• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Penilaian Sikap pada Kurikulum 2013 di SMPN 3 Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Penilaian Sikap pada Kurikulum 2013 di SMPN 3 Tangerang Selatan"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

Mentari Nun Rezky

Nim 1111011000015

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

Skripsi ini mengkaji tentang kompetensi guru Pendidikan Agama Islam dalam penilaian sikap pada kurikulum 2013. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui kompetensi guru Pendidikan Agama Islam yang berkaitan dengan penilaian sikap pada kurikulum 2013, serta untuk mengetahui pelaksanaan penilaian sikap pada kurikulum 2013 Pendidikan Agama Islam di Sekolah.

Kompetensi guru merupakan kemampuan, keahlian dan keterampilan yang harus dimiliki oleh guru dalam menjalankan proses pembelajaran yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran sampai kepada evaluasi. Dalam hal evaluasi, seorang guru dikatakan berkompeten apabila memahami teknik dan prosedur penilaian, serta mampu melaksanakan penilaian sehingga didapat hasil penilaian yang digunakan untuk memperbaiki proses belajar menagajar. Pelaksanaan penilaian tersebut dimulai dari perencanaan penilaian, pembuatan soal tes, mengolah dan menganalisis hasil tes hingga menginterpretasi dan menindaklanjuti hasil penilaian.

(6)

v

This thesis examines the competence of teachers of Islamic education in the assessment curriculum in 2013. This thesis is intended to determine the competence of teachers of Islamic education related to thecurriculumassessment in 2013, and to investigate the implementation of the curriculumassessment in 2013 on Islamic Education in Schools.

Teacher competency is the ability, expertise and skills that should be possessed by teachers in running the learning process that includes lesson planning, execution up to the evaluation of learning.In terms of evaluation, the teacher said to be competent if it understands the techniques and assessment procedures, and able to carry out the assessment in order to get the results of the assessment are used to improve the learning process. Implementation of the assessment starts from the planning assessment, test item construction, process and analyze the test results to interpret and follow up on the results of the assessment.

(7)

vi

Dengan mengucapkan Al-Hamdalah kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih

lagi Maha Penyayang, karena atas Rahmat, Reski dan HidayahNya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini, Shalawat serta Salam semoga ALLAH SWT selalau

limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW serta para pengikutnya.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak sekali

kesulitan dan hambatan yang didapati baik dari segi moril maupun materil. Namun

berkat pertolongan ALLAH SWT berupa kesungguhan dan bantuan dari berbagai

pihak yang akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Abdul Majid Khon, MA., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Marhama Saleh, Lc. MA., Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dra. Manerah, pembimbing skripsi yang dengan kesabaran dan keikhlasan

meluangkan waktu dan pikiran, perhatian serta arahan untuk membimbing

penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Yudi Munadi M,Ag, penasehat akademik yang telah membantu

penulis baik berupa motivasi dan arahan dalam konsultasi kelancaran

perkuliahan.

6. Seluruh Dosen, Staf dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan

(8)

7. Kepala SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Bapak Maryono. SE M.Pd, Waka

kurikulum, Waka kesiswaan, Staf T.U, para dewan guru Pendidikan Agama

Islam yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini (Bpk Soleh, Bpk

Anwar, Bpk Rendra, Bpk Nazir Rinun dan Ibu Khairunnisa).

8. Pimpinan dan seluruh staf administrasi Perpustakaan Utama, Perpustakaan

FITK yang telah memberikan layanan kepada penulis untuk peminjaman

buku-buku yang penulis butuhkan sebagai referensi yang berkaitan dengan

skripsi ini.

9. Ayah Abdul Hafid dan Ibu Nur Gama tercinta yang tak henti-hentinya

mendoakan, memberi limpahan kasih sayang sejak penulis lahir hingga

sekarang dan motivasi baik secara moril mapun materil, semoga ALLAH

SWT memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat atas seluruh perjuangan

yang Ayah dan Ibu lakukan.

10.Kakak ku tercinta (Adil Rezky) dan Adik ku tersayang (Opit Heriansyah )

yang selalu memberikan semangat dan hari-hari yang bahagia.

11.Teman-teman seperjuangan PAI 2011 kelas A (Isnawati, Nila Siska Sari,

Yumna Hidayatin , Robiatul Adawiyah, Intan Zakiyah, Irfan Nurhamidah,

Sabrina, Dan Ulfa Qori Khairunnisa) dan teman-teman lainnya yang tidak bisa

disebutkan namanya satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat penulis.

12.Bapak Tubagus Wahyudi, Pimpinan yayasan Kahfi Motifator School yang

senantiasa memberikan motivasi serta arahan dalam menempuh perkuliahan.

13.Teman-teman seperjuangan Kahfi Motivator School Angkatan 15 kelas B

yang tidak disebutkan namanya satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat

penulis.

14.Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Luwu Timur (Acy, Andini, Allink,

Ayu, Andri, Andis, Ayat, Safril, Kak Mujur, Dandi, Eko, Dayat dan Halim)

yang selalu memberikan motivasi serta rasa persaudaraan dalam menempuh

(9)

15.Serta semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini.

Semoga segala perhatian, partisipasi dibalas oleh ALLAH SWT dan

mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat dan sekaligus dapat menambah ilmu kita

semua.

Jakarta, 2 Mei 2015

(10)

ix

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iii

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... iv

ABSTRAK BAHASA INGGRIS ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN ... xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II : KAJIAN TEORI A. Kajian Teori ... 6

1. Kompetensi Guru ... 6

a. Pengertian Kompetensi Guru ... 6

b. Jenis-Jenis Kompetensi Guru ... 8

c. Kompetensi Guru Dalam Melaksanakan Penilaian Pembelajaran .. 10

2. Penilaian Sikap Pada Kurikulum 2013 ... 10

a. Pengertian Penilaian Sikap ... 10

b. Tujuan Penilaian ... 11

c. Fungsi Penilaian ... 13

d. Prinsip Penialaian... 15

e. Teknik Penilaian ... 17

(11)

3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP ... 19

a. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP ... 19

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 21

c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 22

d. Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar Pai di SMP ... 22

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 28

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

B. Latar Penelitian (setting) ... 30

C. Metode Penelitian ... 30

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 31

E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ... 35

F. Analisis Data ... 36

BAB IV : HASIL PENELITIAN A.Profil Sekolah ... 38

1. Sejarah SMPN 3 Tangerang Selatan ... 39

2. Visi, Misi Dan Tujuan Smpn 3 Tangerang Selatan ... 41

3. Guru Dan Tenaga Kependidikan Smpn 3 Tangerang Selatan ... 42

4. Prestasi Smpn 3 Tangerang Selatan ... 44

5. Sarana Dan Prasarana Smpn 3 Tangerang Selatan... 45

6. Kurikulum Sistem Belajar Mengajar Smpn 3 Tangerang Selatan ... 46

B. Deskripsi Data ... 47

C. Pembahasan... 56

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 64

B. Implikasi ... 65

C. Saran ... 65

(12)

xi

2.3 Kompetensi Inti Dan Dasar Ranah Afektif Tingkat SMP/MTS Kelas IX ... 27

3.1 Kisi-Kisi Instrumen Observasi Untuk Guru Pendidikan Agama Islam ... 32

3.2 Kisi-Kisi Wawancara Observasi Untuk Guru Pendidikan Agama Islam... 33

4.1 Guru Dan Tenaga Kependidikan SMPN 3 Tangerang Selatan ... 42

4.2 Prestasi Akademik Siswa Lulusan (Output) ... 44

(13)

xii 3. Lampiran Hasil Wawancara

4. Lampiran Foto-foto Penelitian

5. Lampiran Surat Bimbingan Skripsi

6. Lampiran Surat Bukti Penelitian

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan akan terus berkembang dan mengalami perbaikan dari

tahun ke tahun. Salah satunya yang juga ikut berubah adalah kurikulum.

Kurikulum sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas hasil belajar

siswa. Perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menjadi

kurikulum 2013, sangat mendapat perhatian di kalangan praktisi

pendidikan. Terutama para pengajar dan para siswa, namun perubahan ini

tentu saja menginginkan adanya kemajuan ke arah yang lebih baik lagi.

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia

agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang

beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan aktif serta mampu berkontribusi

pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam

peradaban dunia.1

Tepat pada tanggal 6 Desember 2014 Mentri Pendidikan Anis

Baswedan mengumumkan bahwa kurikulum 2013 dihentikan. Hal tersebut

ditetapkan dengan berbagai pertimbangan. Sehubungan dengan keputusan

tersebut dikatakan pula bahwasannya sekolah yang baru menggunakan

kurikulum 2013 satu semester diberhentikan dan sekolah yang

menggunakan kurikulum 2013 sejak tahun ajaran 2013/2014 atau 3

semester akan tetap diberlakukan dengan alasan dijadikan sebagai sekolah

percontohan untuk pelaksanaan kurikulum 2013.

1

(15)

Dalam pembelajaran kurikulum 2013, otomatis bukan hanya

membahas mengenai proses pembelajaran yang mengalami perubahan

namun juga membahas terjadinya perubahan pada evaluasi pembelajaran.

Evaluasi adalah proses untuk menilai sesuatu, baik itu sebuah kegiatan

atau pencapaian aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif seseorang atau

kelompok yang bertujuan untuk peningkatan mutu kegiatan atau orang

dimasa mendatang.2

Standar penilaian pada Kurikulum 2013 menggunakan penilaian

autentik, penilaian autentik adalah penilaian yang mampu mengukur

perbuatan atau penampilan yang sebenarnya atas kompetensi pada suatu

mata pelajaran dan penilaian yang melibatkan peserta didik pada

tugas-tugas atau kegiatan yang bermanfaat, penting atau bermakna.3 Begitupun

dengan pernyataan Burton yang dikutip oleh Andra Setia Bakti

mengemukakan penilaian autentik adalah sekumpulan penilaian yang

menghubungkan pengetahuan dengan praktik langsung.4

Salah satu yang menjadi masalah diberbagai sekolah yakni penilaian

sikap yang didalamnya terdiri atas aspek spiritual dan sosial, dibuatlah

instrumen penilaian yang mencakup keduanya dan dibagi menjadi

beberapa penilaian yaitu penilaian spiritual, jujur, disiplin, tanggung

jawab, toleransi, gotong royong, percaya diri, dan santun. Hal ini tentu

memberikan waktu dan ketelitian guru dalam mengamati delapan

instrumen sikap yang dimiliki siswa untuk bisa mendeskripsikan

keseluruhan sikap siswa.

Dalam menilai atau mengevaluasi pembelajaran setiap guru

mempunyai cara yang bervariasi ntuk menggunakan instrumen penilaian

sikap yang telah dibuat. Begitupun guru pendidikan agama islam, dalam

menilai sikap siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam yakni

2

Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta:Kencana Perdana Media Group,2011) , hal.91

3

Masnur Muslich, Authentic Assessment Penilaian Berbasis Kelas Dan Kompetensi, (Bandung: Refika Aditama, 2011), cet.1 hal. 2.

4

(16)

dengan mengobservasi siswa pada saat proses pembelajaran, hubungan

siswa dengan teman saat belajar, maupun sikap siswa ketika di luar kelas.

Dengan mengacu pada instumen penilaian yang sudah dibuat.

Ini tentu menjadi hal yang sangat menarik ketika melihat kompetensi

guru-guru di Sekolah dalam menerapkan hasil pelatihan kurikulum 2013,

karena meskipun guru-guru telah dibekali dengan pelatihan dan workshop

tentang kurikulum 2013, namun setelah kembali ke sekolah

masing-masing tetap saja masih ada yang belum menerapkan penilaian sikap

sebagaimana standar penilaian sikap pada kurikulum 2013 yang telah

ditentukan.

“Guru profesional adalah guru yang memenuhi persyaratan kompetensi untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Oleh

karena itu membicarakan aspek profesionalisme guru berarti mengkaji

kompetensi yang harus dimiliki guru. Kompetensi dapat diartikan kemampuan, kecakapan, dan wewenang”.5

Hal di atas juga dibahas dalam Undang-Undang No.14 tahun 2005

tentang Guru dan Dosen pada bab IV pasal 10 ayat 91, yang menyatakan bahwa “kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional yang diperoleh dari pendidikan profesi”.6

Sehingga

guru memang harus dipersiapkan sebagai peranan yang berkompeten di

bidangnya dalam hal ini tentu saja mencakup kompetensi dalam penilaian

sikap dalam pembelajaranpendidikan agama islam.

Berdasarkan pelaksanaan penilaian sikap dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di Sekolah, para guru di SMPN 3 Tangerang

selatan masih ada yang belum menerapkan penilaian kurikulum 2013

sebagaimana mestinya, walaupun sudah mengikuti pelatihan kurikulum

2013, kenyataannya guru yang mengajar 9 kelas belum menerapkan

5

Fachruddin Saudagar, Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta:Persada Pers, 2011), hal.29

6

(17)

penilaian sikap berdasarkan standar yang telah ditentukan, melainkan

langsung memberi penilaian secara keseluruhan pada aspek sikap.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, penulis

tertarik untuk menganalisis kompetensi guru Pendidikan Agama Islam

dalam penilaian sikap pada kurikulum 2013yang akan ditulis melalui

skripsi dengan judul “KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM DALAM PENILAIAN SIKAP PADA KURIKULUM 2013 DI

SMPN 3 TANGERANG SELATAN”

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka

identifikasi permasalahannya adalah sebagai berikut:

1. Belum terpenuhinya syarat kompetensi seorang Guru Pendidikan

Agama Islam dalam hal penilaian sikap pada kurikulum 2013.

2. GuruPendidikan Agama Islam belum menerapkan semua penilaian

sikap pada standar kurikulum 2013 walaupun sudah diberikan pelatihan

dan workshop.

C.

Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk menghindari salah penafsiran terhadap laporan penelitian ini,

maka penulis membatasi fokus penelitian pada Kompetensi Guru

Pendidikan Agama Islam dalam penilaian sikappada Kurikulum 2013 di

SMPN 3 Tangerang Selatan.

Berdasarkan pembatasan masalah yang ada dapat di tuliskan Rumusan

Masalah Penelitian yaitu: Bagaimana Kompetensi Guru Pendidikan

Agama Islam dalam penilaian sikap pada Kurikulum 2013 di SMPN 3

Tangerang Selatan?

D.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

(18)

1. Untuk mengetahui kompetensi guru pendidikan agama Islam dalam

penilaian sikap pada kurikulum 2013 di SMPN 3 Tangerang Selatan

2. Untuk mengetahui faktor dan latar belakang kompetensi guru

Pendiidkan Agama Islam dalam penilaian sikap pada kurikulum 2013

di SMPN 3 Tangerang Selatan

3. Untuk mengetahui dampak dari kompetensi guru Pendiidkan Agama

Islam dalam penilaian sikap pada kurikulum 2013 di SMPN 3

Tangerang Selatan.

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi sekolah: sebagai bahan masukan untuk para pengelola sekolah

SMPN 3 Tangerang Selatan mengenai kompetensi guru dalam

penilaian sikap pada kurikulum 2013.

2. Bagi peneliti: sebagia bahan masukan dan penambahan wawasan

keilmuan dan wujud nyata dari kemampuan dalam

mengimplementasikan ilmu yang telah didapatkan.

3. Bagi pembaca: sebagai bahan pelengkap sumber belajar dalam

pendidikan terutama pada kompetensi guru Pendidikan Agama Islam

(19)

6

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Kajian Teori

1.

Kompetensi Guru

a.

Pengertian Kompetensi Guru

Seorang yang dinyatakan kompeten dibidang tertentu adalah seorang

yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan

tuntutan bidang kerja yang bersangkutan dan mempunyai wewenang

dalam pelayanan sosial di masyarakat.7

“Kompetensi dalam bahasa indonesia merupakan serapan dari bahasa inggris, competence yang berarti kecakapan, mengetahui menguasai pekerjaan dan berwewenang berhak memutuskan

sesuatu”.8

Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan

keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan

pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui

pendidikan, pelatihan, dan belajar mandiri dengan memanfaatkan

sumber belajar.9

Selain pengertian di atas juga dijelaskan pengertian kompetensi

sebagai berikut:

7

Samana, Profesionalisme Keguruan, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), hal. 44. 8

J.S. Badudu, Kamus Serapan Kata-Kata Asing dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2003)

(20)

Di dalam bahasa inggris ada 3 peristilahan yang mengandung

makna apa yang dimaksudkan dengan perkataan kompetensi yaitu:

“1)Competence (noun) is being competent, ability (to do the work)

2)Competent (adjective) refers to (persons) having ability , power authority, skill, knowledge, etc. (to do what is needed)

3)Competency is rational performance which satisfactorily meets the

objectives for a desired condition”.10

Definisi pertama menunjukkan bahwa kompetensi itu pada

dasarnya menunjukkan kepada kecakapan atau kemampuan untuk

mengerjakan sesuatu pekerjaan. Sedangkan defenisi kedua

menunjukkan lebih lanjut bahwa kompetensi itu pada dasarnya

merupakan suatu sifat (karakteristik) orang-orang (kompeten) ialah

yang memiliki kecakapan, daya (kemampuan) otoritas (kewenangan)

kemahiran (keterampilan) pengetahuan dan sebagainya untuk

mengerjakan apa yang diperlukan. Kemudian defenisi ketiga lebih

jauh lagi ialah bahwa kompetensi itu menunjukkan kepada tindakan

(kinerja) rasional yang dapat mencapai tujuan-tujuannya secara

memuaskan berdasarkan kondisi (prasyarat) yang diharapkan.11

Kompetensi keguruan menunjuk kuantitas serta kualitas layanan

pendidikan yang dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan secara

berstandar sehingga diberikan pengertian “Kompetensi guru

merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan,

teknologi, social dan spiritual yang secara kaffah memebentuk

kompetensi standar profesi guru yang mencakup penguasaan materi,

pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik,

pengembangan pribadi dan profesionalisme”.12

Dari pendapat lain dijelaskan Broke and Stone yang dikutip oleh Mulyasa bahwasannya “kompetensi guru merupakan gambaran

10

Mudlofir, op. Cit., h. 69. 11

Ibid. 12

(21)

kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti”.13

Dari

berbagai defenisi yang telah dijelaskan penulis menyimpulkan

bahwasannya kompetensi guru adalah segala kemampuan dan

kecakapan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan

tugasnya terkait peran seorang guru yakni dalam proses belajar dan

mengajar siswa.

.

b.

Jenis-Jenis Kompetensi Guru

Untuk menegetahui tercapainya standar menjadi seorang guru,

dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar dan pendidik

haruslah memiliki beberapa kompetensi sebagaimana yang telah

tercantum dalam penjelasan Peraturan Pemerintah No.16 tahun

2007 tentang Standar Pendidikan Nasional, adapun

kompetensi-kompetensi yang terkait adalah sebagai berikut:

1) Kompetensi Pedagogis

Tugas guru yang utama ialah “Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural,

emosional, dan intelektual, Menguasai teori belajar dan

prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, Mengembangkan

kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu,

dan menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.”14 2) Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang

mencakup hal diantaranya: berahlak mulia, mantap, stabil,

dewasa, arif dan bijaksana, menjadi teladan, mengevaluasi

kinerja sendiri, mengembangkan diri dan religius.15

Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi

13

Ibid., h. 26. 14

Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Dan Kompetensi Guru, hal. 16.

15

(22)

peserta didik dan masyarakat, Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.16

3) Kompetensi sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai

bagian dari masyarakat untuk : berkomunikasi lisan dan

tulisan, menggunakan tegnologi komunikasi dan informasi

secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik,

sesama pendidik tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta

didik dan bergaul secara santun dengan masyarakat

sekitar.17“Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras,

kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.”18

4) Kompetensi profesional

“Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam.”19dimana kompetensi itu meliputi beberapa penguasaan yaitu “Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, Menguasai

standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang

diampu, Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.”20

Secara teoritis keempat kompetensi di atas dipisahkan namun

secara praktisi sangatlah berhubungan dalam diri seorang guru,

karena seorang guru bukan hanya yang terampil mengajar namun

16

Ibid.,hal. 19. 17

Ibid., h.52 18

Peraturan Mentri Pendidikan Nasional, op., cit., h. 19. 19

Musfah, op., cit., h. 54. 20

(23)

harus pula memiliki pribadi yang baik. Baik itu untuk teman,

peserta didik maupun masyarakat sekitarnya.

c.

Kompetensi Guru dalam Melaksanakan Penilaian

Pembelajaran

Pelaksanaan penilaian proses dan hasil belajar merupakan

bagian dari kompetensi pedagogik yang harus dikuasai oleh setiap

guru. Untuk melaksanakan tugas ini dengan baik seorang guru

harus mempelajari peraturan perundang undangan tentang

penilaian pendidikan, salah satunya adalah Peraturan Mentri

Pendidikan Nasional Nomor 54 tahun 2013 tentang Standar

Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah dan nomor

66 tahun 2013 tentang Standart Penilaian Pendidikan.

Pentingnya pemahaman dan praktek yang baik tentang

evaluasi pembelajaran bagi guru adalah untuk memberikan

kepastian bagi peserta didik bahwa mereka telah dievaluasi sesuai

dengan tujuan atau kompetensi pembelajaran yang telah

disyaratkan dalam kurikulum.

Evaluasi yang benar dari para guru dapat memberikan jaminan

yang lebih baik kepada para peserta didik ketika mereka diuji

melalui ujian sekolah/madrasah maupun ujian nasional dan

tentunya akan memberikan dampak yang lebih baik terhadap

kondisi pendidikan di Indonesia.21

2.

Penilaian Sikap Pada Kurkulum 2013

a.

Pengertian Penilaian Sikap

Istilah penelian menurut ahli bahasa berasal dari istilah assesment, bukan dari istilah evaluation, dan adapun pengertian penilaian menurut Depdikbud yang dikutip oleh Zainal Arifin yakni

21

(24)

”penilaian adalah suatu kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang di capai siswa”22

“Penilaian adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang

proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat

keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan

tertentu”.23

SedangkanSikap merupakan suatu bentuk kesiapan untuk

bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu dan juga

sebagai bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, kesiapan yang

dimaksudkan merupakan kecendrungan potensi untuk bereaksi

dengan cara tertentu apabila seorang dihadapkan pada suatu

stimulus yang mengehendaki adanya respons.24 Dan sikap yang

biasa disebut dengan penilaian afektif merupakan proses

pengetahuan dan pengembangan segala yang berhubungan dengan

perasaan dan emosi.25

Dari beberapa penegrtian yang telah disebutkan dapat penulis

simpulkan bahwasannya penilaian sikap adalah kegiatan yang

sudah diatur sebaik mungkin untuk mengukur pembelajaran dan

hasil belajar berupa tingkah laku siswa yang dipengaruhi oleh

emosi siswa.

b.

Tujuan Penilaian

Tujuan utama melakukan penilaian dalam proses pembelajaran

adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai

tingkat pencapaian pembelajaran pada siswa sehingga dapat

22

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran,(Bandung: Remaja rosdakarya, 2009)hal.4. 23

Ibid. 24

Kusairi dan Suprananto, Pengukuran Dan Penilaian Pendidikan, ( yogyakarta: Graha ilmu, 2012) hal.188.

25

(25)

diupayakan tindak lanjutnya. Dalam melakukan penilaian tentu

saja ada beberapa hal yang ingin dicapai, adapun tujuan tersebut

adalah sebagai berikut:

1) Untuk memberikan informasi tentang kemajuan belajar siswa

secara individual dalam mencapai tujuan belajar sesuai

dengan kegiatan belajar yang telah dilakukan.

2) Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina

kegiatan belajar lebih lanjut, baik terhadap masing-masing

siswa maupun terhadap seluruh siswa di kelas.26

3) Untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan

sikap peserta didik terhadap program pembelajaran.

4) Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil

belajar peserta didik dengan standar kompetensi dan

kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

5) Untuk mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta

didik dalam mengikuti kegiatan pembelejaran

6) Untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik

yang sesuai dengan jenis pendidikan tertentu.

7) Untuk menentukan kenaikan kelas

8) Untuk menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi

yang dimilikinya.27

Selain beberapa tujuan yang telah disebutkan diatas tujuan utama

sutau kegiatan penilaian adalah untuk membuat keputusan

sebagaimana yang dikemukakan Tylor yang dikutip oleh

Sudaryono ialah mengembangkan suatu kebijakan yang

bertanggung jawab mengenai pendidikan.28

Selain itu desebutkan pula tujuan penilaian untuk mengumpulkan

informasi yang bisa dipergunakan sebagai dasar untuk

26

Sunarti dan Selly Rahmawati, Penilaian dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta:ANDI Yogyakarta, 2014), hal. 10

27

Arifin, op. cit., hal.15. 28

(26)

mengadakan pengecekan yang sistematis terhadap hasil-hasil

pembelajran yang dicapai untuk dibandingkan denagn

tujuan-tujuan yang telah ditetepkan terlebih dahulu, patokan-patokan

tersebut bisa berupa patokan yang ditentukan pemerintah maupun

patokan yang ditentukan kurikulum setiap sekolah.29

c.

Fungsi Penilaian

Tindak lanjut dari kegiatan evaluasi sebagai suatu aktivitas untuk

memperoleh informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian

tujuan pembelajaran pada siswa merupakan fungsi penilaian yang

masing-masing dapat dilakukan dengan fungsi-fungsi evaluasi yang

dijabarkan sebagai berikut:

1) Fungsi formatif, yaitu untuk memberikan umpan balik

(feedback) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses

pembelajaran dan mengadakan program remedial bagi peserta

didik.

2) Fungsi sumatif, yaitu untuk menentukan nilai (angka)

kemajuan/hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran

tertentu, sebagai bahan untuk memberikan laporan kepada

berbagai pihak, penentuan kenaikan kelas dan penentuan lulus

tidaknya peserta didik.30

Nilai ini biasanya akan tertera pada ijazah tanda kelulusan siswa

ataupun nilai-nilai yang diperoleh siswa, dan akan di

cantumkan pada raport siswa pada saat kenaikan kelas atau

ketingkat selanjutnya, sehingga seorang guru pada fungsi

penilaian ini haruslah mampu melihat hubungan hasil belajar

siswa baik itu mungkin di awal akan rendah atau sudah

memenuhi standar, dan hasil belajar selanjutnya haruslah

memberikan peningkatan yang baik.

29

Raka Joni, Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, (Malang:YP2LPM, 1984), hal. 4. 30

(27)

3) Fungsi diagnostik, yaitu untuk memahami latar belakang

psikologis, fisik dan lingkungan peserta didik yang mengalami

kesulitan belajar yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar

dalam memecahkan kesulitan-kesulitan tertentu.31

fungsi penilaian ini di Sekolah biasanya selain ada

pendekatan kepada peserta didik yang dilakukan oleh guru mata

pelajaran, dan terlebih lagi wali kelas akan membentu proses

interaksi yang baik dengan psikologi siswa, juga terdapat guru

bimbingan Konseling (BK) yang khusus menangani seorang

siswa yang memang membutuhkan bimbingan pada keadaan

dan situasi tertentu.

4) Fungsi penempatan, yaitu untuk menempatkan peserta didik

dalam situasi pembelajaran yang tepat (misalnya dalam

penentuan program spesialisasi) sesuai dengan tingkat

kemampuan peserta didik. 32

5) Fungsi selektif, dapat diterapkannya penyeleksian dan

penempatan siswa yang bertujuan untuk memilih siswa yang

dapat diterima di Sekolah tertentu, memilih siswa yang dapat

naik kelas atau tingkat berikutnya, memilih siswa yang bisa

mendapat beasiswa dan lain sebagainya.

6) Fungsi pengukur keberhasilan, dimaksudkan untuk mengetahui

sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Sebagaimana

kita ketahui bahwa keberhasilan program ditentukan oleh

beberapa faktor yaitu faktor guru, metode pembelajaran,

kurikulum, sarana, dan sistem administrasi yang berlangsung

dalam proses pembelajaran.33

31

Ibid., h.37. 32

Ibid., h.36 33

(28)

d.

Prinsip Penilaian

Dalam menilai sebuah hasil belajar, dalam hal ini adalah sikap

seorang guru haruslah memperhatikan beberapa prinsip penilaian.

Sebaik-baiknya prosedur penilaian yang diikuti dan sesempurnanya

teknik penilaian yang diterapkan, apabila tidak dipadukan dengan

prinsip-prinsip penunjangnya, maka hasilnya akan kurang dari

yang diharapkan. Setidaknya ada 7 prinsip yang harus diperhatikan

seorang guru dan dijabarkan sebagai berikut:

1) Prinsip berkesinambungan (continuity)

Yang dimaksudkan dari prinsip ini yakni bahwa kegiatan

evaluasi hasil belajar yang baik adalah penilaian yang

dilakukan secara terus menerus (kontiniu). 2) Prinsip menyeluruh (comprehensive)

Yang dimaksudkan pada prinsip ini bahwa kegiatan evaluasi

hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila

penilaian tersebut dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh,

mencangkup keseluruhan aspek tingkah laku siswa, baik aspek

kognitif, psikomotor dan afektif yang ada pada masing-masing

siswa.34“Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek, guru mengambil seluruh objek itu sebagai bahan evaluasi. Misalnya

jika objek evaluasi itu adalah peserta didik, maka seluruh aspek

kepribadian peserta didik itu harus dievaluasi, baik yang menyangkut kognitif, efektif maupun psikomotor”.35

3) Prinsip objektivitas (objectivity)

Prinsip ini berhubungan dengan alat penilaian yang digunakan,

maksudnya alat penilaian yang digunakan hendaknya

mempunyai tingkat kebebasan dari subjektivitas atau bias

pribadi guru yang bisa mengganggu atau tidak ada faktor

34

Ibid., h. 55. 35

(29)

subjektif yang mempengaruhi.36 Atau penilaian yang

dipengaruhi oleh standar dan tidak dipengaruhi oleh faktor

subjektivitas penilai.37

4) Prinsip validitas dan Reliabilitas

Validitas merupakan ketepatan, misalnya untuk mengukur

besarnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran bukan

diukur melalui nilai saat ulangan, kehadiran, konsentrasi pada

saat belajar, ketepatan dalam menjawab pertanyaan guru.

Sedangkan reliabilitas menurut Sekaran yang dikutip oleh

Sudaryono adalah suatu pengukuran sejauh mana pengukuran

tersebut tanpa bias (bebas kesalahan- error free) dan karena itu menjamin pengukuran yang lintas waktu dan lintas beragam

item dalam instrument.38

5) Prinsip penggunaan kriteria

Penggunaan kriteria yang diperlukan dalam evaluasi adalah

pada saat memasuki tingkat pengukuran baik pengukuran

dengan menggunakan standar relatif (penilaian acuan patokan)

maupun pengukuran dengan standar mutlak (penilaian acuan

normal).

6) Prinsip Kegunaan

Prinsip kegunaan ini menyatakan bahwa evaluasi yang

dilakukan hendaklah merupakan sesuatu yang bermanfaat, baik

bagi siswa maupun pelaksana. Apabila pelaksanaan evaluasi ini

hanya akan menyusahkan siswa, tanpa ada manfaat bagi dirinya

secara pedagogis, maka sebaiknya evaluasi itu tidak dilakukan.

Kemanfaatan ini diukur dari aspek waktu, biaya dan fasilitas

yang tersedia maupun jumlah siswa yang akan mengikutinya.39

36

Sudaryono, op. cit., hal.55. 37

Sunarti dan Rahmawati, op. cit., h. 12. 38

Sudaryono, op. cit., hal.55. 39

(30)

e.

Teknik Penilaian Sikap

Untuk memperoleh data tentang proses dan hasil belajar

peserta didik, pendidik dapat menggunakan berbagai teknik

penilaian secara komplementer sesuai dengan kompetensi yang

dinilai. Teknik penilaian yang dapat digunakan dalam ranah sikap

di bagi menjadi 4 penilian.40

Dalam penilaian kompetensi sikap pada Kurikulum 2013 guru

dapat melakukan observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat

oleh peserta didik dan jurnal.Instrumen yang digunakan untuk

observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didikadalah

daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik penilaian, sedangkan pada jurnalberupa catatan dari pendidik.

Adapun teknik penilian yang digunakan dijelaskan sebagai berikut:

1) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan denganmenggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakanpedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.

2) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untukmengemukakan kelebihan dan

kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian

kompetensi.Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.

3) Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didikuntuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupalembar penilaian antarpeserta didik.

4) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasilpengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.41

40

Arifin, op. Cit., h. 60. 41

(31)

f.

Kompetensi Sikapdi SMP

Dari penetapan kompetensi sikap seorang siswa pada jenjang

SMP dikatakan bahwasannya Kualifikasi kemampuan yang harus

dicapai yakni memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang

beriman, berahlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung

jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial

dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.42

Dalam penilaian kurikulum 2013 menggunakan standar

penilaian Autentik dimana menurut pernyataan Burton yang

dikutip oleh Andra Setia Baktimenjelaskan penilaian autentik

adalah sekumpulan penilaian yang menghubungkan pengetahuan

dengan praktik langsung. Pada penilian autentik terdapat beberapa

teknik penilaian yang dapat dilakukan diantaranya, penilaian

keterampilan, penilaian produk, penilaian proyek, penilaian

portofolio, penilaian diri, penilaian teman sejawat, ujian tertulis,

dan observasi.43

Penilaian autentik juga dikenal denganberbagai istilah seperti

performance assessment,alternative assessment, direct assessment,

dan realisticassessment.Penilaian autentik dinamakan penilaian kinerja atau penilaian berbasis kinerja, karena dalam penilaian ini secara langsung mengukur performance (kinerja) aktual (nyata) siswa dalam hal-hal tertentu, siswa dimintauntuk melakukan tugas-tugas yang bermaknadengan menggunakan dunia nyata atau autentiktugas atau konteks.Penilaian autentik dikatakan penilaian alternatif, karena dapat difungsikan sebagai alternatif untuk menggantikan penilaian berbasis kelas yang di gunakan pada kurikulum tingkat satuan pendidikan, dikatakan Penilaian autentik

42

Peraturan Mentri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendiidkan Dasar Dan Menengah, hal. 2.

43

(32)

karena memberikan lebih banyak bukti langsung dari aplikasi yang bermakna pengetahuan dan keterampilan.44

3.

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

a.

Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

SMP

Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi

spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan

moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Adapun

pengertian dari pendidikan agama islam itu sendiri yakni “Pendidikan Agama Islam yakni upaya pendidikan agama islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi pandangan hidup

seseorang.”45Abdul Majid yang dikutip oleh Jauharul Alim menyatakan Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan

terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,

memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam,

dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama

lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama

hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.46

Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman,

dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai

tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif

kemasyarakatan, peningkatan potensi spritual tersebut pada

44Hartati Muchtar, “

Penerapan Penilaian Autentik dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan” h. 73.

45

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hal. 7.

46

Jauharul Alim, ”Kompetensi Pedagogik Guru PAI di MTS Negeri Kecematan Winong Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2010/2011,” Skripsi pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama

(33)

akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang

dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan

martabatnya sebagai makhluk Tuhan, dengan demikian terlihatlah

pentingnya pembelajaran pendidikan agama islam.

Pendapat lain menjelaskan “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk

membentuk manusia agamis dengan menanamkan aqidah

keimanan, amaliah, dan budi pekerti atau ahlak yang terpuji untuk

menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah Swt.”47

Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan

bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk

mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan

berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang

jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin,

harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial.

Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia

yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak,

serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan,

khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat.

Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi

tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam

pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional

maupun global.

Pendidik diharapkan dapat mengembangkan metode

pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi

dasar. Pencapaian seluruh kompetensi dasar perilaku terpuji dapat

dilakukan tidak beraturan. Peran semua unsur sekolah, orang tua

47

(34)

siswa dan masyarakat sangat penting dalam mendukung

keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam.

b.

Tujuan Pendidikan Agama Islam

Dalam pendidikan yang diatur sedemikian rupa pastilah ada

hal yang ingin dicapai, begitu pula dengan Pendidikan Agama

Islam ada beberapa tujuan yang akan di capai, beberapa tujuan itu

adalah sebagai berikut:

1) Mewujudkan peserta didik yang taat beragama, berakhlak mulia, berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, santun, disiplin, toleran, dan mengembangkan budaya Islami dalam komunitas sekolah.

2) Membentuk peserta didik yang berkarakter melalui pengenalan, pemahaman, dan pembiasaan norma-norma dan aturan-aturan yang Islami dalam hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, sesama, dan lingkungan secara harmonis danMengembangkan nalar dan sikap moral yang selaras dengan nilai-nilai Islami dalam kehidupan sebagai warga masyarakat, warga negara, dan warga dunia.48

Tujuan pendidikan agama islam ialah mempelajari ilmu-ilmu

agama islam dan mengetahui ilmu-ilmu agama islam serta

mengamalkannya, seperti aqidah ahlak, sejarah kebudayaan islam,

dan fiqh.49

Adapun pendapat lain yang dikatakan oleh Abdul Majid yang dikutip oleh Jauharul Alim Pendidikan agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.50

48Allson, Pengantar Umum Silabus PAI 3 Mei 2013.hal. 1.

(35)

c.

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama islam di SMP dan MTS memiliki

perbedaan, di SMP Pelajaran pendidikan agama islam dan di MTS

pelajran pendidikan agama islam di bagi menjadi 4 mata pelajaran,

namun secara umum pelajaran pendidikan agama Islam berisi

tentang pelajaran yang dibagi sebagai berikut:

1) Al Qur’an dan Hadits

2) Aqidah

3) Akhlak

4) Fiqih

5) Sejarah peradaban Islam.

Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan,

keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan

Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia,

hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia

dengan alam sekitarnya.51

d.

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar PAI di SMP

Dalam mencapai tujuan pembelajaran, pelajaran Pendiidkan

Agama Islam haruslah dilandasi pada kompetensi inti dan

kompetensi dasar yang telah ditetapkan berdasarkan kurikulum,

adapun kompetensinya adalah sebagai berikut:

1) Kompetensi Inti

Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi Standar

kompetensi lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki

mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan

pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu,gambaran

mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek

(36)

sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan

psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik di jenjang sekolah,

kelas dan mata pelajaran.52 Kompetensi inti jika dihubungkan

dengan kompetensi seorang guru tidak hanya dituntut mengajar

(transfer of knowledge) namun juga mendidik (transfer of value),

proses mendidik tidak hanya berlangsung di kelas sedangkan

mengajar hanya berlangsung di kelas, sehingga dapat dipastikan

mengajar hanyalah bagian dari proses mendidik guru saja.53

2) Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran

untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti.

Kompetensi Dasar adalah kompetensi yang terdiri atas sikap,

pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber pada kompetensi inti

yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut

dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik,

kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Mata

pelajaran sebagai sumber dari konten untuk menguasai kompetensi

bersifat terbuka dan tidak selalu diorganisasikan berdasarkan disiplin

ilmu yang sangat berorientasi hanya pada filosofi esensialisme dan

perenialisme.54

Adapun kompetensi inti dan kompetensi dasar dalam ranah sikap

atau afektif yang ada pada tingkat SMP/MTS adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

a) Kelas Tujuh (VII)55

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

1.1 Menghayati Al-Quran

sebagai implementasi dari

pemahaman rukun iman.

52

Kemendigbud, Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Atas (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTS), 2013, hal. 5.

53

Moqowim, Modul Pengembangan Soft Skill Guru PAI(Jakarta: bumi Aksara, 2006), cet.4, hal. 7.

54

Ibid., h. 7. 55

[image:36.595.124.517.103.716.2]
(37)

1.2 Beriman kepada Allah SWT 1.3 Beriman kepada malaikat Allah SWT

1.4 Menerapkan ketentuan

bersuci dari hadats kecil dan hadats besar berdasarkan syariat Islam

1.5 Menunaikan shalat wajib berjamaah sebagai implementasi dari pemahaman rukun Islam 1.6 Menunaikan shalat Jumat

sebagai implementasi dari

pemahaman Q.S. Al-Jumu„ah

(62): 9

1.7 Menunaikan shalat jamak qasar ketika bepergian jauh (musafir) sebagai implementasi

dari pemahaman ketaatan

beribadah

2. Menghargai dan menghayati

perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial

dan alam dalam jangkauan

pergaulan dan keberadaannya

2.1 Menghargai perilaku jujur

sebagai implementasi dari

pemahaman Q.S. Al-Baqarah (2): 42 dan hadits terkait

2.2 Menghargai perilaku hormat dan patuh kepada orang tua dan guru sebagai implementasi dari Q.S. Al-Baqarah (2): 83 dan hadits terkait

2.3 Menghargai perilaku empati

terhadap sesama sebagai

implementasi dari Q.S. An-Nisa (4): 8 dan hadits terkait

2.4 Menghargai perilaku ikhlas, sabar, dan pemaaf sebagai implementasi dari pemahaman Q.S.An-Nisa (4):146, Q.S. Al Baqarah (2):153, dan Q.S. Ali Imran (3):134, dan hadits terkait 2.5 Menghargai perilaku amanah sebagai implementasi dari Q.S. Al-Anfal (8): 27 dan hadits terkait

2.6 Menghargai perilaku

(38)

2.7 Menghargai perilaku semangat menuntut ilmu sebagai implementasi dari pemahaman

sifat Allah (Al-‟ Alim,

al-Khabir, as-Sami‟ , dan

al-Bashir) dan Q.S.Al-Mujadilah (58):11 dan Q.S. Ar-Rahman (55):33 serta hadits terkait 2.8 Meneladani perjuangan Nabi Muhammad SAW

Tabel 2.2

b) Kelas Delapan (VIII)56

Kompetensi Inti Kopetensi Dasar

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

1.1 Menghayati Al-Quran sebagai implementasi dari pemahaman rukun iman.

1.2 Meyakini Kitab suci Al-Quran sebagai pedoman hidup sehari-hari 1.3 Meyakini Nabi Muhammad SAW sebagai nabi akhir zaman 1.4 Menunaikan shalat sunnah 1.5 Menerapkan ketentuan sujud syukur, sujud tilawah dan sujud syahwi berdasarkan syariat Islam 1.6 Menunaikan puasa Ramadhan

dan puasa sunnah sebagai

implementasi dari pemahaman

rukun Islam

1.7 Menerapkan ketentuan syariat

Islam dalam mengonsumsi

makanan yang halal dan bergizi

2. Menghargai dan menghayati

perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli

(toleransi, gotong royong),

santun, percaya diri, dalam

berinteraksi secara efektif

dengan lingkungan sosial dan

2.1 Menghargai perilaku jujur

sebagai implementasi dari

pemahaman Q.S. Al-Maidah (5): 8 dan hadits terkait

2.2 Menghargai perilaku hormat dan patuh kepada orang tua dan guru sebagai implementasi dari

56

[image:38.595.140.516.109.747.2]
(39)

alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

pemahaman Q.S. An-Nisa (4): 36 dan hadits terkait

2.3 Menghargai perilaku gemar beramal saleh dan berbaik sangka

kepada sesama sebagai

implementasi dari pemahaman Q.S. Ashr (103):2-3, Q.S. Al-Hujurat (49):12 dan hadits terkait 2.4 Menghargai perilaku rendah hati, hemat, dan hidup sederhana

sebagai implementasi dari

pemahaman Q.S. Al Furqan (25):

63, Q.S. Al Isra‟ (17):27 dan

hadits terkait

2.5 Menghargai perilaku

mengonsumsi makanan dan

minuman yang halal dan bergizi

dalam kehidupan sehari-hari

sebagai implementasi dari

pemahaman Q.S. An-Nahl

(16):114 dan hadits terkait

2.6 Menghargai perilaku

menghindari minuman keras, judi,

dan pertengkaran sebagai

implementasi dari pemahaman

Q.S. Al-Maidah (5): 90–91 dan 32

serta hadits terkait.

2.7 Menghargai perilaku semangat

menumbuh kembangkan ilmu

pengetahuan sebagai implementasi dari pemahaman sifat Allah

(Al-‟ Alim, al-Khabir, as-Sami‟ , dan

al-Bashir) dan Q.S.Al- Mujadilah (58):11 dan Ar-Rahman (55): 33 serta hadits terkait

2.8 Meneladani semangat ilmuwan

muslim dalam

menumbuhkembangkan ilmu

pengetahuan dalam kehidupan

(40)

Tabel 2.3

c) Kelas Sembilan (IX)57

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

1.1. Menghayati Al-Quran

sebagai implementasi dari

pemahaman rukun iman

1.2. Beriman kepada Hari Akhir 1.3. Beriman kepada Qadha dan Qadar

1.4. Menerapkan ketentuan

syariat Islam dalam pelaksanaan penyembelihan hewan

1.5. Menunaikan ibadah qurban dan aqiqah sebagai implementasi dari surah al-Kautsar

2. Menghargai dan menghayati

perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial

dan alam dalam jangkauan

pergaulan dan keberadaannya

2.1 Menghargai perilaku jujur

dalam kehidupan sehai-hari

sebagai implementasi dari

pemahaman Q.S. Ali Imran (3): 77; Q.S. Al-Ahzab (33): 70 dan hadits terkait.

2.2 Menghargai perilaku hormat dan taat kepada orang tua da guru sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Al- Isra (17): 23 dan Q.S. Luqman (31): 14 dan hadits terkait.

2.3 Menghargai perilaku yang

mencerminkan tata krama,

sopan-santun, dan rasa malu

sebagai implementasi dari

pemahaman Q.S. Al- Baqarah (2): 83 dan hadits terkait.

2.4 Menghargai sikap optimis, ikhtiar, dan tawakal sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Az-Zumar (39): 53; Q.S. An-Najm (53):39-42; Q.S. Ali Imran (3): 159dan hadits terkait. 2.5 Menghargai perilaku toleran

dan menghargai perbedaan

57

[image:40.595.135.515.114.737.2]
(41)

dalam pergaulan di sekolah dan

masyarakat sebagai

implementasi dari pemahaman Q.S. Al-Hujurat (49): 13 dan hadits terkait.

2.6 Menghargai sikap empati, peduli, dan gemar menolong

kaum dhuafa sebagai

implementasi dari pemahaman makna ibadah qurban dan aqiqah 2.7 Menghargai sikap mawas diri sebagai implementasi dari pemahaman iman kepada Hari Akhir

2.8 Menghargai sikap tawakal

kepada Allah sebagai

implementasi dari pemahaman iman kepada Qadha dan Qadar

B.

Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini diantaranya:

1. Penelitian oleh Moh Arifin (3014054), dengan judul “Evaluasi Pembelajaran Mata Pelajaran PAI Siswa Kelas IX di SMP Islam Sultan Agung Sukolilo Pati”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa evaluasi pembelajaran di SMP Islam Sultan Agung Sukolilo dapat dikatakan

tidak baik karena evaluasi tidak berjalan sesuai dengan program yang

direncanakan.58

2. Penelitian oleh Hanifah Lubis (104011000177), dengan judul “Studi Kompetensi Guru Agama Islam Dalam Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran di SMA Negeri 88 Jakarta”. Kesimpulan dari hasil penelitiannya bahwa guru Pendidikan Agama Islam di SMAN 88

58

Moh Arifin, Evaluasi Pembelajaran Mata Pelajaran PAI Siswa Kelas IX di SMP Islam Sultan Agung Sukolilo, 2015, hal. 86.

(42)

Jakarta memiliki kompetensi yang tinggi dalam pelaksanaan evaluasi

pembelajaran.59

3. Jurnal yang berjudul Aplikasi Konsep Evaluasi dalam Pembelajaran

PAI di Sekolah Dasar oleh Drs. Zainal Arifin, M.Pd. Secara umum hasil

penelitian ini disimpulkan bahwa pemahaman guru tentang evaluasi

dalam pembelajaran PAI di SD dapat dikategorikan masih kurang baik,

sekalipun dalam prosedur evaluasi dianggap cukup. Pemahaman guru

tentang evaluasi selalu dikaitkan dengan pengalaman praktis mereka

diSekolah yang cenderung lebih banyakmenggunakan pendekatan

secara tradisional.60

59

Hanifah Lubis, Studi Kompetensi Guru Agama Islam Dalam Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran di SMA Negeri 88 Jakarta, 2015, hal. 74.

(http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/89/jtptiain-gdl-moharifin3-4423-1-sekripsi-p.pdf)

60

Zainal Arifin, Aplikasi Konsep Evaluasi dalam Pembelajaran PAI di Sekolah Dasar, 2015, hal. 23.

(43)

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di SMPN 3 Tangerang Selatan. Dan

Waktu penelitian dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015

dari Bulan Maret sampai dengan April 2015.

B.

Latar Penelitian (

Setting

)

Latar penelitian ini dilakukan di kelas dan menyesuaikan tempat guru

mata pelajaran Penidikan Agama Islam dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran, terdapat 4 guru Pendidikan Agama Islam sebagai informan,

baik itu untuk di observasi, wawancara dan pengumpulan dokumentasi.

Dan difokuskan pada kompetensi guru dalam melakukan penilaian Sikap

pada Kurikulum 2013 pada siswa di SMPN 3 Tangerang Selatan.

C.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah penelitian

kualitatif, ada beberapa istilah yang digunakan untuk penelitian kualitatif

(44)

interaksionalis simbolik, perspektif kedalam, etnometodologi,

fenomenalogis, studi kasus, interpretatif, ekologis, dan deskriptif.61

Dari pendapat lain oleh Bogdan dan Tylor yang dikutip oleh Margono

menyatakan “penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.62

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah penelitian

deskripsi kualitatif. Deskripsi kualitatif adalah penelitian yang mencakup

masalah penelitian murni tentang program atau pengalaman yang ada di

lingkungan penelitian.63 Penelitian kualiatatif bersifat induktif, maksudnya

peneliti membiarkan permasalahan-permasalahan muncul dari data atau

dibiarkan terbuka untuk intrepetasi. Kemudian data dihimpun dengan

pengamatan yang seksama, melalui deskripsi yang mendetail disertai

catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam serta hasil analisis

dokumen dan catatan-catatan di lapangan.64

D.

Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

Dalam pengumpulan data penulis melakukan beberapa cara untuk

mengumpulkan data di lapangan terkait tujuan penelitian, adapun teknik

yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Observasi

“Observasi adalah proses pengamatan terhadap fenomena yang terjadi di lapangan, atau perhatian yang terfokus pada kejadian, gejala atau sesuatu yang berhubungan dengan data tujuan penelitian.”65

61

Nuraida, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Tangerang: Islamic Resarch Publishing, 2009), cet., 1 hal. 34

62

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), cet., 6 hal. 36 63

Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif Dan Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h. 174.

64

Nusa Putra, Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), cet.1 hal. 46

65

(45)

Dengan teknik ini maka peneliti melakukan observasi pada

lingkungan sekolah SMPN 3 Tangerang Selatan, dengan mengamati

keseharian guru-guru pendidikan agama islam melaksanakan penilaian

sikap pada kurikulum 2013. Adapun instrmen observasi yang digunakan

[image:45.595.150.495.266.661.2]

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Kisi-kisi instrumen observasi untuk guru pendidikan Agama Islam

Dimensi Indikator

Perencanaan penilaian

sikap

- Pemilihan Teknik penilaian

- Penyusunan kisi-kisi

instrumen penilaian

Penyusunan instrumen

penilaian sikap

-Pembuatan instrumen

penilaian sikap

-Kesesuaian SKKD

pendidikan Agama Islam

Tindakan penilaian -penilaian observasi

-Penilaian diri sendiri

-penilaian anatar teman

-Penilaian jurnal

Pengolahan dan analisis -Pemberian skor atau angka

Interpretasi dan tindak

lanjut dari hasil penilaian

sikap

-Menentukan kualitas murid

-Pengamatan perubahan

(46)

2. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab antara pewawancara dengan

informan guna memperoleh informasi yang lebih terperinci dan sesuai

dengan tujuan penelitian.66

Penulis melakukan wawancara dengan narasumber yaitu guru

SMPN 3 Tangerang Selatan, tujuannya untuk mengetahui sejauh mana

kompetensi guru terhadap penilaian sikap pada kurikulum 2013 dengan

menggunakan pedoman wawancara oleh penulis. Adapun instrmen

[image:46.595.106.537.229.734.2]

wawancara yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kisi-kisi instrumen wawancara untuk Guru Pendidikan Agama Islam

66

Zainal Arifin, penelitian pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011) cet., 1 hal. 170.

Dimensi Indikator No. Item Jum. Item

1. Perencanaan penilaian sikap

1. Pemilihan Teknik

penilaian sikap

2. Penyusunan kisi-kisi

penilaian

3. Penentuan Kriteria

penilaian

4. Penyesuaian SK dan

KD pendidikan Agama

Islam

5. Penyesuaian materi

pembelajaran

Pendidikan Agama

Islam

1, 2, 3, 11, 18, 22dan 31

7

(47)

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data penelitian mengenai

hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat, notulen wawancara,

rekap penilaian, agenda, dan lain-lain.67

Dalam hal ini penulis mengumpulkan data dalam bentuk

catatan-catatan, dokumen-dokumen yang terkait dengan penilaian sikap siswa,

daftar hasil penilaian sikap siswa, serta instrumen yang digunakan

dalam proses menilai sikap siswa.

67

Jhoni Dimyati, Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Aplikasinya Pada Pendidikan Anak Usia Dini (Paud), (Jakarta: Kencana, 2013), cet. 1, hal. 99

sikap observasi

2.Penilaian sikap diri

sendiri

3.Penilaian sikap antar

teman

4.Penilaian jurnal

5.Waktu dan situasi

penilaian sikap

24,28, dan 32,

3. Pengolahan dan

analisis

1. Pemberian skor atau

angka

2. deskripsi hasil

penilaian

9, 10, 12, 13,

14, 15, 21, dan

27

8

4. Interpretasi dan tindak

lanjut dari hasil penilaian

sikap

1. Menentukan kualitas

murid

2. Pengimputan nilai

siswa ke komputer

3. Pengamatan

perubahan sikap

16, 17, 19, 20,

23, 25, 26, 29,

30, 33, 34, dan

35

12

(48)

Setelah semua data terkumpul atau kegiatan pengumpulan data di

lapangan dinyatakan selesai, barulah dilakukan pengolahan data.

E.

Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data

Ketika data sudah terkumpul itu berarti modal awal yang sangat

berharga dalam penelitian, data yang sudah terkumpul akan diadakan

analisis yang digunakan sebagai bahan masukan untuk penarikan

kesimpulan. Melihat begitu besarnya data yang terkumpul menjadi sangat

penting. Data yang salah akan menghasilkan penarikan kesimpulan yang

salah demikian pula sebaliknya data yang benar akan menghasilkan

kesimpulan yang benar. peneliti dalam penelitian haruslah berusaha

mendapatkan data yang valid, untuk itu dalam pengumpulan data peneliti

perlu dilakukan teknik pemeriksaan. Untuk menetapkan keabsahan data

diperlukan sejumlah kriteria tertentu.

Dalam penelitian kualitatif, instrumen utamanya adalah manusia,

karena itu yang diperiksa adalah keabsahan datanya. Setelah mendapatkan

data yang jenuh yaitu keterangan yang didapatkan dari sumber-sumber

data telah sama maka data yang didapatkan lebih kredibel. Menurut

Sugiyono yang dikutip oleh Imam Gunawan membedakan empat macam

triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber,

metode, peneliti dan teori.68 Dalam penelitian ini menggunakan

Triangulasi sumber, dimana triangulasi sumber artinya membandingkan

dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang di peroleh

melalui waktu dan alat penelitian yang telah digunakan.

Ketika data sudah terkumpul itu berarti modal awal yang sangat

berharga dalam penelitian, data yang sudah terkumpul akan diadakan

analisis yang digunakan sebagai bahan masukan untuk penarikan

kesimpulan. Melihat begitu besarnya data yang terkumpul menjadi sangat

vital. Data yang salah akan menghasilkan penarikan kesimpulan yang

68

(49)

salah demikian pula sebaliknya data yang benar akan menghasilkan

kesimpulan yang benar.

Jadi setelah penulis melakukan penelitian dengan menggunakanmetode

observasi,wawancara,dan dokumentasi kemudian data hasil daripenelitian

itu digabungkan sehingga saling melengkapi sehingga dapat dilanjutkan ke

tahap analisis data penelitian.

Untuk memperoleh data yang falid maka digunakan teknik triangulasi

data yang memeriksa kebenaran hipotesis. Adapun tindakan yang

dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara

2. Membandingkan apa yang dikatakan di muka umum dengan yang

dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.

F.

Analisis Data

Menurut Bogdan yang dikutip oleh Sudaryono Analisis data adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang di peroleh dari

hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan cara

mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana ynag akan

dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

sendiri dan orang lain.69

Dalam pendapat lain Spradley yang dikutip oleh Imam Gunawan

mengatakan analisis data kulitatif adalah pengujian sistematik dari suatu

untuk menetapkan bagian-bagiannya, hubungan antar kajian, dan

hubungannya terhadap keseluruhannya.70

69

Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R& D , (Bandung: Alfabeta, 2009), cet.8, hal. 244.

70

(50)

Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

dilakukan secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah

jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu : data reduction, data display,

dan conclution drawing/ verification.71

1. Reduksi data (data reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal y

Gambar

a)Tabel 2.1  Kelas Tujuh (VII)55
b)Tabel 2.2  Kelas Delapan (VIII)56
c)Tabel 2.3  Kelas Sembilan (IX)57
Tabel 3.1
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pengaturan tegangan jangkar pada saat start dapat meredam  (putaran motor) motor DC dan lonjakan arus jangkar I a. Didalam motor DC daur tertutup ini dapat dinyatakan

Berdasarkan uraian rumusan masalah tersebut maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut: (1) Mengetahui dan mendeskripsikan proses pembelajaran dengan

Intensitas pancaran unsur radioaktif berdasarkan data aktivitas batuan dan aktivitas pancaran ß serbuk di Pantai Sedau dilakukan menggunakan metode analisis

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai setiap rasio keuangan yang dijadikan indikator dalam penelitian ini, yang berada di atas nilai rata-rata industri berturut-turut

penelitian didapatkan bahwa ekstrak daun lamtoro memberikan hasil terdapatnya penyembuhan luka sayat yang terjadi dibawah 7 hari pada 3 sampel penelitian yakni

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan metakaolin dan serat alumunium terhadap kapasitas kuat tarik belah dan

[r]

Dengan adanya ragam bentuk tingkat tutur bahasa Jawa dalam tuturan pembaca berita dan penelepon ketika terjadi interaksi dalam program berita Kabar Awan, maka