5.1 Kesimpulan
Desa Simanduma adalah salah satu daerah yang di tuju para migran yang berasal dari daerah daratan tinggi Danau Toba, yaitu dari daerah Humbang, Silindung dan Toba Holbung. Perpindahan dari daerah asal orang Batak Toba terjadi sejak permulaan tahun 1900-an, yaitu pada saat kolonial Belanda banyak orang Batak Toba yang pindah dari Toba Holbung, ke Humbang dan akhirnya ke Dairi. Dairi di kenal sebagai daerah
panombangan tahun 1925 yang membuat banyak orang Batak Toba yang datang dan
menyebar ke seluruh Dairi salah satunya Desa Simanduma yang ada di kecamatan Pegagan Hilir Kabupaten Dairi.
Banyak faktor yang menyebabkan orang Batak Toba pindah dari bonapasogit
(kampung halaman), adanya faktor pendorong dari daerah asal dan faktor penarik dari daerah yang dituju. Keadaan lahan dari daratan tinggi Danau Toba yang kurang baik untuk pertanian dan jumlah penduduk yang terus meningkat menyebabkan lahan pertanian sebagai sumber mata pencaharian utama penduduk semakin berkurang. Jumlah penduduk yang terus meningkat dan lahan yang relatif tetap menyebabkan terjadinya ketimpangan ekonomi.
Keinginan mencapai sukses dan keinginan memiliki lahan yang luas di daerah lain karena keinginan orang Batak Toba menjadi sanggap (memiliki status sosial yang tinggi), membuat orang Batak Toba melakukan perpindahan ke daerah lain seperti ke Desa Simanduma. Desa ini salah satu daerah persebaran orang Batak Toba karena tersedianya lahan yang luas dan subur, pada awal kedatangan orang Batak Toba mereka membeli tanah kepada penduduk setempat dan mendirikan rumah-rumah sederhana di ladang yang
dijadikan lahan pertanian awal kedatangan mereka ke Desa Simanduma memang ada yang datang dari Dairi (Sidikalang) pada masa kolonial Belanda dan ada juga yang langsung dari Tapanuli Utara. Desa Simanduma itu sendiri terbagi menjadi beberapa nama perkampungan atau huta marserak yang di bentuk oleh masyarakat Batak Toba seperti Binjara, Toruan, Panggaoran, Silamoncik, Barisa, Rajangampu, Juma palu dan Juma Peatetapi masih dalam satu kepala Desa.
Terjalinya hubungan yang baik antara orang Batak Toba dengan Pakpak dapat dilihat dalam berbagai hal ataupun dari segi kehidupan sosial mereka saling membantu satu sama lainya tanpa membedakan etnis, pola kehidupan sehari- hari masyarakat pakpak yang hidup berdampingan tanpa adanya konflik dengan masyarakat Batak Toba bukan suatu kejanggalan terhadap masyarakat pakpak itu sendiri, karena Desa Simanduma itu merupakan kampungnya Batak Toba yang dilihat dari segi penggunaan bahasa dan adat istiadat sudah menggunakan budaya Batak Toba. Bahasa Batak Toba merupakan bahasa pengantar dalam kehidupan sehari hari sama seperti di Banapasogit. Dan dalam budaya Pakpak seperti upacara-upacara adat perkawinan dan lainya sudah dipengaruhi oleh budaya Batak Toba.
5.2 Saran
1. Perlunya penambahan literatur mengenai kehidupan orang Batak Toba ditempat migrasi. Karena dapat menambah pengetahuan perkembangan suatu daerah atau suatu suku bangsa, terutama suku Batak Toba.
2. Hendaknya sifat keterbukaan masyarakat Pakpak tetap dipertahankan dalam menerima kedatangan etnis-etnis lain ke Desa Simanduma serta menjaga tetapa harmonis tanpa adanya konflik.
3. Perlunya pelestarian nilai- nilai budaya dari setiap etnis sangat diharapkan khususnya penduduk Pakpak, dimana nilai- nilai budaya Pakpak mulai terabaikan seiring pengaruh yang kuat dari orang Batak Toba. Dan juga kepada pemerintah Kabupaten Dairi kiranya turut mempromosikan kembali budaya-budaya masyarakat Pakpak yang hilang.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Dudung, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logus Wacana Ilmu, 1999.
Berutu,Lister dan Nurbaini Padang, (ed.), Tradisi dan Perubahan (Konteks Masyarakat Pakpak Dairi), Medan: C. V Monora. 1998.
Berutu, Lister dan Berutu, Pasder, Aspek-aspek Kultural Etnis Pakpak (Suatu Eksplorasi
Tentang Potensi Lokal), Medan: Monora. 2002.
Berutu, Lister, Etnis Pakpak Dalam Fenomena Pemekaran Wilayah, Sidikalang: Yayasan Sada Ahmo, 2002.
Chatif. Nazief. Dr, Para Pendatang Di Kota-Kota Sumatera Timur, Medan: Universitas Sumatera Utara, 1995.
Gootschalk, Louis, Mengerti Sejarah (Terj. Nugroho Notosusanto). Jakarta:UI Press, 1985.
Hasselgren, Johan, Batak Toba di Medan, perkembangan Identitas Etno-Religius Batak Toba di Medan (1912-1965), Medan: Bina Media Perintis, 2008.
Koentjaraningrat, Dr, Prof, Pengantar Ilmu Antropologi,Jakarta: Aksara Baru, 1980.
_____________________, Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia, Jakarta: Djambatan, 2007.
Lubis, Swardi, Komunikasi Antar Budaya (Studi Kasus Etnik Batak Toba Dan Etnik
China), Medan: USU PRESS, 1999.
Limbong, Merisdawaty, Migrasi Batak Toba Di Sidikalang,1964-1985, Skripsi Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2010.
Marpaung, Yousca. Octafryana. Beny, Fenomena Terbentuknya Kampung Kota Oleh
Masyarakat Pendatang Spontan, Medan: SuryaPutra Panca Mandiri, 2009.
_________________________________, Kampung Etnik Jawa Pendatang Di Kota
Medan, sebagai Aspirasi Masyarakat Penghininya, Medan: SuryaPutra Panca
Mandiri, 2009.
Mubyabto, Pengantar Ekonomi Pertanian, Jakarta: LP3ES, 1985.
M.S, Aloliliweri.Dr, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Nainggolan. Togar. Dr, Batak Toba Di Jakarta, Medan : Bina Media, 2006.
Purba. O.H.S. Purba, Elvis f, “Migrasi Spontan Batak Toba (Marserak): Sebab, Matif dan
Akibat Perpindahan Penduduk dari Daratan Tinggi Toba”,Medan: Monora,
1997.
______ Purba Elvis F, Purba O.H.S., Migrasi Batak Toba: Diluar Tapanuli Utara (Suatu Deskrips), Medan:Monora. 1998.
Pelly, Usman. 1994. Urbanisasi dan Adaptasi Peranan Misi Budaya Minangkabau dan Mandailing. Jakarta: LP3ES.
Pudja, Arianto. IGN, Adaptasi Masyarakat Makian Di Tempt Yang Baru (Malifut), Jakarta: Depertemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1989.
Parlaungan Ritonga,dkk. Bahasa Indonesia Praktis, Medan: Bartong Jaya, 2010
Soekanto,Soerjono, Teori Sosiologi Tentang Perubahan sosial, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983.
_________________, sosiologi suatu pengantar, Jakarta: UI Press, 1970.
Siringo-ringo.Roslila Refi, Migrasi Batak Toba Di Sumbul Pegagan, 1971-1990 Skripsi Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2010.
Vergouwen. J. C , Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba, Yogyakarta, 2004.
Wahyudi, Lumbantobing, Dina, Lister Brutu, Etnis Pakpak Dalam Fenomena Pemekaran
Wilayah (Mempertanyakan Partisipasi Politik Perempuan Dalam Masyarakat
Adat), Sidikalang: Yayasan Sada Ahmo, 2002.
Majalah, Dokumen, dan Artikel
Konfrensi Nasional Sejarah IX. Budi Agustono, Etnik Pakpak Membelah Wilayahnya Sendiri: Pemekaran Kabupaten Pakpak Bharat, Hotel Bidakara Jakarta, 5-7 juli 2011.
Jurnal Ilmiah Bahasa Dan Sastra, Jhonson Pardosi, Makna Simbolik Umpasa, Sinamot, DanUlos Pada Adat Batak Toba. Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Volume IV No.2 Oktober tahun 2008.
DATA INFORMAN
Nama : Sunggul Sinaga
Tempat Tgl Lahir : Dolok Sanggul, 11 Juli 1952
Usia : 61 Tahun
Pekerjaan : Petani
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Simanduma
Nama : Ronal Capah
Tempat Tgl Lahir : Simanduma, 28 April 1978
Usia : 35 Tahun
Pekerjaan : Petani
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Simanduma
Nama : Pine Lumbangaol
Tempat Tgl Lahir : Dolok Sanggul, 11 Juni 1955
Usia : 58 Tahun
Pekerjaan : Petani
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Simanduma
Nama : Panjil Capah
Tempat Tgl Lahir : Simanduma,17 Maret 1961
Usia : 52 Tahun
Pekerjaan : Petani
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Simanduma
Nama : Manotar Siregar
Usia : 53 Tahun Pekerjaan : Petani
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Simanduma
Nama : Murna Sinaga
Tempat Tgl Lahir : Simanduma, 28 Desember 1976
Usia : 37 Tahun
Pekerjaan : Petani
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Simanduma
Nama : Sentosa Capah
Tempat Tgl Lahir : Simanduma, 12 November 1977
Usia : 36 Tahun
Pekerjaan : Petani
Agama : Kristen Protestan Alamat : Simannduma
DAFTAR ISTILAH
Panombangan : Membuka lahan atau pemukiman yang baru
Page kongsi : Merupakan lumbung kuta yang dikumpul pada saat panen tiba Bander kongsi : Kolam ikan milik bersama dan dimamfaatkan hasilnya dengan
Menjual ikanya untuk kepentingan bersama Bale : Merupakan sarana fisik untuk tempat istirahat Pacekklik : Tidak punya uang
Kuta : Kampung
Manjae : Keluarga- keluarga muda yang baru berumah- tangga
Dalihan natolu : Filsafat hidup kekerabatan (tungku nan tiga)
Partuturon : Menentukan kedudukan dalam hubungan kekerabatan/silsilah
Raja parhata : Sebutan lain dalam pengertian sempit adalah juru bicara dalam upacara
perkawinan Batak Toba
Marserak : Menyebar (pindah dari kampung halaman keluar wilayah budaya sendiri)
Mangombo : Pindah secara musiman
Marjojo : Merupakan kegiatan menjual barang dagangan yang dilakukan secara
berkeliling kedaerah-daerah tertentu
Lulu anak lulu tano : Suka akan anak (supaya gabe), juga suka akan tanah
Gabe : Banyak anak (keturunan) Sihol mardongan : Suka akan berkawan/berteman
Onan : Pajak/pasar
Marhoda boban : Kuda sebagai alat pengangkut hasil pertanian Padati : Menggunakan kerbau sebagai alat
Manisir : Membajak sawah Sitarulang bau : Malas bekerja
Tano : Tanah
Menoto : upacara merintis lahan Merkottas : Upacara pembakaran lahan
Menghabbami : Upacara menjelang menanam padi Menanda tahun : Mengusir hama
Memerre kembaen : Syukuran panen Tendi page : Roh padi
Sinimataniari : Dewa Matahari
Di sisada rube : Di salah satu desa/ kampung Bonaniari : Marga asal nenek (istri kakek) Tulang : Saudara laki-laki ibu
Bona tulang : Tulang kandung dari bapak Tulang takkas : Tulang saudara
Tulang narobot : Ipar dari tulang
Iboto ni ama niba : Saudara perempuan bapak
Hela : Menantu
Namarsaoppu : Segenap keturunan dari kakek yang sama
Umpasa : Salah satu tradisi lisan yang dapat dikelompokkan ke dalam bentuk
puisi lama
Ulos : Sejenis pakaian yang berbentuk selembar kain. Culture lag : Ketertinggalan kebudayaan
Message : Pesan
Marga-marga yang tinggal di desa Simanduma
1. Situmorang 21. Munthe 40. Matanari 2. Sihite 22. Lubis 3. Sitinjak 23. Simamora 4. Manalu 24. Samosir 5. Naibaho 25. Haloho 6. Banjarnahor 26. Togatorop 7. Sinurat 27. Silitonga 8. Pasaribu 28. Sitanggang 9. Malau 29. Sinaga 10.Nainggolan 30. Simanullang 11.Nadeak 31. Simarmata 12.Capah 32. Limbong 13.Lumbanggaol 33. Siregar 14.Sihotang 34. Sagala 15.Raja Gukguk 35. Tamba 16.Simbolo 36. Siringoringo
17.Silalahi 37. Hutajulu 18.Siboro 38. Sihombing 19.Girsang 39.Pandianggan