• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesiapan Administratif Guru dalam Implementasi Kurikulum

BAB II : KAJIAN TEORI

B. Implementasi Kurikulum 2013

3. Kesiapan Administratif Guru dalam Implementasi Kurikulum

Dalam mengimplementasikan kurikulum banyak aspek yang perlu disiapkan agar implementasi tersebut dapat berjalan dengan baik. Untuk itu terlebih dahulu dibahas mengenai konsep kesiapan (readiness). Beberapa ahli memiliki pendapat yang berbeda mengenai pengertian kesiapan, Wasty Soemanto “mendefinisikan readiness sebagai kesiapan atau kesediaan seseorang untuk berbuat sesuatu”. Selain itu menurut Cronbach, masih dalam Soemanto, mengemukakanreadiness sebagai segenap sikap atau kekuatan yang membuat seseorang dapat bereaksi dengan cara tertentu”.28

Sementara Slameto mengatakan bahwa “kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon/jawaban di dalam cara tertentu terhadap situasi”.29

Dari uraian tersebut diketahui bahwa kesiapan seseorang itu merupakan sifat-sifat dan kekuatan pribadi yang berkembang. Perkembangan ini memungkinkan orang itu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta mampu menyelesaikan persoalan yang selalu dihadapi. Perkembangan kesiapan terjadi dengan mengikuti prinsip-prinsip tertentu. Adapun prinsip-prinsip bagi perkembangan kesiapan menurut Soemanto adalah sebagai berikut:

1) Semua aspek pertumbuhan berinteraksi dan bersama membentuk kesiapan.

28 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 191

29 Slameto, Belajar Dan Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) cet. 4, h. 113

2) Pengalaman seseorang ikut mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu.

3) Pengalaman mempunyai efek kumulatif dalam perkembangan fungsi-fungsi kepribadian individu, baik yang jasmani maupun rohani.

4) Apabila kesiapan untuk melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk pada diri seseorang, maka saat-saat tertentu dalam kehidupan seseorang merupakan masa formatif bagi perkembangan pribadinya.30

Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa apa yang telah dicapai seseorag pada masa-masa yang lalu akan mempunyai arti bagi berbagai aktivitasnya sekarang. Apa yang telah terjadi saat ini akan memberi pengaruh terhadap kesiapan individu di masa mendatang. Dengan demikian, kesiapan seseorang itu selalu mengalami perubahan setiap saat sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan fisiologis individu serta adanya pengaruh dari lingkunagan seseorang.

Terkait dengan penerapan kurikulum 2013, Mulyasa mengungkapkan bahwa “dalam menyiapkan implementasi kurikulum 2013 sangat ditentukan oleh berbagai faktor (kunci sukses) antara lain berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah, kreativitas pendidik, aktivitas peserta didik, sosialisasi, fasilitas dan sumber belajar, lingkungan yang kondusif, dan partisipasi warga sekolah”.31

Dalam hal ini guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun baik dan idealnya suatu strategi tidak mungkin bisa diaplikasikan. Dalam Pasal 1, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru, dijelaskan “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.32

Menurut Mulyasa, yang dikutip oleh Susanto, menjabarkan peran dan fungsi

30 Wasty Soemanto, op.cit, h. 192 31 E. Mulyasa, op.cit, h 39

guru yaitu sebagai pendidik dan pengajar, sebagai anggota masyarakat, sebagai pemimpin, sebagai administrator, dan sebagai pengelola pembelajaran.33 Dalam melaksanakan tugasnya tersebut dibutuhkan

porfesionalisme agar tercapai efesiensi dan efektivitas kerja sehingga guru dituntut untuk berusaha keras dalam meningkatkan kualitas kerjanya.34

Dari rumusan pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa guru merupakan seorang tenaga professional yang memiliki tugas mendidik, mengajar, membimbing, menilai, mengevaluasi, serta bertanggungjawab terhadap peserta didik dalam mencapai tujan pendidikan melaui kegiatan belajar baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Dengan demikian, guru memiliki peran yang sangat kuat dalam pencapaian tujuan pendidikan karena guru secara aktif terjun langsung dalam kegiatan belajar mengajar.

Adapun pengertian administrasi dijabarkan menurut beberapa pendapat. Daryanto menjelaskan “administrasi secara etimologi berasal dari bahasa Latin ad dan ministro. Ad mempunyai arti kepada dan ministro berarti melayani.35 Sedangkan Arikunto menjelaskan “pengertian administrasi secara modern yaitu sebagai suatu usaha bersama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan menggunakan segala dana dan daya yang ada”.36

Sementara Syaiful Sagala menjelaskan “pengertian administrasi secara luas yaitu rangkaian kegiatan bersama sekelompok manusia secara sistematis untuk menjalankan roda suatu usaha atau misi organisasi agar dapat terlaksana dengan suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan”.37

Melihat beberapa pengertian administrasi tersebut, maka dapat dipahami bahwa administrasi merupakan suatu hubungan kerjasama untuk saling

33 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2014), Cet.2, h.33

34 Imam Wahyudi, Panduan Lengkap Administrasi Guru, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2014), h. 3

35 H.M Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h 1

36 Suharsimi Arikunto, Organisasi Dan Administrasi Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), cet.2, h. 31

melayani dan mengarahkan secara teratur atau sistematis dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama.

Guru sebagai pendidik juga memiliki tugas administratif di sekolah khususnya dalam pembelajaran yang berbentuk administrasi kurikulum. Arikunto menjelaskan “administrasi kurikulum adalah administrasi yang ditujukan untuk keberhasilan kegiatan belajar mengajar secara maksimal, dengan titik berat pada usaha meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar tersebut”.38 Menurut Ary H. Gunawan, “administrasi kurikulum merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinyu terhadap situasi belajar mengajar secara efektif dan efisien demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan”.39

Dengan demikian, dapat dibajarkan bahwa kegiatan dalam administrasi kurikulum yaitu berbagai kegiatan yang bertujuan untuk melaksanakan dan mengembangkan kurikulum sehingga kurikulum dapat dijadikan sebagai instrumen dalam mencapai tujuan dan sasaran pendidikan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip administrasi, kemudian kurikulum dikembangkan sehingga dalam pelaksanaannya dapat mencapai sasaran pendidikan yang diharapkan. Melalui kegiatan administrasi kurikulum diupayakan agar rumusan kurikulum benar-benar berasal dari sebuah instrumen yang terencana dengan baik, sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik pula. Oleh karena itu, dibutuhkan kesiapan guru dalam menjalankan tugas administrasinya agar hal tersebut dapat tercapai.

b. Gugus Tugas Administrasi Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013 Dalam implementasi kurikulum 2013 beberapa instrumen administratif yang perlu disiapkan guru dalam menunjang kegiatan belajar mengajar yaitu program tahunan, program semester, rencana pelaksanaan

38Suharsimi Arikunto, Op.cit, h. 58

39 Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah “Administrasi Pendidikan Mikro”, (Jakarta:

pembelajaran, dan kriteria ketuntasan minimal yang dijelaskan sebagai berikut.

1) Menyusun Program Tahunan

Wina Sanjaya menjelaskan bahwa “program tahunan dapat diartikan sebagai rencana penetapan alokasi waktu satu tahun ajaran untuk mencapai tujuan (standar kompetensi dan kompetensi dasar) yang telah ditetapkan. Penetapan alokasi waktu diperlukan agar seluruh kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum seluruhnya dapat dicapai oleh siswa”.40

Mulyasa secara lebih jelas menyatakan bahwa program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Program ini perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran, karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-program berikutnya, seperti program semester, program mingguan, dan program harian atau program pembelajaran setiap pokok bahasan.41

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam program tahunan disusun perencanaan alokasi waktu untuk setiap kompetensi dasar yang harus dicapai dalam waktu satu tahun ajaran sebagai pedoman guru dalam mengembangkan program-program berikutnya.

2) Menyusun Program Semester

Semester merupakan satuan waktu yang digunakan untuk penyelenggaraan program pendidikan. Mulyasa menjelaskan “program semester berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Program semester ini merupakan penjabaran dari program tahunan. Pada umumnya program semester ini berisikan tentang bulan, pokok bahasan yang hendak disampaikan, waktu yang direncanakan, dan keterangan-keterangan”.42

40 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), Cet.6, h. 52

41 E. Mulyasa, Op.cit, h. 95 42 Ibid, h. 98

Menurut Wina Sanjaya, “jika program tahunan disusun untuk menentukan jumlah jam yang diperlukan untuk mencapai kompetensi dasar, maka dalam program semester diarahkan untuk menjawab minggu keberapa atau kapan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar itu dilakukan”.43

Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa program semester merupakan jabaran kegiatan dari program tahunan yang sifatnya lengkap dan merupakan satu kebulatan. Segala kegiatan pada program semester yang disajikan harus sudah selesai dilaksanakan pada setiap akhir semester.

3) Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Salah satu kegiatan yang harus dilakukan guru dalam proses belajar mengajar adalah melakukan penilaian. Dalam rangka melakukan penilaian maka harus memiliki kriteria, adapun kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Kunandar menjelaskan kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan. Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan pada awal tahun pelajaran dengan memperhatikan intake (kemampuan rata-rata peserta didik), kompleksitas materi (mengidentifikasi indikator sebagai penanda tercapainya kompetensi dasar), dan kemampuan daya pendukung (berorientasi pada sarana dan prasarana pembelajaran dan sumber belajar) yang dimiliki satuan pendidikan.44

Kunandar juga menjelaskan lebih rinci mengenai fungsi kriteria ketuntasan minimal sebagai berikut:

a) Acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi dasar dapat diketahui ketercapaiannya berdasarkan KKM yang ditetapkan.

43 Wina Sanjaya, Op.cit, h. 53

b) Acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata pelajaran. Setiap KD dan indikator ditetapkan KKM yang harus dicapai dan dikuasai oleh peserta didik. c) Digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan

evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan disekolah. Evaluasi keterlaksanaan dan hasil program kurikulum dapat dilihat dari keberhasilan pencapaian KKM sebagai tolak ukur. d) Kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan

antara satuan pendidikan dengan masyarakat. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan upaya yang harus dilakukan bersama antara pendidik, peserta didik, pimpinan satuan pendidikan dan orang tua. Pendidik melakukan upaya pencapaian KKM dengan memaksimalkan proses pembelajaran dan penilaian.45

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kriteria ketuntasan minimal merupakan kriteria bagi ketuntasan belajar siswa yang mengacu pada kerumitan materi dan kemampuan rata-rata siswa terhadap materi tersebut. Jika melihat dari fungsinya kriteria ketuntasan minimal sebagai acuan bagi peserta didik dan pendidik dalam penilaian hasil belajar, karena ketercapaian KD dapat dilihat dari KKM yang telah ditetapkan sehingga diharapkan guru dapat memaksimalkan proses pembelajaran agar dapat memenuhi KKM yang telah ditetapkan. Dengan demikian, KKM sebagai evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan disekolah.

Dalam menentukan KKM sebaiknya dilakukan oleh guru melalui beberapa cara. Menurut Kunandar, cara menetapkan KKM terbagi menjadi dua cara yaitu:

a) Dengan menggunakan rentang nilai pada setiap kriteria. Dari setiap kriteria diberikan nilai. Dalam menentukan rentang nilai dan menentukan nilai dari setiap kriteria perlu kesepakatan dalam forum (bersama satuan pendidikan).

45 Imam Wahyudi, Op.cit, h. 86

Tabel 2.1

Rentang Nilai Kriteria dan Skala Penilaian Aspek yang

Dianalisis

Kriteria dan Skala Penilaian Kompleksitas Tinggi < 65 Sedang 65 – 79 Rendah 80 - 100 Daya Dukung Tinggi

80 – 100

Sedang 65 - 79

Rendah < 65 Intake Siswa Tinggi

80 - 100 Sedang 65 - 79 Rendah < 65 Contoh :

Jika Indikator memiliki kriteria kompleksitas tinggi, daya dukung tinnggi dan intake peserta didik sedang, maka nilai KKM-nya adalah : (1) langkah pertama, memberikan nilai pada setiap kriteria yang sudah ditentukan, yakni kompleksitas tinggi = 64, daya dukung tinggi = 85, dan intake siswa sedang = 70. (2) Membuat rata-rata dari perolehan nilai dari kriteria yakni 64+85+70=219:3 = 73. Jadi KKM indikator tersebut adalah 73 b) Dengan menggunakan poin atau skor pada setiap kriteria yang

ditetapkan.

Tabel 2.3

Skor Nilai Kriteria dan Skala Penilaian Aspek yang

dianalisis

Kriteria dan Skala Penilaian Kompleksitas Tinggi 1 Sedang 2 Rendah 3 Daya Dukung Tinggi

3

Sedang 2

Rendah 1 Intake Siswa Tinggi

3 Sedang 2 Rendah 1 Contoh :

Jika indikator memiliki kriteria komopleksitas tinggi, daya dukung tinggi dan intake peserta didik sedang, maka nilai KKM-nya adalah :

1+3+2 X 100 = 66,7 9

Jadi KKM indikator tersebut adalah 67 (hasil pembulatan 66,7)46

46 Kunandar, Op.cit, h. 84-89

Menelaah penjabaran tersebut, dalam menetapkan KKM perlu diperhatikan beberapa hal yaitu kompleksitas materi yang merupakan tingkat kesulitan atau kerumitan dalam setiap indikator, kompetensi dasar, dan kompetensi inti yang harus dicapai oleh peserta didik. Selanjutnya kemampuan daya pendukung yang berorientasi pada sarana dan prasarana pembelajaran dan sumber belajar dalam penyelenggaraan pembelajaran pada masing-masing sekolah. Selain itu, perlu diperhatikan juga intake siswa yang merupakan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik di sekolah.

Sementara itu, pada prinsipnya dalam kurikulum 2013 kriteria ketuntasan minimal (KKM) disebut ketuntasan belajar minimum yang ditentukan dengan mempertimbangkan karakteristik kompetensi dasar, daya dukung, dan karakteristik peserta didik. Ketuntasan minimal untuk seluruh kompetensi dasar pada kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan yaitu 2.66 (B-) dan untuk pencapaian minimal untuk kompetensi sikap adalah B (Baik).47 Untuk kompetensi yang belum tuntas, kompetensi tersebut dituntaskan melalui pembelajaran remedial sebelum melanjutkan pada kompetensi berikutnya. Berikut ini ketentuan ketuntasan belajar menurut kurikulum 2013:

a) Untuk KD pada KI-3 dan KI-4 diberikan remedial individual sesuai dengan kebutuhan peserta didik yang memperoleh nilai kurang dari 2.66

b) Untuk KD pada KI-3 dan KI-4 diberikan kesempatan untuk melanjutkan pelajarannya ke KD berikutnya kepada peserta didik yang memperoleh nilai 2.66 atau lebih dari 2.66

c) Untuk KD pada KI-3 dan KI-4 diadakan remedial klasikal sesuai dengan kebutuhan apabila lebih dari 75% peserta didik memperoleh nilai kurang dari 2.66

d) Untuk KD pada KI-1 dan KI-2, pembinaan terhadap peserta didik yang secara umum profil sikapnya belum berkategori baik dilakukan secara holistik (paling tidak oleh guru mata pelajaran, guru BK, dan orang tua)

e) Peserta didik dinyatakan tidak naik kelas apabila terdapat minimal salah satu kompetensi dari tiga mata pelajaran tidak tuntas.48

Penentuan KKM harus dilakukan secara cermat dan akurat sehingga dapat dijadikan indikator keberhasilan peserta didik dalam belajar dan proses pembelajaran yang dilakukan guru. Dengan kata lain, KKM sebagai evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah.

4) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Berdasarkan Pasal 20 pada Peraturan Pemerintah 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dinyatakan bahwa “perencanaan poses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”. 49

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa “RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD”.50 Selanjutnya Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses menyatakan bahwa “langkah awal dalam proses pembelajaran adalah perencanaan yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)”.51

Memperhatikan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa RPP adalah suatu perencanaan pembelajaran yang merupakan penjabaran dari silabus sebagai upaya pencapaian KD dalam satuan kelompok mata pelajaran. Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, maka

48 Ibid, h.105

49 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20

50 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses 51 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses

pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun ajaran baru yang dilakukan oleh guru dalam satuan kelompok mata pelajaran tertentu yang mencakup materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan kegiatan penilaian.

Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inisiatif, menyenangkan, memantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.52

Dalam implementasi kurikulum 2013, penyusunan RPP dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang mengacu pada buku pegangan guru, buku siswa, dan silabus yang telah ditetapkan. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah menjabarkan komponen RPP yaitu: (1) identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran atau tema, kelas/semester, dan alokasi waktu; (2) kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian; (3) materi pembelajaran; (4) kegiatan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup; (5) penilaian, pembelajaran remedial, dan pengayaan; dan (6) media, alat, bahan, dan sumber belajar.53

RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Dalam hal ini, guru merancang RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di sekolah. Dalam kurikulum 2013, kegiatan pembelajaran menggunakan pedekatan saintifik sehingga dalam RPP guru harus mampu mengolah langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lima langkah pembelajaran yaitu mengamati (observasi), menanya,

52 Daryanto dan Herry Sudjendro, Op.cit, h. 99

53 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 Tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah

mengumpulkan informasi atau eksperimen, mengasosiasikan atau mengolah informasi, dan mengkomunikasikan. Selain itu, penilaian yang dilakukan melalui penilaian autentik.

Dalam menghadapi perubahan tersebut pemerintah membantu guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan menerbitkan buku pegangan guru dan buku siswa sehingga penyusunan RPP dalam kurikulum 2013 mengacu pada buku pegangan guru, buku siswa, dan silabus yang telah ditetapkan. Meski demikian, faktanya guru masih mengalami kesulitan dalam menyusun atau mengembangkan RPP sesuai ketentuan yang berlaku, terutama tentang pengembangan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik dan pengembangan penilaian autentik.

Terkait dengan tugas administrasi guru selain menyusun rencana pembelajaran, dalam kurikulum ini untuk melakukan penilaian guru diharuskan membuat instrument penilaian berupa portofolio, lembar pengamatan atau observasi, lembar penilaian sikap, dan lembar penilaian kinerja atau praktik. Setiap lembar penilaian harus dicantumkan pensekoran yang disesuaikan dengan skala penilaian kurilukum 2013 meliputi kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Seluruh instrument tersebut dijabarkan dalam RPP yang disusun oleh masing-masing guru.

Berdasarkan analisis teori tentang tugas administrasi guru maka yang dimaksud dengan kesiapan guru dalam menjalankan tugas administratifnya adalah kesediaan dan kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran dengan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk melaksanakan dan mengembangkan kurikulum sebaik-baiknya sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan lancar dan tujuan pendidikan dapat tercapai. Dalam implementasi kurikulum 2013 tugas administrasi guru yang perlu disiapkan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar yaitu dengan menyusun program tahunan, program

semester, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Dokumen terkait