• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerbau Murrah

Dalam dokumen BADAN PUSAT STATISTIK KATALOG BPS: (Halaman 73-79)

BLOK VI KOMPOSISI TERNAK DAN FERTILITAS TERNAK TERPILIH

B. Sapi Perah

1. Kerbau Murrah

Kerbau jenis ini merupakan jenis kerbau perah yang sudah banyak dikembangkan di beberapa daerah seperti di Aceh, Sumatera Utara dan sebagainya.

Ciri-cirinya sebagai berikut:

- Warna hitam, ambing lebih nampak dari luar.

- Tanduk melingkar ke depan.

- Bentuk badan lebih kecil dari kerbau

biasa.

Gambar 6.21. Kerbau Murrah 2. Kerbau Lumpur/Lokal

Kerbau jenis ini merupakan jenis kerbau yang umum terdapat di Indonesia. Kulit maupun bulu berwarna abu-abu, hitam. Tanduk mengarah ke belakang, bentuk bulat panjang dengan bagian ujung yang meruncing serta membentuk setengah lingkaran.

Gambar 6.22. Kerbau Lumpur Kolom (2) s.d. (4): Jantan

Isikan jumlah ternak besar jantan yang dikuasai pada 1 April 2017 menurut kategori umur.

Kolom (5) s.d. (10): Betina

Isikan jumlah ternak besar betina yang dikuasai pada 1 April 2017 menurut kategori umur.

Penggolongan umur ternak besar (sapi potong/sapi perah/kerbau) adalah sebagai berikut:

1. Anak ternak adalah ternak yang berumur kurang dari 1 tahun.

2. Ternak muda adalah ternak yang berumur 1-2 tahun dan belum pernah kawin/melahirkan. Jika ada ternak yang berumur 1-2 tahun dan sudah pernah kawin/melahirkan maka dikategorikan sebagai ternak dewasa (2-4 tahun).

3. Ternak dewasa/tua adalah ternak yang berumur lebih dari 2 tahun, atau belum berumur 2 tahun tetapi sudah dikawinkan atau melahirkan. Ternak tua (yang berumur 8 tahun dan lebih) pada kegiatan ini dimasukkan dalam kategori ternak dewasa.

Rincian 602.b.1: Jumlah ternak betina dewasa (Rincian 602.a.6. Kolom (7)+(8)+(9)+(10))

Jumlahkan isian Rincian 602.a.6 Kolom (7) s.d Kolom (10) kemudian salin ke kotak yang sudah disediakan.

Rincian 602.b.1.a.i: Belum pernah melahirkan (lahir hidup) dan/atau keguguran (lahir mati): Mandul/majir

Isikan jumlah ternak betina dewasa yang pada 1 April 2017 belum pernah melahirkan (lahir hidup) maupun keguguran (lahir mati) untuk ternak yang mandul/majir pada kotak yang disediakan.

Rincian 602.b.1.a.ii: Belum pernah melahirkan (lahir hidup) dan/atau keguguran (lahir mati): Tidak mandul/tidak majir

Isikan jumlah ternak betina dewasa yang pada 1 April 2017 belum pernah melahirkan (lahir hidup) maupun keguguran (lahir mati) untuk ternak yang tidak mandul/tidak majir pada kotak yang disediakan.

Rincian 602.b.1.b: Pernah melahirkan (lahir hidup) dan/atau keguguran (lahir mati)≤ 5 kali

Isikan jumlah ternak betina dewasa pernah melahirkan (lahir hidup) dan/atau keguguran (lahir mati) ≤ 5 kali pada 1 April 2017 pada kotak yang disediakan.

Rincian 602.b.1.c: Pernah melahirkan (lahir hidup) dan/atau keguguran (lahir mati)> 5 kali

Isikan jumlah ternak betina dewasa pernah melahirkan (lahir hidup) dan/atau keguguran (lahir mati) > 5 kali pada 1 April 2017 pada kotak yang disediakan.

Rincian 602.b.2.a: Dari Rincian 602.b.1, jumlah ternak yang di IB selama periode 1 April 2016 s.d. 31 Maret 2017.

Dari jumlah ternak betina dewasa yang ada pada 1 April 2017, isikan jumlah ternak betina dewasa yang kawin alami selama periode 1 April 2016 s.d. 31 Maret 2017 pada kotak yang disediakan.

Kawin suntik atau inseminasi buatan (IB) adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut “insemination gun”. Referensi waktu untuk ternak betina dewasa adalah kondisi pada 1 April 2017. Sedangkan pertanyaan seputar pemberian IB adalah kondisi selama periode 1 April 2016 s.d. 31 Maret 2017.

Rincian 602.b.2.b: Dari Rincian 602.b.1, jumlah ternak yang kawin alami selama periode 1 April 2016 s.d. 31 Maret 2017.

Dari jumlah ternak betina dewasa yang ada pada 1 April 2017, isikan jumlah ternak betina dewasa yang kawin alami selama periode 1 April 2016 s.d. 31 Maret 2017 pada kotak yang disediakan.

Rincian 602.b.3: Dari Rincian 602.b.1, jumlah ternak betina dewasa menurut penyebab kebuntingan dan kelahiran selama periode 1 April 2016 s.d. 31 Maret 2017.

Di rincian ini ternak betina dewasa dikatakan melahirkan jika anak yang dilahirkan hidup.

Anak ternak yang dilahirkan adalah ternak yang pada waktu dilahirkan menunjukkan tanda-tanda kehidupan walaupun pada 1 April 2017 anak ternak tersebut sudah tidak ada lagi.

Rincian 602.b.3.a: Karena kawin alami

Dari jumlah ternak betina dewasa pada 1 April 2017, isikan jumlah ternak betina dewasa yang bunting karena kawin alami pada kolom (2) dan jumlah ternak betina dewasa melahirkan (anak lahir hidup) karena kawin alami pada kolom (3) dalam periode 1 April 2016 s.d. 31 Maret 2017.

Rincian 603.b.3.b: Karena satu kali IB

Dari jumlah ternak betina dewasa pada 1 April 2017, isikan jumlah ternak betina dewasa yang bunting karena satu kali IB pada kolom (2) dan jumlah ternak betina dewasa melahirkan (anak lahir hidup) karena satu kali IB pada kolom (3) dalam periode 1 April 2016 s.d. 31 Maret 2017.

Rincian 602.b.3.c: Karena dua kali IB

Dari jumlah ternak betina dewasa pada 1 April 2017, isikan jumlah ternak betina dewasa yang bunting karena dua kali IB pada kolom (2) dan jumlah ternak betina dewasa melahirkan (anak lahir hidup) karena dua kali IB pada kolom (3) dalam periode 1 April 2016 s.d. 31 Maret 2017.

Rincian 602.b.3.d: Karena lebih dari dua kali IB

Dari jumlah ternak betina dewasa pada 1 April 2017, isikan jumlah ternak betina dewasa yang bunting karena lebih dari dua kali IB pada kolom (2) dan jumlah ternak betina dewasa melahirkan (anak lahir hidup) karena lebih dari dua kali IB pada kolom (3) dalam periode 1 April 2016 s.d. 31 Maret 2017.

Rincian 602.b.3.e: Bila Rincian 602.b.3.d ada isian, rata-rata dilakukan IB

Dari jumlah ternak betina dewasa yang diberi IB lebih dari dua kali selama periode 1 April 2016 s.d. 31 Maret 2017, isikan rata-rata IB yang dilakukan sehingga ternak betina dewasa sampai ada yang bunting pada pengisian kolom (2).

Rincian 602.b.4: Dari Rincian 602.b.1, jumlah ternak yang mulai kebuntingan sampai dengan melahirkan dalam periode 1 April 2016 s.d. 31 Maret 2017

Dari jumlah ternak betina dewasa pada 1 April 2017, isikan jumlah ternak yang mulai kebuntingan sampai dengan melahirkan dalam periode 1 April 2016 s.d. 31 Maret 2017

Rincian 602.b.5: Bila Rincian 602.b.3 kolom (3) ada isian, jumlah anak yang dilahirkan (anak lahir hidup) selama periode 1 April 2016 s.d. 31 Maret 2017

Rincian 602.b.5.a: Jantan

Isikan jumlah anak jantan yang dilahirkan dari ternak betina dewasa yang melahirkan (anak lahir hidup) selama periode 1 April 2016 s.d. 31 Maret 2017 pada kotak yang disediakan.

Rincian 602.b.5.b: Betina

Isikan jumlah anak betina yang dilahirkan dari ternak betina dewasa yang melahirkan (anak lahir hidup) selama periode 1 April 2016 s.d. 31 Maret 2017 pada kotak yang disediakan.

Rincian 602.b.6: Dari Rincian 602.b.1, jumlah ternak yang keguguran atau melahirkan anak dalam keadaan anak sudah mati selama periode 1 April 2016 s.d. 31 Maret 2017

Isikan jumlah ternak yang keguguran atau melahirkan anak dalam keadaan anak sudah mati selama periode 1 April 2016 s.d. 31 Maret 2017 pada kotak yang disediakan. Rincian 602.c.1: Jumlah ternak jantan dewasa (R.602.a.6. Kolom (4))

Isikan jumlah ternak jantan dewasa yang dikuasai pada 1 April 2017 pada kotak yang disediakan.

Rincian 602.c.2: Dari Rincian 602.c.1, jumlah ternak yang digunakan sebagai pejantan selama periode 1 April 2016 s.d. 31 Maret 2017 Dari jumlah ternak jantan dewasa yang ada pada 1 April 2017, isikan jumlah ternak jantan dewasa yang digunakan sebagai pejantan selama periode 1 April 2016 s.d. 31 Maret 2017 pada kotak yang disediakan.

Ternak pejantan adalah ternak jantan yang memiliki organ reproduksi normal dan sehat, serta memiliki kemampuan untuk mengawini indukan (Permentan Nomor 46 Tahun 2015).

Contoh Kasus:

Pak Sapri sebagai kepala rumah tangga memiliki seorang istri dan 3 orang anak yang masih tinggal di rumahnya. Anak pertama bernama Hendra, sudah menikah dan mengurus keperluan rumah tangganya sendiri walaupun masih tinggal di rumahnya. Pada tangal 1 April 2017 Pak Sapri memiliki 6 ekor sapi Bali, 1 ekor jantan berumur 1 tahun, 5 ekor betina masing-masing berumur 7; 6; 5; 1,5 tahun dan 9 bulan. Disamping itu ia juga memiliki 2 ekor jenis sapi madura betina berumur 2 tahun yang baru dibelinya minggu lalu. Istri Pak Sapri memiliki 2 ekor kambing kacang yang dibelinya dari tabungan hasil jualan sayur, kambing tersebut dipelihara dan akan digunakan untuk acara syukuran wisuda anak keduanya bulan depan. Saat dikonfirmasi ke Pak Sapri tanggal 1 April 2017 Selain menjadi pegawai pabrik Hendra mengusahakan 3 ekor kambing etawa betina berusia 1,5 tahun dan 4 ekor jantan berusia 1 tahun. Dari Sapi Bali betina yang dimiliki Pak Sapri selama periode 1 April 2016 sampai 31 Maret 2017, 2 ekor masing masing telah 1 kali melahirkan seekor anak sapi sehat di mana awal bunting masing-masing pada bulan Februari 2016 dan Mei 2016, sedangkan 1 ekor lainnya 1 kali melahirkan seekor anak sapi dimana awal bunting terjadi pada bulan Januari 2016 tetapi pada pertengahan tahun 2016 kondisi anak sapi ini mati di dalam kandungan induk sapi. Seluruh proses bunting induk sapi melalui inseminasi buatan (IB) rata-rata 2 kali. Rumah tangga Pak Sapri terpilih Survei SOUT2017-STU.S untuk jenis ternak terpilih sapi potong. Jika petugas datang pada tanggal 10 Mei 2017. Cara mengisi Blok VI R.602 adalah sebagai berikut:

602. a. Untuk sapi potong/sapi perah/kerbau, isikan jumlah ternak yang dikuasai pada 1 April 2017 (R.501.d) menurut jenis rumpun, jenis kelamin, dan kategori umur (ekor)

1. ...Sapi Bali

2. ...

3. ...

4. ... 5. ...

b. 1. Jumlah ternak betina dewasa (Rincian 602.a.6 Kolom (7) + (8 )+ (9) + (10)) a) Belum pernah melahirkan (lahir hidup) dan/atau i. Mandul/majir

keguguran (lahir mati) : ii. Tidak mandul/tidak majir

b) Pernah melahirkan (lahir hidup) dan/atau keguguran (lahir mati) ≤ 5 kali c) Pernah melahirkan (lahir hidup) dan/atau keguguran (lahir mati) > 5 kali

2. a) Dari Rincian 602.b.1, jumlah ternak yang di IB selama periode 1 April 2016 s.d. 31 Maret 2017 b) Dari Rincian 602.b.1, jumlah ternak yang kawin alami selama periode

1 April 2016 s.d. 31 Maret 2017

3. Dari Rincian 602.b.1, jumlah ternak betina dewasa menurut penyebab kebuntingan dan kelahiran selama periode 1 April 2016 s.d. 31 Maret 2017

a) Karena kawin alami b) Karena satu kali IB c) Karena dua kali IB d) Karena lebih dari dua kali IB

e) Bila Rincian 602.b.3.d ada isian, rata-rata dilakukan IB kali

4. Dari Rincian 602.b.1, jumlah ternak yang mulai kebuntingan sampai dengan melahirkan dalam periode 1 April 2016 s.d. 31 Maret 2017

a) Jantan b) Betina

6.

c. 1. Jumlah ternak jantan dewasa (R.602.a.6 Kolom (4)) 2. 3 3 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 3 3 (>8 tahun) Anak Muda Betina Dew asa (<1 tahun) (>4 s.d. 6 tahun) (>6 s.d. 8 tahun) (1 s.d. 2 tahun)

Dari Rincian 602.c.1, jumlah ternak yang digunakan sebagai pejantan selama periode 1 April 2016 s.d. 31 Maret 2017

Melahirkan (lahir hidup)

(3) (8)

Bila Rincian 602.b.3 Kolom (3) ada isian, jumlah anak yang dilahirkan

(anak lahir hidup) selama periode 1 April 2016 s.d. 31 Maret 2017:

(1) Uraian Bunting (2) (1) 6. Jumlah 5.

Dari Rincian 602.b.1, jumlah ternak yang keguguran atau melahirkan anak dalam

keadaaan anak sudah mati selama periode 1 April 2016 s.d. 31 Maret 2017

(9) (4) (5) (7) (2) (3) 1 (<1 tahun) Jenis dan Kode Rumpun

(>2 s.d. 4 tahun) 1 1 1 1 1 (10) Dew asa Muda Anak Jantan (1 s.d. 2 tahun) (>2 tahun) (6)

Dalam dokumen BADAN PUSAT STATISTIK KATALOG BPS: (Halaman 73-79)