• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan analisa karakteristik wilayah, Kecamatan Kebonsari merupakan daerah penghasil tanaman tebu terbesar di Kabupaten Madiun sehingga industri gula merah tebu tidak mengalami kendala ketersediaan bahan baku. Pada tahun 2005 luas areal perkebunan tebu di Kecamatan Kebonsari adalah 1.127 Ha dengan hasil produksi tebu sebanyak 112.700.000 ton. Selain ketersediaan bahan baku, industri gula merah tebu di Kecamatan Kebonsari juga didukung dengan ketersediaan tenaga kerja dan sarana prasarana pendukungnya.

Industri gula merah tebu yang berada di Kecamatan Kebonsari termasuk kelompok industri rumah tangga skala kecil non formal. Usaha ini dilakukan secara perorangan. Bahan baku tebu yang diproses menjadi gula merah tebu berasal dari hasil tanam sendiri dilahan milik, lahan sewa, beli tebu, dan titip giling. Kegiatan produksi gula merah tebu dilakukan pada musim panen tebu antara bulan Mei – Oktober dengan rata-rata kemampuan mengolah tebu 2,64 ton/hari. Rendahnya teknologi, pengawasan mutu, dan sanitasi pada proses pengolahan gula merah tebu menyebabkan mutu produk yang dihasilkan tidak seragam. Penetapan mutu produk dilakukan secara subjektif oleh pengusaha berdasarkan kriteria warna dan kekerasan yang diklasifikasikan menjadi mutu baik, sedang, dan jelek.

Produk gula merah tebu memiliki potensi pasar yang luas mengingat masih terjadi defisit antara tingkat produksi dengan konsumsi gula secara nasional. Kuatnya dominasi pedagang pengumpul menyebabkan pemasaran produk gula merah tebu terbatas. Pemasaran dilakukan melalui pedagang pengumpul pengecer, pedagang pengumpul besar, dan konsumen industri langsung. Modal kerja yang dimiliki oleh pengusaha sebagai sumber pembiayaan usaha pengolahan gula merah tebu juga terbatas karena berasal modal sendiri dan pinjaman ke institusi non bank. Hasil analisa profititabilitas menunjukkan bahwa usaha ini memberikan keuntungan yang berbeda-beda tergantung kombinasi sumber bahan baku, jumlah produksi, jumlah tenaga kerja, dan hari kerja.

Kontribusi industri gula merah tebu terhadap wilayah meliputi pendapatan daerah, pertumbuhan usaha lain, dan penyerapan tenaga kerja. Keberadaan industri gula merah tebu belum memberikan kontribusi secara langsung kepada pemerintah daerah (Kecamatan Kebonsari) berupa pajak dan retribusi. Keberadaan industri gula merah tebu juga mampu merangsang usaha lain baik yang terkait secara langsung maupun tidak langsung. Industri makanan “mancho” yang banyak terdapat di Kecamatan Kebonsari memiliki potensi yang sangat besar untuk menyerap produk gula merah tebu, sehingga peningkatan produksi gula merah tebu dapat merangsang pertumbuhan usaha ini. Seperti UKM lain, industri gula merah tebu memberikan kontibusi terhadap wilayah Kecamatan Kebonsari melalui penyerapan tenaga kerja dimana usaha ini mampu menyerap 5 – 10 orang dengan persentase 80% tenaga kerja berasal dari Kecamatan Kebonsari.

Gula merah tebu merupakan kelompok bahan pangan dimana aspek higienis dan sanitasi dalam ruang produksi dan selama proses produksi menjadi faktor yang penting, sehingga pertimbangan rancang ulang adalah untuk mengurangi kontaminasi kotoran yang dapat menurunkan mutu dan kualitas produk gula merah tebu. Implementasi rancang ulang tidak menggunakan rancangan ideal, namun rancangan yang diimplementasikan mampu mengurangi sumber kontaminan sehingga mutu produk gula yang baik meningkat. Perbaikan dan modifikasi tungku pemasakan pada saat implementasi mampu mengurangi pergerakan pekerja dalam membuang limbah untuk serta meningkatkan kapasitas (batch) wajan dari 12 kg gula/wajan menjadi 13 kg gula/wajan.

Nilai investasi untuk rancang ulang industri gula merah tebu adalah Rp 38.215.000. Analisa profitabilitas sebelum dan setelah rancang ulang menunjukkan adanya peningkatan pendapatan yang diterima pengusaha. Analisa finansial dengan melihat nilai NPV, IRR, dan PBP sebagai kriteria kelayakan usaha menunjukkan rancang ulang layak pada kedua kondisi karena memberikan nilai NPV yang positif, IRR diatas tingkat suku bunga yang ditetapkan, dan PBP kurang dari umur proyek

B. SARAN

1. Meningkatkan kesadaran pengusaha dalam pembuatan izin usaha industri gula merah tebu. Izin usaha industri gula merah tebu dapat membantu pengusaha untuk mengembangkan skala usaha dan menghindari konflik dengan lingkungan akibat limbah dan polusi yang dihasilkan. Adanya izin usaha industri gula merah tebu juga berdampak positif bagi pendapatan pemerintah daerah dari sektor pajak dan restribusi.

2. Meningkatkan kegiatan penyuluhan dan pembinaan industri gula merah tebu. Kegiatan ini meliputi pengelolaan usaha, peningkatan mutu dan kualitas produk, serta penanganan dan pemanfaatan limbah yang dihasilkan. Penyuluhan dan pembinaan dapat membantu pengusaha industri gula merah tebu untuk meningkatkan produksi, mutu dan kualitas produk.

3. Meningkatkan pemantauan dan pengawasan pengelolaan pemasaran industri gula merah tebu. Kegiatan ini meliputi sistem pemasaran, distribusi, penentuan harga, cara penawaran dan pembayaran, dan kemasan produk. Pemantauan dan pengawasan pengelolaan pemasaran dapat membantu pengusaha industri gula merah tebu untuk mencapai sasaran pemasaran yang dapat meningkatkan keuntungan usaha.

4. Melakukan kerjasama antara pengusaha dengan investor, pemilik modal, dan jasa perbankan. Kerjasama ini dapat mengatasi permasalahan investasi dan modal kerja usaha pengolahan gula merah tebu.

5. Mempertimbangkan rancang ulang bangunan pabrik bagi para pengusaha gula merah tebu karena dapat meningkatkan kapasitas wajan pemasakan dan persentase produk dengan mutu tinggi.

6. Mencoba untuk melakukan investasi untuk mesin dan peralatan yang diharapkan dapat meningkatkan rendemen dan secara langsung akan meningkatkan tingkat produksi gula merah tebu sehingga dapat meningkatkan pendapatan pengusaha gula merah tebu.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, S. dan I.G.N. Nirawan. 1980. Peningkatan Teknologi Pembuatan Gula Merah Siwalan. Balai Penelitian Kimia Surabaya, Badan Pengembangan Industri, Departemen Perindustrian, Jakarta.

Ade, R.S. 2005. Analisis Pendapatan dan Pemasaran Gula Merah. Skripsi. Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

Adiningsih, S. 2004. Regulasi Dalam Revitalisasi Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia. Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Jakarta. Anonim. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tebu.

www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/files/0107L-TEBU.pdf. diakses tanggal 22 Agustus 2006.

Apple, J.M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Penanganan Bahan. Penerbit ITB, Bandung.

Asri, M. dan G. Adisaputro. 1992. Anggaran Perusahaan Jilid 3. BPFE. Jakarta Badan Pusat Statistik. 2003. Profil Usaha Kecil dan Menengah Tidak Berbadan

Hukum. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

BPPPG. 1985. Pergulaan di Indonesia dan Prospeknya di Masa Mendatang. Prossiding. Pasuruan, Jawa Tengah.

Bellante, D dan M. Jackson. 1990. Ekonomi Ketenagakerjaan. LPFE UI, Jakarta. Buckle, K.A et al. 1987. Food Science. Universitas Indonesia, Jakarta.

Dachlan, M.A. 1984. Proses Pembuatan Gula Merah. Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, BBHIP, Bogor.

Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur. 1997. Pengolahan Gula Merah Tebu. Dinas Perkebunan Daerah Propinsi Jawa Timur.

Dyanti, Riana. 2002. Studi Komparatif Gula Merah Kelapa dan Gula Merah Aren. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor.

Effendi, S dan M. Singarimbun. 1989. Metode Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta. Goutara dan S. Wijandi. 1985. Dasar Pengolahan Gula I. Agro Industri Press.

Hasibuan, M.S.P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Bumi Aksara, Jakarta.

Hawkins dan Van Den Ban. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius, Jakarta. Herjanto. E. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Kedua. Grasindo.

Jakarta.

Himpunan Alumni Fateta. 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor.

Hoos, S., dan G.L. Mehren. 1954. Marketing. The United States Departement of Agriculture. Washington.

Indeswari, S.N. 1987. Penentuan Dosis Kapur dan Belerang pada Proses Pemurnian Nira Tebu di Pabrik Gula Mini Lawang. Laporan Penelitian. Universitas Andalas. Padang.

Jatmika, A., M.A. Hamzah dan D. Siahaan. 1990. Alternatif Produk Olahan dari Nira Kelapa. Di dalam Nurlela, Euis. 2002. Kajian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Warna Gula Merah. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kecamatan Kebonsari. 2006. Hasil Pengolahan dan Analisa Profil Desa Tahun 2005 Kecamatan Kebonsari. Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Madiun.

Kotler, P. 2004. Manajemen Pemasaran Jilid 2. PT Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.

Kuswadi. 2005. Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Biaya. Gramedia, Jakarta.

Machfud dan Agung Y. 1990. Perencanaan Tata Letak pada Industri Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB, Bogor

Mubyarto. 1984. Masalah Industri Gula di Indonesia. BPFE, Yogyakarta.

Muchtadi, T.R., dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor.

Murdinah, Singgih W., dan Yusro N.F. 2002. Pedoman Mengelola Perusahaan Kecil. Swadaya, Jakarta.

Nengah, I.K.P. 1990. Kajian Reaksi Pencoklatan Termal pada Proses Pembuatan Gula Merah dari Aren. Tesis. Program Studi Ilmu Pangan. Fakultas Pasca Sarjana. IPB. Bogor.

Nurlela, Euis. 2002. Kajian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Warna Gula Merah. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Palungkun, R. 1993. Aneka Produk Olahan Kelapa. Swadaya, Jakarta.

Pratomo, M. dan A. Kohar. 1983. Mesin-Mesin Pertanian 3. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Puri, B.A. 2005. Kajian Pemurnian Nira Tebu dengan Membran Filtrasi dengan Sistem Aliran Silang (Crossflow). Skripsi. Departemen Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rachmat, M. 1992. Pengusahaan Gula Kelapa Sebagai Suatu Alternatif Pendayagunaan Kelapa. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 1 (9 Juli), Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Riyanto, B. 1989. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada, Yogyakarta.

Rochiman. 1985. Respon Peternak Terhadap Pemberian Pucuk Tebu Serta Pengaruhnya Pada Sapi PO. Di dalam Seminar Pemanfaatan Limbah Tebu untuk Pakan Ternak. Prosiding. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.

Rony, H. 1990. Akuntansi Biaya, Pengantar untuk Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi. LPFE UI, Jakarta.

Santoso, H.B. 1993. Pembuatan Gula Kelapa. Kanisius, Jakarta.

Sardjono. 1986. Pengembangan Peralatan untuk Pengembangan Serbuk Gula Merah. Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian, Bogor.

Schltema, A.M.P.A. 1985. Bagi Hasil Di Hindia Belanda. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Sejoedono, A.R. dan Tiktik S.P. 2004. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi. Ghalia Indonesia, Bogor.

Sembiring, Y dan Rivai W. 1991. Pengendalian Biaya. Pionir Jaya, Bandung. Senduk, S. 2003. Mengenal Dua Jenis Investasi Bagi Hasil dalam Tabloid NOVA

Silitonga, A. 1985. Pemanfaatan Daun Tebu untuk Pakan Ternak di Jawa Timur. Di dalam Seminar Pemanfaatan Limbah Tebu untuk Pakan Ternak. Prosiding. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.

Simatupang, P., Nizwar S., dan Farida L. 1999. Keterkaitan Antar Industri dan Peranannya Dalam Perekonomian Nasional. Di dalam Ekonomi Gula di Indonesia. Bibliografi. IPB, Bogor.

Soentoro, Novi I., dan A.M.S. Ali. 1999. Usaha Tani dan Tebu Rakyat Intensifikasi di Jawa. Di dalam Ekonomi Gula di Indonesia. Bibliografi. IPB, Bogor.

Sudiatso, S. 1982. Bertanam Tebu. Departemen Agronomi. Fakultas Pertanian. IPB, Bogor.

Supranto, J. 1991. Metode Riset Aplikasinya dalam Pemasaran. LPFE UI, Jakarta.

Sutardjo, E. 2002. Budidaya Tanaman Tebu. Bumi Aksara, Jakarta.

Sutoyo, S. 1996. Studi Kelayakan Proyek. PT Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.

Syukur, M., D. Kusnadi, dan R. Andrida. 1999. Industri Gula Merah dan Pemanis Lainnya. Di dalam Ekonomi Gula di Indonesia. Bibliografi. IPB, Bogor. Tjokrodirdjo,H.S., Lae M.S., dan Bubun S. 1999. Industri Gula di Luar Jawa. Di

dalam Ekonomi Gula di Indonesia. Bibliografi. IPB, Bogor.

Tompkins dan White. 1984. Facilities Planning. John Willey & Sons Inc, Canada Umar, H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wijaya, M. 2001. Prospek Industrialisasi Pedesaan. Yayasan Pustaka Cakra,

Surakarta.

Wirioadmodjo, B. et al. 1984. Pergulaan di Indonesia dan Prospeknya di Masa Mendatang. Balai Penelitian Perusahaan Perkebunan Gula, Pasuruan.

Yusdja, Y. et al. 2004. Analisis Peluang Peningkatan Kesempatan Kerja dan Pendapatan Petani Melalui Pengelolaan Usahatani Bersama. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.

Zuraidah, 2005. Analisis Pendapatan Usaha Tani Tebu dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pengolahan Gula Merah di Tingkat Petani. Skripsi. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Dokumen terkait