• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesiapan administratif guru dalam implementasi kurikulum 2013 di SMAN 3 Tangerang selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kesiapan administratif guru dalam implementasi kurikulum 2013 di SMAN 3 Tangerang selatan"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S.Pd) Pada Program Studi Manajemen Pendidikan

OLEH :

MADYANA NURAZIZAH 1111018200011

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Nama : Madyana Nurazizah

NIM : 1111018200011

Jurusan : Manajemen Pendidikan Angkatan Tahun : 2011

Alamat : Kav. P&K No.137, RT002/09, Kel.Pondok Benda, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul “Kesiapan Administratif Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013 di SMAN 3 Kota Tangerang Selatan” adalah benar hasil karya sendiri dibawah bimbingan dosen :

Nama : Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd NIP : 19650717 199403 1 005

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 19 Oktober 2015 Penulis

(3)

Skripsi berjudul “Kesiapan Administratif Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013 di SMAN 3 Kota Tangerang Selatan” disusun oleh Madyana Nurazizah, NIM 1111018200011, Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 19 Oktober 2015

Yang mengesahkan,

Pembimbing

(4)

Nurazizah, NIM 1111018200011, Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah diuji kebenarannya oleh Dosen Pembimbing Skripsi pada tanggal 19 Oktober 2015.

Jakarta, 19 Oktober 2015

Mengetahui, Pembimbing

(5)

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada hari Selasa, 27 Oktober 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Manajemen Pendidikan.

Jakarta, 27 Oktober 2015

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Kajur Manajemen Pendidikan) Tanggal Tanda Tangan

Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd .……… ………...

NIP. 19661009 199303 1 004

Sekretaris Jurusan Manajemen Pendidikan

Takiddin, M.Pd ………. ………...

NIP. 19831206 201101 1 005

Penguji I

Rusydi Zakaria, M.Ed, M.Phil ………. ………... NIP.19560530 198503 1 002

Penguji II

Dr. Jejen Musfah, M.A ………. ………...

(6)

i Syarif Hidayatullah. Jakarta, Oktober 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan kesiapan administratif yang dimiliki guru dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Metode yang digunakan adalah mix method. Berdasarkan kebutuhan dalam penelitian ini ditentukan sumber data yaitu wakil kepala sekolah bidang pengembangan pendidikan dan guru sebanyak 12 orang yang merupakan guru mata pelajaran kelompok wajib, serta dokumen administrasi guru berupa dokumen program tahunan, program semester, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan kriteria ketuntasan minimal. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara, angket, dan studi dokumen.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara umum guru SMAN 3 Kota Tangerang Selatan relatif sangat siap pada aspek administratif kurikulum 2013. Hal ini dibuktikan dengan beberapa indikator kesiapan administratif guru menunjukan sangat siap yaitu pada indikator memahami konsep program tahunan dan semester, menerapkan prinsip-prinsip kurikulum 2013 dalam penyusunan KKM, memahami komponen RPP, menerapkan langkah-langkah pembelajaran kurikulum 2013, dan menerapkan penilaian kurikulum 2013. Sedangkan pada tiga indikator lainnya menunjukan siap yaitu pada indikator menyusun program tahunan dan semester, melakukan evaluasi program, dan memahami konsep penetapan kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Berdasarkan hasil penelitian ditemui kelemahan dalam penetapan nilai KKM yaitu guru tidak menetapkan berdasarkan kompleksitas kompetensi dasar mata pelajaran yang mereka ampu, namun nilai KKM disamaratakan untuk semua mata pelajaran sesuai kebijakan sekolah. Untuk itu dalam penelitian ini diajukan rekomendasi yaitu sebaiknya KKM ditetapkan oleh guru dengan memperhatikan kompleksitas materi dan karakteristik peserta didik.

(7)

ii

implementing The 2013 Curriculum in SMAN 3 South Tangeang”. A final project from The Education Management major, Faculty of Tarbiyah Science and Teaching, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, October 2015.

This research is aimed to reveal the administrative readiness of teachers in the implementation of the 2013 curriculum. This research used a mix method to determine the parameters of this study. Based on the need of this research, the resource of the provided data is from the vice principal of the education development department and 12 teachers who teaches obligatory subject, another data source is the teachers administration document which consisted of semester programs, learning implementation plan, and minimum completeness criteria. The research data are achieved by using the interview technique, questionnaire and document study.

The result of this research showed that in general teachers SMAN 3 South Tangerang City is relatively very ready on the administrative aspects of the 2013 curriculum. It's proven by several indicators of readiness administrative teachers who indicate very ready is on indicator to understand the concept of annual and semester program, applying the principles of the 2013 curriculum in preparation of the KKM, understand the components of RPP, implement measures learning of the 2013 curriculum , and applying the assessment of the 2013 curriculum .While the other three indicators are indicate ready is on indicator preparing annual and semester programs, evaluating programs, and understand the concept of the establishment of a minimum completeness criteria (KKM).

According to the result of this research, a weakness is found in the determination of the KKM. The teachers do not determine the KKM based on the basic competencies of the students capabilities but is generalized by the school's policy. Therefore, the recommendation for this research is that the teachers should pay attention to the complexity of the matter and the characteristics of learners for deciding KKM.

(8)

iii

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala karunia, nikmat iman, nikmat Islam, dan nikmat kesehatan yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang senantiasa mengikuti ajarannya sampai akhir zaman.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi manajemen pendidikan. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di SMAN 3 Kota Tangerang Selatan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan hambatan dalam penulisan skripsi ini. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, namun berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak maka hambatan tersebut dapat terselesaikan dengan baik.

Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungannya baik secara moril dan materil, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd., Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan izin atas penyusunan skripsi ini.

3. Drs H. Mu’arif SAM, M.Pd., sebagai Dosen Pembimbing dengan penuh kesabaran dan keikhlasannya telah membimbing, memberikan saran, masukan serta mengarahkan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(9)

iv pembuatan surat-surat serta sertifikat.

6. Kepala Sekolah SMAN 3 Kota Tangerang Selatan, Bapak Drs. H. P. A. Sopandy, M.Pd., yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di SMAN 3 Kota Tangerang Selatan.

7. Dra. Hj. Yuniati, M.Pd., selaku wakil kepala sekolah bidang pengembangan pendidikan di SMAN 3 Kota Tangerang Selatan yang telah membantu dan mempermudah penulis dalam melakukan penelitian.

8. Wiwin Purwi Indayati, M.Pd., selaku wakil kepala sekolah bidang kurikulum di SMAN 3 Kota Tangerang Selatan yang telah membantu dan mempermudah penulis dalam melakukan penelitian.

9. Dra. Aan Sri Analiah selaku wakil kepala sekolah bidang humas di SMAN 3 Kota Tangerang Selatan yang telah membantu dan mempermudah penulis dalam melakukan penelitian.

10. Seluruh karyawan, staf Tata Usaha (TU) dan guru-guru SMAN 3 Kota Tangerang Selatan yang telah membantu melaksanakan penelitian dan membantu membuatsurat keterangan penelitian.

11. Pimpinan dan staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam menyediakan serta meberikan pinjaman literatur yang dibutuhkan.

(10)

v

Syukrillah, Sastria Dewantara, Gilang Putra, khususnya Bahrul Alam yang selalu memberikan dukungan, motivasi, doa, dan semangat.

15. Teman-teman seperjuangan Jurusan Manajemen Pendidikan angkatan 2011, terutama kawan-kawan dibangku kuliah yang selalu memberikan semangat.

Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada semua pihak yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis hanya dapat berdoa mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, masukan dan doa yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat. Amin yaa robbal ’alamin.

Penulis menyadari bahwa skripsi sederhana ini sebagai karya tulis sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis selalu mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif, namun dengan kerendahan hati, penulis sangat berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak, minimal bagi penulis sendiri. Akhirnya hanya kepada Allah jua segala sesuatu penulis kembalikan. Wallahu A’lam Bishawab.

Jakarta, 19 Oktober 2015

(11)

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL... viii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Indentifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan dan Permusuan Masalah ... 8

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II : KAJIAN TEORI ... 10

A. Kurikulum 2013 ... 10

1. Pengertian Kurikulum 2013 ... 10

2. Tujuan Kurikulum 2013 ... 13

3. Karakteristik Kurikulum 2013 ... 15

B. Implementasi Kurikulum 2013 ... 18

1. Konsep Implementasi Kurikulum ... 18

2. Tahapan Implementasi Kurikulum ... 21

3. Kesiapan Administratif Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013... 23

a. Pengertian Kesiapan Administrasi Guru ... 23

b. Gugus Tugas Administrasi Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013 ... 26

C. Hasil Penelitian yang Relevan ... 35

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 37

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

B. Metode Penelitian ... 37

(12)

BAB IV : HASIL PENELITIAN ... 44

A. Gambaran Umum ObyekPenelitian ... 44

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMAN 3 Kota Tangerang Selatan ... 44

2. Visi dan Misi MAN 3 Kota Tangerang Selatan ... 45

3. Data guru ... 46

B. Deskripsi Analisi dan Interpretasi Data ... 51

1. Kesiapan dalam Menyusun Porgram Tahunan dan Semester ... 52

2. Kesiapan dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ... 59

3. Kesiapan dalam Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 64

BAB IV : PENUTUP ... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 79

(13)

Rpp Mereka ...68

DAFTAR TABEL Tabel Tabel 2.1 Rentang Nilai Kriteria dan Skala Penilaian ...30

Tabel 2.2 Skor Nilai Kriteria dan Skala Penilaian ...30

Tabel 3.1 Rencana Pelaksanaan Penelitian ...37

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ...40

Tabel 3.3 Daftar Ceklis ...41

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen ...41

Tabel 3.5 Scoring ...43

Tabel 4.1 Data Guru SMAN 3 Kota Tangerang Selatan ...46

Tabel 4.2 Data Pelatihan Kurikulum 2013 Guru SMAN 3 Kota Tangerang Selatan ...50

Tabel 4.3 Pemahaman terhadap Konsep Penyusunan Program Tahunan Kurikulum 2013 ...53

Tabel 4.4 Pemahaman terhadap Komponen Format Program Tahunan ...53

Tabel 4.5 Pertimbangan dalan Penyusunan Program Tahunan ...54

Tabel 4.6 Waktu Penyusunan Program Tahunan ...54

Tabel 4.7 Pemahaman Konsep Penyusunan Program Semester Kurikulum 2013 ...55

Tabel 4.8 Pemahaman Setiap Kolom pada Format Program Semester ....55

Tabel 4.9 Penyusunan Program Tahunan Kurikulum 2013 oleh Masing-Masing Guru ...56

(14)

Sekolah ...58 Tabel 4.14 Catatan untuk Perbaikan Program Tahunan/Semester oleh

Kepala Sekolah ...58 Tabel 4.15 Pemahaman Konsep Penetapan KKM Kurikulum 2013...60 Tabel 4.16 KKM Digunakan Sebagai Acuan dalam Menilai Ketuntasan

Kompetensi Siswa Sesuai Kompetensi Dasar Mata Pelajaran ....60 Tabel 4.17 Penetapan KKM Didasarkan pada Kesepakatan MGMP

(Musyawarah Guru Mata Pelajaran) pada Awal

Tahun Pelajaran ...60 Tabel 4.18 Penetapan KKM yang Lebih Tinggi oleh Kepala Sekolah ...61 Tabel 4.19 Terdapat Beban dalam Penetapan KKM dari Kepala Sekolah ...61 Tabel 4.20 Penentuan KKM Mempertimbangkan Karakteristik dan

Kompleksitas Kompetensi Dasar ...62 Tabel 4.21 Penentuan KKM Mempertimbangkan Daya Dukung ...62 Tabel 4.22 Penentuan KKM Mempertimbangkan Karakteristik Peserta

Didik ...62 Tabel 4.23 Pemahaman Setiap Komponen RPP Kurikulum 2013 ...65 Tabel 4.24 Penyusunan RPP Berdasarkan Hasil Analisis antara KI

dan KD ...65 Tabel 4.25 Penyusunan RPP Mencantumkan Identitas Sekolah ...66 Tabel 4.26 Penyusunan RPP Mencantumkan Mata Pelajaran dan

Materi Pokok ...66 Tabel 4.27 Penyusunan RPP Mencantumkan Alokasi Waktu

Pembelajaran ...66 Tabel 4.28 Penyusunan RPP Menjabarkan Kompetensi Inti, Kompetensi

(15)

Saintifik ...70 Tabel 4.33 Penyusunan Pembelajaran Berpusat pada Siswa ...70 Tabel 4.34 Penyusunan Kegiatan Penutup Mencantumkan Sesi

Menyimpulkan ...71 Tabel 4.35 Penyusunan Kegiatan Penutup Mencantumkan Sesi

Refleksi/Tes ...71 Tabel 4.36 Penyusunan Kegiatan Penutup Mencantumkan Sesi

Umpan Balik ...71 Tabel 4.37 Penyusunan Kegiatan Penutup Mencantumkan Sesi

Tindak Lanjut ...72 Tabel 4.38 Pemahaman Penilaian Autentik ...72 Tabel 4.39 Instrument Penilaian Kompetensi Sikap Spiritual Disusun

Sendiri oleh Guru ...73 Tabel 4.40 Instrument Penilaian Kompetensi Sikap Sosial Disusun

Sendiri oleh Guru ...74 Tabel 4.41 Instrument Penilaian Kompetensi Pengetahuan Disusun

Sendiri oleh Guru ...74 Tabel 4.42 Instrument Penilaian Kompetensi Keterampilan Disusun

Sendiri oleh Guru ...74 Tabel 4.43 Guru Menggunakan Instrument Penilaian Buatannya ...75 Tabel 4.44 Pensekoran Dicantumkan Untuk Penilaian Setiap

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan unsur utama dalam pengembangan manusia seutuhnya. Oleh karenanya, pengelolaan pendidikan harus berorientasi kepada bagaimana menciptakan perubahan yang lebih baik. Salah satu upaya itu ditempuh melalui penerapan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman. Pada dasarnya kurikulum bersifat dimanis, karena kurikulum itu sendiri terkait erat dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara, serta tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya.1 Dengan demikian, suatu kurikulum harus terus beradaptasi pada berbagai perubahan dan perkembangan yang ada. Maka perubahan kurikulum adalah suatu hal yang sangat mungkin terjadi. Kurikulum akan terus menerus mengalami perubahan agar suatu kurikulum mampu menjawab tantangan zaman, dan untuk mempersiapkan peserta didik yang mampu bersaing di masa mendatang dengan segala kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sebagaimana dijabarkan dalam Pasal 36 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan peningkatan iman dan takwa; peningkatan akhlak mulia; peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; keragaman potensi daerah dan lingkungan; tuntutan pembangunan daerah dan nasional; tuntutan dunia kerja; perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; agama; dinamika perkembangan global; dan persatuan

(17)

nasional dan nilai-nilai kebangsaan.2 Oleh karena itu, salah satu faktor keberhasilan mencapai tujuan pendidikan ditentukan dengan bagaimana penerapan kurikulum dengan sebaik mungkin. Maka diperlukan kesiapan yang matang untuk menerapkan suatu kurikulum.

Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum, diantaranya yaitu perubahan dari kurikulum 1947 dengan nama Rentjana Pembelajaran disempurnakan menjadi kurikulum 1952 dengan nama Rentjana Pembelajaran Terurai, kemudian perubahan kurikulum 1975, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004, serta Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006.3 Perubahan kurikulum tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ilmu dan teknologi, sosial, budaya, dan ekonomi, serta adanya perkembangan dan perubahan yang menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional, termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Unsur politik juga turut mempengaruhi perubahan kurikulum. Hal ini terbukti ketika pergantian kepemimpinan di Indonesia seringkali terjadi perubahan dalam penerapan kurikulum.

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah memberlakukan kurikulum 2013 mulai tahun ajaran 2013/2014. Sebagai pengembangan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), secara umum materi rancangan kurikulum 2013 sebenarnya seperti kembali ke periode kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Namun, titik tekan pada kompetensi dan proses implementasi kurikulum sajalah yang hendak diubah. Menurut Mohammad Nuh dalam Mulyoto, menjelaskan bahwa “implementasi kurikulum 2013 akan menekankan pada pengembangan kreativitas siswa dan

2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36

(18)

penguatan karakter. Kurikulum ini akan memenuhi tiga komponen utama dalam pendidikan secara berimbang yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap.”4

Dalam kurikulum 2013 kemampuan dan kreativitas guru sangat dinanti dalam rangka menumbuh kembangkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara efektif, berpikir jernih dan kritis, mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, menjadi warga negara yang bertanggung jawab, kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, kemampuan hidup dalam masyarakat global, memiliki minat luas dalam kehidupan, memiliki kesiapan untuk bekerja, memiliki kecerdasan sesuai bakat/minatnya, serta dengan bakat/minatnya memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.5

Untuk mencapai hal tersebut tentu diperlukan suatu pengelolaan yang baik berupa administrasi, termasuk dalam bidang kurikulum. Dengan adanya administrasi kurikulum maka komponen kurikulum dapat diatur dan dikelola dengan sebaik-baiknya, sehingga membantu dan mempermudah guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Guru sebagai perencana kurikulum pada tingkat satuan pendidikan diharuskan melakukan administrasi kurilukum dengan merencanakan proses pembelajaran yang baik. Administrasi tersebut merupakan hal penting dalam mencapai tujuan pembelajaran karena guru merupakan kunci untuk pencapaian tujuan pada proses belajar mengajar.

Seluruh proses belajar mengajar dapat berjalan lancar dan berhasil baik jika pelaksanaannya melalui proses administrasi guru tersebut. Maka sangat penting

4 Mulyoto, Strategi Pembelajaran di Era Kurikulum 2013, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2013), h. 114-115

(19)

bagi seorang pendidik memenuhi administrasi sesuai dengan jenjang atau sekolah yang menjadi tempat pengabdiannya, terlebih lagi dengan diberlakukannya kurikulum 2013 mulai tahun ajaran 2013/2014. Di sini guru dituntut mampu menjalankan administratifnya dengan menyesuaikan ketentuan-ketentuan yang berlaku pada kurikulum 2013. Hal ini perlu dilakukan untuk mempermudah guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013, sehingga tercapainya keberhasilan pembelajaran sebagaimana tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Walaupun pemerintah telah menerapkan kurikulum 2013 sejak tahun ajaran 2013/2014 atau pada bulan Juli 2013 di sekolah-sekolah sasaran se-Indonesia, namun dalam implementasinya masih menghadapi berbagai kendala antara lain terkait dengan anggaran, kesiapan perangkat kurikulum, kesiapan guru, sosialisasi, dan distribusi buku. Di antara semua kendala di atas, masalah utama yang perlu diperhatikan adalah kesiapan guru sebagai kunci keberhasilan implementasi kurikulum ini.

Kurikulum 2013 mengharuskan guru berperan optimal dalam pembelajaran. Untuk menyiapkan guru ideal dalam kurikulum 2013 diperlukan pendidikan dan pelatihan khusus. Sementara persiapan kurikulum 2013 dinilai terlalu tergesa-gesa dan kurang memperhatikan kesiapan satuan pendidikan dan guru, sehingga terkesan dipaksakan untuk tetap dijalankan. Seyogyanya implementasi kurikulum 2013 tidak dapat dipaksakan sebab peningkatan mutu pendidikan tidak bisa dicapai secara instan tetapi memerlukan proses dan tahapan yang panjang. Walaupun demikian, kurikulum 2013 tetap dilaksanakan secara bertahap mulai tahun ajaran 2013/2014.

(20)

harapan kurikulum 2013 dalam waktu singkat, terutama untuk merubah mindset guru dari yang semula hanya mencapai kemampuan kognitif siswa sementara dalam kurikulum 2013 guru harus mampu mengarahkan siswa untuk aktif, produktif, kreatif, dan berpikir kritis.

Tahun 2014 Pemerintah menargetkan dapat melatih 1,3 juta guru secara bertahap dan bertingkat. Pada kenyataannya baru 283.000 guru yang sudah dilatih menjelang tahun ajaran baru. Dengan presentase yaitu 20,3% guru sudah dilatih dan 79,3% guru sasaran yang belum mendapatkan pelatihan. Pemerintah belum mampu melatih semua guru.6

Dari paparan tersebut dapat kita ketahui masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Untuk mencapai keberhasilan kurikulum ini maka kesiapan guru mutlak diperlukan, oleh karena itu sebelum kurikulum 2013 diimplementasikan secara serentak (nasional), perlu dilakukan sosialisasi dan pelatihan bagi guru-guru secara berkelanjutan.

Pada tanggal 5 Desember 2014, Kementerian Pendidikan dan Budaya mengeluarkan surat edaran yang berisikan keputusan Mendikbud tentang keberlanjutan kurikulum 2013. Mendikbud memutuskan untuk menghentikan pelaksanaan kurikulum 2013 di sekolah-sekolah yang baru menerapkan satu semester, yaitu sejak Tahun Pelajaran 2014/2015. Sekolah-sekolah ini akan kembali menggunakan kurikulum 2006. Sementara sekolah-sekolah yang telah tiga semester menerapkan kurikulum 2013 tetap melanjutkan kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum 2013, serta menjadikan sekolah-sekolah tersebut sebagai sekolah pengembangan dan percontohan penerapan kurikulum 2013.

Berdasarkan keputusan tersebut, selaku aparatur pemerintah, Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan turut menjalankan kebijakan untuk menghentikan sementara kurikulum 2013 bagi sekolah-sekolah yang baru menjalankan satu semester. Dinas pendidikan juga turut merasa prihatin karena penghentian kurikulun 2013 ini dilakukan pada semester genap, sehingga

(21)

guru yang sekolahnya beralih kembali pada kurikulum 2006 merasa kewalahan mengejar pelajaran untuk persiapan ujian.7

Pada awal tahun ajaran 2014/2015 seluruh sekolah menengah atas dan sederajat di Kota Tangerang Selatan telah menerapkan kurikulum 2013, namun karena kebijakan tersebut kini sekolah yang tetap menerapkan kurikulum tersebut sebanyak 23 sekolah dengan rincian yaitu 11 sekolah untuk SMK dan 12 sekolah untuk SMA. Salah satu sekolah menengah atas yang tetap menjalankan kurikulum 2013 yaitu SMAN 3 Kota Tangerang Selatan. Sekolah yang berlokasi di Jl.Benda Timur XI, komplek Perumahan Pamulang Permai 2, Kota Tangerang Selatan ini, sudah berdiri sejak tahun 1987. Sekolah ini mulai menerapkan kurikulum 2013 sejak tahun ajaran 2013/2014 lalu. Sekolah dengan akreditasi A ini menyambut datangnya kurikulum 2013 dengan mengikutsertakan pelatihan bagi guru-guru secara bertahap setiap tahunnya.8

Dalam menerapkan kurikulum 2013 pihak sekolah mengharapkan agar buku pegangan guru dan buku siswa segera didistribusikan sehingga guru-guru dapat melakukan pendalaman materi, mengatur strategi pembelajaran, dan melengkapi tugas administrasinya. Selain itu, buku pegangan guru yang tersedia hanya untuk guru mata pelajaran wajib saja sementara untuk mata pelajaran peminatan tidak tersedia. Guru juga mengeluhkan banyaknya tugas administrasi yang perlu dipenuhi pada kurikulum ini. Hal tersebut dipengaruhi oleh perubahan yang terdapat dalam kurikulum 2013 seperti penerapan pendekatan saintifik dan penilaian autentik dalam pembelajaran. Untuk penilaian dalam kurikulum ini guru diharuskan membuat instrument penilaian berupa portofolio, lembar pengamatan atau observasi, lembar penilaian sikap, dan lembar penilaian kinerja atau praktik. Setiap lembar penilaian harus dicantumkan pensekoran yang disesuaikan dengan skala penilaian kurilukum 2013 meliputi kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Seluruh instrument tersebut dijabarkan dalam RPP yang disusun oleh masing-masing guru.

7 Sridoyo, Ketua Bidang Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan, Wawancara, Bumi Serpong Damai, 04 Maret 2015, pukul 11:15

(22)

Selain itu, dalam RPP guru mengelola pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifk yang menjabarkan kegiatan pembelajaran melalui langkah-langkah mengamati (observasi), menanya, mengumpulkan informasi atau eksperimen, mengasosiasikan atau mengolah informasi, dan mengkomunikasikan. Penjabaran kegiatan tersebut mengacu pada program tahunan, program semester dan silabus yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, guru juga diharuskan menyusun program tahunan dan semester pada awal tahun ajaran sebagai pedoman guru dalam mengembangkan program atau kegiatan berikutnya. Sementara untuk ketercapaian KD dapat dilihat dari KKM yang telah ditetapkan sehingga diharapkan guru dapat memaksimalkan proses pembelajaran yang telah direncanakan dalam RPP agar dapat memenuhi KKM yang telah ditetapkan sesuai kriteria penilaian kurikulum 2013.

Mempersiapkan tugas-tugas dalam hal-hal yang berkaitan dengan administrasi guru merupakan hal yang penting dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran sebab sebuah aktivitas akan memberikan hasil yang optimal jika aktivitas itu telah direncanakan dengan baik. Namun, penyusunan administrasi tersebut cukup menyita waktu guru. Sedangkan guru harus bekerja keras dalam mengelola pembelajaran karena dalam implementasi kurikulum 2013 guru dituntut memiliki kemampuan dalam menumbuh kembangkan kompetensi siswa melalui pembelajaran yang berpusat pada siswa. Sementara tidak semua siswa mampu melaksanakan pembelajaran seperti itu.

(23)

Mengingat urgensi administratif guru dalam proses pembelajaran, perlu diteliti lebih lanjut mengenai kesiapan guru dalam pelaksanaan kurikulum 2013 khususnya dari aspek administratifnya. Dengan demikian, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “KESIAPAN ADMINISTRATIF GURU DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SMAN 3 KOTA TANGERANG SELATAN”.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, teridentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Buku pegangan guru dan buku siswa belum didistribusikan dengan baik. 2. Guru mengeluhkan banyaknya tugas administrasi yang perlu dipenuhi.

3. Guru harus menyusun program tahunan dan semester kurikulum 2013 pada awal tahun ajaran.

4. Guru harus menyusun KKM kriteria penilaian kurikulum 2013.

5. Banyaknya keluhan guru terkait instrument penilaian kurikulum 2013 dalam penyusunan RPP.

6. Guru merasa kesulitan dalam membagi waktu antara mengajar dan menyelesaikan tugas administrasi.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan masalah

Penelitian ini membatasi masalah pada kesiapan administratif guru mata pelajaran wajib meliputi program tahunan, program semester, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan kriteria ketuntasan minimal dalam pelaksanaan kurikulum 2013 di SMAN 3 Kota Tangerang Selatan.

2. Perumusan masalah

(24)

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesiapan administratif guru dalam pelaksanaan kurikulum 2013.

2. Kegunaan penelitian

Adapun penelitian yang penulis lakukan mempunyai kegunaan, yaitu sebagai berikut:

a. Aspek teoritis yaitu:

1. Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu pendidikan terutama yang dikaitkan dengan kurikulum 2013, dalam upaya mengoptimalkan administratif guru.

2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka penyempurnaan konsep maupun implementasi kurikulum 2013.

b. Aspek praktis yaitu:

1. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat guru sebagai bahan evaluasi serta masukan sehubungan dengan adanya penerapan kurikulum 2013 dalam meningkatkan kesiapan administratif untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah.

2. Bagi peneliti, melalui penelitian ini dapat memberikan pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman dalam menambah wawasan ketika peneliti menjadi pendidik.

(25)

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Kurikulum 2013

1. Pengertian Kurikulum 2013

Kurikulum adalah hal penting untuk dunia pendidikan karena merupakan kunci utama untuk mencapai sukses dalam dunia pendidikan. Istilah kurikulum secara etimologis berasal dari bahasa Latin yaitu tempat berlari, dengan kata curir yang berarti pelari dan curere yang artinya tempat berlari.1

Jika kita menilik sejarah masuknya kurikulum di dunia pendidikan Indonesia, istilah kurikulum baru masuk dan dikenal dalam dunia pendidikan Indonesia pada tahun 1968, yaitu sejak lahirnya kurikulum 1968 yang menggantikan kurikulum sebelumnya yaitu Rencana Pembelajaran 1950. Ketika itu belum ada istilah kurikulum di Indonesia melainkan Rencana Pembelajaran.2

Dalam mendefinisikan kurikulum, para ahli memiliki pendapat yang berbeda-beda seperti halnya menurut Oemar Hamalik, “pandangan tradisional merumuskan kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh siswa untuk memperoleh ijazah”.3 Sementara, definisi kurikulum menurut Romie yang dikutip oleh Hamalik menjelaskan, “curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences which pupils

have under direction of the school, whether in the classroom or not”,4 yang memiliki makna yaitu kurikulum diartikan sebagai pengaturan program, kegiatan, dan pengalaman yang dimiliki siswa di bawah arahan sekolah, baik di dalam kelas maupun tidak. Sejalan dengan hal tersebut, Subandijah mendefiniskan “kurikulum sebagai aktivitas dan kegiatan yang direncanakan

1 Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013, (Surabaya: Kata Pena, 2014), Cet. 2, h.3

2 Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013, (Kata Pena, 2014), Cet. 1, h.1

3Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. 5, h. 3

(26)

dan diprogramkan bagi peserta didik dibawah bimbingan sekolah, baik di dalam maupun di luar sekolah”.5

Sedangkan jika mengacu pada pasal 1 ayat 19, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menjelaskan bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.6 Hal tersebut sejalan dengan pendapat Imas Kurniasih dan Berlin

Sani, “kurikulum adalah suatu perangkat yang dijadikan acuan dalam mengembangkan suatu proses pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan siswa yang dapat diusahakan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran khususnya dan tujuan pendidikan secara umum”.7

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut kurikulum bisa diartikan secara sempit dan luas. Pengertian kurikulum secara sempit hanya membatasi sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan dalam proses belajar mengajar. Sedangkan secara luas, kurikulum merupakan penjabaran kegiatan-kegiatan atau aktivitas yang dilakukan dalam pembelajaran guna mencapai suatu tujuan pendidikan. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Kurikulum dapat diibaratkan jantung pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat, maka suatu tujuan dan sasaran pendidikan sebaik apapun akan sulit untuk dicapai.

Untuk mencapai pendidikan yang lebih baik dilakukan berbagai upaya, salah satunya adalah perubahan dan perbaikan kurikulum. Oleh karenanya, perubahan kurikulum merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam proses pengembangan pendidikan menuju suatu perubahan yang lebih baik. Kurikulum akan terus menerus mengalami perubahan agar suatu kurikulum

5 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), cet ke-2, h. 2

6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 19

(27)

mampu menjawab tantangan zaman, dan untuk mempersiapkan peserta didik yang mampu bersaing di masa mendatang dengan segala kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Di Indonesia sudah beberapa kali dilakukan perubahan dan perbaikan kurikulum. Perubahan dari kurikulum 1947 dengan nama Rentjana Pembelajaran yang memberi perhatian pada pembentukan karakter manusia yang berdauat dan sejajar dengan bangsa lain, lalu disempurnakan menjadi kurikulum 1952 dengan nama Rentjana Pembelajaran Terurai lebih difokuskan pada isi pembelajaran yang harus berhubungan dengan kebutuhan hidup sehari-hari, kemudian perubahan kurikulum 1975, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, serta Kurikulum 2013 yang saat ini sedang dijalankan.8 Perubahan kurikulum tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ilmu dan teknologi, sosial, budya, dan ekonomi, serta adanya perkembangan dan perubahan yang menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional, termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Unsur politik juga turut mempengaruhi perubahan kurikulum. Hal ini terbukti ketika pergantian kepemimpinan di Indonesia seringkali terjadi perubahan dalam penerapan kurikulum.

Menurut Mulyasa, kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 kemudian dilanjutkan kurikulum 2006 (KTSP) dengan mencakup kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara terpadu.9 Penyempurnaan tersebut

sebagai bentuk pengembangan kurikulum 2013 yang merupakan bagian dari strategi meningkatkan pencapaian pendidikan.

Menurut Daryanto dan Herry Sudjendro, “orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude),

8 Kurniasih dan Berlin Sani, Ibid, h. 4

(28)

keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge)”.10 Hal senada juga disampaikan Mohammad Nuh, sebagaimana telah dikutip Multyoto, menjelaskan bahwa “implementasi kurikulum 2013 akan menekankan pada pengembangan kreativitas siswa dan penguatan karakter. Kurikulum ini akan memenuhi tiga komponen utama dalam pendidikan secara berimbang yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap.”11 Hal tersebut sejalan dengan amanat

UU No. 20 Tahun 2003 pasal 35 yang menyatakan bahwa setiap lulusan satuan pendidikan harus memiliki kualifikasi kemampuan yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.12

Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa kurikulum 2013 adalah rancangan pembelajaran yang didesain untuk mengembangkan potensi peserta didik yang mencakup kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara terpadu dengan tujuan untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

2. Tujuan Kurikulum 2013

Dalam salinan lampiran Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, dijelaskan “tujuan kurikulum 2013 yaitu untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu

10 Daryanto dan Herry Sudjendro, Siap Menyongsong Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Gava Media, 2014), h.1

11 Mulyoto. loc. cit

(29)

berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia”.13 Sejalan dengan hal itu, Mulyasa menjelaskan bahwa tujuan tersebut ditempuh melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan.14

Beriman dalam tujuan kurikulum 2013 bermakna dengan penerapan kurikulum ini diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai keimanan dan budi pekerti kepada siswa. Produktif adalah kecakapan untuk menggunakan kemampuannya dan dapat merealisasikan potensi yang ada pada dirinya. Melalui penerapan kurikulum 2013 diharapkan terbentuk pribadi yang produktif pada siswa sehingga mampu menggambarkan potensi, persepsi dan kreativitas yang senantiasa ingin menyumbangkan kemampuannya agar bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungannya. Maka, kelak mereka dewasa dan terjun ke dalam masyarakat mampu menjadi seorang yang memberikan kontribusi yang nyata dan berarti bagi lingkungan disekitarnya, imaginative, kreatif, dan inovatif dalam menanggapi persoalan di masa mendatang. Dengan masyarakat yang memiliki kreatifitas dan inovatif tinggi akan terbentuk masayarakat yang mandiri dan produktif. Oleh karena itu, kreatifitas dan inovatif semestinya ditanamkan sedini mungkin termasuk dalam kegiatan belajar mengajar.

Bersadarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa kurikulum 2013 memiliki tujuan yaitu mengembangkan potensi peserta didik yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu sehingga mampu mencapai peningkatan mutu pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

13 Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah

(30)

3. Karakteristik Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan serangkaian penyempurnaan terhadap kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 dengan berbasis kompetensi kemudian diteruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP). Namun, kurikulum 2013 memiliki ciri tersendiri. Ciri kurikulum 2013 yang paling mendasar ialah menuntut kemampuan guru dalam mencari informasi atau pengetahuan sebanyak-banyaknya karena saat ini siswa mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi. Sedangkan untuk siswa lebih didorong untuk memiliki tanggungjawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal, antar personal, maupun memiliki kemampuan berpikir kritis.15

Hal tersebut dapat dilihat dengan penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran yang terdiri dari lima langkah pembelajaran yaitu mengamati (observasi), menanya, mengumpulkan informasi atau eksperimen, mengasosiasikan atau mengolah informasi, dan mengkomunikasikan.16 Dalam pembelajaran saintifik guru dituntut keratif dan inovatif dalam menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga siswa dapat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Sedangkan jika merujuk salinan lampiran Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah,kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:

a. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.

b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar.

c. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat. d. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai

sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

(31)

e. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran.

f. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti.

g. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar matapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).17

Berdasarkan karekteristik tersebut dapat disimpulkan bahwa kurikulum 2013 berupaya untuk mengembangkan kompetensi peserta didik mulai dari kompetensi sikap, pengetahuan, hingga keterampilan secara proporsional. Pencapaian kompetensi ini dinyatakan dalam kompetensi inti yang dijabarkan ke dalam kompetensi dasar. Dalam hal ini, semua mata pelajaran saling terkait satu sama lain karena diikat oleh kompetensi inti di tiap jenjang pendidikan. Untuk tercapainya kompetensi tersebut secara seimbang dibutuhkan waktu belajar yang lebih banyak, oleh karena itu dalam penerapan kurikulum 2013 ada penambahan jam belajar untuk para siswa. Selain itu, karakteristik di atas juga menggambarkan kurikulum 2013 berusaha memberikan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik dalam konteks dunia nyata sehingga peserta didik mampu memanfaatkan ilmu yang mereka dapatkan dalam kesehariannya baik di sekolah maupun di masyarakat.

Setelah melihat ciri dan karakteristik kurikulum 2013, dapat diketahui bahwa kurikulum ini memiliki sejumlah keunggulan. Menurut Imas Kurniasih dan Berlin Sani keunggulan kurikulum 2013 yaitu:

a. Siswa dituntut lebih aktif, kreatif, dan inovatif.

b. Standar penilaian mengarah pada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara proporsional. Dengan demikian, penentuan nilai bagi siswa bukan hanya didapat dari nilai ujian saja tetapi juga didapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap, dan lainnya sehingga adanya penilaian dari semua aspek.

(32)

c. Munculnya pendidikan karakter dan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran.

d. Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi tersebut menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

e. Mengharuskan adanya remediasai secara berkala. f. Sifat pembelajaran yang sangat kontekstual.

g. Meningkatkan motivasi megajar dengan meningkatkan kompetensi professional, pedagogi, sosial, dan personal.

h. Tidak lagi memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci karena pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman pembehasan sudah tersedia. Buku dan kelengkapan dokumen disiapkan lengkap sehingga memicu dan memacu guru untuk membaca dan menerapkan budaya literasi, serta membuat guru memiliki keterampilan membuat RPP dan menerapkan pendekatan saintifik secara benar.

i. Hal menarik dari kurikulum 2013 ini adalah sangat tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial. Mulai dari perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global. Terlihat jika di tingkat SD penerapan sikap masih dalam ruang lingkup lingkungan sekitar, sedangkan untuk tingkat SMP penerapan sikap dituntut untuk diterapkan pada lingkungan pergaulannya di manapun ia berada. Sementara untuk tingkat SMA/SMK, dituntut untuk memiliki sikap kepribadian yang mencerminkan kepribadian bangsa dalam pergaulan dunia.18

Dari sejumlah keunggulan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diharapkan mampu mengembangkan potensi peserta didik dari berbagai kompetensi baik kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara terpadu sehingga tidak hanya mencapai kemampuan kognitif peserta didik saja. Selain itu, kurikulum 2013 ini diharapkan mampu membentuk karakter yang kuat pada peserta didik. Agar penerapan kurikulum ini berjalan dengan baik pemerintah membantu para guru dengan menyiapkan buku guru dan buku siswa sehingga guru tidak kerepotan untuk menyiapkan dokumen kurikulum. Maka melalui penerapan kurikulum 2013 diharapkan mencapai peningkatan mutu pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dapat berjalan dengan baik.

(33)

Namun dalam penerapan kurikulum 2013 ini terdapat sejumlah kendala, seperti banyaknya guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum ini, karena kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif. Pada kenyataannya sangat sedikit guru yang seperti itu. Selain itu, tidak semua guru memiliki kemampuan untuk berperan secara aktif sebagai motivator dan fasilitator. Guru juga kurang memahami pendekatan saintifik dan penilaian autentik, serta kurangnya keterampilan guru merancang RPP sehingga belum sepenuhnya dikerjakan oleh guru dan banyak guru yang menjadi plagiat dalam hal ini.

Ditambah lagi pemerintah belum mampu melatih penerapan kurikulum 2013 untuk semua guru sehingga membutuhkan waktu yang panjang untuk membentuk guru yang ideal dalam kurikulum 2013 ini. Selain itu, dukungan buku pegangan guru dan buku siswa yang disiapkan pemerintah belum didistribusikan dengan baik ke seluruh sekolah di Indonesia. Sejumlah kendala tersebut merupakan bagian dari kelemahan kurikulum ini sehingga perlu diatasi sedini mungkin agar kedepannya tidak menjadi masalah dalam penerapan kurikulum 2013 ini.

B.

Implementasi Kurikulum 2013

1. Konsep Implementasi Kurikulum

Sebuah kurikulum yang telah dikembangkan tidak akan berarti dan menjadi kenyataan jika tidak diimplementasikan, dalam artian digunakan secara aktual di sekolah dan di kelas. Dalam implementasi ini, tentu saja harus diupayakan penanganan terhadap pengaruh faktor-faktor tertentu, misalnya kesiapan sumber daya, faktor budaya masyarakat, dan lain-lain.

(34)

acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.19 Oleh karena itu implementasi tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya, dalam hal ini yakni kurikulum.

Sementara menurut Mulyasa implementasi adalah “proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindak praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap”.20 Penjelasan tersebut menggiring pemahaman bahwa

implementasi kurikulum merupakan hasil terjemahan dari guru terhadap kurikulum sebagai rancangan tertulis.

Frase implementasi kurikulum sudah banyak didiskusikan tokoh dan pakar pendidikan. Hamalik mengutip pendapat Miller dan Seller menyatakan bahwa kurikulum merupakan suatu penerapan konsep, ide, progam atau tatanan kurikulum ke dalam praktik pembelajaran atau berbagai aktivitas baru, sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan untuk berubah.21 Kemudian Saylor dan Alexander dalam Nurdin, berpendapat bahwa implementasi sebagai proses pengajaran, mereka mengemukakan bahwa biasanya pengajaran adalah implementasi kurikulum disain, yang mencakup aktivitas pengajaran dalam bentuk interaksi antara guru dan siswa di bawah naungan sekolah.22

Dari berbagai pengertian di atas dapat diketahui bahwa implementasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan, dengan senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional, serta fisiknya, sehingga terjadi perubahan pada

19 Syafruddin Nurdin, Guru Professional Dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h.70.

20 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), Cet.12, h. 93

21 Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. 3, h. 237

(35)

sekelompok orang. Implementasi kurikulum juga merupakan aktualisasi suatu rencana atau program kurikulum dalam bentuk pembelajaran.

Implementasi kurikulum dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Hamalik, faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum yaitu karakteristik kurikulum, strategi implementasi, dan karakteristik penguna kurikulum.23 Karakteristik kurikulum mencakup tujuan, fungsi, sifat, serta

ruang lingkup bahan ajar. Dengan mengetahui karekteristik suatu kurikulum maka implementasi kurikulum dapat disesuaikan dengan karakteristik kurikulum tersebut. Faktor selanjutnya yaitu karakteristik pengguna kurikulum. Dalam hal ini guru yang memegang peran utama karena guru yang menerapkan secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Maka karakteristik ini meliputi beberapa aspek yang dimiliki guru yaitu pengetahuan tentang kurikulum, keterampilan, serta kemampuan guru menerjemahkan kurikulum dalam pembelajaran. Sementara untuk strategi implementasi kurikulum dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti seminar, penataran, diskusi profesi, ataupun kegiatan-kegiatan lain yang dapat mendorong penggunaan kurikulum di sekolah.

Sementara itu, Mulyasa mengutip pendapat Mars mengenai tiga faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum yaitu dukungan dari kepala sekolah, dukungan dari sejawat guru, dan dukungan dari dalam diri guru yang merupakan unsur yang utama.24 Dengan demikian, dalam pengimplementasian

kurikulum diperlukan komitmen semua pihak yang terlibat dan didukung oleh kemampuan profesional guru sebagai salah satu pengguna kurikulum. Karena pada dasarnya keberhasilan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama, maka banyak pihak yang terkait dalam dunia pendidikan seperti orang tua, sekolah, masyarakat, maupun pemerintah. Tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, suatu kurikulum dirasa sulit untuk diimplementasikan.

Namun dari beberapa faktor tersebut, guru yang menjadi faktor utama karena guru yang mengimplementasikan kurikulum secara langsung dalam

(36)

kegiatan belajar mengajar di kelas. Dengan kata lain, keberhasilan implementasi kurikulum di sekolah sangat ditentukan oleh faktor guru, karena bagaimanapun baiknya sarana pendidikan jika guru tidak melaksanakan tugasnya dengan baik maka implementasi kurikulum tidak akan berjalan dengan baik.

2. Tahapan Implementasi Kurikulum

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam bentuk tindakan praktis. Sebelum diimplementasikan, rancangan sebuah kurikulum perlu diuji coba dan disosialisasikan. Menurut Arifin, uji coba di lapangan bertujuan “untuk mengetahui kemungkinan pelaksanaan dan keberhasilan kurikulum, hambatan atau masalah apa yang terjadi, bagaimana pengaruh lingkungan, faktor-faktor apa yang mendukung, dan bagaimana upaya mengatasi hambatan atau pemecahan masalah.”25 Dengan adanya tahap uji coba ini diharapkan

kurikulum benar-benar dapat diterapkan sesuai dengan tujuan kurikulum tersebut.

Sosialisasi dalam implementasi kurikulum sangat penting dilakukan untuk mencapai keberhasilan penerapan suatu kurikulum. Menurut Mulyasa, “seharusnya pemerintah mengembangkan desain yang jelas dan menyeluruh agar konsep kurikulum yang diimplementasikan dapat dipahami oleh para pelaksana secara utuh, tidak ditangkap secara parsial, keliru atau salah paham.”26 Hal tersebut bertujuan agar semua pihak yang terlibat dalam

implementasi di lapangan paham dengan perubahan yang harus dilakukan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing sehingga mereka memberikan dukungan terhadap perubahan kurikulum yang dilakukan. Oleh karena itu, sosialisasi merupakan langkah penting yang akan menunjang dan menentukan keberhasilan perubahan kurikulum sehingga sosialisasi perlu

25 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h.44

(37)

dilakukan secara matang kepada berbagai pihak agar kurikulum baru yang ditawarkan dapat dipahami dan diterapkan secara optimal.

Setelah kurikulum diuji coba dan disosialisasikan kepada berbagai pihak terkait, maka selanjutnya kurikulum siap diimplementasikan. Menurut Hamalik, implementasi kurikulum mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu sebagai berikut:

a. Pengembangan program mencakup program tahunan, semester atau catur wulan, bulanan, mingguan dan harian. Selain itu, ada juga program bimbingan dan konseling atau program remedial.

b. Pelaksanaan pembelajaran. Pada hakikatnya, pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik tersebut.

c. Evaluasi proses yang dilaksanakan sepanjang proses pelaksanaan kurikulum catur wulan atau semester serta penilaian akhir formatif dan sumatif mencakup penilaian keseluruhan secara utuh untuk keperluan evaluasi pelaksanaan kurikulum.27

Implementasi kurikulum mencakup semua kegiatan melaksanakan desain atau dokumen kurikulum, meliputi pembelajaran, pelatihan, pembimbingan, pengelolaan kelas, pemberian tugas, evaluasi, kegiatan kokurikuler dan ekstra kurikuler, pengembangan media dan fasilitas belajar mengajar, dan lain sebagainya. Secara sempit implementasi kurikulum berkenaan dengan kegiatan pembelajaran, pembelajaran teori dan praktik di kelas, di luar kelas dan di luar sekolah, penugasan, bimbingan dan evaluasi hasil belajar.

Implementasi kurikulum seharusnya menempatkan pengembangan kreativitas siswa lebih dari penguasa materi. Dalam kaitan ini, siswa ditempatkan sebagai subjek dalam proses pembelajaran. Komunikasi dalam pembelajaran yang multi arah seharusnya dikembangkan sehingga pembelajaran kognitif dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa tidak hanya penguasaan materi.

(38)

Selain itu, pembelajaran sebaiknya dikembangkan dengan menekankan pada aktivitas siswa untuk mencari pemahaman akan objek, menganalisis dan merekonstruksi sehingga terbentuk pengetahuan baru dalam diri siswa. Oleh sebab itu, pembelajaran bukan hanya mentransfer atau memberikan informasi, namun lebih bersifat menciptakan lingkungan yang memungkinkan siswa dapat berfikir kritis dan membentuk pengetahuan.

3. Kesiapan Administratif Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013 a. Pengertian Kesiapan Administrasi Guru

Dalam mengimplementasikan kurikulum banyak aspek yang perlu disiapkan agar implementasi tersebut dapat berjalan dengan baik. Untuk itu terlebih dahulu dibahas mengenai konsep kesiapan (readiness). Beberapa ahli memiliki pendapat yang berbeda mengenai pengertian kesiapan, Wasty Soemanto “mendefinisikan readiness sebagai kesiapan atau kesediaan seseorang untuk berbuat sesuatu”. Selain itu menurut Cronbach, masih dalam Soemanto, mengemukakan “readiness sebagai segenap sikap atau kekuatan yang membuat seseorang dapat bereaksi dengan cara tertentu”.28

Sementara Slameto mengatakan bahwa “kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon/jawaban di dalam cara tertentu terhadap situasi”.29

Dari uraian tersebut diketahui bahwa kesiapan seseorang itu merupakan sifat-sifat dan kekuatan pribadi yang berkembang. Perkembangan ini memungkinkan orang itu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta mampu menyelesaikan persoalan yang selalu dihadapi. Perkembangan kesiapan terjadi dengan mengikuti prinsip-prinsip tertentu. Adapun prinsip-prinsip bagi perkembangan kesiapan menurut Soemanto adalah sebagai berikut:

1) Semua aspek pertumbuhan berinteraksi dan bersama membentuk kesiapan.

28 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 191

(39)

2) Pengalaman seseorang ikut mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu.

3) Pengalaman mempunyai efek kumulatif dalam perkembangan fungsi-fungsi kepribadian individu, baik yang jasmani maupun rohani.

4) Apabila kesiapan untuk melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk pada diri seseorang, maka saat-saat tertentu dalam kehidupan seseorang merupakan masa formatif bagi perkembangan pribadinya.30

Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa apa yang telah dicapai seseorag pada masa-masa yang lalu akan mempunyai arti bagi berbagai aktivitasnya sekarang. Apa yang telah terjadi saat ini akan memberi pengaruh terhadap kesiapan individu di masa mendatang. Dengan demikian, kesiapan seseorang itu selalu mengalami perubahan setiap saat sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan fisiologis individu serta adanya pengaruh dari lingkunagan seseorang.

Terkait dengan penerapan kurikulum 2013, Mulyasa mengungkapkan bahwa “dalam menyiapkan implementasi kurikulum 2013 sangat ditentukan oleh berbagai faktor (kunci sukses) antara lain berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah, kreativitas pendidik, aktivitas peserta didik, sosialisasi, fasilitas dan sumber belajar, lingkungan yang kondusif, dan partisipasi warga sekolah”.31

Dalam hal ini guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun baik dan idealnya suatu strategi tidak mungkin bisa diaplikasikan. Dalam Pasal 1, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru, dijelaskan “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.32

Menurut Mulyasa, yang dikutip oleh Susanto, menjabarkan peran dan fungsi

30 Wasty Soemanto, op.cit, h. 192 31 E. Mulyasa, op.cit, h 39

(40)

guru yaitu sebagai pendidik dan pengajar, sebagai anggota masyarakat, sebagai pemimpin, sebagai administrator, dan sebagai pengelola pembelajaran.33 Dalam melaksanakan tugasnya tersebut dibutuhkan

porfesionalisme agar tercapai efesiensi dan efektivitas kerja sehingga guru dituntut untuk berusaha keras dalam meningkatkan kualitas kerjanya.34

Dari rumusan pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa guru merupakan seorang tenaga professional yang memiliki tugas mendidik, mengajar, membimbing, menilai, mengevaluasi, serta bertanggungjawab terhadap peserta didik dalam mencapai tujan pendidikan melaui kegiatan belajar baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Dengan demikian, guru memiliki peran yang sangat kuat dalam pencapaian tujuan pendidikan karena guru secara aktif terjun langsung dalam kegiatan belajar mengajar.

Adapun pengertian administrasi dijabarkan menurut beberapa pendapat. Daryanto menjelaskan “administrasi secara etimologi berasal dari bahasa Latin ad dan ministro. Ad mempunyai arti kepada dan ministro berarti melayani.35 Sedangkan Arikunto menjelaskan “pengertian administrasi secara modern yaitu sebagai suatu usaha bersama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan menggunakan segala dana dan daya yang ada”.36

Sementara Syaiful Sagala menjelaskan “pengertian administrasi secara luas yaitu rangkaian kegiatan bersama sekelompok manusia secara sistematis untuk menjalankan roda suatu usaha atau misi organisasi agar dapat terlaksana dengan suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan”.37

Melihat beberapa pengertian administrasi tersebut, maka dapat dipahami bahwa administrasi merupakan suatu hubungan kerjasama untuk saling

33 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2014), Cet.2, h.33

34 Imam Wahyudi, Panduan Lengkap Administrasi Guru, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2014), h. 3

35 H.M Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h 1

36 Suharsimi Arikunto, Organisasi Dan Administrasi Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), cet.2, h. 31

(41)

melayani dan mengarahkan secara teratur atau sistematis dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama.

Guru sebagai pendidik juga memiliki tugas administratif di sekolah khususnya dalam pembelajaran yang berbentuk administrasi kurikulum. Arikunto menjelaskan “administrasi kurikulum adalah administrasi yang ditujukan untuk keberhasilan kegiatan belajar mengajar secara maksimal, dengan titik berat pada usaha meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar tersebut”.38 Menurut Ary H. Gunawan, “administrasi kurikulum

merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinyu terhadap situasi belajar mengajar secara efektif dan efisien demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan”.39

Dengan demikian, dapat dibajarkan bahwa kegiatan dalam administrasi kurikulum yaitu berbagai kegiatan yang bertujuan untuk melaksanakan dan mengembangkan kurikulum sehingga kurikulum dapat dijadikan sebagai instrumen dalam mencapai tujuan dan sasaran pendidikan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip administrasi, kemudian kurikulum dikembangkan sehingga dalam pelaksanaannya dapat mencapai sasaran pendidikan yang diharapkan. Melalui kegiatan administrasi kurikulum diupayakan agar rumusan kurikulum benar-benar berasal dari sebuah instrumen yang terencana dengan baik, sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik pula. Oleh karena itu, dibutuhkan kesiapan guru dalam menjalankan tugas administrasinya agar hal tersebut dapat tercapai.

b. Gugus Tugas Administrasi Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013 Dalam implementasi kurikulum 2013 beberapa instrumen administratif yang perlu disiapkan guru dalam menunjang kegiatan belajar mengajar yaitu program tahunan, program semester, rencana pelaksanaan

38Suharsimi Arikunto, Op.cit, h. 58

(42)

pembelajaran, dan kriteria ketuntasan minimal yang dijelaskan sebagai berikut.

1) Menyusun Program Tahunan

Wina Sanjaya menjelaskan bahwa “program tahunan dapat diartikan sebagai rencana penetapan alokasi waktu satu tahun ajaran untuk mencapai tujuan (standar kompetensi dan kompetensi dasar) yang telah ditetapkan. Penetapan alokasi waktu diperlukan agar seluruh kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum seluruhnya dapat dicapai oleh siswa”.40

Mulyasa secara lebih jelas menyatakan bahwa program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Program ini perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran, karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-program berikutnya, seperti program semester, program mingguan, dan program harian atau program pembelajaran setiap pokok bahasan.41

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam program tahunan disusun perencanaan alokasi waktu untuk setiap kompetensi dasar yang harus dicapai dalam waktu satu tahun ajaran sebagai pedoman guru dalam mengembangkan program-program berikutnya.

2) Menyusun Program Semester

Semester merupakan satuan waktu yang digunakan untuk penyelenggaraan program pendidikan. Mulyasa menjelaskan “program semester berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Program semester ini merupakan penjabaran dari program tahunan. Pada umumnya program semester ini berisikan tentang bulan, pokok bahasan yang hendak disampaikan, waktu yang direncanakan, dan keterangan-keterangan”.42

40 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), Cet.6, h. 52

Gambar

Tabel 3.1 Rencana Pelaksanaan Penelitian
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara
Tabel 3.3 Daftar Ceklis
Tabel 3.5 Scoring
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran guru dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pendidikan karakter, dan untuk mengetahui implementasi kurikulum

Tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses Kurikulum 2013 yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan

(2) Mengetahui pelaksanaan Kurikulum 2013 pada SDN 01 Kebak di Kabupaten Karanganyar.(3) Mengetahui kendala yang dihadapi guru SDN 01 Kebak di Kabupaten Karanganyar

Adapun yang menjadi tolok ukur kompetensi guru dalam pelaksanaan penilaian sikap pada kurikulum 2013 adalah hasil wawancara, observasi dan dokmentasi yang mengkategorikan

Pemecahan masalah yang dilakukan oleh sebagian besar guru SMK terhadap kendala atau hambatan pemanfaatan TIK dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah dengan melakukan

Implementasi kurikulum 2013 dilakukan dengan memperhatikan tahapan perencanaan/desain program pembelajaran, pelaksanaan kurikulum PAI dan Budi Pekerti dan penilaian

(6) dokumen kurikulum lainnya. c) Evaluasi implementasi kurikulum dilakukan untuk mengkaji keterlaksanaan dan dampak dari penerapan kurikulum pada tingkat nasional, daerah,

Implementasi kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2013/2014 di SMAN 2 Bengkulu Selatan hanya pada kelas X, ditunjuk sebagai sekolah piloting untuk