• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Fiskal Untuk Kesejahteraan Petani dan Nelayan: Analisis NTP dan NTN Sulawesi Tengah (Sulteng) merupakan provinsi di Pulau Sulawesi yang memiliki luas daratan

BAB III ANALISIS TEMATIK

3.1 Peran Fiskal Untuk Kesejahteraan Petani dan Nelayan: Analisis NTP dan NTN Sulawesi Tengah (Sulteng) merupakan provinsi di Pulau Sulawesi yang memiliki luas daratan

paling luas yaitu 65.526,72 km2 atau 6.552.672 ha. Dengan sekitar 942.206 ha merupakan kawasan potensi pertanian dan sekitar 681.686 ha merupakan kawasan potensi perkebunan, provinsi Sulteng memiliki potensi yang tinggi untuk pengembangan sektor pertanian. Menurut data dari Kementerian Pertanian, luas lahan pertanian yang bisa dikembangkan seluas 334.528 ha, yang merupakan lahan pertanian yang bisa dikembangkan terbesar kedua setelah Sulawesi Selatan. Dari angka tersebut, sekitar 95.484 ha (28,5%) diarahkan untuk komoditas tanaman tahunan, 47.219 ha (14,1%) diperuntukkan komoditas tanaman semusim, dan sisanya sebesar 57,3% untuk area padi dan sawah.

Komoditas strategis pertanian di Sulteng terdiri dari padi, jagung dan kedelai, sedangkan untuk perkebunan terdiri dari kelapa, kakao, cengkeh dan juga kopi. Pembangunan Sulawesi sudah saatnya bertumpu pada sektor pertanian yang memiliki kontribusi terhadap struktur PDRB menurut lapangan usaha bersama dengan sektor kehutanan dan perikanan di triwulan II 2021 sebesar 18,86%, turun ke 17,73% di triwulan III 2012. Sektor ini merupakan pembentuk struktur PDRB terbesar kedua setelah Industri Pengolahan. Sektor Pertanian memang tidak lagi menjadi sektor pembentuk struktur PDRB tertinggi pertama sejak triwulan IV 2020 yang mulai digantikan dengan sektor Industri pengolahan. Setiap tahun sektor ini selalu mengalami penurunan sebagai pembentuk struktur PDRB tertinggi di wilayah Sulteng. Hal ini perlu mendapatkan perhatian lebih mengingat masih banyak potensi yang perlu diolah dalam pengembangan sektor pertanian ini agar mampu memberikan kontribusi yang lebih besar lagi kedepannya.

Laju pertumbuhan ekonomi pada sektor Pertanian, kehutanan dan perikanan ini terus mengalami penurunan, dan mencapai pertumbuhan negatif di tahun 2020. Hal ini disebabkan adanya dampak bencana gempa dan adanya pandemi Covid-19. Namun seiring berjalannya waktu sektor ini tumbuh kembali dengan adanya kenaikan laju pertumbuhan di triwulan I, II dan III tahun 2021. Salah satu program prioritas untuk mewujudkan “Sulteng lebih sejahtera dan Sulteng lebih Maju” yang diusung oleh Gubernur Sulteng yang baru di tahun 2021 – 2026 adalah mendorong peningkatan produktivitas tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan komoditi pertanian lainnya melalui sinergitas pembangunan antar sesama

26,63 26,71

Struktur PDRB Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Grafik 3.1. Perkembangan Struktur PDRB Sektor Pertanian,

Kehutanan dan Perikanan 2019- Q2 2021

Sumber: BPS (data diolah)

17

Kanwil Ditjen Perbendaharan

Provinsi Sulteng BAB III ANALISIS TEMATIK

perangkat pertanian daerah. Program ini dibuat untuk membangun sektor pertanian agar semakin memiliki kontribusi yang lebih besar lagi dalam menopang pertumbuhan ekonomi dan untuk pembangunan berkelanjutan di wilayah Sulteng.

Tabel 3.1. Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Keterangan 2017 2018 2019 2020 Q1 2021 Q2 2021 Q3 2021

Laju Pertumbuhan ekonomi sektor Pertanian, kehutanan dan perikanan (y-o-y)

4,46 4,32 2,23 -1,34 1,11 1,35 2,12

PDRB ADHB Pertanian, kehutanan dan perikanan (miliar Rp) (y-o-y)

38.823 41.766 43.092 42.962 10.943 11.406 11.143 Sumber : BPS (data diolah)

Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulteng Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada Triwulan III 2021 mencapai Rp62,84 triliun. Kontribusi sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan di triwulan III mencapai 17,73% dari nilai PDRB ADHB. Adanya kontraksi laju pertumbuhan di tahun 2020 mengakibatkan terjadinya penurunan nilai PDRB ADHB juga sebesar Rp130 miliar. Diperkirakan di tahun 2021, nilainya akan mengalami kenaikan mengingat laju pertumbuhan ekonomi sektor ini di triwulan I, II dan III terus mengalami kenaikan ke arah positif.

Setiap tahunnya Kontribusi PDRB sektor Pertanian, Kehutanan dan Pertanian terus mengalami penurunan. Sejak tahun 2016, sektor ini terus mengalami penurunan dan sampai tahun 2020 penurunan yang terjadi sebesar 7,52%. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan mulai bergeser bukan sebagai sektor tertinggi pembentuk PDRB di tahun 2020 dan mulai digantikan oleh sektor Industri Pengolahan. Penyebab utama turunnya kontribusi sektor ini disebabkan oleh turunnya kontribusi dari subsektor tanaman pangan dan jasa pertanian dan perburuan. Terdapat 2 sektor lapangan usaha yang terus mengalami kenaikan dari tahun 2016 sebagai penyumbang kontribusi terbesar perekonomian di Sulteng yakni Sektor Industri Pengolahan dan sektor Pertambangan dan Penggalian.

Peranan sektor Industri Pengolahan terus mengalami kenaikan dari 12,04% pada tahun 2016 menjadi 27,18% pada tahun 2020. Begitupula sektor pertambangan dan penggalian yang terus mengalami kenaikan dari 13,63% di tahun 2016 menjadi 16,43% di tahun 2020.

Tabel 3.2. Luas Panen dan Produksi Padi di Sulteng 2018-2021

Keterangan 2018 2019 2020 2021*

Luas Panen Padi (hektar) 201.279,24 186.100,44 178.066,94 147.183,00 Produksi Padi (Ton-GKG) 926.978,66 844.904,30 810.108,00 860.664,00 Sumber:BPS dan OPD Hortikultura dan tanaman Pangan Prov. Sulteng, diolah (data 2021 s.d Agustus 2021)

Turunnya kontribusi sektor Pertanian, Kehutanan dan perikanan terhadap PDRB cukup beralasan mengingat hampir setiap tahunnya dari 2018 sampai dengan tahun 2020, sektor produksi tanaman pangan khususnya pertanian padi terus menunjukkan penurunan. Menurut

Grafik 3.2. Peranan PDRB Pada 3 Lapangan Usaha

29,59 28,86 24,96 23,45

2016 2017 2018 2019 2020

Persen

Pertanian, Kehutanan dan Pertanian Industri Pengolahan

Pertambangan dan Penggalian Sumber: BPS (data diolah)

18

Kanwil Ditjen Perbendaharan Provinsi Sulteng BAB III ANALISIS TEMATIK

hasil pendataan BPS di tahun 2021, produksi padi terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun sampai dengan tahun 2020. Penurunan produksi padi sampai dengan tahun 2020 disebabkan luas panen padi yang juga mengalami penurunan sebesar 23,21 ribu hektar area sawah yang tidak berproduksi/beralih fungsi dalam periode yang sama. Namun sejak tahun 2021, total produksi padi di Sulteng sampai dengan bulan Agustus 2021 mulai mengalami kenaikan sebesar 860,7 ribu ton-GKG dengan luas panen padi seluas 147,18 ribu hektar.

Angka ini diharapkan akan terus mengalami kenaikan dibandingkan dengan produksi padi tahun 2020 sampai dengan bulan Desember 2021, mengingat puncak panen tertinggi di wilayah Sulteng dalam kurun waktu satu tahun selalu terjadi di bulan Oktober.

Salah satu tolok ukur tingkat kesejahteraan petani dan nelayan yang digunakan adalah Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN). Nilai tukar petani dan nelayan sangat responsif terhadap setiap kebijakan pemerintah, baik kebijakan terkait berupa subsidi input maupun kebijakan harga Output, untuk memberikan insentif bagi petani untuk terus berproduksi dan berdiversifikasi.

Sampai dengan triwulan III-2021, NTP provinsi Sulteng di bulan September 2021 sebesar 101,76 naik cukup tinggi sebesar 1% apabila dibandingkan dengan NTP bulan sebelumnya.

Berbeda dengan bulan Agustus 2021, yang mana terjadi kenaikan pada indeks harga yang dibayarkan (Ib) dan indeks harga yang diterima petani (It). Pada bulan September 2021, kenaikan terjadi hanya pada indeks harga yang diterima petani (It) dengan tingkat kenaikan sebesar 0,91%, sedangkan indeks harga yang dibayar (Ib) mengalami penurunan indeks sebesar 0,08%. Kenaikan indeks harga yang diterima petani utamanya dipengaruhi oleh naiknya subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 2,36, sedangkan penurunan pada indeks harga yang dibayar petani (Ib) disebabkan oleh turunnya subsektor Konsumsi Rumah Tangga, yakni pada subkelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,41%. NTP tertinggi pada bulan September 2021 terjadi pada subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 105,06 sedangkan NTP terendah terjadi pada subsektor Hortikultura sebesar 94,32.

NTP pada subsektor Tanaman perkebunan rakyat menjadi NTP dengan kenaikan tertinggi sebesar 2,36 apabila dibandingkan dengan NTP bulan Agustus. Hal ini disebabkan terjadi kenaikan indeks harga yang diterima petani (It) tanaman perkebunan rakyat, sedangkan indeks harga yang dibayarkan (Ib) mengalami penurunan. Berbeda halnya dengan subsektor Hortikultura, baik indeks harga yang diterima (It) dan indeks harga yang dibayarkan mengalami penurunan. Bahkan penurunan tertinggi terjadi pada indeks yang diterima petani tanaman Hortikultura di bulan September sebesar 2,65.

Gambar 3.1. Peranan PDRB Pada 3 Lapangan Usaha

19

Kanwil Ditjen Perbendaharan

Provinsi Sulteng BAB III ANALISIS TEMATIK

Grafik 3.3. Perkembangan NTP dan Indeks Harga Diterima/Dibayar Petani Januari 2020 – September 2021

Sumber:BPS (data diolah)

NTP gabungan di tahun 2020 di Provinsi Sulteng mencapai angka 95,27 dengan Indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 102,22 dan Indeks harga yang dibayarkan (Ib) sebesar 107,29. Apabila dibandingkan dengan NTP Nasional sebesar 101,65 angka ini terpaut cukup jauh.

Rata-rata harga produsen obat-obatan dan pupuk yang di perlukan petani dalam menjaga produksi dan kualitas produk tanaman dari tahun ke tahun nilainya terus mengalami kenaikan.

Hal ini mengakibatkan harga produksi yang ditanggung oleh petani mengalami kenaikan.

Kemudian apabila melihat dari rata-rata harga produsen pertanian untuk komoditas utama, nilai jualnya belum menunjukkan tingkat kenaikan yang cukup besar, bahkan terdapat beberapa komoditas yang nilai jualnya terus mengalami penurunan.

Tabel 3.4. Rata-rata harga Produsen Obat-obatan dan Pupuk menurut Jenisnya

Pupuk dan Pestisida 2017 2018 2019 2020

Urea (Rp/kg) 2.476 2.502 4.237 4.442

ZA (Rp/kg) 2.169 2.251 2.809 4.718

SP 36 (Rp/kg) 2.427 3.172 4.461 5.410

KCL (Rp/kg) 11.395 10.071 12.450 17.363

Insektisida (Rp/liter) 108.806 120.293 125.940 132.042 Sumber:BPS (data diolah)

Tidak stabilnya harga pestisida dan pupuk, rendahnya harga komoditas pertanian di Sulteng dan inflasi merupakan faktor yang turut mempengaruhi rendahnya tingkat kesejahteraan para petani di Sulteng.

Tabel 3.5. Rata-rata harga Produsen Pertanian

Komoditas Pertanian/Perkebunan 2017 2018 2019 2020

Gabah (kg) 3.500 3.500 3.500 3.500

Jagung Pipilan (Rp/100 kg) 371.712 365.457 386.571 386.734 Kacang Kedelai (Rp/100 kg) 908.627 812.105 853.989 826.583 Kentang (Rp/100 kg) 1.847.824 2.335.018 1.812.176 1.792.696 Bawang Merah (Rp/100 kg) 2.646.865 2.118.694 2.283.138 2.706.742 Kopi (Rp/100 kg) 2.597.500 1.898.598 2.490.459 2.307.759 Sumber:BPS (data diolah)

Untuk komoditas tanaman pangan di wilayah Sulawesi, khususnya padi, Sulteng merupakan area penghasil padi terbesar kedua setelah Sulawesi Selatan dengan total produksi padi di tahun 2020 sebanyak 810,11 ribu ton-GKG. Terdapat tiga daerah yang menjadi sentra lumbung padi terbesar di wilayah Sulteng yakni Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Poso. Ketiga daerah tersebut menjadi penyumbang lebih dari 50%

produksi padi di wilayah Sulteng. Meskipun menjadi sentra lumbung padi di Sulteng, yang cukup memprihatinkan adalah dua dari tiga daerah tersebut menjadi daerah dengan

96,92

20

Kanwil Ditjen Perbendaharan Provinsi Sulteng BAB III ANALISIS TEMATIK

presentase dan populasi penduduk miskin tertinggi di Sulteng. Kabupaten Parigi Moutong memiliki jumlah penduduk miskin tertinggi se-wilayah provinsi Sulteng dengan populasi penduduk miskin sebanyak 78,76 ribu orang di tahun 2020. Sedangkan wilayah Kabupaten Poso menempati posisi ketiga dengan jumlah penduduk miskin sebesar 40,20 ribu orang di tahun 2020. Berbeda dengan wilayah Kabupaten Parigi Moutong yang bisa menurunkan jumlah penduduk miskin, Kabupaten Poso mengalami peningkatan dari jumlah penduduk miskinnya di tahun 2020.

Tabel 3.6. Perbandingan Sentra Produksi Padi dengan tingkat Kemiskinan 2019-2020

Sumber:BPS (data diolah)

Tingkat kemiskinan yang tinggi menjadi tantangan berat di provinsi Sulteng, hal ini dirasakan karena angka kemiskinan cukup tinggi masih berada di angka 2 digit sebesar 13%. Tingginya angka kemiskinan ini ditopang oleh tingginya tingkat kemiskinan di perdesaan dengan angka 14,73%, sedangkan di daerah perkotaan sudah berada di 1 digit angka kemiskinan, yaitu di angka 9,15%. Berdasarkan data BPS, hampir 77% konsentrasi kemiskinan di Sulteng disebabkan atau berada pada sektor pertanian yakni pada pertanian tanaman pangan dan Hortikultura. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan konsentrasi kemiskinan berada pada sektor pertanian yakni:

1. Ketergantungan penduduk terhadap beras sangat tinggi. Berdasarkan data statistik tahun 2020 sebanyak 39,23% penduduk di Sulteng mengkonsumsi protein kelompok komoditas padi-padian perhari. Konsumsi protein komoditas padi-padian setara 22,47 gram perkapita sehari. Angka ini merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan konsumsi protein pada kelompok komoditas lainnya. Walaupun terdapat daerah lumbung pangan, namun mata rantai pembeli hasil panen petani didominasi oleh pedagang dari luar daerah yakni dari Gorontalo, Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Akibatnya suplai beras di wilayah Sulteng berkurang dan harus membeli dari daerah lain. Tingginya kebutuhan akan beras di Sulteng juga tidak ditopang oleh kalender tanam petani yang tidak pasti. Hal ini pun berakibat cadangan pangan di gudang Bulog menjadi tidak pasti.

2. Harga ikan yang cenderung tinggi ditunjang dengan tingkat konsumsi ikan yang tinggi menjadi penyebab tingginya tingkat kemiskinan di Sulteng. Proporsi konsumsi harian protein ikan dan sejenisnya menempati urutan tertinggi kedua penduduk Sulteng di bandingkan protein lainnya. Dalam sehari tingkat konsumsi penduduk terhadap Ikan dan jenisnya mencapai 11,27 gram/jiwa. Harga Ikan menjadi naik karena hasil laut tangkapan nelayan banyak dijual ke daerah lain seperti ke Kalimantan dan juga ke Jakarta dan banyak Ikan yang di ekspor ke negara Jepang dan negara asia lainnya membuat nilai jualnya lebih

Kabupaten Penghasil Padi Terbesar

Produksi Padi (ribu ton) Jumlah Penduduk Miskin (ribu

orang) Persentase Penduduk Miskin

2019 2020 2019 2020 2019 2020

Parigi Moutong 253,92 218,32 81,36 78,76 16,64 15,85

Banggai 163,73 154,72 29,3 28,16 7,8 7,39

Poso 118,79 96,61 39,92 40,2 15,65 15,45

21

Kanwil Ditjen Perbendaharan

Provinsi Sulteng BAB III ANALISIS TEMATIK

tinggi dibandingkan dijual di Sulteng. Hal ini menyebabkan stok ikan di pasaran kota Palu sering langka sehingga memicu terjadinya inflasi.

3. Rokok menjadi salah satu penyebab tingkat kemiskinan pada sektor pertanian. Konsumsi Rokok dan tembakau yang tinggi menempati urutan posisi kedua terbesar setelah makanan dan minuman jadi dengan persentase 15,01% pada pengeluaran makanan penduduk Sulawesi tengan di tahun 2020. Angka ini setara dengan pengeluaran sebesar Rp77.566,00 perbulan dan mengalami kenaikan sebesar Rp2.094,00 apabila dibandingkan dengan tahun 2019.

4. Pembelian Pulsa Telepon yang tinggi turut juga mempengaruhi tingkat kemiskinan di sektor pertanian. Kebutuhan komunikasi dan akses internet yang tinggi turut menyumbang tingkat kemiskinan sektor pertanian dan Hortikultura. Dengan rata-rata upah/pendapatan bersih sebesar Rp935 ribu sebulan untuk pekerja bebas di sektor pertanian di tahun 2020, menjadi pendapatan terendah diantara sektor lainnya. Penggunaan pulsa yang tinggi dan berlebihan menjadi pemicu kemiskinan karena pada umumnya para petani mengalokasikan penghasilannya untuk membeli pulsa.

Grafik 3.4. Perkembangan NTN dan Indeks Harga Diterima/Dibayar Nelayan Januari 2021 – September 2021

Sumber:BPS (data diolah)

Dibandingkan dengan tingkat kesejahteraan petani di Sulteng, kesejahteraan nelayan sedikit lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan NTN yang persentasenya lebih tinggi apabila dibandingkan dengan NTP. Kenaikan NTN sejak awal tahun diharapkan akan terus mengalami perbaikan sampai dengan akhir tahun 2021 yang akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan para nelayan.

Sektor perikanan merupakan sektor potensial unggulan di wilayah Sulteng karena mampu menyumbangkan kontribusi pertumbuhan ekonomi sebesar Rp8,98 triliun di tahun 2020.

Dengan produksi hasil perikanan yang melimpah dan meningkat setiap tahunnya, sektor perikanan mampu memberikan kontribusi secara langsung kepada kesejahteraan para nelayan. Produksi perikanan di tahun 2020 mampu tumbuh sebesar 31,36 ribu ton dibandingkan tahun 2019. Produksi hasil perikanan yang mengalami pertumbuhan cukup pesat adalah produk hasil perikanan, udang dan sejenisnya. Untuk hasil perikanan, produksinya mengalami tingkat pertumbuhan sangat tinggi sebesar 259%, meskipun baru

109,19

107,44 109,85

112,71

115,87

113,68 114 115 114,31

108,37 108,24 108,58 108,86

108,87

108,94 109,2 109,41 109,27

100,75 99,26 101,17 103,53

106,43

104,35 104,39 105,1 104,61

90 95 100 105 110 115 120

Jan-21 Feb-21 Mar-21 Apr-21 Mei-21 Jun-21 Jul-21 Agu-21 Sep-21

It Ib NTN

22

Kanwil Ditjen Perbendaharan Provinsi Sulteng BAB III ANALISIS TEMATIK

memasuki semester I 2021, apabila dibandingkan dengan produksi periode yang sama di tahun 2019. Berikutnya produksi udang juga mengalami pertumbuhan sebesar 9% di tahun 2020. Sampai dengan semester I 2021, tingkat produksi udang dan sejenisnya juga masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik. Hal tersebut sampai dengan akhir tahun diharapkan jumlahnya akan naik dibandingkan tahun sebelumnya.

Potensi Produk perikanan khususnya udang dan rumput laut di Sulteng sangat menjanjikan. Produk unggulan perikanan khususnya jenis udang Vaname banyak dilirik oleh para Investor. Di tahun 2020, produksi udang Vaname bisa mencapai 20 ribu ton. Jenis udang Vaname merupakan salah satu jenis udang yang paling banyak diekspor khususnya ke negara Jepang. Selain menguntungkan secara ekonomi, kandungan gizi dan nutrisi udang vaname juga tinggi. Saat ini Pemerintah Provinsi Sulteng menggencarkan pembangunan beberapa kolam perbenihan udang Vename dan memfungsikan beberapa tambak udang yang sebelumnya sempat rusak akibat gempa untuk meningkatkan jumlah pasokan dan juga produksi udang Vename.

Rumput laut juga menjadi salah satu potensi sektor perikanan dan kelautan yang sangat besar. Dalam hal produksi rumput laut, Sulteng merupakan produsen rumput laut ketiga terbesar se-nasional, setelah Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan. Dengan capaian produksi sebesar 925,39 ribu ton di tahun 2020, diharapkan di tahun ini akan mampu menaikkan hasil produksi paska dilakukannya penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Southeast Asian Regional Center for Tropical Biology (SEAMEO BIOTROP). Kerjasama tersebut berupa budidaya bibit rumput laut melalui Teknik Kultur Jaringan yang memiliki keunggulan waktu pertumbuhan jauh lebih cepat dibandingkan bibit lokal sehingga hasil produksi akan meningkat.

Tabel 3.7. Sumbangan sektor perikanan terhadap PAD 2019-2021

Keterangan 2019 2020 2021*

(realisasi s.d Smt I) Sumbangan sektor perikanan dan kelautan terhadap PAD 4.954.919.850 9.262.575.300 11.857.260.750

Sumber: OPD Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulteng (2021)

Sektor perikanan turut menyumbangkan Penerimaan Asli Daerah (PAD) yang dikelola oleh OPD Kelautan dan Perikanan. Jenis PAD perikanan didapatkan dari layanan jasa pemerintah dan sewa bangunan/asset. Realisasi PAD Perikanan sejak tahun 2019 sampai 2021 terus mengalami kenaikan khususnya pada pendapatan pelayanan jasa usaha pelabuhan perikanan, izin usaha perikanan dan penjualan hasil produksi perikanan (UPTD Perbenihan).

64.092,80

- 1.000.000,00 2.000.000,00 produksi ikan (ton)

produksi udang dan sejenisnya (ton) produksi rumput laut (ton) produksi produk hasil perikanan

(kg)

Total Produksi Perikanan

2019 2020 2021

Grafik 3.5. Produksi Hasil Perikanan Di Sulteng Tahun 2019- Semester I 2021

Sumber: OPD Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulteng (2021)

23

Kanwil Ditjen Perbendaharan

Provinsi Sulteng BAB III ANALISIS TEMATIK

Beberapa Kebijakan dan dukungan Pemerintah yang turut mempengaruhi NTP dan NTN di Sulteng antara lain:

a. Kebijakan Input Pertanian dan Perikanan

Sektor pertanian memliki peran strategis di tahun 2020 sebagai mesin penggerak perekonomian Indonesia dan di tahun 2021 ini terus digalakkan oleh pemerintah guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Mengacu pada outlook Ekonomi Pertanian di tahun 2021, sektor pertanian diproyeksikan akan tumbuh sebesar 3,30% sampai dengan 4,27% secara Nasional. Untuk mencapai pertumbuhan tersebut dibutuhkan dorongan dari sisi produksi disertai dukungan dari sisi permintaan.

Telah dialokasikan anggaran untuk memperkuat sisi produksi sektor pertanian dan perikanan di wilayah Sulteng di tahun 2021 dalam APBD sebesar Rp92,21 miliar untuk Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulteng dan sebesar Rp25,23 miliar untuk OPD Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulteng dalam rangka bantuan untuk pelaku usaha nelayan. Dari tahun ke tahun, nilai alokasi anggaran untuk membantu sektor pertanian yang disediakan oleh Pemerintah Provinsi cenderung mengalami penurunan.

Hal ini disebabkan selama Covid-19, anggaran dialokasikan untuk penanganan dampak pandemi dan juga realokasi untuk anggaran prioritas.

Tabel 3.8. Perbandingan Sentra Produksi Padi dengan tingkat Kemiskinan 2019-2021

Sumber: OPD Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulteng (2021), diolah

Tabel di atas merupakan jenis-jenis kebijakan dan dukungan pemerintah daerah untuk memperkuat sektor pertanian, ketahanan pangan dan sebagai program pengentasan kemiskinan. Alokasi dana tersebut terdiri dari alokasi APBD regular maupun berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) (lampiran 13-15).

Pada tahun 2020, alokasi anggaran untuk membantu para petani dan jumlah kelompok tani penerima bantuan tercatat paling tinggi selama tiga tahun terakhir. Tingginya alokasi anggaran pada sektor pertanian di tahun 2020 tersebut merupakan salah satu bentuk perhatian pemerintah kepada petani pasca rekonstruksi bencana alam yang terjadi di Sulteng.

Setiap tahunnya, dukungan pemerintah terbesar berada pada bantuan alat dan mesin pertanian. Bantuan tersebut berupa pemberian hand tractor, pompa air, pemotong rumput, mesin perontok padi dan lain sebagainya yang bisa membantu menaikkan produktifitas dan hasil pertanian.

Bantuan benih termasuk dukungan terbesar kedua diwilayah Sulteng. Di tahun 2021, bentuk bantuan ini merupakan yang terbesar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Jenis bantuan

Dukungan Pemerintah Daerah

2019 2020 2021

Kelompok

Tani Rp Kelompok

Tani Rp Kelompok

Tani Rp

Bantuan Benih 251 2.806.737.500 331 1.910.943.250 306 2.826.138.450

Bantuan Alat dan Mesin Pertanian 337 2.268.736.498 393 15.297.624.000 169 10.734.835.000

Pembangunan Irigasi 9 1.507.000.000 33 2.846.687.500 9 1.288.209.200

Bantuan Sarana Prasarana Pasca Panen

tanaman pangan 27 694.903.001 76 369.628.290 116 504.450.000

Bantuan Pupuk, Pestisida dan Pakan 101 448.417.600 287 813.149.030 64 751.250.000

Total 725 17.725.794.599 1.120 21.238.032.070 664 16.104.882.650

24

Kanwil Ditjen Perbendaharan Provinsi Sulteng BAB III ANALISIS TEMATIK

benih tersebut hampir sebagian besar berupa bibit tanaman hortikultura dan tanaman pagan.

Selain itu, terdapat juga bantuan bibit perkebunan seperti bibit durian, mangga dan juga anggrek.

Tabel 3.9. Dukungan Pemerintah Daerah pada Sektor Perikanan tahun 2019-2021

Jenis Dukungan Pemerintah 2019 2020 2021

Bantuan Pelaku Usaha 12.270.514.700 5.724.896.000 13.597.968.859 Perikanan tangkap 3.157.764.700 3.663.406.000 6.198.974.750 Perikanan Budidaya 2.531.750.000 1.081.890.000 3.035.108.822 Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan 3.932.000.000 200.000.000 1.335.491.050 Pengelolaan Ruang Laut 1.405.000.000 779.600.000 249.500.000 Pengawasan Sumber Daya 1.244.000.000 - 2.778.894.237 Pelatihan 259.760.000 247.015.800 251.126.550 Perikanan tangkap 101.845.000 59.800.500 74.932.100 Perikanan Budidaya 42.125.000 82.215.300 117.610.700 Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan 83.790.000 105.000.000 2.453.750 Pengelolaan Ruang Laut 32.000.000 56.130.000 Pembangunan Pelabuhan Perikanan 8.762.428.981 868.299.000 11.390.267.854 Total Dukungan Dana Pemerintah Daerah 21.292.703.681 6.840.210.800 25.239.363.263 Sumber: OPD Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulteng (2021), diolah

Hal yang berbeda terlihat pada dukungan anggaran untuk sektor perikanan. Di tahun 2020, bentuk dukungan pemerintah dalam bentuk anggaran lebih kecil dibandingkan tahun 2019 dan tahun 2021. Hal ini disebabkan adanya realokasi dan refocusing anggaran serta berkurangnya alokasi anggaran yang berasal dari Dana Transfer maupun Tugas Pembantuan. Namun di tahun 2021, alokasi anggaran mengalami peningkatan yang sangat tinggi dengan total alokasi sebesar Rp25,24 miliar dengan alokasi anggaran terbesar dalam bentuk bantuan pelaku usaha khususnya pada perikanan tangkap. Jenis bantuan tersebut seperti perahu fiberglass dengan mesin, alat bantu penagkap ikan dan lainnya.

b. Kebijakan Output Pertanian dan Perikanan

Beberapa kebijakan yang sudah dilakukan oleh pemerintah dalam penentuan kebijakan harga komoditas pertanian diantaranya adalah:

1. Bulog dan OPD Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulteng telah menetapkan harga pembelian khususnya hasil tanaman pangan di tingkat petani untuk melindungi sisi produksi dan sisi permintaan dari konsumen. Selama 2019 – 2021, harga pangan yang ditetapkan Bulog dalam bentuk gabah sebesar Rp3.500/kg dan beras sebesar Rp10 ribu/kg.

2. Bulog dan Pemerintah Daerah juga telah membentuk Beras Cadangan ASN dalam rangka menyerap pasokan beras selama masa panen dan menjaga ketersediaan beras di masa tanam. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan daya serap gabah/padi oleh Bulog.

3. Penetapan peraturan daerah mengenai penyanggah harga. Perda ini dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Sigi yang bertujuan agar ketersediaan pangan di wilayahnya tercukupi. Para petani dilarang untuk menjual hasil panennya ke daerah lain ataupun para tengkulak sebelum stok pangan lokal tercukupi.

4. Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) yang digawangi oleh Bank Indonesia dan pemerintah daerah telah melakukan banyak program dan kegiatan dalam mengendalikan harga-harga,

25

Kanwil Ditjen Perbendaharan

Kanwil Ditjen Perbendaharan