Bab ini berisi kesimpulan yang didapatkan dari analisis data sehingga dapat memberikan saran kepada perusahaan terhadap evaluasi produk dari pengendalian kualitas yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dan Definisi Kualitas
Proses kelahiran produk dimulai ketika desainer menerima informasi yang diinginkan, diperlukan dan diharapkan oleh konsumen dan menterjemahkannya ke dalam bentuk spesifikasi produk yang mencakup gambar, dimensi, toleransi, material, proses, perkakas dan alat bantu. Operator menggunakan informasi dari desainer untuk membuat produk atau mengerjakannya pada proses permesinan. Dalam usaha memuaskan konsumen, produk yang dipesan harus tiba dalam jumlah, waktu, tempat dan memberikan fungsi yang tepat untuk satu periode waktu dan harga yang sesuai.
Definisi kualitas menurut Ross adalah kepuasan konsumen terhadap produk yang dibelinya. Berdasarkan pengertian dasar tentang kualitas diatas, tampak bahwa kualitas selalu berfokus pada pelanggan. Dengan demikian produk–produk desain, diproduksi untuk memenuhi keinginan pelanggan, dapat dimanfaatkan dengan baik, serta diproduksi (dihasilkan) dengan cara yang baik dan benar. (Ariani W. Dorothea, 2003, hal 8-9)
Selain itu, kualitas memerlukan suatu proses perbaikan yang terus-menerus (continous improvement process) yang dapat diukur, baik secara individual, organisasi, korporasi, dan tujuan kinerja nasional. Perbaikan kualitas lebih dari suatu strategi usaha, melainkan suatu tanggung jawab pribadi setiap perusahaan. Komitmen terhadap kualitas adalah suatu sikap yang diformulasikan
dan didemonstrasikan dalam setiap lingkup kegiatan dan kehidupan, serta mempunyai karakteristik hubungan yang paling dekat dengan anggota masyarakat. Kualitas harus dibangun sejak awal, dari penerimaan input hingga perusahaan menghasilkan output bagi pelanggannya. Setiap tahapan dalam proses produksi maupun proses penyediaan jasa atau pelayanan juga harus berorientasi pada kualitas tersebut. (Ariani W. Dorothea, 2003, hal 9)
Dalam ISO 8402 (Quality Vocabulary), kualitas di definisikan sebagai totalitas dari karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang di spesifikasikan atau ditetapkan. Kualitas sering kali diartikan sebagai konfirmasi terhadap kebutuhan/ persyaratan (conformance to tha requirement) atau kepuasan pelanggan (customer satisfication).
Dengan demikian kualitas diartikan sebagai segala sesuatu yang menentukan kepuasan pelanggan dan upaya perubahan ke arah perbaikan terus menerus sehingga dikenal Q-MATCH (Quality-Meet Agreed Terms And Changes). Kualitas mengacu kepada pengertian pokok sebagai berikut :
1. Kualitas terdiri dari sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan langsung maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan pelanggan dan dengan demikian memberikan kepuasan atas penggunaan produk itu. 2. Kualitas terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau
kerusakan.
Berdasarkan pengertian dasar kualitas, tampak bahwa kualitas selalu berfokus pada pelanggan (customer focused quality). Dengan demikian produk-produk didesain dan diproduk-produksi diberikan untuk memenuhi keinginan pelanggan.
Karena kualitas mengacu kepada segala sesuatu yang menentukan kepuasan pelanggan. Suatu produk yang dihasilkan baru dapat dikatakan berkualitas apabila sesuai dengan keinginan pelanggan, dapat dimanfaatkan dengan baik serta diproduksi (dihasilkan) dengan cara yang baik dan benar. (Gaspersz Vincent : 2003 : 3-5).
Berdasarkan perspektif kualitas, David Garvin dalam mengembangkan dimensi kualitas kedalam 8 dimensi yang dapat digunakan sebagai perencanaan strategis terutama bagi perusahaan yang menghasilkan barang. Kedelapan dimensi tersebut adalah sebagai berikut : (Yamit 2004 : 10).
1. Performance (kinerja) menyangkut karakteristik produk. 2. Features menyangkut karakteristik pelengkap.
3. Reliability (keandalan) menyangkut kemungkinan tingkat kegagalan pemakaian.
4. Conformance (kesesuaian) sejauh mana karakteristik disain dan operasi memenuhi standart.
5. Durability (daya tahan); seberapa lama produk dapat terus digunakan. 6. Serviceability; kemudahan dalam pemeliharaan.
7. Estetika; corak, rasa dan daya tarik produk. 8. Perceived; citra dan reputasi produk.
Setiap produk mempunyai sejumlah unsure yang bersama-sama menggambarkan kecocokan penggunanya. Parameter-parameter ini biasanya dinamakan cirri-ciri kualitas. Ciri-ciri kualitas ada beberapa jenis :
2. Indera : Rasa, penampilan, warna.
3. Orientasi waktu, : Keandalan (dapatnya dipercaya), dapatnya dipelihara, dapatnya dirawat. (Montgomery,2007, hal 3).
Kualitas telah muncul sebagai strategi bisnis baru yang utama. Ini terjadi karena beberapa alasan, meliputi :
1. meningkatkan kesadaran pelanggan akan kualitas dan orientasi pelanggan yang kuat akan penampilan kualitas.
2. Kemampuan produk.
3. Peningkatan tekanan biaya pada tenaga kerja, energi dan bahan baku. 4. Persaingan yang semakin insentif.
5. Kemajuan yang luar biasa dalam produktifitas melalui program keteknikan kualitas yang efektif.
2.2 Manajemen Kualitas
Pada dasarnya manajemen kualitas (quality management) didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan peformasi terus-menerus (continous performance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu modal yang tersedia. (qualtiy vocabulary) mengidentifikasi manajemen kualitas sebagai aktivitas dari sesuatu fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentuksn kebijaksanaan kualitas, tujuan– tujuan dan tanggung jawab serta mengimplementasikannya melalui alat–alat seperti :
1. penetapan dan pengembangan tujuan dan kebutuhan untuk kualitas serta penerapannya yang disebut perencanaan kualitas (Quality planing).
2. Teknik-teknik dan aktifitas operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan kualitas disebut pengendalian kualitas (Quality Control).
3. Semua terencana dan sistematik yang diimplemasikan dan didemonstrasikan guna memberikan kepercayaan yang cukup bahwa produk akan memuaskan kebutuhan untuk kualitas tertentu disebut jaminan kualitas (Quality Assurance).
4. Tindakan–tindakan yang diambil guna meningkatkan nilai produk pelanggan melalui struktur organisasi disebut peningkatan (Quality Improvemen).
Manajemen kualitas dapat di definisikan dalam berbagai versi, namun pada dasarnya manajemen kualitas berfokus pada perbaikan terus–menerus untuk memenuhi kepuasan pelanggan dengan berorientasi pada proses yang mengintegrasikan semua sumber daya manusia, pemasok–pemasok (supllier). Dan para pelanggan (Customers) di lingkungan perusahaan (corporate environmend), (Purnama’bani, 2006, hal 79).
Dalam manajemen kualitas diperlukan perencanaan kualitas yang meliputi pengenmbangan produk,sistem, dan proses yang dibutuhkan untuk memenuhi atau untuk melampau harapan pelanggan. Langkah-langkah yang dibutuhkan menurut the juran trilogy adalah :
1. Menentukan siapa saja yang menjadi pelanggan.
2. Mengidengifikasi kebutuhan para pelanggan.
3. Mengenmbangkan produk dengan ke istimewaan yang dapat memenuhi
4. Mengenmbangkan sistem dan proses yang memungkinkan organisasi untuk menganalisa keistimewaan tersebut.
5. Menyebarkan rencana kepada level operasional.
2.3 Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas adalah suatu sistem vertifikasi dan penjagaan/ perawatan dari suatu tingkatan/ derajat kualitas atau proses yang dikehendaki dengan cara perencanaan yang seksama, pemakaian peralatan yang sesuai, inpeksi yang terus menerus, serta tindakan yang korektif bilamana diperlukan. Dengan demikian hasil yang diperoleh dari kegiatan pengendalian kualitas ini benar-benar bisa memenuhi standard–standard yang telah direncanakan/ ditetapkan. (Montgomery, 2007, hal 120).
Aktivitas pengendalian kualitas umumnya akan meliputi kegiatan - kegiatan :
• Pengamatan terhadap performans produk atau proses.
• Membandingkan performans yang ditampilkan tadi dengan standart–standart yang berlaku.
• Mengambil tindakan apabila terdapat penyimpangan–penyimpangan yang
cukup signifikan (accep or reject) dan apabilah perlu dibuat tindakan yang mengkoreksinya.
Pengendalian kualitas adalah aktivitas keteknikan dan manajemen, yang dengan aktivitas itu kita ukur ciri–ciri kualitas produk, membandingkannya dengan spesifikasi atau persyaratan dan mengambil tindakan penyehatan yang
sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang standart.
Kegiatan pengendalian kualitas pada dasarnya merupakan kumpulan-kumpulan aktivitas untuk mencapai kondisi yang memuaskan keinginan konsumen yang dilaksanakan mulai saat produk dirancang, diproses sampai seleksi didistribusikan ke konsumen. Kegiatan pengendalian kualitas antara lain akan meliputi hal–hal berikut :
1. Perencanaan kualitas pada saat merancang produk dan proses pembuatannya.
2. Pengendalian dalam penggunaan berbagai sumber material yang dipakai dalam proses produksi.
3. Pengamatan terhadap performans produk.
4. Membandingkan performans yang dihasilkan dengan standart yang berlaku.
5. Analisa tindakan koreksi dalam kaitannya dengan cacat–cacat yang dijumpai pada produk yang dihasilkan.
Suatu produk harus dibuat sedemikian rupa sehinggah bisa sesuai (conform) dan memenuhi spesifikasi, standart dan kriteria–kriteria standart kerja lainnya yang telah disepakati. Kualitas kesesuaian ini akan berkaitan dengan tiga macam bentuk pengendalian (kontrol) sebagai berikut:
1. Pencegahan cacat (defect preventation)
Yaitu mencegah kerusakan atau cacat sebelum benar-benar terjadi. 2. Mencari kerusakan, kesalahan atau cacat (defect finding)
Aplikasi dan pemakaian metode-metode yang spesifikasi untuk proses inspeksi, pengujian, analisa statistik, dan lain-lain.
3. Analisa dan tindakan kopreksi (defect analysis dan corection)
Menganalisa kesalahan-kesalahan yang terjadi dan melakukan koreksi-koreksi terhadap penyimpangan tersebut.
Pelaksanaan yang cermat terhadap upaya pengendalian kualitas dari rancangan produk (quality of design) dan kualitas kesesuaian (quality of conformance) akan memberikan tingkat kualitas performans dari produk yang dihasilkan (quality of performance). (Wignjosoebroto, 2003, hal 254).
2.4 Perbaikan Kualitas
Perbaikan kualitas adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak tertentu (perusahaan) pada beberapa faktor yang terdapat dalam suatu barang untuk menghasilkan barang yang lebih baik. (Assauri, 2008, hal 295).
Perbaikan harus dilakukan secara on-going dan terus-menerus. Langkah-langkah yang dapat dilakukan menurut The juruan Trilogy adalah :
1. Mengembangkan infra struktur yang diperlukan untuk melakukan perbaikan kualitas setiap tahun.
2. Mengidentifikasi bagian-bagian yang membutuhkan perbaikan dan melakukan
proyek perbaikan.
3. Membentuk suatu tim proyek yang bertanggung jawab dalam menyelesaikan setiap proyek perbaikan.
Memberikan tim-tim tersebut apa yang dibutuhkan agar dapat mendiaknosis masalah guna menentukan sumber pemyebab utama, memberikan solusi, dan melakukan pengendalian yang akan mempertahankan keuntungan perusahaan.
Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam perbaikan kualitas, yaitu : 1. QCC (Quality Control Circle)
Pendekatan yang banyak oleh perusahaan dalam melakukan perbaikan kualitas adalah siklus atau daur PDCA yang merupakan singkatan dari Plan-Do-Check-Act, pendekatan ini diperkenalkan oleh W.E. Shewhart, sehinggah siklus PDCA ini juga dikenal sebagai siklus Deming atau siklus pengendalian yang kemudian dalam pengenbangannya lebih dikenal sebagai delapan langkah perbaikan kualitas.
2. QFD (Quality Function Deployment)
QFD merupakan serangkaian aktifitas peranangan dan komunikasi yang digunakan pertama kali digolongkan kapal mitshubishi di Kobe. QFD berfokus pada pengembangan ketrampilan untuk merancang, menciptakan dan memasarkan produk yang di butuhkan dan di inginkan oleh pelanggan. Konsep yang menggunakan bagan yang terperinci untuk menterjemahkan persepsi kualitas kedalam karakteristik produk, yang kemudian dijadikan persyaratan tahap perekayasaan dan produksi. Alat rancangan dasar berupa suatu bagan yang disebut House of Quality.
3. TQM ( Total Kuality Management )
TQM diartikan sebagai perpaduan semua fungsi dari perusahaan kedalam falsafah holistic yang dibangaun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas dan pengertian serta kepuasan pelanggan. Definisi lainnya menyatakan bahwa TQM merupakan system managemen yang mengangkat
kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.
4. TQC ( Total Quality Qontrol )
TQC merupakan pemikiran armand feigenbaum yang dikemukakan pada tahun 1956, pendapatnya adalah bahwa pengendalian harus dimulai dari perancangan produk dan berakhir hanya jika produk telah sampai ke tangan pelanggan yang puas. Prinsip utamanya adalah “ Quality is every body’s job”. Ia menyatakan bahwa kegiatan kualitas dapat dikelompokka kedalam tiga kategori yang pengendalian rancangan baru, pengendalian bahan baku yang baru datang dan pengendalian produk atau Shop Flour.
5. Six Sigma merupakan sebuah sistem yang komprehensif dan fleksibel untuk mencapai, mempertahankan, dan memaksimalkan sukses bisnis. Six Sigma secara unik dikendalikan oleh pemahaman yang kuat terhadap kebutuhan pelanggan, pemakaian yang disiplin terhadap fakta, data, dan analisis statistik, dan perhatian yang cermat untuk mengelola, memperbaiki dan menanamkan kembali proses bisnis. (Sumber : “The Six Sigma Way”, hal.xi, Penerbit Andi, Yogyakarta, Cavanagh, Peter S. Pande, Robert P.Neuman, 2003).
2.4.1 Delapan Langkah Perbaikan Kualitas
Sebelum menjelaskan mengenai delapan langkah perbaikan kualitas, maka lebih baik harus dimengerti dahulu masalah PDCA (Plan-Do-Check-Action). PDCA adalah simbol prinsip pemeahan masalah secara berulang dengan membuat perbaikan langkah demi langkah (step-by-step) dan mengulangi siklus perbaikan berulang kali.
1. Plan (Mengembangkan rencana perbaikan)
Mengembangkan rencana perbaikan merupakan langkah setelah dilakukan pengujian ide perbaikan masalah. Rencan perbaikan disusun berdasarkan prinsip 5-W (what, why, who, when dan where) dan 1 H (how), yang dibuat secara jelas dan terperinci serta menetapkan sasara dan target yang harus dicapai. Dalam menetapkan sasaran dan target harus diperhatikan prinsip SMART (Spesific, Meansurable, Attainable, Reasonable dan Time).
2. Do (Melaksanakan rencana)
Rencana yang telah disusun diimplementasikan secara bertahap, mulai dari skala kecil dan pembagian tugas seara merata sesuai dengan kapasitas dan kemampuan dari setiap personil. Dalam melaksanakan rencana harus dilakukan pengendalian, yaitu mengupayakan agar seluruh rencana dilaksanakan dengan sebaik mungkin agar sasaran dapat dicapai.
3. Chech (Memeriksa atau meneliti hasil yang dicapai)
Memeriksa atau meneliti merujuk pada penetapan apakah pelaksananya berada dalam jalur, sesuai dengan rencana dan memantau dengan kemajuan perbaikan yang direncanakan. Alat atau piranti yang dapat digunakan untuk memeriksa adalah diagram pareto, histogram dan diagram kontrol.
4. Action (Melakukan tindakan penyesuaian yang diperlukan)
Penyesuaian dilakukan bila dianggap perlu, yang didasarkan hasil analisa di atas. Penyesuaian berkaitan dengan standarisasi prosedur baru, guna menghindari timbulnya kembali masalah yang sama atau menetapkan sasaran baru bagi perbaikan berikutnya.
Action (A) Bertindak Check (C) Memeriksa Plan (P) Merencanakan Do (D) Melaksanakan A P C D
Siklus PDCA tersebut berputar secara berkesinambungan, segera setelah suatu perbaikan dicapai, keadaan perbaikan tersebut dapat memberikan inspirasi untuk perbaikan selanjutnya. Oleh karenanya, manjemen harus secara terus menerus merumuskan sasaran dan target-target perbaikan baru. (Nasution, 2005, hal 32).
Perbaikan
Gambar 2.1 Siklus PDCA (Nasution. M. N, 2005, hal 32)
Dimana :
P (Plan) : Mengadakan riset konsumen dan menggunakannya perencanaan
produk.
D (Do) : Melaksanakan sesuai dengan rencana untuk menghasilkan produk.
C (Check) : Memeriksa produk yang dihasilkan, apakah telah sesuai dengan rencana.
A (Action) : Memasarkan produk tersebut.
Dalam siklus PDCA terdapat umpan balik (feed back) untuk pengecekan agar tidak kehilangan arah tujuan perbaikan. Dalam konteks ini sangan penting
untuk segera menyampaikan perbaikan produks atau jasa kepada konsumen atau ke proses berikutnya untuk memperoleh umpan balik.
Sedangkan mengenai ke delapan langkah perbaikan kualitas merupakan proses yang berurutan yang terdiri dari :
1. Identifikasi masalah
2. Menganalisa masalah
3. Mencari penyebab
4. Membuat rencana perbaikan
5. Melaksanakan perbaikans
6. Memeriksa hasil perbaikan
7. Membuat standarisasi
8. Menentukan masalah berikutnya
Gambar 2.2 Delapan Langkah Perbaikan Kualitas (Continous Improvement)
Adapun penjelasan adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi masalah
Pertama-tama harus membentuk tim perbaikan kualitas (Quality Improvement Identifikasi masalah Menganalisa masalah Mencari penyebab Membuat rencan perbaikan Menentukan masalah berikutnya Membuat standarisasi Memeriksa hasil perbaikan Melaksanan perbaikan
tugasnya tim GKM ini sebaiknya dibimbing oleh manager, agar lebih terarah dan efektif dalam proses mencari atau mengidentifikasi masalah. Kemudian tim melakukan pendalaman masalah, dengan menggunakan alat bantu seperti : brainstromin, diagram alir, flow chart, parameter dan parameter kritis.
Brainstrorming dilakukan dengan cara semua anggota tim memberitahukan tentang maslah-masalah yang ada, kemudian dicatat dan setelah itu diseleksi yang nantinya akan didapatkan satu masalah.
2. Menganalisa masalah
Setelah pada langkah pertama satu maslah terpilih dengan tema tertentu, langkah berikutnya adalah melakukan pengumpiulan dan analisa data. Pada langkah ini dapat menggunakan beberapa alat bantu seperti : lembar data (chech shet), startifikasi, diagram pareto, grafik, histogram dan diagram sebar.
3. Mencari penyebab
Langkah ketiga adalah melakukan identifikasi terhadap segalah penyebab yang mungkin dan dipilih beberapa yang besar pengaruhnya terhadap maslah yang dibahas. Untuk menganalisa sebab akibat ini dapat digunakan beberapa alat bantu seperti : diagram sebab akibat (ishikawa cause-and-effect diagram), lembar data, grafik, brainstorming dan diagram alir.
4. Membuat rencana perbaikan
Pada langkah keempat ini adalah membuat rencana perbaikan, yaitu setelah diketahui akar dari penyebab masalah, maka solusinya dapat direncanakan dengan langkah membalik akar dari penyebab tersebut.
Untuk memudahkan pembalikan akar penyebab, dibuat dalam sebuah model matriks untuk perencanaan perbaikan mutu. (wingnjosoebroto,2003: hal 130).
Tabel 2.1 Matriks Rencana Perbaikan (5 W + 1 H + 1 C)
No Penyebab Dominan Why What Whare When Who How Cost
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 2 3 4 dsb Keterangan :
Why adalah “mengapa diperlukan perbaikan terhadap penyebab masalah” What adalah “ apa rencana perbaikan untuk mencari rencana kondisi (3)” Where adalah “lokasi yang tepat untuk melaksanakan perbaikan”
When adalah “alokasi waktu yang diperkirakan untuk perbaikan”
Who adalah “anggota tim yang melaksanakan perbaikan, memperoleh data hasil perbaikan dan memperoleh kemajuan perbaikan”
How adalah “metode untuk memperbaiki faktor penyebab utama (2)” Cost adalah “perkiraan biaya yang diperlukan untuk perbaikan”
Agar rencana perbaikan lebih terarah, maka pertama-tama kita harus menentukan target dan kriteria sebagai berikut :
1. Mencapai tingkat perbaikan mutu yang diharapkan, bila semua penyebab utama dapat dipecahkan.
3. Bechkmarking ke pesaing/ tim yang sedang melakukan proses yang sama.
5. Melaksanakan perbaikan
Langkah yang kelima adalah melaksanakan perbaikan dalam melaksanakan rencana perbaikan. Perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut ini :
1. Menjadikan tabel 5 W + 1 H + 1 C hasil dilangkah 4 di atas sebagai pengangan untuk melakukan monitoring
2. Mengatasi hambatan yang muncul di lapangan, bila perlu konsultasi dengan atasan.
3. Mencatat semua kejadian selama melaksanakan perbaikan.
4. Mengadakan pertemua evaluasi secara teratur, untuk memastikan bahwa semua rencana dilakukan secara konsisten.
Penguasaan proses perbaikan yang benar lebih jauh lebih penting dari pada hasil akhirnya. Artinya tim harus berorientasi proses (task oriented) dan bukan berorientasi pada hasil (result oriented). Result oriented biaasanya cenderung untuk mengambil tindakan “potong jalan” karena ingin cepat memperoleh hasil dengan mengabaikan proses yang benar. Tindakan semacam ini tentunya tidak akan memberikan pelajaran yang berharga bagi anggota tim maupun anggota baru berikutnya.
6. Memeriksa hasil perbaikan
Pemeriksaan hasil perbaikan bisa juga dilakukan dengan car membandingkan hasil yang dicapai setelah perbaikan deengan hasil sebelum perbaikan. Dalam membandingkannya tentu harus menggunakan cara pengukuran yang sama, sehinggah hasilnya dapat jelas terlihat apa ada perbaikan atau tidak. Adapun
alat bantu yang digunakan dalam pemeriksaan hasil implementasi rencana antara lain : grafik, diagram alir, lembar pemeriksaan dan diagram pareto.
7. Membuat standarisasi
Setelah perbaikan diuji coba dan tidak melipakan efek samping yang berarti maka langkah selanjutnya adalah membuat standarisasi, misalnya :
a. Untuk proses, dalam bentuk prosedur tetap/ SOP baru. b. Untuk kualitas, dalam bentuk performance yang baru. c. Untuk hasil akhir, dalam bentuk performance yang baru.
Buatlah sebuah pemberitahuan resmi kepada semua pihak terkait (ditandatangani oleh atasan tim) agar cara-cara perbaikan yang telah dilaksananakan menjadi standart kerja baru untuk mencapai hasil kerja yang dikehendaki. Jadikaan pencapaian perbaikan ini sebaigai standart minimal yang harus dipertahankan.
8. Menentukan maslah berikutnya
Pada langkah kedelapan ini ada dua hal yang penting yaitu :
1. Lakukan refleksi atas pengalaman yang diperoleh dari langkah 1 sampai ke 7.
2. Tim menentukan tema masalah baru/ berikutnya melalui suatu
perencanaan yang matang sesuai dengan prinsip “continous
improvement”. Perencanaan ini tentu harus konsisten dengan rencana perusahaan jangka panjanag yang memfokuskan pada kepuasan konsumen dan strategi marketing, terutama untuk proses pengembangan produk/ jasa baru dalam rangka mengatasi persaingan ketat di pasar.
2.5 Pengujian Data
2.5.1 Uji Keseragaman Data
Tes keseragaman data secara visual dilakukan secara sederhana mudah dan cepat. Di sini kita hanya sekedar melihat data yang terkumpul dan seterusnya mengidentifikasikan data yang telalu “ekstrim”. Yang dimaksudkan dengan data ekstrim disini ialah data yang terlalu besar atau terlalu kecil dan jauh menyimpang dari rata-ratanya. Data yang terlalu ekstrim ini sewajarnya kita buang jauh-jauh dan tidak dimasukkan dalam perhitungan selanjutnya. Langkah pertama dalam uji keseragaman data yaitu menghitung besarnya rata-rata dari setiap hasil pengamatan, dengan persamaan berikut :
x =
n xi
∑
Dimana:x = Rata-rata data hasil pengamatan. x = Data hasil pengukuran.
Langkah kedua adalah menghitung deviasi standar berikut:
Dimana:
σ = Standar deviasi dari populasi. n = Banyaknya jumlah pengamatan. x = Data hasil pengukuran.
Langkah ketiga adalah menentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB) yang digunakan sebagai pembatas dibuangnya data ektrim berikut :
BKA = X +
∑
σBKB = X -
∑
σDimana:
X = Rata-rata data hasil pengamatan. σ = Standar deviasi dari populasi.
2.5.2 Uji Kecukupan Data
Analisis kecukupan data dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah data yang diambil sudah mencukupi dengan mengetahui besarnya nilai N’. Apabila N’ ≤ N maka data pengukuran dianggap cukup sehingga tidak perlu dilakukan pengambilan data lagi. Sedangkan jika N’ > N maka data dianggap masih kurang sehingga diperlukan pengambilan data kembali. (Wignjosoebroto, Sritomo, 2003).
Adapun tahapan dalam uji kecukupan data adalah sebagai berikut :
1. Menentukan Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan.
Tingkat ketelitian menunjukan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen. Sedangkan tingkat keyakinan atau kepercayaan menunjukan besarnya keyakinan atau kepercayaan pengukuran bahwa hasil yang diperoleh
memenuhi syarat tadi. Ini pun dinyatakan dalam persen. Pengujian Kecukupan Data.
2. Pengujian Kecukupan Data.
Dimana:
N’ = Jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan. x = Data hasil pengukuran.
s = Tingkat ketelitian yang dikehendaki (dinyatakan dalam desimal). Setelah mendapatkan nilai N’ maka dapat diambil kesimpulan apabila N’≤ N maka data dianggap cukup dan tidak perlu dilakukan pengambilan data kembali, tetapi apabila N’ > N maka data belum mencukupi dan perlu dilakukan pengambilan data lagi.
2.6 Seven Tools
Seven tools merupakan 7 alat yang digunakan untuk mengendalikan kualitas atau mutu suatu produk. Alat-alat tersebut adalah sebagai berikut :
2.6.1 Check Sheet (Lembar Isian)
Lembar isian (check sheet) merupakan alat bantu untuk memudahkan dan menyederhanakan pencatatan data. Bentuk dan isinya disesuaikan dengan kebutuhan maupun kondisi kerja yang ada. Untuk mempermudah proses
pengumpulan data maka perlu dibuat suatu lembar isian (check sheet), dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Maksud pembuatan harus jelas
Dalam hal ini harus diketahui informasi yang jelas dan apakah data yang nantinya diperoleh cukup lengkap sebagai dasar untuk mengambil tindakan atau tidak.
b) Stratifikasi harus sebaik mungkin
Dapat dipahami dan diisi serta memberikan data yang lengkap tentang apa yang ingin diketahui.
c) Dapat diisi dengan cepat, mudah dan secara otomatis bisa segera diananlisa. Jika perlu dicantumkan gambar dan produk yang akan di check.