• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI.......................................................................... 17-58

2.3. Locus of Control

2.3.1. DefinisiLocus of control

Locus of control (Jung, 1978) adalah gambaran keyakinan seseorang mengenai sumber penentu perilakunya.

Locus of control juga diartikan oleh Julian B. Rotter (1966) sebagai peristiwa yang dialami seseorang sebagai suatu reward atau reinforcement, dapat dipersepsikan secara berbeda dan juga menimbulkan reaksi yang berbeda pada setiap individu.

locus of control (Rotter, 1966) juga didefinisikan sebagai sesuatu ukuran harapan umum seseorang mengenai pengendalian (control) terhadap penguat (reinforcement).

Locus of control merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan perilaku individu dan juga locus of control didefinisikan sebagai gambaran pada keyakinan seseorang mengenai sumber penentu perilakunya (Rotter, 1996; dalam Ghufron dan Rini, 2010).

Lindzey dan Aroson (1975) menyebutkan tiga istilah utama yang digunakan Rotter dalam teori belajar sosial, yaitu perilaku potensial, harapan, dan nilai penguat. Diketahui bahwa locus of control menurut Petri (1980) adalah konsep yang secara khusus berhubungan dengan harapan individu mengenai kemampuannya untuk mengendalikan penguat tersebut.

2.3.2. Aspek-aspek Locus of Control

Locus of control memiliki empat konsep dasar menurut Rotter (1966). Konsep dasar atau aspek-aspek tersebut, yaitu:

1. Potensi perilaku, yaitu setiap kemungkinan yang secara relatif muncul pada situasi tertentu. Hal ini berkaitan dengan hasil yang diinginkan dalam kehidupan seseorang.

2. Harapan merupakan suatu kemungkinan dari berbagai kejadian yang akan muncul dan dialami oleh seseorang.

3. Nilai unsur penguat adalah pilihan terhadap berbagai kemungkinan penguatan atas hasil dari beberapa penguat hasil-hasil lainnya yang dapat muncul pada situasi serupa.

4. Suasana psikologis adalah bentuk rangsangan baik secara internal maupun eksternal yang diterima seseorang pada suatu saat tertentu, yang meningkatkan atau menurunkan harapan terhadap munculnya hasil yang sangat diharapkan.

2.3.3. Dimensi Locus of Control

Rotters (1966) menyatakan bahwa seseorang menyakini bahwa penguat yang mereka dapatkan dikontrol oleh perilaku dirimereka sendiri, orang lain, atau tekanan dari luar seperti keberuntungan atau nasib. Sehingga locus of control

dapat didiklasifikasikan menjadi dua dimensi, yaitu:

1. Internal control, merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan keyakinan akan kendali individu mengenai perilaku dan tindakan mereka yang menjadi konsekuensi terhadap apa yang terjadi pada diri mereka (Rotter, 1966). Orang-orang yang memiliki internal locus of control, faktor kemampuan dan usahanya lebih terlihat. Menurut Rotter (1966), orang yang mempunyai pusat kendali internal memandang hubungan antara perbuatannya

dengan penguat atau “reinforcement” yang didapatkannya sebagai hubungan sebab akibat. Dimana mereka akan menyalahkan diri sendiri bila gagal dan akan merasa bangga jika berhasil karena atas upaya sendiri (dalam Ghufron & Rini, 2010).

2. External control, menunjukkan ekspektansi bahwa kontrol berada di luar kendali mereka atau di luar diri seseorang (Rotter, 1966). Orang yang memiliki locus of control eksternal melihat keberhasilan dan kegagalan dari faktor keberuntungan dan nasib. Oleh karena itu, apabila mengalami kegagalan cenderung menyalahkan lingkungan sekitar yang menjadi penyebabnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orang dengan

locus of control eksternal memiliki anggapan bahwa peristiwa atau hal-hal yang terjadi dalam dirinya, baik maupun buruk lebih disebabkan oleh faktor-faktor eksternal, seperti keberuntungan, nasib, lingkungan sekitar, dan orang-orang sekitarnya.

2.3.4. Karakteristik Locus of Control

Perbedaan karakteristik antara internal dan external locus of control menurut Crider (1983) dijelaskan sebagai berikut.

1. Internal controlmempunyai ciri-ciri: a. Suka berkerja keras

b. Memiliki inisiatif yang tinggi

c. Selalu berusaha menemukan pemecahan masalah d. Selalu mencoba untuk berpikir seefektif mungkin

e. Selalu mempunyai persepsi bahwa usaha harus dilakukan jika ingin berhasil

2. External controlmempunyai ciri-ciri: a. Kurang memiliki inisiatif

b. Mempunyai harapan bahwa ada sedikit korelasi antara usaha dan kesuksesan

c. Kurang suka berusaha karena mereka percaya bahwa faktor luarlah yang mengontrol

d. Kurang mencari informasi untuk memecahkan masalah

Namun demikian pada setiap individu memiliki kedua-duanya; baik internal dan external locus of control, seperti yang dikatakan oleh Munandar dan Suhirman (1977) bahwa setiap orang memiliki faktor internal dan eksternal sekaligus. Hanya saja akan ada kecenderungan pada salah satunya.

2.3.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Locus of Control

Locus of control seseorang dipengaruhi oleh pengalaman serta hubungan antara perilaku dan akibat yang dialaminya pada masa kecil (Coop & White, 1974). Monks et. al.) menyatakan bahwa perkembangan locus of control individu dipengaruhi oleh berbagai aspek, yaitu lingkungan fisik dan sosial. Hal tersebut juga dijelasakan oleh Baron (1991) bahwa pengalaman individu serta perlakuan lingkungan terhadap dirinya di masa lalu dipengaruhi perkembangan locus of controlyang dimilikinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi locus of controladalah: 1. Orang tua

Solomon (Coop & White, 1974), Locus of controlke arah internal didukung oleh sikap orang tua yang konsisten, fleksibel dan mendorong anak untuk mandiri. Orang tua yang bersifat menghukum, memusuhi, mendominasi serta menolak terhadap anak akan mendorong ke arah eksternal.

2. Pemberian respon

Monk menjelaskan bahwa pemberian respon yang tepat terhadap perilaku anak akan menimbulkan motif yang dipelajari yang disebut locus of control, selain itu perilaku orang tua yang hangat dan bertanggung jawab terhadap anak akan membantu anak mengembangkan locus of control kearah internal.

3. Lingkungan

Rotter dan Battle menjelaskan, jika individu banyak menghadapi hambatan dalam lingkungannya serta kurang mendapat kesempatan maka ia akan beranggapan semua hasil yang telah dicapai berasal dari sesuatu diluar dirinya.

2.3.6 Alat ukur Locus of Control

Alat ukur locus of control yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur yang telah dikembangkan oleh Levenson (1981). Alat ukur ini terdiri dari 24 item yang terdiri dari tiga jenis locus of control, yaitu internal, ekternal dan powerful others. Alat ukur ini sebelumnya masih dalam berbahasa Inggris yang kemudian peneliti adaptasi kedalam bahasa Indonesia yang kemudian

peneliti menentukan hanya menggunakan item internal dan external locus of control saja. Sehingga item yang peneliti gunakan hanya 16 item. Ada banyak jenis alat ukur locus of control yang sejauh ini peneliti ketahui, seperti alat ukur

locus of control milik Rotter (1996), yaitu Generalized expectancies for internal versus external control of reinforcement yang berjumlah 13 item yang saling berpasangan. Cara pengerjaan alat ukur milik Rotter memungkinkan kita untuk memilih salah satu dari setiap pasang item. namun peneliti tidak menggunakan alat ukur locus of control milik Rotter dikarenakan peneliti belum mengetahui cara penilaiannya dan tidak adanya keterangan mengenai jenis setiap item tersebut. Dengan demikian peneliti memutuskan untuk menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Levenson (1981) dengan alasan mudahnya mengidentifikasi jenis item yang digunakan, model penilaian yang juga menggunakan skala likert, serta kemudahan peneliti dalam mendapatkannya.

Dokumen terkait