• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TENTANG VASEKTOMI DAN TUBEKTOMI DALAM KELUARGA BERENCANA

B. Cara Kerja Kontrasepsi

4) IUD / AKDR

Adalah merupakan kontrasepsi dalam Rahim yaitu merupakan jenis kontrasepsi dengan memasukkan beberapa alat yang di dalamnya terkandung obat-obatan yang berisi hormon untuk mencegah terjadinya konsepsi seperti copper T, Medusa, dan

72 Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri Jilid 2 edisi 2. Jakarta : EGC,1998. Hal. 234

Seven copper. AKDR terbuat dari bahan plastik yang lentur yang kemudian dimasukkan ke dalam rongga rahim oleh bidan atau dokter yang terlatih. Bentuknya kecil dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama, yaitu sekitar 8 tahun. Meskipun demikian pemeriksaan rutin tetap perlu dilakukan karena jika pemasangan AKDR sangat efektif mencegah kehamilan, efek samping yang mungkin timbul antara lain masa haid lebih lama dan banyak, serta terdapat kemungkinan terjadi infeksi panggul.

Menurut Hartanto ( 2004 ) indikasi dan kontraindiksi kontrasepsi AKDR adalah :

a) Partner seksual yang banyak dari partner akseptor AKDR

b) Kesukaran memperoleh pertolongan gawat darurat bila terjadi komplikasi

c) kelainan darah yang tidak diketahui sebabnya

d) Riwayat kehamilan ektopik atau keadaan-keadaan yang menyebabkan predisposisi untuk terjadinya kehamilan ektopik.

e) Pernah mengalami infeksi pelvis satu kali dan masih meninginginkan kehamilan selanjutnya.

f) Gannguan respons tubuh terhadap infeksi AIDS, diabetes mellitus, pengobatan dengan kortikosteroid dan lain-lain.

g) Kelainan pembekuan darah.

C. Metode Kontrasepsi Mantap 1) Tubektomi pada wanita

Tubektomi (MOW) merupakan tindakan operatif yang dilakukan oleh petugas kesehatan dengan cara mengikat atau memotong saluran reproduksi pada ibu agar sel sperma tidak bertemu dengan ovum sehingga tidak terjadi konsepsi. Atau Tubektomi

adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan dengan cara mengikat dan memotong atau memasang cincin pada saluran tuba sehingga ovum tidak dapat bertemu dengan sel sperma. Tubektomi merupakan cara KB permanen bagi perempuan yang tidak ingin mempunyai anak.

Tuba falopi adalah struktur berbentuk pipa yang menjadi jalur perjalanan telur setelah dilepaskan dari indung telur (ovarium).

Setiap wanita memiliki tuba falopi sepasang, dua ujungnya melekat di sisi rahim dan dua ujung lainnya terbuka di perut.

Panjang masing-masing tabung ini sekitar 10 cm. Tubektomi atau ligasi tuba adalah bedah sterilisasi perempuan di mana tuba fallopi disumbat, dipotong atau diklem sehingga telur terhambat untuk bertemu dengan sperma. Hal ini mencegah kehamilan.73 Menurut dr Zubairi Djoerban, spesialis penyakit dalam dan guru besar FKUI, boleh tidaknya seorang perempuan menjalani prosedur ini sangat tergantung dari kondisi kesehatan yang bersangkutan. Jika ada infeksi di rongga pinggul atau sedang hamil, tidak dibenarkan melakukan prosedur tubektomi.

Tubektomi dilakukan dengan cara operasi yang memerlukan pembiusan. Jika melihat situasi di mana tubektomi tidak dilakukan bersamaan dengan proses melahirkan, maka prosedur yang paling populer saat ini adalah dengan laparaskopi.

Laparaskopi dilakukan dengan sedikit menyayat bagian perut,

73 Baziad, Ali. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta : YBP-Sarwono,2002. Hal 455

kemudian memasukkan semacam selang kecil untuk meneropong. Setelah saluran telur ditemukan lalu diikat.

Teknik ini membutuhkan pembiusan umum/total, sehingga sebelumnya perlu diperiksa apakah kondisi kesehatan ibu, terutama sistem pernapasan, jantung, dan pembuluh darahaman untuk dilakukan pembiusan umum.

Kelebihan metode KB ini adalah angka keberhasilannya dalam mencegah kehamilan paling baik dibandingkan metode KB lainnya, angka keberhasilannya mencapai 99 persen. Metode ini juga aman untuk orang yang berisiko bila memakai metode KB yang bersifat hormonal seperti pil, suntik, atau susuk.

Sebenarnya, setelah tubektomi juga dapat dilakukan penyambungan kembali saluran telur dengan teknik operasi khusus menggunakan mikroskop.

Kelemahannya adalah karena prosedurnya memerlukan operasi dan pembiusan sehingga terdapat risiko baik dari pembiusan maupun tindakan pembedahannya.

Perdarahan dan infeksi adalah risiko operasi yang bisa juga terjadi pada prosedur operasi lainnya secara umum. Risiko dari pembiusan adalah alergi terhadap obat bius dan gangguan napas. Sementara risiko dari tindakan pembedahannya adalah perdarahan, infeksi, cedera organ-organ dalam yang berdekatan dengan tempat operasi, dan gangguan irama jantung ( karena

CO2 pada tindakan laparaskopi ). Tapi, risiko ini kecil kemungkinannya terjadi.74

Risiko lain adalah meningkatnya kemungkinan terjadinya kehamilan di luar kandungan. Untuk itu, biasanya ibu dilarang melakukan hubungan seksual sekitar empat hari sebelum prosedur dilakukan. Walau angka keberhasilannya tinggi, kegagalan bisa terjadi. Pada tahun pertama pasca tubektomi, angka kegagalannya adalah 0,1-0,8 persen dan sekitar sepertiga dari kehamilan yang terjadi adalah kehamilan di luar kandungan.

Kegagalan ini umumnya terjadi pada wanita di bawah 35 tahun.75 Efek samping :

Dalam beberapa kasus, sindrom pasca-tubektomi dapat terjadi.

Sindrom ini adalah sekelompok gejala yang mencakup :

 Menstruasi tidak teratur

 Rasa panas ( hot flashes )

 Keringat malam

 Panas dingin

 Kecemasan atau depresi

 Penipisan rambut dan kuku

 Nyeri payudara

 Berat badan naik/turun

 Osteoporosis

 Prolaps uterus

74 Sinsin, Iis. Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008. Hal. 97

75 Sinsin, Iis. Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008. Hal. 48

2) Vasektomi pada pria

Vasektomi (MOP) merupakan tindakan operatif yang dilakukan oleh petugas kesehatan dengan cara mengikat atau memotong saluran reproduksi pada suami atau dengan jalan memotong vas deferens sehingga saat ejakulasi tidak terdapat spermatozoa dalam cairan sperma.

Vasektomi adalah prosedur bedah sederhana yang menutup tabung penyalur sperma (vas deferens) yang terletak di skrotum sehingga sperma tidak bercampur dengan cairan mani (semen) yang diejakulasi.76

Vasektomi dilakukan di bawah bius lokal. Suntikan bius dilakukan pada daerah sekitar skrotum dan kemudian lubang yang sangat kecil dibuat pada bagian depan skrotum. Melalui pembukaan ini, setiap tabung penyalur sperma ( vas deferens ) dipotong dan ditutup.

76 Baziad, Ali. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta : YBP-Sarwono, 2002. Hal 78

Efek samping:

 Sedikit pembengkakan dan memar, namun hal ini dapat dikurangi dengan menggunakan kompres es dan penghilang rasa sakit. Sebuah benjolan seukuran kacang kecil mungkin berkembang di situs operasi dan menetap untuk sementara waktu. Ini adalah reaksi penyembuhan alami tubuh dan tidak perlu pengobatan.

 Kemungkinan infeksi, tetapi mudah diobati dengan antibiotik.

Sedikit perdarahan dari pembukaan skrotum. Pada kesempatan yang sangat langka, terutama jika terlibat dalam kerja fisik yang berat, hal ini dapat membentuk pembengkakan di skrotum, tetapi biasanya akan hilang sendiri.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Dari uraian sebagaimana dikemukakan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan :

1. Tentang kedudukan kontrasepsi jenis vasektomi dan tubektomi dalam perpektif hukum Islam.

Majelis Ulama Indonesia pada awalnya melarang tindakan vasektomi dan tibektomi ini, namun dalam perkembangannya setelah beberapa kali melakukan pembahasan dan sidang mengenai vasektomi dan tubektomi ini, maka akhirnya dalam Ijtima' Ulama Komisi Fatwa Se-Indonesia ke IV Masai Fiqhiyyah Mu'ashirah ( Masalah Fikih Kontemporer ) pada tahun 2012 di Cipasang, diambil fatwa bahwa vasektomi dan tubektomi hukum asalnya adalah haram, kecuali :

a) Untuk tujuan yang tidak menyalahi syari'at b) Tidak menimbulkan kemandulan permanen

c) Ada jaminan dapat dilakukan rekanalisasi yang dapat mengembalikan fungsi reproduksi seperti semula.

d) Tidak menimbulkan bahaya ( Mudharat ) bagi yang bersangkutan.

e) Tidak dimasukkan ke dalam program dan metode kontraepsi mantap.

Dalam pandangan Hukum Islam, setelah dilakukan telaah berdasarkan berbagaimacam kaidah, dapat ditetapkan bahwa dalam keadaan ( sangat ) terpaksa, maka seseorang

diperkenankan melakukan perbuatan yang dalam keadaan biasa terlarang, karena apabila tidak demikian mungkin akan menimbulkan suatu kemudharatan pada diri suami istri jika tidak menempuh metode vasektomi dan tubektomi.

Jika memang vasektomi dan tubektomi haram pada mulanya karena metode ini membawa kemandulan permanen, kenyataannya karena perubahan zaman, tempat dan kepentingan bahwa vasektomi dan tubektomi tidak lagi demikian halnya, tetapi bisa disambung kembali, sehingga perubahan fatwa hukum suatu masalah bisa dimungkinkan, karena illat hukum yang menjadi alasan hukum ijtihad itu telah berubah, atau karena zaman, waktu dan situasi kondisinya yang telah berubah pula.

2. Penggunaan kontrasepsi dengan cara vasektomi dan tubektomi dalam keluarga berencana.

Dari kedua jenis kontrasepsi ini awalnya merupakan kontrasepsi yang permanen sehingga diperlukan persyaratan dan pengarahan kontrasepsi yang baik dan yang buruk, karena hanya mempunyai kemungkinan yang sangat kecil untuk bisa hamil. Namun pada perkembangannya jenis kontarsepsi ini dapat dibuka dan disambung kembali ( rekanalisasi ) dengan aman. Sehingga sifatnya telah berubah tidak lagi merupakan pemandulan tetap.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik saraan sebagai berikut :

1. Setiap pasangan yang ingin melakukan kontrasepsi jenis vasektomi dan tubektomi, sebelumnya diberikan pengarahan dan penyuluhan

segala hal yang berkaitan dengan kontrasepsi tersebut, juga mengenai upaya penyambungan kembali ( rekanalisasi ) vasektomi / tubektomi, serta kemungkinan dampak terburuk yang mungkin terjadi dalam proses kontrasepsi ini, sehingga akan lebih memperjelas tidak hanya bagi pelaku tapi juga pasangannya.

2. Hendakanya Mejelis Ulama Indonesia ( MUI ) dan Pemerintah sebaiknya terus melakukan atau mengadakan penyuluhan dan sosialisasi atau kajian ulang yang kaitannya dengan vasektomi dan tubektomi dalam keluarga berencana karena ilmu dan teknologi yang terus berkembang sehingga hukumnya pun juga terus berkembang khususnya mengenai fatwa terhadap hukum melakukan Vasektomi / Tubektomi ini, mengingat telah ditemukannya cara aman untuk membuka dan menyambung kembali dalam kontrasepsi ini, sehingga hukumnya telah bergeser dari yang haram menjadi tidak haram asalkan memenuhi syarat -syaratnya. Juga perlu adanya ahli hukum Islam pada tempat untuk praktik atau melaksanakan kontrasepsi ini guna untuk menjelaskan hukumnya kepada calon peserta kontrasepsi vasektomi / tubektomi ini, sehingga tidak ada keragu - raguan lagi.

3. Sebaiknya setiap orang yang hendak melakukan kontrasepsi ini, harus mengerti dan memahami tentang prosedur pelaksanaan tersebut.

Dokumen terkait