• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa hasil yang diperoleh dari kedua partisipan pada penelitian ini, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sumber stres pada Responden A berasal dari perubahan hidup yang dialaminya

semenjak ia memberikan perawatan kepada suaminya yang menderita penyakit Alzheimer. Nazwa kesal dengan hidupnya yang tidak pernah bebas dari ia muda hingga sekarang karena ia harus memberikan perawatan kepada suaminya. Nazwa merasa jenuh dan bosan pada tugas perawatan yang rutin dilakukannya seperti memandikan, membantu suaminya berpakaian, dan memberikan obat kepada suaminya. Nazwa sering marah ketika suaminya melawan dirinya ketika sedang dimandikan atau diberikan bentuk perawatan lainnya.

Sedangkan sumber stres pada Responden B berasal dari penurunan kognitif yang dialami oleh suaminya yang menderita penyakit Alzheimer. Duma sedih dan terkadang kesal jika mendengar suaminya yang selalu bertanya hal yang sama seperti hari dan tanggal saat itu secara berulang-ulang. Hal ini terjadi karena ingatan suaminya menurun yang merupakan salah satu gejala penyakit Alzheimer. Duma

Rianti Widiastuti : Coping Stress Pada Primary Caregiver Penderita Penyakit Alzheimer, 2009. USU Repository © 2009

juga merasa suaminya sudah tidak dihargai dan disepelekan oleh anggota keluarganya dan orang lain disekitarnya seperti di perkumpulan Batak karena Daniel yang sudah tidak aktif dan berpartisipasi lagi pada perkumpulan seperti dulu.

2. Untuk mengatasi stres pada kedua responden maka diperlukan coping stres yang tepat

agar tidak meningkatkan resiko stres yang ada pada caregiver penderita Alzheimer. Coping stres yang dipakai oleh kedua responden dapat dilihat sebagai berikut:

a. Pada responden A:

5) Masalah perubahan hidup yang dialami oleh caregiver

f. Metode confrontative : Nazwa merasa kesal dengan hidup yang dijalaninya

dan memukul suaminya dengan keras sampai badan suaminya biru karena pukulannya.

g. Metode acceptance : Nazwa berpikir bahwa hidup yang dijalaninya sekarang

sudah menjadi suratan takdir yang harus dijalaninya.

h. Metode Cognitive redefinition : Nazwa melihat pengalaman orang lain yang

ia temui di Rumah Sakit dan ia bersyukur bahwa apa yang dialaminya masih lebih baik daripada orang lain dan masih banyak yang lebih parah lagi daripada dirinya.

i. Metode self control : Nazwa berusaha untuk tidak mendekati dulu suaminya

sampai ia tidak marah lagi. Ia menjauhi suaminya dulu untuk mengatur perasaannya agar ia tidak memukul dan berteriak-teriak di dalam rumah.

j. Metode escape/avoidance : Nazwa membawa pulang suaminya pulang ke

rumah setelah diopname di Rumah Sakit di Medan agar Raffi dapat meninggal di rumah. Ia meminta agar dokter tidak harus memberikan obat-obat yang bagus lagi kepada suaminya.

Rianti Widiastuti : Coping Stress Pada Primary Caregiver Penderita Penyakit Alzheimer, 2009. USU Repository © 2009

6) Masalah ketergantungan melakukan aktivitas sehari-hari pada penderita

Alzheimer

c. Metode emotional discharge : Nazwa berteriak-teriak dari dalam kamar

sampai ke depan rumah hingga teriakannya terdengar sampai ke tetangganya.

d. Metode confrontative : Ketika Nazwa sedang memandikan suaminya dan

Raffi terkadang suka melawan sehingga membuat Nazwa kesal maka Nazwa langsung memukulnya di kamar mandi sehingga badan suaminya menjadi biru.

7) Masalah penurunan kognitif pada penderita Alzheimer

b. Metode distancing : Nazwa pergi berbelanja ke luar jika ia sedang jenuh

dengan aktivitasnya yang di rumah saja

8) Masalah gangguan perilaku pada penderita Alzheimer

b. Metode planful problem solving : Ketika suami Nazwa yang marah-marah

dan menyapukan kotorannya ke tiang tempat tidur di Rumah Sakit. Nazwa meminta agar perawat di Rumah Sakit membersihkan kotorannya karena Nazwa tidak bisa untuk membersihkannya sendiri.

c. Pada Responden B :

4) Masalah ketergantungan dalam melakukan aktivitas sehari-hari pada penderita

Rianti Widiastuti : Coping Stress Pada Primary Caregiver Penderita Penyakit Alzheimer, 2009. USU Repository © 2009

d. Metode cognitive redefinition : Duma melihat pengalaman temannya dan ia

berpikir bahwa sekarang apa yang dialaminya masih lebih baik karena suaminya masih dapat berjalan.

e. Metode seeking sosial support : Duma meminta saran dari saudaranya yang

juga pernah merawat suaminya yang menderita Alzheimer

f. Metode direct action : Duma sudah menyediakan pakaian suaminya di

tempat tidur dan membiarkan Daniel berinisiatif memilih pakaiannya sendiri

g. Metode religion : Nazwa berdoa kepada Tuhan agar diberikan kesabaran

dan ketabahan dalam memberikan perawatan. Ia tidak ingin berdosa kepada suaminya

5) Masalah penurunan kognitif pada penderita Alzheimer

e. Metode self control : Duma akan menahan emosinya dan menarik napas

dulu agar ia tidak marah ketika menjawab pertanyaan suaminya yang selalu berulang-ulang

f. Metode religion : Duma berdoa kepada Tuhan agar ia diberi kesabaran dan

ketabahan dalam menghadapi suaminya yang selalu bertanya hal yang sama g.Metode positive appraisal : Duma menjadi lebih sabar dan sudah tidak

emosional lagi dalam menjalani hidup. Duma juga lebih mendekatkan diri dengan Tuhan dan semakin banyak berdoa kepada Tuhan.

h. Metode planful problem solving : Duma selalu terus berusaha dan mencari

cara bagaimana ingatan suaminya semakin membaik. Ia juga selalu berdoa kepada Tuhan agar dokter yang merawat suaminya tetap baik dan sehat.

Rianti Widiastuti : Coping Stress Pada Primary Caregiver Penderita Penyakit Alzheimer, 2009. USU Repository © 2009

6) Masalah gangguan perilaku pada penderita Alzheimer

c. Metode direct action : Duma mendorong suaminya untuk memberikan

pendapat dan berbicara di depan umum saat acara perkumpulan Batak yang biasa mereka datangi

d. Metode accepting responsibility : Duma sudah jarang melakukan kegiatan

sosial di luar rumah. Jika Duma pergi ke luar maka suaminya akan dirawat oleh anaknya dan ia tidak pergi lama di luar rumah.

B. Diskusi

Pada sub bab ini akan diutarakan hal-hal tambahan yang ditemukan di lapangan penelitian sekiranya patut dijadiakn bahan diskusi.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap kedua responden ditemukan bahwa sumber stress pada Responden A berasal dari perubahan hidup yang dialaminya semenjak ia rutin memberikan perawatan kepada suaminya yang menderita penyakit Alzheimer sedangkan pada Responden B berasal dari penurunan kognitif dan gangguan perilaku yang dialami oleh suaminya yang merupakan salah satu gejala penyakit Alzheimer.

Hal ini dikarenakan hubungan Responden A dengan suaminya yang kurang baik dan harmonis sebelum Raffi menderita penyakit Alzheimer dari lima tahun yang lalu. Perilaku Raffi yang suka berpacaran dengan wanita lain ketika ia masih menikah dan telah menyakiti hati Nazwa hingga sekarang. Nazwa telah mengetahui perilaku suaminya dulu tetapi tidak pernah bercerai dengan suaminya. Hingga sekarang Nazwa sering merasa kesal jika ia masih harus memberikan perawatan kepada suaminya karena ia berpikir bahwa hidupnya tidak pernah bebas dan ia merasa bahwa dirinya bodoh untuk diperbudak terus oleh suaminya.

Rianti Widiastuti : Coping Stress Pada Primary Caregiver Penderita Penyakit Alzheimer, 2009. USU Repository © 2009

Menurut Harper dan Lund (1990), mengatakan bahwa caregiver tidak mengalami bentuk stres yang signifikan tergantung kepada hubungannya dengan penderita Alzheimer yang merupakan suami dari Responden A.

Sedangkan pada Responden B yang mengalami stress berasal dari penurunan kognitif yang dialami oleh suaminya. Hal ini dilihat dari ingatan suaminya menurun yang selalu bertanya hal yang sama secara berulang-ulang kepada Duma. Duma masih berharap bahwa ingatan suaminya akan kembali seperti semula atau semakin membaik lagi. Ia terus berusaha dan mencari cara agar ingatan suaminya yang dapat kembali lagi seperti semula dengan melatih suaminya untuk berinisiatif sendiri melakukan aktivitas sehari-harinya.

Menurut penelitian Pruchno dan Resch (1989), mengatakan bahwa strategi coping dengan pengharapan akan meningkatkan depresi pada caregiver penderita Alzheimer. Sedangkan penurunan kognitif yang dialami oleh penderita Alzheimer akan semakin menurun secara perlahan yang biasanya tampak dalam waktu lima tahun mendatang (Bayer&Reban, 2004).

Duma merasa sedih ketika melihat anggota keluarganya yang tidak menghargai lagi suaminya Duma karena kondisi Duma yang sudah tidak aktif lagi seperti dulu. Duma juga sudah tidak dapat berdiskusi dan bercerita lagi kepada suaminya karena kondisi ingatan suaminya yang tidak ingat lagi dengan cerita yang ada. Hal ini membuat Duma sedih dan merasa bahwa ia sudah tidak ada lagi kawan berbaginya di rumah. Ia merasa bahwa hanya fisik suaminya saja yang ada tetapi nyawa suaminya tidak ada di rumah.

Hal ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya simtom depresi pada istri yang menjadi caregiver suaminya yang menderita penyakit Alzheimer. Kurangnya kedekatan dalam perkawinan dan melakukan aktivitas bersama seperti saling bercerita akan meningkatan stres pada istri yang menjadi caregiver (Hooyer dan Roodin, 2003).

Rianti Widiastuti : Coping Stress Pada Primary Caregiver Penderita Penyakit Alzheimer, 2009. USU Repository © 2009

Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan kedua responden ditemukan bahwa kedua responden hanya mengetahui sedikit informasi tentang penyakit Alzheimer. Nazwa hanya mengetahuinya dari dokter yang pertama memeriksa suaminya di Jakarta dan yang ia ketahui bahwa memori suaminya yang akan menurun dan fisik suaminya tidak mengalami kelumpuhan. Sedangkan Duma mengetahui informasi mengenai penyakit Alzheimer dari brosur yang ia baca di ruangan dokter yang merawat suaminya. Ia mengetahui tentang memori yang menurun dan bagian syarafnya yang terkena.

C. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

a. Saran Penelitian Lanjutan

1. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan agar lebih menggali informasi tentang

hubungan caregiver dengan penderita Alzheimer dan dukungan sosial yang didapatkan dari keluarga caregiver

2. Peneliti perlu melakukan wawancara dengan anggota keluarga yang terkait seperti

anak dari caregiver penderita Alzheimer yang merupakan pasangan penderita Alzheimer agar lebih mendapatkan data yang akurat

b. Saran Praktis

1. Bagi responden sebagai primary caregiver penderita Alzheimer

Responden yang berperan sebagai primary caregiver penderita Alzheimer untuk menemukan metode coping yang tepat dengan melihat dan mendengar metode coping yang digunakan oleh caregiver penderita Alzheimer lainnya agar tidak

Rianti Widiastuti : Coping Stress Pada Primary Caregiver Penderita Penyakit Alzheimer, 2009. USU Repository © 2009

meningkatkan stres dan mengalami faktor resiko yang ada. Disarankan juga bagi responden untuk mengetahui informasi mengenai penyakit Alzheimer.

2. Bagi keluarga responden caregiver penderita Alzheimer

Pihak keluarga juga dapat memberikan dukungan sosial kepada pasangan penderita yang berperan sebagai caregiver penderita Alzheimer. Disarankan bagi keluarga untuk menerima dan mengerti gejala yang muncul pada penderita Alzheimer seperti penurunan kognitif, ketergantungan melakukan aktivitas sehari-hari, dan gangguan perilaku.

3. Bagi yayasan, lembaga, rumah sakit dan praktisi kesehatan yang berada dalam

bidang Alzheimer dan menangani penderita Alzheimer

Bagi institusi yang berada dalam bidang Alzheimer dapat membuat program yang dapat mengatasi stress pada caregiver penderita Alzheimer seperti support group agar para caregiver memiliki perkumpulan dan melihat pengalaman caregiver lainnya. Program ini disarankan untuk memberikan dukungan sosial yang dibutuhkan oleh caregiver penderita Alzheimer .

4. Bagi masyarakat luas

Masyarakat luas dapat memberikan dukungan positif yang dapat mengurangi stres pada caregiver penderita Alzheimer. Disarankan juga agar masyarakat dapat memahami dan mengerti gejala yang timbul pada penderita Alzheimer.

Rianti Widiastuti : Coping Stress Pada Primary Caregiver Penderita Penyakit Alzheimer, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

Alzheimer , [on-line]

tanggal 15 Februari 2008).

Adesla, V. (2007). Alzheimer: Anda Yakin Anda Tahu Alzheimer, [on-line]

Barrow, G.M. (1996). Aging, the Individual, and Society 6th edition. Amerika: West

Publishing Company.

Bayer, A & Reban, J. (2004). Alzheimer’s Disease and Related Conditions. Czech: MEDEA-Press.

Birren, J.E & Schaie, K.W. (1990). The Psychology of Aging 3rd edition. Amerika: Academic

Press,INC.

Caregiver, [on-line]

(Diakses tanggal 2 Januari 2009)

Dacey, J.S & Travers, J.F. (2002). Human Development Across The Lifespan 5th edition. New

York: The Mc-Graw Hill Companies

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) – 4th edition – Text Revision, 2002. Arlington: American Psychiatric Association.

Rianti Widiastuti : Coping Stress Pada Primary Caregiver Penderita Penyakit Alzheimer, 2009. USU Repository © 2009

Dimatteo, M.R. (1991). The Psychology of Health, Illness, and Medical Care. Amerika: Brooks/Cole Publishing Company.

Hoyer, W.J & Roodin, P.A. (2003). Adult Development and Aging 5th edition. New York:

McGraw-Hill.

Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan.Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, edisi 5. Jakarta: Penebit Erlangga.

Kail, R.V & Cavanaugh, J.C. (2000). Human Development a Lifespan View 2nd edition.

Wadsworth: Thomson Learning

Kusumoputro, S & Sidiarto, L.D. (2004). Mengenal Awal Pikun Alzheimer. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-press).

Koalisi untuk Indonesia Sehat. (2007). Mudah Lupa, Pertanda Terserang Alzheimer,

[on-line]

Moleong. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moonks, P.J & Knoers, A.M.P. (2002) Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Morgan, et al. (1986). Introduction to Psychology. 7th Ed. New York: Mc Graw-Hill.

Neundorfer, McClendon, Smyth & Stuckey. (2001). A Longitudinal Study of the Relationship Between Levels of Depression among Persons with Alzheimer's Disease and Levels of Depression among Their Family Caregivers. The Journals of Gerontology, Vol 56B.

Poerwandari (2001). Pendekatan Kualitatif dan Penelitian Psikologi. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI.

Powers, Gallagher-Thompson & Kraemer. (2002). Coping and Depression in Alzheimer's

Caregivers: Longitudinal Evidence of Stability.

Vol.57B.

Rianti Widiastuti : Coping Stress Pada Primary Caregiver Penderita Penyakit Alzheimer, 2009. USU Repository © 2009

Robertson, Zarit, Duncan, Rovine & Femia. Family Caregivers’ Patterns of Positive and Negative Affect. Minneopolis, Vol 56

Sarafino, E.P. (2006). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions. Amerika: John Willey &Sons,INC.

Sjahrir, H. ,Nasution, D., &Rambe, H.H. (1999). Demensia. Medan: USU Press.

Santrock, J.W. (2002). Life-Span Development edisi 5, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Taylor, S.E. (2003). Health Psychology 5th edition. New York: McGraw-Hill

Wibowo, A.S (2007).

line

Dokumen terkait