• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TENTANG VASEKTOMI DAN TUBEKTOMI DALAM KELUARGA BERENCANA

D. Qaidah Fiqhiyah

Berikut ini kaidah-kaidah fiqhiyah yang dapat dikemukakan dalam penemuan hukum dalam masalah vasektomi dan tubektomi sebagai berikut :

1. Jika keadaan vasektomi dan tubektomi merupakan sesuatu yang bersifat darurat ( emergency ), hal ini berdasarkan kaidah yang yang berbunyi :

تاروﺮﻀﻟا رﻮﻈﺤﻤﻟا ﺢﻴﺒﺗ

تا

" Keadaan darurat membolehkan sesuatu yang dilarang".

Maksud darurat disini bila memenuhi tiga hal : (1). Kondisi darurat itu mengancam jiwa atau anggota badan ( Q.S 2 ; 177, Q.S 5 : 105 dan Q.S 6 : 145 ) (2). Tindakan darurat hanya dilakukan sekedarnya tanpa melampaui batas, (3). Tidak ada jalan halal atau mubah yang dapat dilakukan kecuali dengan melakukan yang dilarang.69

2. Jika dilihat bahwa vasektomi dan tubektomi pada mulanya haram karena pemandulan permanen, namun dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, maka hukum vasektomi dan tubektomi ditolerir, dengan alasan kaidah yang memiliki arti :

 Hukum itu berputar bersama illatnya alasan yang menyebakan adanya hukum atau tidak adanya.

 Hukum-hukum itu bisa berubah karena perubahan zaman, tempat dan keadaan.

3. Di dalam Al Quran dan Al Hadis yang menjadi sumber pokok hukum Islam dan yang menjadi pedoman hidup bagi umat Islam, tidak ada nash yang terang melarang ataupun yang memerintahkan vasektomi dan tubektomi secara eksplisit. Karena itu, hukumnya harus dikembalikan kepada kaidah hukum Islam yang artinya :

 Pada dasarnya segala sesuatu dan perbuatan itu boleh sehingga ada dalil yang menunjukan atas keharamannya.

4. Metode vasektomi dan tubektomi baik yang dibolehkan ataupun secara bersyarat oleh hukum Islam dapat dilakukan dengan

69Syamsul Hilal ; Qawa'id Fiqhiyyah Furu'iyyah Sebagai Sumber Hukum, Fakultas Syariah IAIN Raden Intan Lampung. Hal. 143.

ketentuan tidak membahayakan, namun jika dapat membahayakan keselamatan manusia hukumnya dapat berbalik menjadi haram, oleh karenanya setiap kemudharatan harus dihilangkan, sebagaimana kaidah yang memiliki arti :

 Menghindari kerusakan dan mendatangkan kemaslahatan.

5. Jika vasektomi dan tubektomi merupakan sesuatu yang harus ditempuh, guna untuk mendapatkan kemudahan, maka kaidah yang berkenaan dengan ini adalah :

 Kesukaran itu menimbulkan adanya kemudahan.

 Kemudaratan itu harus dihilangkan.

6. Seorang dokter boleh mengerjakan profesi vasektomi dan tubektomi bagi suami isteri yang menginginkannya (butuh) jika jalan ini yang lebih aman untuk melakukan KB, kaidah yang berkaitan dengan ini yaitu :

 Hajat (kebutuhan) itu menduduki kedudukan darurat, baik hajat umum (semua orang) ataupun hajat khusus (satu golongan atau perorangan).

7. Jika terdapat beberapa alat kontrasepsi yang dapat digunakan oleh suami-isteri, namun salah satunya terdapat secara bersamaan dua mafsadat atau lebih, maka harus diteliti mana yang lebih kecil atau lebih ringan dari kedua mafsadat tersebut, sedangkan yang lebih besar mafsadatnya ditinggalkan, dikerjakan yang lebih ringan madlaratnya, kaidah yang berkenaan dengan persoalan vasektomi dan tubektomi, jika memang dengan metode ini mudlaratnya yang lebih kecil, maka boleh mempergunakan sterilisasi ini :

 Apabila dua mafsadah bertentangan, maka diperhatikan mana yang lebih besar madlaratnya dengan dikerjakan yang lebih ringan madharatnya.

Dari arti kaidah-kaidah yang telah disebutkan di atas tadi menunjukan bahwa kemudharatan itu telah terjadi dan akan terjadi, apabila demikian halnya wajib untuk dihilangkan. Dari berbagai macam kaidah ini dapat ditetapkan bahwa dalam keadaan ( sangat ) terpaksa, maka seseorang diperkenankan melakukan perbuatan yang dalam keadaan biasa terlarang, karena apabila tidak demikian mungkin akan menimbulkan suatu kemadlaratan pada diri suami isteri jika tidak menempuh metode vasektomi dan tubektomi.

Jika memang vasektomi dan tubektomi haram pada mulanya karena metode ini membawa kemandulan permanen, kenyataannya karena perubahan zaman, tempat dan kepentingan bahwa vasektomi dan tubektomi tidak lagi demikian halnya, tetapi bisa disambung kembali, sehingga perubahan fatwa hukum suatu masalah bisa dimungkinkan, karena illat hukum yang menjadi alasan hukum ijtihad itu telah berubah, atau karena zaman, waktu dan situasi kondisinya yang telah berubah.

Dalam berbagai ayat dalam Al Quran mengingatkan kepada umat Islam agar harta dan anak-anaknya tidak menjadi penghalang dalam beribadah kepada Allah SWT. Tidak jarang ditemukan keluarga yang berantakan justru diakibatkan oleh anak-anak mereka yang tidak terdidik, malah tanpa kualitas dan moralitas. Apalagi jika jumlah anak itu banyak, bukan hanya mengakibatkan kemiskinan dan kerusakan moral keluarga, tetapi juga dapat membawa kemurkaan Allah SWT di akhirat kelak.

Berdasarkan argument di atas, maka program Keluarga Berencana dengan menggunakan sterilisasi baik vasektomi dan tubektomi sebagai salah program keluarga berencana perlu dilestarikan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga dan bangsa. Sebab dengan perubahan dan perkembangan zaman ternyata vasektomi dan tubektomi tidak lagi bersifat pemandulan abadi, melainkan dapat dibuka dan disambung kembali secara aman ( rekanalisasi ) sehingga memudahkan untuk mengontrol kehamilan bahkan dapat direncanakan secara matang dibandingkan memakai alat kontrasepsi yang lain.

Tentu kehadiran vasektomi dan tubektomi ini sebagai alternatif bagi pasangan suami isteri untuk melakukan KB, maka secara tidak langsung telah membawa suatu perubahan mendasar dalam pola pemikiran umat Islam, paling tidak setiap klinik KB dilengkapi dengan ahli tentang hukum Islam, maka program ini akan berjalan secara lebih baik dan berkualitas, tidak saja berkualitas di mata manusia tetapi juga baik dan berkualitas di mata Allah SWT. Sehingga penggunaan tenaga ahli Islam menambah nilai positif untuk meningkatkan pelayanan program KB sesuai dengan cita-cita hukum Islam. Sebab jika pelaksanaannya mengabaikan hukum Islam, besar peluangnya untuk gagal diterapkan dalam masyarakat Islam.

Hikmahnya tentu dalam upaya yang bertujuan untuk kemaslahatan manusia, seperti meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup masyakarat, baik material maupun spiritual. Sebab umat yang sedikit lebih baik daripada banyak tapi kurang berkualitas, oleh karena itu program KB dengan metode ini salah satu termasuk yang diperbolehkan dalam Islam setelah ditemukan bahwa vasektomi dan tubektomi tidak lagi pemandulan permanen, namun dapat disambung ulang.

Di samping itu, terkadang alat kontrasepsi membawa side effect terhadap wanita berupa pendarahan, rasa mual-mual, kegemukan, dan sebagainya yang tentu terjadi apabila sang isteri yang sebagian kurang cocok dengan alat / cara kontrasepsi tertentu, maka wajarlah salah satu hikmah diperbolehkan cara yang lain, dimana sang suami berpartisipasi penuh memakai alat / cara kontrasepsi tertentu dengan persetujuan isteri dengan cara vasektomi karena ternyata tidak ada akibat sampingan bagi suami, sebab sebagaimana yang diketahui bahwa vasektomi tidak mengurangi gairah seks seorang laki-laki, masih tetap bisa ereksi, ejakulasi dan merasakan nikmatnya jima, bahkan sisi positifnya bisa menjadi potensialnya meningkat, karena beban psikologis hilang karena tidak khawatir lagi gagal KB.

B.

Konsep Serta Akibat Melakukan Kontrasepsi Vasektomi dan

Dokumen terkait