• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. PROFIL INDUSTRI GULA MERAH TEBU

3. Kontribusi Industri Terhadap Wilayah

Dalam pemerintahan daerah kabupaten dibentuk pemerintahan desa yang terdiri dari pemerintahan desa dan badan permusyawaratan desa. Sesuai dengan ketentuan pasal 157 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

1. Hasil pajak daerah 2. Hasil retribusi daerah;

3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahan; dan 4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah;

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997, pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Retribusi adalah pembayaran kepada negara yang dilakukan kepada mereka yang menggunakan jasa-jasa negara, artinya retribusi daerah sebagai pembayaran atas pemakaian jasa atau kerena mendapat pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau jasa yang diberikan oleh daerah baik secara langsung maupun tidak langsung.

Berdasarkan keterangan perangkat desa di Kecamatan Kebonsari, suatu industri akan memberikan pemasukan bagi daerah melalui hasil pajak dan retribusi daerah. Belum terdaftarnya industri gula merah tebu di pemerintah daerah dan masih rendahnya minat pengusaha dalam mengurus kelengkapan usahanya menyebabkan keberadaan industri gula merah tebu tidak memberikan kontribusi secara langsung kepada pemerintah daerah. Industri gula merah tebu yang berada dalam wilayah Kecamatan Kebonsari belum memiliki bentuk hukum dan izin usaha, selain itu bangunan pabrik gula merah tebu belum dilengkapi dengan surat izin mendirikan bangunan (IMB). Hal tersebut tentu saja sangat merugikan bagi pemerintah daerah karena industri gula merah tebu tidak memberikan kontribusi melalui pajak dan retribusi kepada pemerintahan daerah.

b. Pertumbuhan usaha lain

Gula merah tebu termasuk produk yang dapat dikonsumsi secara langsung (konsumsi akhir) dan dapat pula digunakan sebagai bahan baku bagi banyak industri (barang antara). Menurut Simatupang, Nizwar, dan Farida (1999) kaitan industri gula dengan industri-industri lain pengguna produk industri gula disebut kaitan ke depan, sedangkan hubungan industri gula dengan industri-industri yang menunjang kebutuhan sarana dan prasarana industri gula tersebut disebut kaitan

ke belakang. Peningkatan produksi industri gula dapat menarik peningkatan produksi industri-industri pemasok bahan baku industri gula dan produksi industri-industri yang menggunakan gula sebagai bahan bakunya.

Dalam kaitan ke belakang peningkatan produksi gula merah tebu akan meningkatkan permintaan terhadap bahan baku tebu, bahan tambahan dan penunjang produksi, serta kebutuhan mesin dan peralatan pengolahan. Peningkatan permintaan bahan baku tebu akan meningkatkan usaha-usaha penunjang sarana dan prasarana usaha tani tebu seperti industri mesin dan alat pertanian, industri penyediaan bibit, dan industri pupuk. Peningkatan produksi gula merah tebu dalam kaitan ke depan akan mempengaruhi permintaan akhir industri-industri yang secara langsung membutuhkan produk gula merah tebu sebagai bahan baku seperti industri makanan, industri minuman, dan industri kecap.

Meningkatnya luas areal perkebunan tebu di Kecamatan Kebonsari sebesar 294 Ha antara tahun 2004 – 2005 sangat menguntungkan bagi industri gula merah tebu karena pengusaha tidak mengalami kesulitan mencari bahan baku tebu. Menurut keterangan petani tebu hasil produksi tebu sebagian besar digunakan sebagai bahan baku industri gula kristal dan hanya sedikit saja yang diolah menjadi gula merah tebu. Dengan demikian peningkatan produksi tebu belum memberikan dampak positif terhadap industri gula merah tebu karena harga bahan baku cenderung tinggi karena adanya persaingan permintaan bahan baku tebu antara industri gula kristal.

Kegiatan usaha kecil dan menengah di Kecamatan Kebonsari pada tahun 2005 berjumlah 62 unit usaha. Sesuai dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil, bidang usaha yang ada pada usaha kecil dan menengah (UKM) di Kecamatan Kebonsari meliputi bidang usaha industri pertanian, bidang usaha industri non pertanian, dan bidang usaha aneka jasa. Bidang usaha industri pertanian antara lain penyediaan bibit padi unggul, pupuk, dan ayam petelur. Bidang usaha industri non pertanian terdiri dari usaha industri makanan (aneka kerupuk, bakso, tahu, ayam bakar, mancho, wijen, unyu-unyu, tempe, rengginang, dan jamur tiram) dan kerajinan (pengrajin perlengkapan reog, hiasan dinding, dan tikar), sementara jasa pembubutan termasuk bidang usaha aneka jasa

Usaha kecil dan menengah yang terkait langsung dengan industri gula merah tebu di wilayah Kecamatan Kebonsari adalah industri makanan manco. Mutu gula merah tebu yang digunakan sebagai bahan tambahan produk mancho adalah gula merah tebu yang berwarna kuning. Nilai investasi, nilai produksi, nilai tambah, dan nilai bahan baku sebuah industri makanan manco berturut turut adalah Rp 2.560.000, Rp 7.500.000, Rp 3.300.000, dan 4.500.000 (BPS Kabupaten Madiun, 2005). Industri makanan mancho memiliki potensi yang sangat besar untuk menyerap produk gula merah tebu sehingga peningkatan produksi gula merah tebu seharusnya dapat merangsang pertumbuhan usaha ini.

Jasa komunikasi, tranportasi, dan warung-warung kecil secara tidak langsung mempengaruhi industri gula merah tebu. Saat ini peranan wartel dan handphone sangat membantu kelancaran komunikasi. Tidak terkecuali dalam industri gula merah tebu, pengusaha memanfaatkan jasa komunikasi untuk membantu kelancaran usahanya seperti menghubungi tenaga kerja, konsumen, dan supplier. Jasa transportasi digunakan untuk kegiatan distribusi bahan baku tebu dan produk gula merah yang dihasilkan, sedangkan keberadaan warung-warung kecil membantu penyediaan kebutuhan sehari-hari pengusaha dan pekerja gula merah tebu.

c. Penyerapan tenaga kerja

Sebuah industri gula merah tebu mampu menyerap 5 – 10 orang tenaga kerja. Sumber tenaga kerja industri gula merah tebu berasal dari Kecamatan Kebonsari dan daerah lain. 4 – 8 orang tenaga kerja (80%) berasal dari Kecamatan Kebonsari, sedangkan sisanya berasal dari daerah lain seperti Kecamatan Dolopo. Jenis kelamin tenaga kerja dalam industri gula merah tebu umumnya laki-laki berusia 20 – 45 tahun karena pekerjaannya membutuhkan fisik dan stamina yang tinggi. Perempuan atau istri pengusaha gula merah hanya membantu melayani pembeli, membungkus gula merah yang dihasilkan, dan membantu administrasi perusahaan.

Menurut keterangan pengusaha beberapa kendala dalam mencari tenaga kerja pengolahan gula merah tebu antara lain pekerjaan tebu dirasakan terlalu berat, ketidakpastian besarnya upah yang diterima pekerja, dan dilarang pihak keluarga. Upah yang diterima satu kelompok tenaga kerja sama dengan 1/6 – 1/5 hasil

produksi gula merah tebu yang dihasilkan sehingga besar kecilnya pendapatan tenaga kerja tidak pasti. Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan penerimaan upah tenaga kerja penggiling gula merah tebu adalah persentase bagi hasil upah, tingkat produksi, harga produk, dan banyaknya tenaga kerja. Pada Lampiran 3 dapat dilihat berdasarkan keempat faktor tersebut menyebabkan upah yang diterima tenaga kerja penggiling gula merah tebu dapat lebih tinggi atau lebih rendah.

Industri gula merah tebu secara langsung dapat membuka lapangan pekerjaan, namun keberadaannya belum mampu mengatasi tingginya pengangguran yang terjadi di Kecamatan Kebonsari. Tingkat pengangguran di Kecamatan Kebonsari pada tahun 2005 sebesar 22,83% dengan jumlah angkatan kerja 14.410 jiwa dan pengangguran 3.026 jiwa. Kegiatan usaha gula merah tebu termasuk usaha musiman dimana kegiatan pengolahan gula merah tebu hanya dilakukan ketika musim panen tebu antara bulan Mei – Oktober. Hal tersebut menyebabkan terjadinya pengangguran musiman bagi tenaga kerja industri gula merah tebu. Pekerjaan yang dilakukan pekerja penggiling pada saat tidak musim giling antara lain bekerja menggarap sawah, kerja bangunan, dan lain sebagainya untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

B. RANCANG ULANG BANGUNAN INDUSTRI GULA MERAH TEBU

Dokumen terkait