu BTC di jalan pasteur , ITC Kalapa dan BTM Cicadas. Hal ini sangat memudahkan bagi wajib pajak yang berada dekat dengan Mall atau pusat perbelanjaan tersebut dan mempermudahkan kinerja aparatur yang berada di CPDPDP dalam melakukan pelayanan kepada wajib pajak. Sistem pembayaran PKB melalui Samsat online akan memudahkan Pemerintah daerah dalam membiayai daerahnya karena PKB sangat besar peranannya dalam menyumbang PAD.

(25)

Salah satunya adalah menurunnya kepatuhan dan kesadaran wajib pajak akan kewajibannya karena dasarnya atau ada kecenderungan wajib pajak nerasa keberatan kalau harta yang telah dikumpulkan atau diperoleh sebagian disetorkan kepada negara, sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut diperlukan suatu perangkat untuk menggugah kepatuhan wajib pajak. Perangkat tersebut dapat berupa sosialisasi yang diberikan kepada wajib pajak akan kesadaran wajib pajak dalam hal pembayaran pajak. Pembayaran PKB melalui Samsat online tersebut perlu untuk disosialisasikan kepada wajib pajak.

Sosialisasi yang sedang dilakukan Dispenda yaitu melalui media elektronik, seperti website resmi Dispenda yang menyelenggarakan sistem tersebut yaitu www.Dispenda.jabarprov.go.id, siaran di TVRI atau melalui siaran radio TrijayaNetwork91.3 FM yang penyampaian informasinya bisa menjangkau masyarakat kelas menengah ke bawah yang tidak bisa mengakses website Dispenda. Penyampaian informasi bisa dilakukan melalui media cetak yaitu Pikiran Rakyat, pemasangan spanduk di CPDPDP, dan pembagian brosur oleh aparatur Dispenda Provinsi Jawa Barat di Kota Bandung.

Wajib pajak dalam era globlisasi menginginkan pemerintah memiliki wakturesponseyang cepat terhadap berbagai informasi yang terbaru untuk segera diketahui oleh wajib pajak. Wajib pajak tidak peduli bagaimana pemerintah mengorganisasikan dirinya, namun yang dibutuhkan wajib pajak adalah proses penyampaian informasi yang baik, cepat, dan murah.

(26)

lemahnya kebijakan pemeliharaan jalan yang disebabkan oleh pembagian hasil PKB yang kurang efektif, dengan tidak adanya benang merah antara penerimaan dan pengeluaran untuk jalan, mendorong tiap-tiap pengguna jalan untuk menuntut lebih banyak lagi, karena biaya pembangunan jalan tidak mempengaruhi biaya transportasi mereka secara individu.

Masalah lain yang timbul ketika proses sosialisasi ialah wajib pajak kendaraan bermotor tidak memahami ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam pelaksanaan tersebut, misalnya: wajib pajak yang baru tidak tahu mengenai proses pembayaran PKB melalui Samsat online harus datang ke CPDPDP di daerahnya, tidak bisa melalui bank atau Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan pelaksanaan Samsat online belum bersifat nasional, maksudnya wajib pajak yang berasal dari luar provinsi Jawa Barat atau luar pulau Jawa tidak bisa melakukan pembayaran melalui Samsat online, hal tersebut dikarenakan pembayaran PKB tidak bisa melalui pihak ketiga harus pengguna kendaraan bermotor tersebut yang membayar PKB dan wajib pajak tidak mengetahui mengenai pelaksanaan pembayaran PKB bisa melalui Samsat outlet. Proses sosialisasi sangat diperlukan, dengan adanya sosialisasi diharapkan kepatuhan wajib pajak dapat timbul dari diri wajib pajak, sehingga wajib pajak sadar akan kewajiban – kewajibannya dalam hal membayar pajak, khususnya PKB.

(27)

manunggal satu atap (Samsat) online ( Suatu Studi pada Wajib Pajak di Wilayah Kota Bandung)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti membuat identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana agen dalam mensosialisasikan pelayanan pembayaran PKB melalui Samsatonlinedi Wilayah Kota Bandung?

2. Bagaimana materi dalam mensosialisasikan pelayanan pembayaran PKB melalui Samsatonlinedi Wilayah Kota Bandung?

3. Bagaimana mekanisme dalam mensosialisasikan pelayanan pembayaran PKB melalui Samsatonlinedi Wilayah Kota Bandung?

4. Bagaimana pola dalam mensosialisasikan pelayanan pembayaran PKB melalui Samsatonlinedi Wilayah Kota Bandung?

1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan menganalisis sosialisasi politik dalam pelayanan pembayaran PKB melalui Samsat online di Wilayah Kota Bandung, sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah :

(28)

2. Untuk mengetahui materi dalam mensosialisasikan pelayanan pembayaran PKB melalui Samsatonlinedi Wilayah Kota Bandung.

3. Untuk mengetahui mekanisme dalam mensosialisasikan pelayanan pembayaran PKB melalui Samsatonlinedi Wilayah Kota Bandung.

4. Untuk mengetahui pola dalam mensosialisasikan pelayanan pembayaran PKB melalui Samsatonlinedi Wilayah Kota Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai sosialisasi politik dalam pelayanan pembayaran PKB melalui Samsatonlinedi Wilayah Kota Bandung.

2. Bagi ilmiah, penelitian ini untuk mengembangkan teori-teori yang peneliti gunakan yang relevan dengan permasalahan dalam penelitian ini.

3. Bagi praktis, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, khususnya pada aparatur Dispenda Provinsi Jawa Barat serta aparatur CPDPDP di Kota Bandung dalam sosialisasi politik dalam pelayanan pembayaran PKB melalui Samsat online di Wilayah Kota Bandung.

1.5 Kerangka Pemikiran

(29)

Menurut Susanto sosialisasi adalah suatu proses yang mengajar individu menjadi anggota masyarakat dan berfungsi dalam masyarakat (Susanto, 1992:164). Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diartikan segala kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah daerah merupakan kebijakan politik. Sosialisasi kebijakan daerah merupakan pula sosialisasi politik dari penyelenggaran pemerintahan di daerah.

Proses sosialisasi melalui berbagai tahap sejak dari awal masa kanak-kanak sampai tingkat yang paling tinggi dalam usia dewasa. Sebagai model, hal tersebut tidak menekankan suatu proses semua sendiri (selalu berubah-berubah) dan proses mutlak dari sosialisasi yang tidak memungkinkan terdapatnya variasi dari sistem politik yang satu kepada sistem politik lain. Sosialisasi diartikan sebagai suatu proses yang berkesinambungan sepanjang hidup, dan mempengaruhi anak, para remaja dan orang dewasa. Daripada itu, tidak dipastikan bahwa masing-masing individu tadi dipengaruhi secara sama, baik dalam satu sistem khusus maupun jika mereka itu ada diantaranya sistem-sistem tertentu.

Lebih lanjut Sutaryo mengemukakan bahwa syarat terjadinya sosialisasi adalah:

1) Apa yang disosialisasikan, merupakan bentuk informasi yang akan diberikan kepada masyarakat berupa nilai, norma dan peran.

2) Bagaimana cara mensosialisasikan, melibatkan proses pembelajaran formal dan informal.

3) Siapa yang mensosialisasikan, institusi, mass-media, individu dan kelompok.

(Sutaryo, 2005:13)

(30)

usahanya mempelajari politik, baik formal maupun informal, pada setiap tahap siklus kehidupan dan termasuk didalamnya tidak hanya secara ekplisit masalah belajar politik saja, akan tetapi juga secara nominal belajar bersikap non-politik mengenai karakteristik-karateristik kepribadian yang bersangkutan.

Proses sosialisasi dalam pelaksanannya membutuhkan waktu yang lama dan rumit. Hal tersebut dikemukakan oleh Herbert Mead berpendapat bahwa proses sosialisasi dapat dibedakan melalui beberapa tahap, yaitu:

1) Tahap persiapan, dilakukan untuk memperoleh pemahaman tentang lingkungan

2) Tahap meniru, tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya subyek menirukan peran yang dilakukan oleh subyek-subyek yang lain.

3) Tahap siap bertindak, peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran.

4) Tahap penerimaan norma kolektif, subyek sosialisasi dapat menempatkan dirinya pada posisi lingkungannya.

(Mead,1959:59)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa sosialisasi merupakan suatu proses pengenalan nilai-nilai dan norma-norma yang berjalan secara berangsur-angsur untuk diketahui oleh umum, yang dapat dipengaruhi oleh agen sosialisasi, materi sosialisasi, mekanisme sosialisasi, subyek atau sasaran sosialisasi dan pola sosialisasi. Dari unsur yang mempengaruhi di atas, subyek dan sasaran dapat digunakan dalam penelitian ini karena untuk subyek dan sasaran cukup jelas yaitu aparatur CPDPDP di Kota Bandung.

(31)

Proses sosialisasi dapat memanfaatkan kemajuan dalam bidang teknologi. Modernisasi teknologi pada pemerintahan menjadikan pemerintahan yang berbasis teknologi digital, manfaat teknologi digital pada pemerintahan adalah untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi pemerintah dalam penyelenggaran pelayanan terhadap masyarakat.

Sosialisasi politik menurut Michael Rush dan Phillip Althoff diartikan sebagai satu proses yang terus berkesinambungan sepanjang hidup, dan mempengaruhi anak, para remaja dan orang dewasa (Rush & Althoff, 2002:37). Inti dari sosialisasi politik adalah proses pembelajaran kepada masyarakat mengenai sesuatu hal yang belum diketahui untuk dapat diterima dan dapat dilaksanakan dengan baik. Proses tersebut dapat bertahan dalam waktu tertentu karena ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi dan kebudayaan.

(32)
[image:32.595.238.422.114.359.2]

Gambar 1.1 Model Sosialisasi Politik

(Sumber: Rush & Althoff, 2002:37)

Gambar model sosialisasi politik tersebut, mengandung unsur-unsur dalam proses sosialisasi politik yang ditentukan, antara lain:

1) Agen sosialisasi politik adalah perantara atau pihak-pihak yang melaksanakan dan melakukan sosialisasi, yang terdiri dari keluarga, pendidikan, media massa, kelompok sebaya, kelompok kerja, kelompok agama. Selain itu, keberadaan kelompok kepentingan dan organisasi kemasyarakataan memberi pengaruh sebagai agen sosialisasi politik terhadap partisipasi masyarakat.

2) Materi sosialisasi politik adalah isi mengenai apa yang akan disosialisasikan, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan sikap-sikap politik yang hidup di masyarakat.

3) Mekanisme sosialisasi politik adalah cara yang dilakukan agen sosialisasi dalam proses sosialisasi, di bagi menjadi tiga yaitu, imitasi, insturuksi, motivasi.

4) Pola sosialisasi politik adalah proses yang terus berkesinambungan, untuk mengetahui proses sosialisasi, yang terdiri dari badan atau instansi yang melakukan proses sosialisasi, hubungan antara badan atau instansi tersebut dalam melakukan proses sosialisasi

(Rush & Althoff, 2002:37).

(33)

ditetapkan, sejalan dengan pendapat tersebut. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (KEPMENPAN) Nomor 63 Tahun 2003 tentang Standar Pelayanan Publik mendefinisikan pelayanan sebagi berikut:

“Segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi Pemerintah di pusat, di daerah dan dilingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan”.(keputusan MENPAN Nomor 63/2003)

Berdasarkan keputusan MENPAN diatas jelas bahwa segala bentuk pelayanan baik barang atau jasa yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat maupun di daerah-daerah harus berlandaskan pada peraturan perundangundangan, dimaksudkan agar jelas dasar hukumnya. Definisi pelayanan menurut Gronroos (1990:20) sebagaimana dikutip dibawah ini:

“ Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan konsumen atau pelanggan”.(dalam Ratminto dan Widyaningsih,2005:2)

(34)

dan jasa baik dalam bentuk pemenuhan masyarakat maupun dalam pelaksanaan ketentuan perundang-undangan”.

Dispenda Provinsi Jawa Barat untuk mempermudah dalam memberikan pelayanannya terhadap wajib pajak, diterapkan Sistem Komputerisasi terhadap pembayaran PKB yaitu Samsatonline. Dispenda Provinsi Jawa Barat menerapkan Samsat online untuk meningkatkan pelayanan publik, dengan adanya pelaksanan Samsat online diharapkan wajib pajak bisa lebih mudah dalam melakukan pembayaran PKB.

Pelayanan pembayaran PKB melalui Samsat online ini tentunya diharapkan memberikan pelayanan terbaik kepada publik atau wajib pajak. Sinambela di dalam bukunya yang berjudul Reformasi Pelayanan Publik, mendefinisikan pelayanan publik sebagai berikut:

“Pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara pemerintah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, Negara didirikan oleh publik (masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat”. (Sinambela, 2006:5) Pelayanan publik menurut definisi di atas dikatakan bahwa pelayanan publik merupakan pemenuhan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada hakikatnya negara dalam hal ini adalah pemerintah (birokrat) harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(35)

1. Kemudahan dalam pengurusan kepentingan 2. Mendapatkan pelayanan secara wajar

3. Mendapatkan perlakuan yang sama tanpa pilih-kasih 4. Mendapatkan perlakuan yang jujur dan terus terang. (Moenir, 2008:47)

Pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap masyarakatnya harus dilakukan dengan cara yang terbaik. Pelayanan yang terbaik harus dilakukan dengan cara-cara seperti yang telah disebutkan di atas dengan cara memberikan kemudahan dalam mengurus berbagai urusan supaya pelayanan yang dilakukan bisa berjalan dengan cepat, memberikan pelayanan secara wajar dan tidak berlebihan sesuai dengan keperluannya masing-masing, memberikan perlakuan yang sama dan tidak membeda-bedakan dan bisa bersikap jujur.

Moenir dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Upaya meningkatkan pelayanan umum terdapat enam faktor yang penting diantaranya:

1. Faktor kesadaran 2. Faktor aturan 3. Faktor organisasi 4. Faktor pendapatan

5. Faktor kemampuan- keterampilan 6. Faktor sarana pelayanan

(Moenir, 2008:88-121)

(36)

nyaman dan kondusif agar tercapainya pelayanan yang prima, antara pihak yang melayani dan yang dilayani.

Pelayanan publik kepada masyarakat merupakan salah satu tugasatau fungsi penting Pemerintah dalam menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahannya. Pelayanan publik merupakan unsur yang sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan karena menyangkut aspek kehidupan yang sangat luas. Pemerintah dalam kehidupan bernegara, mempunyai fungsi memberikan berbagai pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai bidang aspek kehidupan.

Pajak merupakan hal sangat penting dalam sebuah negara, masyarakat diwajibkan membayar pajak, seperti yang dikemukakan oleh Rochmat Soemitro, yamg dikutip oleh Mardiasmo dalam bukunya yang berjudulPerpajakan,bahwa :

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”(dalam Mardiasmo.2009:1).

Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat dikatakan bahwa pajak adalah iuran atau pungutan yang digunakan oleh suatu badan yang bersifat umum (negara) untuk memasukkan uang kedalam kas negara dalam menutupi segala pengeluaran yang telah dilakukan dimana pungutannya dapat dipaksakan. Pajak agar tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, seperti yang dikemukakan oleh Mardiasmo dalam bukunya yang berjudul Perpajakan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut :

(37)

mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedang adil dalam pelaksanannya yakni dengan memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis) Di Indonesia pajak diatur dalam UUD 1945 Pasal 23 Ayat 2. Hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warganya.

3. Tidak menganggu perekonomian (syarat Ekonomis) Pemungutan tidak boleh menganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat. 4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat Finansiil) Sesuai fungsi

budgetir, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan yang baru.

(Mardiasmo, 2009:2).

Pajak sangat dibutuhkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai pembangunan infrastruktur dan kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak sangat dibutuhkan. Kendaraan bermotor juga dapat dikenakan pajak, pengertian kendaraan bermotor menurut Undang-undang No. 28 Tahun 2009, yaitu:

“ Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandenggannya yang digunakan di semua jenis jalan darat dan kendaraan bermotor yang dioperasikan di air dengan isi kotor 5 GT sampai 7 GT”(UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 3).

Berdasarkan diatas dapat dikatakan bahwa kendaraan bermotor tidak hanya yang berada di darat saja , tetapi juga yang dioperasikan di atas air, juga dikenakan pajak. Hal tersebut berarti pengenaan PKB tidak membeda-bedakan pemakaiannya, semua dikenakan pajak yang adil.

(38)

Samsat sangat membantu Dispenda Provinsi Jawa Barat untuk mengefektifkan pembayaran pajak, khususnya PKB sebagai PAD Jawa Barat. Hal demikian dilakukan agar setiap pemasukan dari pajak-pajak daerah dapat berjalan dengan lancar dan pengawasan berjalan dengan benar melalui Samsat di setiap daerah.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka peneliti menyusun definisi operasional sebagai berikut :

1. Sosialisasi politik adalah proses pengenalan informasi mengenai kebijakan pemerintah secara berangsur-angsur kepada masyarakat atau wajib pajak di Wilayah Kota Bandung mengenai pelayanan pembayaran PKB melalui Samsat online.

2. Pelayanan pembayaran PKB adalah perwujudan dari pengabdian dan peran serta wajib PKB untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban membayar PKB yang dikelola oleh Dispenda Provinsi Jawa Barat dan dilaksanakan di tiga CPDPDP Wilayah Kota Bandung melalui Samsat online.

3. Samsat online adalah suatu sistem administrasi yang dibentuk untuk memperlancar dan mempercepat pelayanan kepentingan wajib pajak yang kegiatannya diselenggarakan dalam satu gedung dan dapat dilakukan di CPDPDP dan Samsat outlet di Kota atau Kabupaten dalam Wilayah kerja Polda Jabar.

(39)

pajak yang berasal dari Kota atau Kabupaten di Provinsi Jawa Barat dalam Wilayah kerja Polda Jabar yang berada di Kota Bandung oleh Aparatur CPDPDP, yang dapat di lihat dari indikator-indikator sebagai berikut:

1) Agen sosialisasi adalah perantara atau pihak-pihak yang melaksanakan Samsat online dan melakukan sosialisasi. Adapun agen sosialisasi dalam mensosialisasikan Samsat online di Kota Bandung yaitu: aparatur di tiga CPDPDP Kota Bandung. Agen sosialisasi dalam proses sosialisasinya ini dapat dilihat dari:

1. Tahap persiapan adalah proses mempersiapkan bagaimana bentuk mensosialisasikan Samsat online pada CPDPDP di Kota Bandung untuk meningkatkan PAD Provinsi Jawa Barat.

2. Tahap meniru adalah proses mengamati dari berbagai daerah yang berhasil dalam pengembangan e-government khususnya pembayaran PKB melalui Samsat online dan dijadikan acuan untuk pelaksanaan pembayaran PKB melalui Samsat online pada CPDPDP di Kota Bandung.

3. Tahap siap bertindaknya adalah proses pelaksanaan yang sepenuhnya dilakukan di setiap CPDPDP di Kota Bandung, dalam pelayanan pembayaran PKB melalui Samsatonline.

(40)

1. Nilai-nilai yang terkandung adalah mengenai sosialisasi tentang pelayanan pembayaran PKB melalui Samsat online di setiap CPDPDP Kota Bandung, nilai sosialisasi kepada wajib pajak untuk mensosialisasikan pelayanan pembayaran PKB melalui Samsatonline. 2. Norma-norma yang terkandung adalah mengenai sosialisasi tentang

pelayanan pembayaran PKB melalui Samsat online di tiga CPDPDP Kota Bandung, sikap yang dihadapi oleh aparatur kepada wajib pajak untuk mensosialisasikan pelayanan pembayaran PKB melalui Samsat online.

3. Peranan adalah kegiatan - kegiatan yang dilakukan oleh aparatur diantaranya mengandung pengetahuan yang dapat memberikan informasi tentang sosialisasi politik dalam pelayanan pembayaran PKB melalui Samsat online di tiga CPDPDP Kota Bandung dan bentuk-bentuk pelayanan kepada wajib pajak.

3) Mekanisme sosialisasi adalah cara yang dilakukan aparatur di tiga CPDPDP Kota Bandung dalam proses sosialisasi politik dalam pelayanan pembayaran PKB melalui Samsatonline, yang terdiri dari :

1. Instruksi adalah perintah dari Dispenda Provinsi Jawa Barat ke tiga CPDPDP Kota Bandung untuk menyampaikan bagaimana cara mensosialisasikan pelayanan pembayaran PKB melalui Samsatonline. 2. Motivasi (pendorong) adalah yang menjadi penyemangat aparatur di

(41)

3. Proses yang dilakukan melalui pembelajaran di tiga CPDPDP Kota Bandung adalah mengenai pelaksanaan yang sudah dilakukan dalam pelayanan pembayaran PKB melalui Samsatonline.

4) Pola sosialisasi adalah suatu proses penyampaian informasi yang terus dan berkesinambungan, untuk mengetahui proses sosialisasi politik dalam pelayanan pembayaran PKB melalui Samsatonline.

[image:41.595.38.548.357.680.2]

Berdasarkan pada teori, konsep, definisi operasional dan indikator-indikator diatas, peneliti membuat model kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 1.2

Model Kerangka Pemikiran

Sosialisasi politik dalam pelayanan pembayaran PKB melalui Samsatonline

Di Wilayah Kota Bandung

Agen sosialisasi - Tahap persiapan - Tahap meniru

- Tahap Siap Bertindak

Mekanisme sosialisasi - Intruksi

- Motivasi

- Pembelajaran formal Materi sosialisasi

- Nilai - Norma - Peranan

Pola Sosialisasi - Badan atau instansi - Koordinasi antar

Badan atau instansi

Meningkatkan PAD Provinsi Jawa Barat dan kualitas pelayanan yang prima

kepada wajib pajak di Wilayah Kota Bandung Peraturan daerah

(42)

1.6 Metode Penelitian 1.6.1 Teknik Penelitian

Peneliti sesuai dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini dan berhubungan dengan yang terjadi sekarang, maka dasar-dasar yang digunakan untuk mencari kebenaran dalam skripsi ini adalah berdasarkan suatu metode. Metode tersebut dapat lebih mengarahkan peneliti dalam melakukan penelitian dan pengamatan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode ini menggambarkan atau menjelaskan sesuatu hal kemudian diklasifikasikan sehingga dapat diambil suatu kesimpulan. Pengertian metode penelitian deskriptif menurut Nasution dalam bukunya Metode Research mendefinisikan metode penelitian deskriptif, sebagai berikut:

(43)

1.6.2 Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan dalam penelitian ini adalah purposive (pengambilan informan berdasarkan tujuan). Teknik penentuan informan ini adalah siapa yang akan dijadikan sebagai anggota informan diserahkan pada pertimbangan pengumpulan data yang sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.

Menurut Sanafiah Faisal teknik pengambilan sampel purposive adalah teknik pengambilan sampel yang didasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu, jadi tidak melalui proses pemilihan sebagaimana yang dilakukan dalam teknik random. Sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti (Faisal, 1999:67). Penentuan informan dalam penelitian ini berdasarkan objek yang diteliti dan berdasarkan keterkaitan informan tersebut dengan penelitian.

Penentuan informan untuk wajib pajak dan aparatur menggunakan metode Purposive . Wajib pajak yang berasal dari luar Kota Bandung yang datang langsung ke CPDPDP atau ke Samsat outlet di Kota Bandung untuk membayar PKB melalui Samsat online, maka peneliti mewawancarai wajib pajak tersebut untuk mencari data-data yang diinginkan mengenai sosialisasi politik dalam pelayanan pembayaran PKB melalui Samsatonline.

Adapun informan yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu:

(44)

informasi mengenai proses sosialisasi politik dalam pelayanan pembayaran PKB melalui Samsatonline.

2. Wajib pajak yang melakukan pembayaran PKB melalui Samsat online di tiga CPDPDP dan di Samsat outlet Kota Bandung. Peneliti melakukan wawancara kepada wajib pajak untuk memperoleh informasi mengenai hasil sosialisasi politik dalam pelayanan pembayaran PKB melalui Samsat online.

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipakai peneliti dalam penyusunan skripsi ini yaitu :

a. Studi Pustaka

Studi pustaka yaitu dengan membaca dan mencari literatur yang berhubungan langsung dengan sosialisasi politik dalam pelayanan pembayaran PKB melalui Samsat online, serta dokumenter, yaitu format pencatatan dokumen dan sumber datanya berupa catatan atau dokumen yang tersedia pada Dispenda Provinsi Jawa Barat dan tiga CPDPDP Kota Bandung.

b. Studi Lapangan

(45)

1. Observasi partisipatif, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara peneliti berada di subjek yang diteliti, sehingga peneliti dapat mengamati tentang data dan informasi yang diharapkan.

2. Wawancara, melakukan tanya jawab dengan narasumber yaitu aparatur di tiga CPDPDP Kota Bandung yang mengetahui dan memahami lebih jauh khususnya mengenai sosialisasi politik dalam pelayanan pembayaran PKB melaui Samsat online dan kepada wajib pajak yang melakukan pembayaran PKB di CPDPDP dan Samsatoutletdi Kota Bandung.

1.6.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdapat empat teknik, yang dikutip dari Winarno dalam bukunya yang berjudul Teori Dan Proses Kebijakan Publik,keempat teknik tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1. Pengumpulam data adalah teknik dokumentasi atau penelitian kepustakaan untuk memperoleh data baik primer maupun sekunder. Kemudian tentang pengamatan kinerja aparatur, yang terakhir dengan pelengkap wawancara dengan pihak-pihak yang berkompeten dalam hal yang berhubungan dengan masalah penelitian.

2. Penilaian data pada tahap ini adalah memvalidasi dan objektivitas sehingga perlu melakukan kategorisasi data primer dan sekunder dengan pencatatan serta mereduksi data sekunder, kemudian diseleksi agar relevan dengan masalah penelitian.

(46)

4 Menarik kesimpulan atau generalisasi adalah untuk ditujukan menjawab pertanyaan dalan permasalahan yang dirumuskan dengan melihat dasar analisis yang dilakukan, kemudian disusul dengan komentar terhadap hasil kesimpulan

(Winarno, 2005: 133).

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data yang sesuai dengan penelitian ini adalah analisis deskriptif, yaitu suatu kegiatan yang mengacu pada penelahaan atau pengujian yang sistematik mengenai suatu hal dalam rangka menentukan bagian-bagian hubungan dalam keseluruhan.

1.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian

[image:46.595.115.526.564.748.2]

Penelitian ini dilaksanakan di tiga CPDPDP Kota Bandung, yaitu: CPDPDP Wilayah Kota Bandung I Jl. Pajajaran No. 88, CPDPDP Wilayah Kota Bandung II Jl Kawaluyaan dan CPDPDP Wilayah Kota Bandung III Jl. Soekarno Hatta No. 528. Adapun penjadwalan penelitian dimulai dari penyusunan rancangan judul sampai dengan sidang ujian skripsi dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian

No Waktu

Kegiatan

Tahun 2011

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags 1 Penyusunan

Rancangan Judul 2 Penyusunan Usulan

Penelitian 3 Seminar Usulan

Penelitian

(47)
(48)

35 2.1 Sosialisasi Politik

2.1.1 Pengertian Sosialisasi Politik

Sosialisasi politik mencakup pemeriksaan mengenai lingkungan kultural, lingkungan sosial dari masyarakat yang bersangkutan, interaksi sosial, tingkah laku sosial, suatu proses bagaimana memperkenalkan sebuah sistem pada seseorang, dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya. Sosialisasi politik ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi dan kebudayaan di mana individu berada, selain itu juga ditentukan oleh interaksi pengalaman-pengalaman serta kepribadiannya.

Berdasarkan hal tersebut, sosialisasi politik merupakan mata rantai paling penting di antara sistem-sistem sosial lainnya, karena dalam sosialisasi politik adanya keterlibatan individu-individu sampai dengan kelompok-kelompok dalam satu sistem untuk berpartisipasi. Pengertian sosialisasi politik menurut Charles R. Wright adalah:

“Proses ketika individu mendapatkan kebudayaan kelompoknya dan menginternalisasikan (sampai tingkat tertentu) norma-norma sosialnya, sehingga membimbing orang tersebut untuk memperhitungkan harapan-harapan orang lain” (dalam Sutaryo, 2005:156).

(49)

merupakan proses dengan mana seseorang belajar menjadi anggota masyarakat (dalam Sutaryo, 2005:156).

Berdasarkan uraian di atas terdapat persamaan mengenai sosialisasi politik, terletak pada objek dari sosialisasi yaitu masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia, dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Sosialisasi politik juga terdapat interaksi antar manusia sebagai anggota kelompok. Timbulnya kelompok-kelompok dalam masyarakat ialah karena dua sifat manusia yang bertentangan satu sama lain, di satu pihak ingin berkerjasama, di pihak lain cenderung untuk bersaing dengan sesama manusia untuk dapat berkuasa. Kekuasan merupakan kajian dan konsep dari politik. Mengenai hubungan sosialisasi dengan politik terletak pada objek dari sosialisasi, dapat diartikan bahwa pengertian sosialisasi sama dengan pengertian dari sosialisasi politik.

Fred. Greenstein menjelaskan pengertian sosialisasi politik dalam arti sempit dan luas, yaitu:

1) Penanaman informasi yang disengaja, nilai-nilai dan praktek-praktek yang oleh badan-badan intruksional secara formal ditugaskan untuk tanggung jawab.

2) Semua usaha untuk mempelajari, baik formal maupun informal, disengaja ataupun tidak direncanakan, pada setiap tahap siklus kehidupan, dan termasuk didalamnya tidak secara eksplisit masalah belajar saja, akan tetapi juga secara nominal belajar bersikap mengenai karakteristik-karakteristik kepribadian yang bersangkutan.

(dalam Rush & Althoff, 2002:35-36)

(50)

objek sosialisasi. Menurut David Easton dan Jack Dennis sosialisasi politik adalah suatu proses perkembangan seseorang untuk mendapatkan orientasi-orientasi dan pola tingkah lakunya (dalam Rush & Althoff, 2002:36).

Sosialisasi politik menurut Syahrial Syarbaini dkk ialah proses pembentukan sikap dan orietansi politik pada anggota masyarakat (Syahrial Syarbaini dkk, 2004:71). Masyarakat melalui proses sosialisasi politik inilah memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat. Proses ini berlangsung seumur hidup melalui pendidikan formal dan informal atau tidak sengaja melalui kontak dan pengalaman sehari-hari, baik dalam kehidupan keluarga atau tetangga maupun dalam pergaulan masyarakat.

2.1.2 Jenis- Jenis Sosialisasi Politik

Sosialisasi apabila dikaitkan dengan prosesnya, terdapat jenis-jenis sosialisasi. Susanto membagi jenis sosialisasi menjadi dua, yaitu:

1) Sosialisasi primer, sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi ini berlangsung pada saat kanak-kanak

2) Sosialisasi sekunder, adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat.

(Susanto,1992:32)

(51)

waktu tertentu, bersama-sama menjalani proses kehidupan, dan diatur secara formal.

Jenis-jenis sosialisasi berdasarkan tipenya menurut Syahrial Syarbaini dkk, terbagi menjadi dua, yaitu:

1) Sosialisasi formal, yaitu sosialisasi yang dilakukan melalui lembaga berwenang menurut ketentuan negara atau melalui lembaga-lembaga yang dibentuk menurut undang-undang dan peraturan pemerintah yang berlaku.

2) Sosialisasi informal, yaitu sosialisasi yang bersifat kekeluargaan, pertemanan atau sifatnya tidak resmi.

(Syarbaini dkk, 2004:73)

Sosialisasi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga resmi pemerintahan, disebut sosialisasi formal karena lembaga tersebut mempunyai kewenangan karena mempunyai landasan hukum dan materi yang disampaikan merupakan kebijakan pemerintah. Sosialisasi yang bersifat informal lebih sering dilakukan tanpa disadari. Jenis sosialisasi formal merupakan jenis yang sering digunakan oleh pemerintah dalam mensosialisaskan program atau kebijakan yang baru dibuat kepada masyarakat

2.1.3 Syarat Terjadinya Sosialisasi Politik

Sosialisasi merupakan sistem dalam kehidupan masyarakat yang sangat penting. Berdasarkan hal tersebut, sosialisasi politik memberikan dua kontribusi fundamental bagi kehidupan masyarakat, yaitu:

1) Pertama, memberikan dasar atau fondasi kepada individu bagi terciptanya partisipasi yang efektif dalam masyarakat.

2) Kedua, memungkinkan lestarinya suatu masyarakat, karena tanpa sosialisasi akan hanya ada satu generasi saja sehingga kelestarian masyarakat akan sangat terganggu

(52)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa melalui sosialisasi politik masyarakat dapat berpartisipasi untuk kepentingan hidupnya dan menciptakan generasi untuk kelestarian kehidupan selanjutnya. Selain itu, terdapat faktor lain yang menunjang proses sosialisasi politik yaitu faktor lingkungan, dimana didalamnya interaksi sosial. Selain faktor lingkungan terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi sosialisasi, di antaranya adalah:

1) Apa yang disosialisasikan, merupakan bentuk informasi yang akan diberikan kepada masyarakat berupa nilai, norma dan peran.

2) Bagaimana cara mensosialisasikan, melibatkan proses pembelajaran. 3) Siapa yang mensosialisasikan, institusi, mass-media, individu dan

kelompok. (Susanto,1992:45)

Michael Rush dan Phillip Althoff berpendapat bahwa setiap keberhasilan suatu proses sosialisasi politik ditentukan oleh faktor lingkungan dan keterkaitan unsur-unsur yang mempengaruhinya. Proses keberhasilan sosialisasi politik ditentukan oleh:

1) Agen sosialisasi politik, yang terdiri dari keluarga, pendidikan, media massa, kelompok sebaya, kelompok kerja, kelompok agama. Selain itu keberadaan kelompok kepentingan dan organisasi kemasyarakatan memberi pengaruh sebagai agen sosialisasi politik terhadap partisipasi masyarakat.

2) Materi sosialisasi politik, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan sikap-sikap politik yang hidup di masyarakat.

3) Mekanisme sosialisasi politik, di bagi menjadi tiga yaitu, imitasi, instruksi, motivasi.

4) Pola sosialisasi politik proses yang terus berkesinambungan, untuk mengetahui proses sosialisasi, yang terdiri dari Badan atau instansi yang melakukan proses sosialisasi, hubungan antara badan atau instansi tersebut dalam melakukan proses sosialisasi

(Rush & Althoff, 2002:37).

(53)

norma-norma yang terdapat dalam materi sosialisasi politik. Keberhasilan tersebut ditentukan oleh mekanisme yang terencana dan digambarkan dalam pola proses sosialisasi yang baik. Apabila proses-proses tersebut dapat tersusun, maka penyebaran informasi mengenai materi sosialisasi politik dapat dengan tepat disampaikan ke sasaran sosialisasi.

[image:53.595.101.538.515.696.2]

Agen sosialisasi politik adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Terdapat empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan lembaga pendidikan sekolah. Akan tetapi media dalam proses sosialisasi politik merupakan sarana tambahan, hal tersebut sejalan dengan pendapat Lane bahwa dasar sosialisasi adalah keluarga dan peranan media massa hanyalah bersifat tambahan (dalam Susanto, 1992:163). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dari gambar 2.1, yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.1

Peranan Media dalam Proses Sosialisasi Politik

(Sumber: Susanto, 1992:163) Politisasi Keluarga

Kemungkinan memperoleh dari

Media

Perhatian

(54)

Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi politik berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain, contohnya apa yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan dapat bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi yang lain, tetapi yang menerima pesan dapat dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya dan media massa.

Materi sosialisasi politik merupakan isi yang akan disampaikan kepada sasaran sosialisasi. Pada dasarnya, materi sosialisasi harus mengandung nilai-nilai dan norma-norma. Adapun pengertian nilai dan norma menurut Hasan Mustafa adalah:

“Nilai adalah prinsip-prinsip etika yang dipegang dengan kuat oleh individu atau kelompok sehingga mengikatnya dan sangat berpengaruh pada prilakunya sedangkan norma, yaitu aturan-aturan baku tentang perilaku yang harus dipatuhi oleh setiap anggota suatu unit sosial sehingga ada sangsi negatif dan positif” (Mustafa,1995:112)

materi sosialisasi politik selain memiliki kedua unsur tersebut, harus mengandung unsur peran. Peran adalah seperangkat harapan atau tuntutan kepada seseorang untuk menampilkan perilaku tertentu karena orang tersebut menduduki suatu status sosial tertentu. Peran materi sosialisasi harus mengandung peran yang berupa pengetahuan.

(55)

memainkan peranan yang penting dalam penentuan reaksi terhadap rangsangan khusus dan terhadap pembentukan sikap-sikap ataupun pendapat-pendapat khusus, akan tetapi sikap-sikap dapat mendahului nilai-nilai, khususnya yang berlangsung pada dasar sosialisasi politik, nilai-nilai itu adalah sebagai berikut:

1) Tradisi; terutama agama, tetapi juga termasuk ikatan-ikatan kekeluargaan dan tradisi pada umumnya.

2) Prestasi; ketekunan, pencapaian atau perolehan, ganjaran-ganjaran material, mobilitas sosial.

3) Pribadi; kejujuran, ketulusan, keadilan, dan kemurahan hati

4) Penyesuaian diri; bergaul dengan baik, menjauhkan diri dari kericuhan, menjaga keamanan dan kententraman.

5) Intelektual; belajar dan pengetahuan sebagai tujauan

6) Politik; sikap-sikap dan kepercayaan berkaitan dengan pemerintahan. (Syarbaini dkk, 2004:71)

Proses sosialisasi saling berkaitan dengan nilai-nilai yang dimiliki setiap masyarakat sebagai objek sosialisasi karena nilai-nilai tersebut dapat mempengaruhi sikap-sikap masyarakat terhadap hal-hal yang baru muncul di lingkungannya.

Agen sosialisasi dalam mentransmisikan elemen-elemen dari sosialisasi melalui beberapa cara:

1) Imitasi, merupakan peniruan terhadap tingkah laku individu-individu, dan merupakan hal yang penting dalam sosialisasi pada masa kanak-kanak.

2) Intruksi, merupakan peristiwa penjelasan diri, akan tetapi para ahli mengatakan hal tersebut tidak terlalu diperlukan karena terbatas pada proses belajar formal.

3) Motivasi, lebih banyak diidentifikasikan dengan pengalaman. Motivasi adalah merupakan bentuk tingkah laku yang tepat yang dipelajari melalui proses coba-coba dan gagal, individu yang bersangkutan secara langsung belajar dari pengalaman mengenai tindakan-tindakan sama cocok dengan sikap-sikap dan pendapat-pendapat sendiri.

(56)

Cara imitasi lebih cocok diterapkan dalam sosialisasi untuk masa kanak-kanak atau pada masa awal. Intruksi lebih banyak dilakukan pada proses belajar formal. Imitasi dan intruksi merupakan tipe-tipe khusus dari pengalaman, akan tetapi motivasi lebih banyak diidentifikasikan dengan pengalaman.

Sosialisasi merupakan proses yang berlangsung lama dan rumit yang dihasilkan dari usaha saling mempengaruhi di antara kepribadian individu dengan pengalaman-pengalaman yang relevan. Oleh karena itu, untuk mempermudah hasil proses sosialisasi politik dibentuklah pola sosialisasi yang diilustrasikan dalam sebuah gambar. Pembuatan pola tersebut, dilakukan setelah proses sosialisasi berjalan yang akan berkaitan dengan unsur-unsur sebelumnya.

Lebih lanjut Ramlan Surbakti mengemukakan bahwa dari segi penyampaian pesannya sosialisasi politik dibagi dua, yaitu:

1) Pendidikan politik, merupakan suatu proses dialogik diantara pemberi dan penerima pesan, melalui proses ini para anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma-norma dan simbol-simbol politik negaranya dari berbagai pihak dalam sistem politik, seperti sekolah pemerintah dan partai politik.

2) Indoktrinasi politik, proses sepihak ketika penguasa memobilisasi dan memanipulasi warga masyarakat untuk menerima nilai, norma dan simbol yang dianggap pihak yang berkuasa, sebagai ideal dan baik. Melalui berbagai forum pengarahan yang penuh paksaan psikologis dan latihan yang penuh disiplin.

(Surbakti, 1992:117-118).

(57)

yang telah mendapatkan pendidikan politik untuk dapat berpartisipasi dalam mendukung pergerakan politik dan tujuan utama dari kelompok kepentingan.

2.2 Pengertian Pelayanan

Pelayanan tidak terlepas dari masalah kepentingan umum yang menjadi asal-usul timbulnya istilah pelayanan publik, oleh karena itu antara kepentingan umum dengan pelayanan umum adanya hubungan yang saling berkaitan. Pelayanan umum dalam perkembangan lebih lanjut, dapat juga timbul karena adanya kewajiban sebagai suatu proses penyelenggaraan kegiatan organisasi.

Pengertian pelayanan menurut Kotler dalam Sampara Lukman bahwa pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik (Kotler dalam Lukman, 2000:8). Pengertian pelayanan menurut Kotler di atas menjelaskan bahwa pelayanan merupakan setiap kegiatan yang selalu menguntungkan di dalam suatu kumpulan dan merasakan kepuasan bagi penerima pelayanan meskipun tidak terikat pada produk tersebut.

Pendapat Kotler telah dijelaskan di atas, maka Moenir juga mendefinisikan bahwa pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung inilah yang dinamakan pelayanan (Moenir, 2008:17). Pelayanan menurut Moenir dapat disimpulkan bahwa proses secara langsunglah (aktivitas) dengan orang lain yang dinamakan pelayanan.

(58)

menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada produk tersebut. Pelayanan juga bisa dikatakan suatu proses pemenuhan kebutuhan yang langsung diberikan kepada yang memerlukan pelayanan secara langsung.

Moenir dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, upaya meningkatkan pelayanan umum terdapat enam faktor yang penting diantaranya:

1. Faktor kesadaran 2. Faktor aturan 3. Faktor organisasi 4. Faktor pendapatan

5. Faktor kemampuan- keterampilan 6. Faktor sarana pelayanan

(Moenir, 2008:88-121)

Pertama, Faktor kesadaran menunjukan suatu keadaan pada jiwa seseorang yaitu merupakan titik temu atau equilibrium dari berbagai pertimbangan sehingga diperoleh suatu keyakinan, ketenangan, ketepatan hati dan keseimbangan dalam jiwa yang bersangkutan. Kesadaran ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

“suatu proses berpikir melalui metode renungan, pertimbangan dan perbandingan, sehingga menghasilkan keyakinan, ketenangan, ketepatan hati dan keseimbangan dalam jiwanya sebagai pangkal tolak untuk perbuatan dan tindakan yang akan dilakukan kemudian”. (Moenir,2008:89)

(59)

dan perbandingan. Pertimbangan manusia sebagai subyek faktor kesadaran ditujukan kepada hal-hal yang penting yaitu:

1. Disiplin dalam pelaksanaan 2. Pengetahuan dan pengalaman (Moenir, 2008:89)

Pendapat kedua diatas, untuk menunjang definisi mengenai pertimbangan manusia sebagai subyek faktor kesadaran perlu adanya disiplin dalam pelaksanaan dan pengetahuan serta pengalaman, dikarenakan dari kedua definisi tersebut sudah seharusnya diterapkan kesadaran pada masing-masing individu (manusia).

Kedua, faktor aturan menurut Moenir dalam bukunya manajemen pelayanan umum adalah perangkat penting dalam segala tindakan dan perbuatan orang. Makin maju dan majemuk suatu masyarakat makin besar peranan aturan dan dapat dikatakan orang tidak dapat hidup layak dan tenang tanpa aturan. Dapat disimpulkan dengan adanya aturan yang mengikat dalam setiap individu (manusia) akan terikat dalam ruang geraknya. Mengawasi pelaksana aturan itu, manusia sebagai obyek aturan, yaitu mereka yang akan dikenai oleh aturan itu. Pertimbangan manusia sebagi subyek aturan ditujukan kepada hal-hal yang penting, yaitu:

1. Prosedur 2. Sistem

(Moenir, 2008:99-105)

(60)

organisasi sedang prosedur adalah rincian dinamikanya mekanisme sistem. Jadi tanpa sistem prosedur tidak ada landasan berpijak untuk “berk

Gambar

Gambar 1.1Model Sosialisasi Politik
Gambar 1.2Model Kerangka Pemikiran
Tabel 1.1Jadwal Penelitian
Gambar 2.1Peranan Media dalam Proses Sosialisasi Politik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Masnuchaddin Syah (1992, UNDIP) dan Sri Marwatik (1997, UNDIP) mengenai hubungan pengetahuan ibu tentang posyandu dengan

ABSTRAK : 

Dalam hasil pengujian statistik nilai t atau secara parsial dan hasil uji f atau secara simultan, variabel harapan pelanggan, kualitas produk dan kepuasan pelanggan

Tujuan dari penelitian pada Persimpangan Bundaran Gladak Surakarta ini adalah untuk mengetahui besar kapasitas pada jalan di bundaran, derajat kejenuhan

yang terpisah antara upah biasa dan upah lembur (lamp.8). Departemen Personalia diharapkan lebih meningkatkan pe -. ngendalian intern untuk menghitung dan meneliti

(3) Diisi dengan nomor Kesepakatan Bersama Badan Usaha yang akan. menandatangani

Di Indonesia, program pencegahan penyalahgunaan NAPZA pada remaja telah dilakukan dengan aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan anggota masyarakat

Bermula dari rasa kecewa ketika mendatangi sebuah kafe yang diulas oleh sebuah akun foodstagram, akhirnya membuat Cical dan Augi sebagai pemilik akun memutuskan