• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI.......................................................................... 17-58

2.1.7. Definisi Intensi Berwirausaha

Intensi kewirausahaan menurut Katz dan Gartner (1988) dapat diartikan sebagai proses pencarian informasi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembentukan suatu usaha. Dalam hasil penelitian oleh Wijaya (2007) bahwa salah satu faktor wirausaha adalah adanya keinginan dan keinginan ini oleh Fishbein dan Ajzen (1975) disebut sebagai intensi yaitu komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu.

Berdasarkan hal diatas, maka peneliti mengambil kesimpulkan bahwa intensi berwirausaha adalah seberapa kuat keinginan atau niat seseorang dalam mencoba dan berusaha merencanakan untuk mencapai tujuan dalam pembentukan suatu usaha atau melakukan kegiatan wirausaha.

2.1.8. Indikasi dari Intensi Berwirausaha

Indikasi intensi berwirausaha diambil dari Jean-Pierre Boissin et. al. (2009) dari Feisbein dan Ajzen (1988) adalah:

a. Seberapa keras seseorang mencoba berwirausaha.

b. Seberapa banyak seseorang merencanakan untuk berwirausaha.

2.1.9. Alat Ukur Intensi Berwirausaha

Model intensi berwirausaha merupakan hal yang cukup perlu untuk menganalisa intensi seseorang menjadi wirausahawan, oleh karena itu dibutuhkan alat ukur yang baik untuk mengukur intensi. Di dalam jurnal penelitian yang berjudul

Student and entrepreneurship; a comparative study of France and USA, alat ukur yang digunakan untuk mengukur intensi berwirausaha menggunakan adalah

Entrepreneurial Intention Quesionnaire (EIQ) yang telah dikembangkan berdasarkan teori dan studi empirik. EIQ juga telah diuji ulang oleh peneliti lainnya, seperti Kolveired (1996), Kolvereid dan Isaksen (in press), Chen et al. (1998), Kickul dan Zaper (2000), Krueger et al. (2000) atau Veciana et al. (2005) yang secara hati-hati merevisi guna mengatasi diskrepansi yang mungkin muncul antara instrumen yang berbeda. Alat ukur ini memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi dengan nilai alpha cronbach0.947.

Di dalam jurnal penelitian Gender effects on entrepreneurial intentions: a TPB multigroup analysis at factor and indicator level alat ukur untuk intensi berwirausaha menggunakan alat ukur yang dikembangkan sendiri berdasarkan teori perilaku berencana (perceived behavior control) milik Ajzen (1991) (Leroy et al., 2009). Alat ukur tersebut terdiri dari lima item dengan model skala Likert dengan rentang poin 1 ”sangat tidak setuju” sampai poin 5 “sangat setuju”. Sedangkan dalam jurnal penelitian conceptualizing academic-entrepreneurial intentions: An emperical test oleh Prodan dan Drnovsek (2010) alat ukur yang digunakan berbeda dengan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya. Dalam penelitian ini menggunakan alat ukur yang setiap itemnya diambil serta dikombinasikan dari beberapa hasil peneliti lain. Penelitian ini terdiri dari enam buah item serta menggunakan skala Likert dengan rentang lima poin, dimana untuk setiap item memiliki pilihan jawaban pernyataan yang berbeda-beda. Item yang pertama diambil dari Chen et al., (1998) dengan skala “tidak tertarik sama sekali” sampai “sangat tertarik”. Item yang kedua juga diadaptasi dari item miliki Chen et al., (1998) dimana memilki pernyataan skala “tidak menentukan sama sekali” sampai “sangat menentukan”, untuk item yang ketiga memiliki pernyataan skala “sangat tidak setuju” sampai dengan “sangat setuju” yang diadaptasi dari Kassicieh et al., (1997), sedangkan item keempat dan kelima menggunakan rentangan skala yang menggunakan nilai, yaitu nilai 0% sampai 100% (Krueger et al., 2000), dan item yang keenam responden diminta untuk menuliskan aktifitas yang berhubungan dengan untuk memulai suatu bisnis sebanyak 14 aktifitas dimana item ini diadaptasi dari Gatewood et al., (1995).

Dalam penelitian sebelumnya, kuesioner dengan item tunggal juga telah digunakan pada penelitian terdahulu. Krueger et al. (2000), Peterman dan Kennedy (2003), Veciana et al. (2005) atau Kolvereid dan Isaksen (in press) pernah menggunakan alat ukur intensi berwirausaha dengan item tunggal. Namun, Nunnally (1978; dalam Linan dan Chen, 2006) menyebutkan bahwa alat ukur dengan banyak item lebih baik dibanding dengan item tunggal.

Dari berbagai jenis alat ukur dan pendapat yang dikemukakan oleh beberpa ahli, maka peneliti menentukan untuk menggunakan item

Entrepreneurial Intention Quesionnaire (EIQ) dengan jumlah item enam buah dan model pengisiannya menggunakan model skala likert dengan rentangan 7, dengan skala 1 menunjukkan “sangat tidak setuju” sampai dengan skala 7 yang menunjukkan “sangat setuju”. Peneliti menggunakan alat ukur ini karena peneliti menganggap alat ukur ini sudah cukup banyak digunakan oleh para peneliti sebelumnya serta mudah untuk diaplikasikan dilapangan, memiliki nilai alpha cronbachlebih tinggi dibanding alat ukur yang telah peneliti jelaskan sebelumnya serta lebih sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian yang akan peneliti lakukan. Namun demikian, karena alat ukur tersebut berasal dari tempat dengan budaya yang berbeda serta karakteristik sampel yang berbeda pula, maka perlu dilakukan adaptasi agar sesuai dengan kondisi dan karakteristik sampel yang akan peneliti gunakan.

2.2. Self Efficacy

2.2.1 DefinisiSelf Efficacy

Self efficacy didefinisikan menurut Bandura (1977) adalah “as a person’s belief about their ability to organize and execute course of action necessary to achieve a goal” yang memiliki arti bahwa efikasi diri sebagai keyakinan seseorang mengenai kemampuan mereka untuk mengatur dan menjalankan berbagai kegiatan yang sesuai guna mencapai sebuah tujuan.

Dalam buku psikologi sosial diketahui bahwa efikasi diri, yakni ekspektasi tentang kemampuan kita untuk melakukan tugas tertentu (Bandura, 1986).

Durkin menyatakan bahwa efikasi diri mengacu pada keyakinan individu dimana seseorang bisa melatih kontrol selama kejadian yang mempengaruhi kehidupannya (Bandura, 1986).

Sedangkan Bandura (1977) dalam Baron and Byrne (1991) mendefinisikan efikasi diri sebagai evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi dirinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi hambatan.

Menurut Bandura (1997), efikasi diri adalah penilaian tentang kemampuan seseorang untuk melaksanakan sebuah tugas dalam hal yang spesifik.

Efikasi diri yakni sebuah rasa optimis mengenai kompetensi dan efektifitas dalam dirinya (Bandura et. al., 1999; Maddux and Gosselin, 2003).

Self efficacy juga diartikan sebagai “Belief refer to the spesific expectations that we hold about our abilities to accomplish spesific task”

spesifik yang kami pegang mengenai kemampuan kita untuk menyelesaikan tugas yang jelas.

Bandura dan Wood (dalam Ghufron dan Rini, 2010) menjelaskan bahwa efikasi diri mengacu pada keyakinan akan kemampuan individu untuk menggerakan motivasi, kemampuan kognitif, dan tindakan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan situasi.

Bandura (1997) juga mengatakan bahwa efikasi diri pada dasarnya adalah hasil dari proses kognitif berupa keputusan, keyakinan, atau pengharapan tentang sejauh mana individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa efikasi diri adalah keyakinan didalam diri individu mengenai kemampuan dirinya untuk melakukan dan menyelesaikan suatu tugas sehingga tercapai hasil yang diinginkan. Orang yang memiliki keyakinan tinggi terhadap kemampuannya akan memandang tugas sulit sebagai suatu tantangan yang harus dikuasai, bukan sebagai ancaman yang harus dihindari. Kesimpulan ini lebih mengarah ke teori dari Bandura dikarenakan teori tersebutlah yang lebih sesuai dan banyak digunakan oleh peneliti mengenai

self efficacy.

Dokumen terkait