• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Pengeluaran Daerah yakni Belanja Daerah dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah

BAB III ANALISIS TEMATIK

2) Kinerja Pengeluaran Daerah yakni Belanja Daerah dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah

Kebijakan belanja daerah Tahun 2016-2020 dilaksanakan untuk mendanai urusan pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar, urusan pemerintahan tidak terkait pelayanan dasar, dan urusan pemerintahan pilihan yang merupakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi. Belanja daerah dianggarkan dengan batas tertinggi sehingga realisasi belanja tidak melebihi jumlah anggaran belanja yang ditetapkan. Berikut merupakan belanja daerah selama periode 5 tahun berjalan.

Tabel 3.21. Realisasi Belanja daerah Provinsi Sulteng Tahun 2016-2020 (Rp miliar)

Uraian 2016 2017 2018 2019 2020 Porsi Anggaran Rata-rata per Tahun Belanja Daerah 3,178.1 3,445.8 3,628.0 4,098.8 4,281.1 100%

Belanja pegawai 682.4 1,175.9 1,318.9 1,315.4 1,348.5 31.0%

Belanja Barang jasa 1,008.2 786.0 954.8 1,046.3 907.4 26.6%

Belanja Modal 504.0 465.1 459.8 836.6 665.4 15.6%

Belanja Lainnya 983.6 1,018.8 894.5 900.4 1,359.7 26.8%

Sumber : GFS kanwil DJPb, diolah

Seiring dengan bertambahnya pendapatan daerah yang diterima, semakin tinggi pula alokasi anggaran belanja yang dianggarkan untuk mendanai urusan pemerintahan. Dilihat dari porsi pembebanan anggaran, belanja pegawai menempati urutan tertinggi alokasi anggaran yang disediakan. Belanja Pegawai setiap tahunnya menunjukkan tren yang meningkat seiring dengan bertambahnya tanggungan pembayaran gaji ASN yang pindah dari Pemerintah

38

Kanwil Ditjen Perbendaharan Provinsi Sulteng BAB III ANALISIS TEMATIK

Kabupaten/Kota di Sulteng ke pemerintah provinsi Sulteng karena kebijakan pengalihan kewenangan. Tren ini juga menunjukkan masih “gemuknya” organisasi dan prosentase pegawai di Sulteng.

Pemberian gaji dan tunjangan untuk para pejabat daerah dan juga ASN di daerah masih membebani APBD dibandingkan dengan belanja lainnya, khususnya belanja dalam rangka peningkatan layanan publik serta belanja modal untuk mendukung pembangunan wilayah.

Biaya penyelenggaraan birokrasi masih memerlukan biaya yang cukup besar di bandingkan dengan biaya lainnya, khususnya untuk belanja modal. Semakin besar persentase dana yang dialokasikan untuk belanja operasional, maka semakin kecil persentase Belanja Modal yang digunakan untuk penyediaan sarana prasarana ekonomi masyarakat. Khusus untuk belanja modal di tahun 2019 terjadi peningkatan yang cukup besar. Hal ini disebabkan pemerintah mulai menggalakkan kembali pembangunan terhadap beberapa sarana dan prasarana yang rusak akibat bencana alam yang melanda provinsi Sulteng. Tingkat kenaikan alokasi belanja modal di tahun 2019 naik sebesar 82% dibandingkan tahun sebelumnya dengan nilai Rp459,1 miliar di tahun 2018. Alokasi anggaran belanja modal mengalami penurunan di tahun 2020, disebabkan anggarannya mengalami refocusing dan realokasi anggaran untuk belanja prioritas seperti penanganan dampak pandemi Covid-19 dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang terdampak Covid-19.

Minimnya anggaran yang dialokasikan untuk belanja modal, khususnya pembangunan infrastruktur yang mendukung perekonomian masyarakat, mengindikasikan pemerintah daerah masih kurang mendukung pembangunan dan pengembangan wilayahnya.

Pembangunan di wilayah ini masih mengandalkan pembangunan infrastruktur yang berasal dari DAK Fisik dan juga alokasi anggaran K/L yang bersumber dari APBN.

Tabel 3.22. Realisasi Pembiayaan Provinsi Sulteng Tahun 2016-2020 (Rp miliar)

Uraian 2016 2017 2018 2019 2020

Pembiayaan Daerah Netto 72.9 33.1 186.4 400.6 429.9

Penerimaan Pembiayaan daerah 77.4 70.4 225.6 439.6 429.9

SiLPA TAYL 77.4 70.4 225.6 439.6 429.9

Penerimaan Pinjaman Daerah - - - - -

Penerimaan Piutang Daerah - - - - -

Pengeluaran Pembiayaan Daerah 4.5 37.3 39.2 39 0

Penyertaan Modal Pemda - - - - -

Pembayaran Utang - - - - -

Sumber : GFS kanwil DJPb, diolah

Kebijakan umum pembiayaan daerah pada periodisasi 2016-2020 ditujukan untuk keberlangsungan jalannya pemerintahan, dengan harapan tidak mengganggu likuiditas keuangan Pemerintah Provinsi Sulteng. Hal ini merupakan upaya preventif dalam menyikapi pendapatan daerah yang relatif terbatas. Sementara di sisi lain, kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan kegiatan pelayanan masyarakat semakin meningkat dari waktu ke waktu. Selama 5 periode berjalan, upaya untuk menutup defisit anggaran pemerintah daerah hanya berasal dari pembiayaan SiLPA. Dalam periode tersebut, terdapat dua kali defisit akibat jumlah belanja negara lebih besar dari realisasi penerimaannya yakni

39

Kanwil Ditjen Perbendaharan

Provinsi Sulteng BAB III ANALISIS TEMATIK

pada tahun 2016 dan 2019. Nilai SiLPA dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.

Adanya SiLPA dalam jumlah yang sangat besar pada Tahun 2017-2019 merupakan fenomena kontras atas kondisi keterbatasan anggaran. Besarnya SiLPA terutama pada tiga tahun tersebut menunjukkan lemahnya manajemen fiskal daerah.

Fenomena besarnya SiLPA dari tahun ketahun disebabkan oleh beberapa faktor seperti : 1).

Rencana pendapatan yang pesimistis dan tidak percaya diri, 2). Eksekusi kegiatan yang lemah, 3). Proses Pengawasan yang lemah dan 4). Pengalokasian anggaran yang kurang tepat yang seharusnya diperuntukkan bagi kegiatan prioritas. Pemerintah daerah dalam keadaan kondisi keuangan defisit dan tidak dapat tercukupi lewat SiLPA seharusnya dapat memanfaatkan dana pinjaman yang telah disediakan oleh pemerintah pusat. Sampai dengan saat ini pemerintah daerah masih enggan untuk melakukan pinjaman ke pemerintah pusat, khususnya untuk membiayai proyek-proyek strategis di daerah yang memiliki potensi untuk peningkatan PAD ataupun peningkatan perekonomian masyarakat yang belum dibiayai oleh pemerintah pusat. Pemerintah daerah masih belum dapat memetakan proyek-proyek potensial yang pembiayaannya dapat dilakukan melalui pinjaman daerah untuk menutupi fiscal gap yang terjadi. Pemerintah daerah masih mengandalkan pola KPBU (Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha) untuk membiayai proyek-proyek potensial kedepannya.

3.2.1 Peluang Potensi Investasi di Provinsi Sulteng

Pengembangan wilayah merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antarwilayah, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Kebijakan pengembangan wilayah sangat diperlukan karena kondisi fisik geografis, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat yang sangat berbeda antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya sehingga penerapan kebijakan pengembangan wilayah itu sendiri harus disesuaikan dengan kondisi, potensi, dan isu permasalahan di wilayah bersangkutan.

Ketersediaan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi memiliki keterkaitan sangat erat.

Pembangunan infrastruktur menimbulkan pertumbuhan dan perluasan pergerakan ekonomi melalui efek multiplier. Pembangunan infrastruktur diharapkan mampu menggerakkan sektor riil, menyerap tenaga kerja, meningkatkan konsumsi masyarakat dan pemerintah, serta memicu kegiatan produksi. Mengingat begitu pentingnya keberadaan infrastruktur, sudah sewajarnya jika pembangunan infrastruktur mendapatkan prioritas dalam pembangunan nasional.

Saat ini Provinsi Sulteng tengah berbenah dan bersiap diri sebagai daerah yang memiliki wilayah strategis dan relatif dekat dengan calon Ibu Kota Negara baru (IKN) yang berada di Provinsi Kalimantan Timur. Sebagai daerah penyangga Ibu Kota baru, Sulteng harus mampu melihat segala potensi dan peluang emas yang dimiliki agar mampu mengembangkan dan meningkatkan kapasitas wilayahnya agar dapat bersaing dengan propinsi lainnya khususnya

40

Kanwil Ditjen Perbendaharan Provinsi Sulteng BAB III ANALISIS TEMATIK

di daerah timur Indonesia. Sudah banyak hal yang telah dilakukan oleh pemerintah Provinsi Sulteng dengan provinsi yang akan menjadi Ibu Kota baru Indonesia tersebut. Baru-baru ini, Pemerintah Provinsi Sulteng dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timut telah memformalkan dan menandatangani kesepakatan kerjasama untuk mempererat hubungan antara kedua belah pihak, utamanya dalam mendukung terselenggaranya pembangunan ibukota baru di wilayah Kalimantan Timur, terutama dalam mendukung kebutuhan pangan pokok, seperti komoditas pertanian dan komoditas perkebunan.

Provinsi Sulteng juga dikenal dengan salah satu wilayah yang memiliki sumber daya batu terbaik untuk kebutuhan infrastruktur jalan dan gedung. Ke depannya, suplai batuan tersebut akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur IKN di Kalimantan Timur, dengan estimasi kebutuhan sekitar kurang lebih 4 juta metrik ton. Kerjasama tersebut diharapkan mampu meningkatkan dan memberikan manfaat bagi masyarakat di kedua wilayah tersebut.

Untuk menyambut dibangunnya IKN tersebut, Provinsi Sulteng juga tengah bersiap-siap untuk meningkatkan sarana dan prasana infrastruktur untuk pengembangan wilayah penyangga IKN baru. Sebagai wilayah yang sangat strategis dan sebagai pintu masuk menuju IKN dari wilayah Indonesia Timur, Sulteng harus segera menyiapkan segala infrastruktur pendukung untuk kelancaran mobilitas dan juga pergerakan ekonomi yang akan masuk dari dan ke wilayah Indonesia Timur melalui IKN. Salah satu infrastruktur yang harus dipersiapkan adalah media mobilitas masyarakat berupa penyiapan dukungan akses jalan yang layak, jembatan penghubung, maupun pelabuhan penyeberangan.

Pemerintah Provinsi Sulteng telah menyiapkan beberapa skenario dalam menghadapi pemindahan IKN baru di daerah Kalimantan Timur dengan rencana pembangunan infrastruktur strategis sebagai daerah penyangga IKN baru, antara lain pembangunan dan peningkatan ruas jalan, pembangunan jembatan dan juga pembangunan pelabuhan baru.

Skenario-skenario tersebut mendukung peranan Sulteng terhadap IKN baru. Peranan yang pertama adalah sebagai jembatan antara IKN dan Kawasan Timur Indonesia (IKT).

Yang kedua, sebagai daerah penyangga IKN, serta ketiga, sebagai destinasi pariwisata. Visi gerak cepat dari Pemerintah Provinsi menuju Sulteng lebih sejahtera dan lebih maju serta misi untuk mewujudkan peningkatan pembangunan infrastruktur daerah akan menciptakan akselerasi dalam pengembangan wilayah, pertumbuhan ekonomi, interaksi antar wilayah, serta distribusi hasil komoditi melalui ketersediaan infrastruktur yang berkualitas.

Beberapa program penunjang persiapan Sulteng sebagai daerah penyangga IKN baru sudah dipersiapkan dengan beberapa proyek strategis seperti pembangunan ruas jalan, pembangunan jembatan, maupun pembangunan pelabuhan sebagai integrasi akses tol laut dan tol darat. Berikut ini merupakan beberapa perencanaan pembangunan sebagai daerah penyangga IKN:

41

Kanwil Ditjen Perbendaharan

Provinsi Sulteng BAB III ANALISIS TEMATIK

Tabel 3.23. Proyek di Sulteng Yang Membutuhkan Pembiayaan

NO Nama

Proyek Lokasi Maksud/Tujuan Panjang

Jalan (KM) Jalan (Rp) Jembatan (Rp) Jumlah (Rp) dari dan ke Ibu Kota Negara Baru – Alur Laut Kepulauan Indonesia ALK II dan ALK III, mendorong pertumbuhan ekonomi dan wilayah Indonesia Timur

±28 KM 597.310.230.300 43.050.000.000 640.360.230.300

2

1. Pembukaan jalan daerah kantong produksi 2. Mendukung akses destinasi

pariwisata nasional Toraja – Lore Lindu dan sekitarnya

±89 KM 972.565.884.320 25.663.000.000 998.228.884.320

3 perputaran roda perkonomian di daerah-daerah terpencil

±39,8 KM 436.332.384.224 125.342.000.000 561.674.384.224

4 baru bagi masyarakat dan percepatan distribusi hasil pertanian

±72 KM 787.281.951.360 278.547.000.000 1.065.828.951.360

5 baru bagi masyarakat dan percepatan distribusi hasil pertanian

±183.6 KM 1.976.406.955.9

68 269.666.000.000 2.246.072.955.968

6 dari dan ke Ibu Kota Negara Baru – Alur Laut Kepulauan Indonesia ALK II dan ALK III, mendorong pertumbuhan ekonomi dan wilayah Indonesia Timur

1.150.235.000.000

TOTAL 6.662.400.406.172

Sumber : Biro Ekbang Provinsi dan Tim penyusun RPJMD, diolah

Pembangunan ruas jalan tersebut diharapkan akan memperlancar arus distribusi menuju IKN Baru dan menghubungkan antara wilayah Indonesia bagian timur dan bagian tengah. Dilihat dari profil keuangan daerah diatas, kemampuan fiskal Sulteng masih belum memungkinkan untuk merealisasikan pembangunan infrastruktur strategis tersebut. Skema pinjaman daerah dapat dilakukan dalam rangka merealisasikan hal tersebut serta mempersiapkan seluruh prasyarat yang mendukung percepatan realisasi program prioritas tersebut. Gubernur Sulteng telah memberikan arahan kepada seluruh jajarannya agar mempersiapkan diri dan mencari jalan untuk dapat mempercepat pembangunan infrastruktur tersebut untuk mencapai Visi Gerak Cepat Menuju Sulteng Lebih Sejahtera dan Lebih Maju.

Beberapa proyek tersebut diatas sudah diajukan oleh Pemprov Sulteng untuk menjadi salah satu program priortas dalam RPJMN 2020-2024 bidang infrastruktur. Yakni pembangunan jalan tol Tambu Kasimbar serta pembangunan Pelabuhan Feri di wilayah Tambu Kabupaten Donggala dan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong. Namun dari beberapa proyek strategis yang diajukan baru satu yang terakomodir dalam usulan program prioritas tahun 2020, yakni usulan peningkatan status ruas jalan Tambu Kasimbar menjadi status Jalan Strategis Nasional.

3.2.2 Pembangunan ruas Jalan Tambu-Kasimbar dan Pelabuhan laut di Tambu dan Kasimbar

Proyek ini dapat memposisikan sebagai jembatan penghubung antara Ibu Kota Negara Baru dengan Kawasan Timur Indonesia seperti Papua, Maluku dan Maluku Utara dengan

42

Kanwil Ditjen Perbendaharan Provinsi Sulteng BAB III ANALISIS TEMATIK

mengintegrasikan tol laut dan tol darat. Dari Ibukota Negara, kendaraan diangkut menggunakan feri menuju ke pelabuhan Tambu, Selat Makassar selanjutnya melintas di jalan/tol darat Tambu-Kasimbar dan sekitar 20 menit kemudian tiba di pelabuhan feri Kasimbar dan meneruskan perjalanan ke wilayah timur dan sebaliknya. Berdasarkan analisis ekonomi, integrasi tol laut dan tol darat tersebut dapat meningkatkan efisiensi sampai 40 – 50% dibandingkan menggunakan tol laut reguler yaitu harus berputar ke arah utara melewati Manado atau ke arah selatan melewati Makassar. Jarak tempuh dari pelabuhan Tambu menuju IKN nantinya hanya mencapai 8 jam perjalanan. Selain kepentingan ekonomi, integrasi ini juga dinilai akan bermanfaat bagi kepentingan pertahanan keamanan.

Lokasi pembangunan proyek ini terletak di wilayah Kabupaten Parigi Moutong (Parimo) dengan panjang ruas batas ruas batas antara Kabupaten Parimo-Kabupaten Donggala kurang lebih ±28 KM. Berdasarkan analisis perhitungan untuk kedua proyek tersebut, direncanakan membutuhkan alokasi anggaran sebesar ± Rp1,7 triliun. Proyek ini diharapkan akan menjadi kawasan strategis dan berperan sebagai simpul pertumbuhan dan pemerataan baik dari kawasan utara-selatan maupun dari kawasan timur-barat Sulteng. Jalur logistik yang akan menghubungkan provinsi Sulteng dan Sulawesi Barat melalui ruas jalan Tambu-Kasimbar nantinya tidak perlu lagi melalui Kota Palu. Dari Pelabuhan Feri Kabonga di Donggala, kendaraan diseberangkan dengan Feri menuju ke Pelabuhan Tambu yang diperkirakan hanya satu jam, sehingga akan menghemat waktu sekitar 5 jam dibandingkan jika melalui kota Palu. Masih banyak lagi multiplier effect yang akan muncul bila rencana proyek strategis ini didesain dan dikelola dengan baik.

3.2.3 Faktor yang berpengaruh terhadap Investasi

Keberadaan investasi menjadi elemen penting atau fondasi dalam menyokong perkembangan dan kemajuan daerah secara berkelanjutan. Peningkatkan investasi secara terus menerus akan meningkatkan kapasitas produksi dan produktivitas daerah. Investasi tentu membutuhkan iklim usaha yang sehat dan kondusif, yang ditandai dengan kemudahan perizinan (izin investasi), serta kejelasan prosedur investasi yang semakin mudah dan efisien.

Faktor-faktor ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya, serta ketersediaan infrastruktur

Gambar 3.2. Pembangunan ruas Jalan Tambu-Kasimbar dan Pelabuhan laut di Tambu dan Kasimbar

Sumber : Tim Penyusun RPJMD Sulteng

43

Kanwil Ditjen Perbendaharan

Provinsi Sulteng BAB III ANALISIS TEMATIK

daerah yang memadai diyakini merupakan faktor-faktor kunci pembentuk daya tarik investasi daerah. Berikut ini merupakan faktor pendukung dan penghambat investasi di wilayah Sulteng.