• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persaingan yang semakin ketat menuntut perusahaan manufaktur untuk dapat menghasilkan barang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Daya saing produk dalam negeri mulai merosot karena masuknya produk impor dan diperburuk lagi dengan banyaknya produk ilegal yang dengan mudahnya memasuki pasar Indonesia. Bagi perusahaan manufaktur, kekayaan perusahaan yaitu aktiva sangatlah penting, karena dengan adanya aktiva perusahaan perusahaan dapat melakukan kegiatan operasionalnya dalam mengumpulkan dan

mengolah bahan mentah serta membuatnya menjadi barang jadi yang dibutuhkan oleh konsumen.

Harta/kekayaan perusahaan atau sering disebut dengan aktiva perusahaan merupakan investasi yang diharapkan untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang. Berdasarkan cara dan lamanya perputaran, aktiva dibedakan menjadi dua bagian, yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar atau sering disebut dengan aktiva tetap. Aktiva lancar merupakan “aktiva yang habis dalam satu kali berputar dalam proses produksi, dan perputarannya adalah dalam jangka waktu kurang dari satu tahun.” (Riyanto, 1995: 19). Sedangkan aktiva tetap adalah “termasuk dalam aktiva tidak lancar yaitu aktiva yang tahan lama yang tidak atau secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi.” (Riyanto, 1995: 19). Aktiva tetap tersebut harus digunakan dalam operasional perusahaan yang bersifat permanen, memiliki umur kegunaan, dan tidak habis dalam satu periode kegiatan perusahaan. Bagi perusahaan manufaktur, aktiva yang harus disediakan dalam operasional perusahaan adalah aktiva tetap, karena tanpa aktiva tetap proses produksi tidak mungkin berjalan. Aktiva tetap seringkali disebut dengan the earning assets (aktiva yang sesungguhnya menghasilkan pendapatan bagi perusahaan) oleh karena aktiva-aktiva inilah yang memberikan dasar bagi earning power perusahaan. Tanpa adanya mesin dan peralatan lain, perusahaan tidak akan dapat memproduksi barang jadi. Sesuai dengan yang disebutkan oleh Syamsudin (2007: 409) bahwa “semakin besar ratio aktiva tetap atas total aktiva, maka semakin capital intensive perusahaan.” Artinya jika perusahaan memiliki aktiva tetap

besar, maka semakin cepat perusahaan dalam memproduksi. Perimbangan antara aktiva tetap dengan total aktiva akan membentuk suatu struktur aktiva.

Hasil operasional perusahaan dari aktiva yang dimiliki perusahaan akan menghasilkan laba operasional perusahaan. Untuk mengukur hasil pelaksanaan operasional perusahaan manufaktur tersebut digunakanlah alat pengukur yang valid. Alat pengukur tersebut adalah profitabilitas. Dikatakan valid karena:

a. Merupakan alat pembanding pada berbagai alternatif investasi/penanaman modal sesuai dengan tingkat risikonya maisng-masing. Semakin besar risiko suatu penanaman modal, maka dituntut rentabilitas/profitabilitas yang semakin tinggi pula.

b. Mampu menggambarkan tingkat laba yang dihasilkan menurut jumlah modal yang ditanamkan/investasinya, karena rentabilitas/profitabilitas dinyatakan dalam angka relatif (%). (Harnanto, 1992: 354).

Profitabilitas merupakan “kemampuan perusahaan dalam memperleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri.” (Sartono, 2008: 120). Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan aktiva pada perusahaan dalam menghasilkan barang jadi dan laba yang diperoleh perusahaan tersebut.

Untuk dapat menjalankan aktivitas perusahaan, tentunya setiap perusahaan memerlukan dana. Pemenuhan kebutuhan pendanaan menjadi sangat penting untuk keberlangsungan perusahaan. Aktivitas pendanaan perusahaan berasal dari dua sumber, yang pertama adalah pendanaan dari modal sendiri dan yang kedua adalah pendanaan dari modal asing.

Pengertian modal itu sendiri menurut Prof. Bakker (dalam Riyanto, 1995: 18) adalah ‘baik yang berupa barang-barang kongkret yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang terdapat di neraca sebelah debit maupun berupa

daya beli atau nilai tukar dari barang-barang itu yang tercatat di sebelah kredit’. Jadi modal itu adalah keseluruhan aspek yang terdapat dalam suatu neraca perusahaan. Modal yang terletak di sebelah debit termasuk modal konkret yang menunjukkan bentuk modal tersebut dan disebut pula modal aktif atau yang dikenal dengan aktiva, sedangkan modal yang tercatat di sebelah kredit termasuk ke dalam modal abstrak, yaitu modal yang menunjukkan dari mana modal tersebut berasal yang sering disebut dengan pasiva.

Menurut Harnanto (1991: 302), modal sendiri “merupakan modal dalam suatu perusahaan yang dipertaruhkan untuk segala risiko, baik risiko usaha maupun risiko kerugian-kerugian lainnya.” Modal sendiri dapat berasal dari laba ditahan (retained earning) maupun dari modal saham yang terdiri dari saham biasa dan saham preferen. Laba yang diperoleh dari suatu perusahaan sebagian dapat dibayarkan sebagai dividen dan sebagian lagi ditahan oleh perusahaan. Adanya laba yang ditahan oleh perusahaan akan memperbesar modal sendiri suatu perusahaan dan sebaliknya, apabila perusahaan mengalami kerugian, saldo rugi tersebut akan mengurangi modal sendiri. Sedangkan modal saham adalah tanda bukti penyertaan suatu perseroan terbatas. Pemegang saham biasa merupakan pemilik perusahaan yang sebenarnya. Karena tertanam dalam perusahaan dalam jangka waktu yang tidak terbatas selama perusahaan masih beroperasi, maka saham biasa merupakan sumber dana permanen. Sedangkan saham preferen merupakan sumber modal jangka panjang yang posisinya berada dantara utang jangka panjang dengan saham biasa. Pemegang saham preferen memiliki prioritas dalam pembayaran dividen.

Pendanaan dari modal asing yaitu “modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja dalam perusahaan, dan bagi perusahaan modal tersebut merupakan utang yang harus dibayarkan kembali.” (Riyanto, 1995:227). Dalam pembelanjaan perusahaan, modal asing/utang dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu utang jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Utang jangka pendek merupakan utang yang jangka waktunya paling lama satu tahun yang sebagian besar terdiri dari kredit perdagangan. Utang jangka menengah adalah sumber modal asing yang jangka waktu umumnya lebih dari satu tahun namun kurang dari sepuluh tahun. Perusahaan menggunakan utang jangka menengah apabila pembelanjaan perusahaan tidak dapat dipenuhi oleh utang jangka pendek namun tidak memungkinkan menggunakan utang jangka panjang. Sedangkan utang jangka panjang adalah modal asing yang waktunya lebih dari sepuluh tahun yang terdiri dari obligasi, kredit investasi, dan hipotek.

Perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri akan membentuk suatu struktur modal. Struktur modal berbeda dengan struktur kekayaan/finansial. Struktur finansial merupakan keseluruhan dari pasiva, yaitu total utang dibandingkan dengan modal, sedangkan struktur modal hanya merupakan bauran dari sumber dana jangka panjang yang meliputi utang jangka panjang dan modal sendiri. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan.

Masalah struktur modal merupakan masalah yang penting bagi perusahaan, karena keputusan pendanaan pada struktur modal akan

mempengaruhi keseimbangan pada struktur finansial perusahaan. Suatu perusahaan yang memiliki struktur modal tidak baik akan memiliki utang yang besar sehingga akan membebani perusahaan.

Beberapa pakar mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur permodalan perusahaan, dua diantaranya yaitu struktur aktiva dan profitabilitas.

Mengenai struktur aktiva, Brigham dan Houston (2001: 39) menyatakan bahwa “apabila aktiva perusahaan cocok untuk dijadikan agunan kredit, perusahaan tersebut cenderung menggunakan banyak utang.” Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Weston dan Copeland (1997: 175) yang menyatakan bahwa:

Perusahaan yang memiliki aktiva tetap jangka panjang lebih besar, maka perusahaan tersebut akan menggunakan utang hipotik jangka panjang, dengan harapan aktiva tersebut dapat digunakan untuk menutupi tagihannya. Sebaliknya, perusahaan yang sebagian besar aktiva yang dimilikinya berupa piutang dan persediaan barang yang nilainya sangat tergantung pada kelanggengan tingkat profitabilitas, perusahaan tidak begitu tergantung pada pembiayaan utang jangka panjang dan lebih tergantung pada pembiayaan jangka pendek.

Dalam mencari keseimbangan finansial pada perusahaan industri, Riyanto (2001: 13) menyatakan bahwa:

Bagi perusahaan yang bukan financial corporation, yang diutamakan lebih dahulu adalah masalah penentuan dan susunan aktiva yang diperlukan untuk melaksanakan produksi yang direncanakan. Setelah menentukan sejumlah aktiva, besarnya komposisi, sifat-sifat dan syaratnya, barulah menentukan jumlah dan susunan pasiva sehingga terbentuk struktur modal yang sebaik-baiknya.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan yang memiliki aktiva tetap yang besar, maka penggunaan utang akan semakin besar, karena aktiva tersebut dijadikan jaminan untuk memperoleh pinjaman, selain itu aktiva memberikan perlindungan bagi kreditur karena aktiva digunakan sebagai alat operasional perusahaan untuk menghasilkan laba serta dapat dijual untuk membayar kembali utang beserta bunga pinjaman. Oleh karena itu struktur aktiva dapat mempengaruhi struktur modal perusahaan.

Faktor yang mempengaruhi struktur modal yang kedua adalah profitabilitas. Kamaludin (2011: 304) mendefinisikannya dengan risiko bisnis, yaitu “risiko yang berkaitan dengan ketidakpastian yang melekat pada tingkat pengembalian aktiva (ROA) sutu perusahaan di masa mendatang.”

Brigham dan Houston (2001: 40) mengatakan bahwa “perusahaan dengan tingkat yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang relatif kecil. Laba ditahannya yang tinggi sudah membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan.” Dari pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas sangat penting bagi peusahaan karena akan mencerminkan nilai perusahaan. Profitabilitas yang dihitung dengan ROA akan mempengaruhi struktur modal perusahaan yang apabila profitabilitas perusahaan tinggi, berarti pemenuhan pendanaan lebih menggunakan laba ditahan, artinya nilai struktur modal akan turun.

66

Gambar 2.3 Kerangka Teoritis

AKTIVA LANCAR AKTIVA TETAP

STRUKTUR AKTIVA LABA OPERASIONAL PROFITABILITAS MODAL ASING UTANG JANGKA PENDEK UTANG JANGKA MENENGAH UTANG JANGKA PANJANG MODAL SENDIRI : - LABA DITAHAN - MODAL SAHAM STRUKTUR MODAL

Dalam beberapa dekade terakhir ini telah banyak penelitian yang melakukan penelitian mengenai struktur modal. Penelitian tersebut juga masih memberikan hasil yang bertentangan. Berikut hasil penelitian beberapa peneliti tersebut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti

Judul Penelitian Sampel dan Periode Penelitian

Ringkasan Isi Penelitian Terdahulu 1. Ali Kesuma (2009) Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate yang go public di Bursa Efek Indonesia tahun 2003-2006 Pertumbuhan penjualan berpengaruh negatif dengan struktur modal sebesar 19,1%; profitabilitas mempunyai pengaruh berlawanan arah dengan struktur modal sebesar 4,1%; rasio hutang berpengaruh signifikan dan searah dengan struktur modal dengan besarnya pengaruh 58,7% 2. Hasa Nurrohim KP (2008) Pengaruh Profitabilitas, Fixed Asset Ratio, Kontrol Kepemilikan, dan Struktur Aktiva Industri Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2001-2005

Secara bersama-sama variabel profitabilitas, fixed asset ratio, kontrol kepemilikan, struktur aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Secara parsial profitabilitas dan

Terhadap Struktur Modal

kontrol kepemilikan

berpengaruh signifikan, dengan profitabilitas bepengaruh paling dominan. Fixed asset ratio dan struktur aktiva tidak

berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. 3. Bram Hadianto Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas Sektor Telekomunikasi yang secara konsisten tercatat di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2000-2006

Struktur aktiva dan profitabilitas berpengaruh positif terhadap struktur modal yang mendukung hipotesis STO, sedangkan ukuran

perusahaan berpengaruh negatif terhadap struktur modal sesuai dengan hipotesis POT.

4. Rina Walmiaty Mardi Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas, dan Kebijakan Deviden 25 perusahaan perbankan yang terdaftar di BEJ tahun 2000-2006

Struktur aktiva, profitabilitas, dan kebijakan deviden secara simultan mempunyai pengaruh terhadap struktur pendanaan industri perbankan dengan struktur aktiva yang merupakan pengaruh terbesar

profitabilitas dan kebijakan deviden. Secara parsial, struktur aktiva dan

profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur pendanaan dan bertanda negatif. Kebijakan devidenpun berpengaruh signifikan

terhadap struktur pendanaan namun memiliki korelasi bertanda positif.

Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini mencoba membuktikan teori mengenai struktur modal dan bagaimana struktur aktiva serta profitabilitas mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan keseluruhan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan data time series sehingga dapat mengetahui perkembangan struktur aktiva, profitabilitas, dan struktur modal yang terjadi pada tiga tahun terakhir terutama setelah terjadinya krisis finansial yang melanda di tahun 2008 khususnya untuk perusahaan manufaktur di Indonesia.

2.3 Hipotesis

Hipotesis menurut Arikunto (2006: 71) dapat diartikan sebagai “suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.” Sedangkan menurut Nazir (2009: 151) hipotesis adalah “pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi.”

Dengan mengacu pada teori-teori dan permasalahan yang terjadi, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1 : Terdapat pengaruh positif antara struktur aktiva terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

H2 : Terdapat pengaruh negatif antara profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

H3 : Terdapat pengaruh antara struktur aktiva dan profitabilitas secara bersama-sama terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Dokumen terkait