Materi Pertemuan Minggu II - V
B. Ekologi Kawasan Tepian Laut (Pesisir)
4. Kerusakan Lingkungan Wilayah Pesisir
Lingkungan (hidup) didefinisikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk lainnya ( UU 23/97, Pasal 1 Ayat 1, dalam Sumadjito, 2007 ). Lingkungan dapat diartikan sebagai suatu ekosistem yang terdiri atas komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi dan membentuk suatu kesatuan yang utuh (Dahuri dkk, 2004; Asdak, 2004 ). Berdasarkan defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan meliputi ekosistem dan sumber daya yang ada disuatu wilayah.
Berdasarkan pengertian diatas, maka lingkungan wilayah pesisir sebagai kesatuan segala sumber daya (abiotik) dan makhluk (biotic) yang terdapat diwilayah pesisir. Ekosistem pesisir dapat dibagi menjadi dua, yaitu
Ekologi Kawasan Tepian Air 62
ekosistem alamiah dan buatan. Ekosistem alamiah wilayah pesisir antara lain mangrove, terumbu karang, estuary, padang lamun, dan pantai. Sedangkan ekosistem buatan antara lain berupa tambak, kawasan permukiman, dan kawasan industri ( Dahuri dkk, 2004 ).
Kerusakan lingkungan wilayah pesisir adalah perubahan kondisi lingkungan wilayah pesisir yang berpengaruh buruk terhadapa keberlangsungan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Kerusakan, pada hakikatnya adalah suatu perubahan bbanik yang disebabkan oleh faktor luar maupun dalam. Perubahan salinitas perairan pesisir akibat aliran air tawar yang berlebih dari sungai sehingga melewati ambang batas toleransi akan mengancam keberlangsungan hidup ekosistem tersebut. Dengan kata lain telah terjadi kerusakan ekosistem atau lingkungan.
Jenis – jenis permasalahan dan kerusakan lingkungan diwilayah pesisir antara lain :
a. Sedimentasi
Sedimentasi adalah masalah pengendapan sedimen, baik dari sungai maupun dari laut lepas, dan merupakan suatu proses alamiah yang pasti terjadi diwilayah pesisir. Proses sedimentasi berfunsi konstruktif terhadap wilayah pesisir, yakni membentuk daratan pantai dan dibutuhkan oleh ekosistem pesisir sebagai sumber zat hara. Namun, jika kadarnya berlebihan, sedimentasi berdampak bencana dan kerusakan bagi wilayah pesisir, seperti pendangkalan wilayah pesisir.
Sedimen yang masuk kewilayah pesisir berpotensi untuk mendangkalkan perairan pesisir, membentuk delta dan tanah - tanah timbul. Terbentuknya delta dan tanah timbul dipengaruhi oleh tiga faktor ( De Blij dan Muller, 1996 ) yaitu :
Kuantitas dan jenis material sedimen yang dibawa aliran sungai. Konfigurasi dasar laut yang dekat dengan mulut sungai
Ekologi Kawasan Tepian Air 63
Kekuatan arus dan gelombang laut. b. Banjir
Banjir diwilayah pesisir dapat disebabkan oleh pendangkalan sungai, pasang-surut laut, atau kombinasi kedua-duanya. Bila curah hujan tinggi, sungai yang dangkal tidak mampu menampung air hujan, sehingga terjadilah banjir. Kenaikan muka air laut akibat pemanasan global juga berkontribusi dalam menyebabkan banjir diwilayah pesisir.
c. Pencemaran Perairan Pesisir
Pencemaran perairan pantai berakibat buruk bagi wilayah pesisir jika air laut tidak mampu lagi untuk membersihkan dirinya dari bahan-bahan pencemar yang masuk keperairan pantai. Bahan-bahan-bahan pencemar air laut dapat berasal dari darat dan laut. Bahan pencemar dari darat seperti limbah rumah tangga, industri, dan pertanian. Bahan pencemar dari laut seperti tumpahan minyak dari kapal – kapal. Pencemaran perairan pesisir dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem dan biota-biota perairan pesisir.
d. Degradasi Fisik Habitat Pesisir
Wilayah pesisir memiliki keanekaragaman ekosistem dan biota-biota yang tinggi. Kerusakan ekosistem wilayah pesisir dapat terjadi karena pencemaran perairan pesisir, konversi lahan, dan eksploitasi yang berlebihan oleh manusia, seperti penambangan terumbu karang, dan penebangan hutan mangrove. Berikut ini adalah beberapa contoh kerusakan ekosistem wilayah pesisir :
1) Kerusakan hutan mangrove
Kerusakan hutan mangrove mengakibatkan penurunan kualitas sumber daya ekosistem mangrove. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan luas hutan mangrove di Indonesia. Penurunan luas hutan mangrove
Ekologi Kawasan Tepian Air 64
disebabkan oleh pemanfaatan yang berlebihan, pencemaran limbah, sedimentasi, dan perubahan pasokan air tawar ( Dahuri dkk, 2004).
2) Kerusakan ekosistem terumbu karang
Ekosistem terumbu karang, seperti halnya mangrove, juga berfungsi sebagai habitat biota-biota laut dan penahanan terjangan ombak dan gelombang laut. Stabilitas ekosistem terumbu karang dipengaruhi oleh intensitas cahaya (kecerahan), temperature perairan, dan salinitas. Adanya pencemaran perairan, sedimentasi, dan kelebihan air tawar akibat banjir menjadi penyebab kerusakan ekosistem terumbu karang.
3) Kerusakan ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun juga berperan sebagai habitat berbagai jenis biota laut. Lamun sangat membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi untuk kelangsungan hidupnya, jadi kondisi air yang keruh dapat merusak ekosistem padang lamun. Salinitas, temperature dan kualitas air laut juga merupakan factor-faktor yang mempengaruhi kelestarian ekosistem ini. 4) Kerusakan ekosistem rumput laut
Rumput laut merupakan makanan utama bagi beragam spesies organism laut, seperti bulu babi (Dahuri dkk, 2004). Selain itu, rumput laut bermanfaat sebagai bahan baku industri kosmetika, obat-obatan dan makanan. Seperti halnya padang lamun, aktivitas kehidupan rumput laut akan terganggu jika perairannta keruh akibat kandungan sedimen yang berlebihan.
5) Kerusakan ekosistem estuary
Estuari merupakan ekosistem tempat air laut dan air tawar bertemu dan bercampur. Dengan demikian, kondisi lingkungan estuari, khususnya salinitas, sangat fluktuatif, sehingga hanya beberapa spesies organism saja yang mampu bertahan terhadap perubahan tersebut. Inilah penyebab miskinnya flora dan fauna yang hidup di ekosistem ini (Dahuri, dkk 2004).
Ekologi Kawasan Tepian Air 65
Dengan kata lain, estuari merupakan ekosistem yang sangt rentan terhadap perubahan lingkungan dan mudah rusak.
(Gambar 5 : Ekosistem dan biota pesisir: (a) padang lamun, (b) mangrove, (c) rumput laut, (d) terumbu karang, (e) populasi ikan)
e. Abrasi
Abrasi pantai adalah proses mundurnya pantai dari kedudukan semula akibat pengikisan oleh kekuatan arus dan gelombang laut. Kerusakan ekosistem yang berperan sebagai penahan abrasi, seperti mangrove dan terumbu karang, menyebabkan potensi kerusakan akibat abrasi semakin besar. Dampak buruk abrasi dapat mengancam keberlangsungan ekosistem buatan, seperti permukiman, industri dan budidaya, terlebih yang berada di dekat atau di pinggir pantai.
f. Intrusi air asin
Intrusi air asin dari laut adalah masuknya air laut ke darat. Air asin dapat masuk melalui saluran sungai atau merembes melalui tanah. Intrusi air laut melalui sungai disebabkan debit air sungai yang kecil, sedangkan intrusi melalui tanah disebabkan tipisnya cadangan air tanah kawasan
Ekologi Kawasan Tepian Air 66
pesisir dan hilir akibat pemakaian yang berlebihan. Akibatnya, manusia akan kesulitan dalam mendapatkan sumber air bersih untuk kehidupan sehari- hari mereka.
Gambar 6 : proses intrusi air laut ke sumur-sumur penduduk
g. Eutrofikasi
Eutrofikasi adalah pengkayaan perairan dengan nutrien, khususnya nitrogen dan fosfat, yang menyebabkan meningginya populasi alga dan tanaman pada perairan tersebut (blooming alga). Peningkatan jumlah tersebut menyebabkan konsumsi oksigen meningkat, sehingga kandungan oksigen pada kolom air, khususnya dasar perairan berkurang. Kandungan oksigen yang sedikit menyebabkan terjadinya aktivitas
anaerob yang menghasilkan racun berupa metana dan sulfat. Akibatnya,
ikan-ikan dan organism komunitas dasar perairan, seperti terumbu karang mengalami kematian. Selain itu, berkembangnya jenis alga beracun seperti dinoflagellat, menyebabkan terjadinya fenomena red tides yang dapat mematikan ikan-ikan.
Ekologi Kawasan Tepian Air 67
Gambar 7 : Proses terjadinya eutrofikasi