• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Secara umum narapidana korupsi di Lapas Sukamiskin Bandung memiliki kecenderungan tipe kepribadian introvert. Napi dengan kepribadian introvert cenderung kurang giat dalam bekerja, santai, senang bermalas-malasan, menyukai situasi yang tenang, dan aktivitas individual seperti membaca. Mereka cenderung sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan, dan sangat berhati-hati dalam menampilkan emosi mereka. 2. Sebagian besar narapidana korupsi di Lapas Sukamiskin Bandung secara

umum memiliki kecenderungan cognitive appraisal yang tinggi. Napi dengan cognitive appraisal yang tinggi cenderung menilai dan memberikan reaksi yang positif dalam menghadapi berbagai permasalahan di Lapas. 3. Sebagian besar narapidana korupsi di Lapas Sukamiskin Bandung meyakini

dirinya sebagai effective problem solvers. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar napi meyakini dirinya mampu beradaptasi dengan mudah dalam berbagai kondisi lingkungan seperti apapun, mampu menghadapi berbagai stressor, dan mampu untuk mengembangkan metode yang efektif untuk meraih berbagai kebutuhan dan tujuan-tujuan hidupnya.

4. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang sangat rendah dan tidak signifikan antara tipe kepribadian dengan problem solving appraisal pada narapidana korupsi di Lapas Sukamiskin Bandung. Artinya napi dengan kecenderungan tipe kepribadian ektrovert belum tentu menilai dirinya sebagai effective problem solvers. Begitu pula napi dengan kecenderungan tipe kepribadian introvert, mereka juga belum tentu menilai dirinya sebagai ineffective problem solvers. Hasil ini bisa terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah faktor lingkungan, dalam hal penelitian ini adalah lingkungan Lapas.

104

5. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang rendah dan tidak signifikan antara tipe kepribadian dengan cognitive appraisal pada narapidana korupsi di Lapas Sukamiskin Bandung. Artinya napi dengan kecenderungan tipe kepribadian ektrovert belum tentu memiliki cognitive appraisal yang tinggi. Begitupun halnya napi dengan kecenderungan tipe kepribadian introvert juga belum tentu memiliki cognitive appraisal yang rendah. Hasil ini bisa terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah faktor lingkungan, dan dalam hal penelitian ini adalah lingkungan Lapas.

6. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang tergolong sedang dan signifikan antara cognitive appraisal dengan problem solving appraisal pada narapidana korupsi di Lapas Sukamiskin Bandung. Artinya napi dengan kecenderungan cognitive appraisal yang tinggi cenderung menilai dirinya sebagai effective problem solvers. Sebaliknya napi dengan cognitive appraisal yang rendah cenderung menilai dirinya sebagai ineffective problem solvers.

7. Tidak terdapat pengaruh cognitive appraisal sebagai variabel mediator dalam hubungan antara tipe kepribadian dengan problem solving appraisal pada narapidana korupsi di Lapas Sukamiskin Bandung. Hal ini disebabkan tidak terpenuhinya hubungan kausal antar variabel, dan jumlah sampel yang dibutuhkan dalam uji model mediasi masih kurang.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka beberapa rekomendasi yang bisa peneliti berikan adalah sebagai berikut.

1. Bagi Napi

a. Memperbanyak aktivitas dan menjalani aktivitas di Lapas dengan lebih baik, sehingga lebih produktif dan tidak menghabiskan waktu dengan percuma. Selain dapat mengisi waktu, aktivitas tersebut juga bertujuan untuk menghindarkan napi dari sifat malas, berdiam diri atau melamun, dan menjauhkan napi dari pikiran-pikiran yang dapat menimbulkan stres.

105

b. Meningkatkan hubungan interpersonal, baik dengan napi lain, atau petugas Lapas, dengan lebih berusaha untuk mengerti dan memahami mereka agar terhindar dari perilaku antisosial. Dengan lebih memahami orang lain diharapkan napi dapat lebih memikirkan kepentingan orang lain atau kepentingan bersama, sehingga dapat terhindar dari terulangnya perilaku korupsi.

c. Lebih bertanggung jawab terhadap berbagai macam hal, tidak hanya pada pekerjaan, tapi juga tanggung jawab moral terhadap jabatan dan amanah yang telah diberikan, sehingga napi dapat terhindar dari terulangnya perilaku korupsi setelah keluar dari Lapas.

d. Mengikuti semua program yang telah diagendakan oleh Lapas dengan baik, karena pada dasarnya program-program tersebut bertujuan untuk pembinaan dan pembimbingan dalam upaya meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan dalam hal kualitas ketaqwaan kepada Tuhan YME, kualitas intelektual, kualitas sikap dan perilaku, kualitas profesionalisme atau keterampilan, dan kualitas kesehatan jasmani dan rohani.

2. Bagi Pihak Lembaga Pemasyarakatan

a. Menggali dan memahami setiap permasalahan-permasalahan yang dihadapi napi selama berada di Lapas agar dapat dilakukan antisipasi dan usaha penyelesaian permasalahan, sehingga dapat menghindarkan napi dari kondisi stres.

b. Pihak Lapas diharapkan dapat mengembangkan pelatihan-pelatihan, pembinaan atau pemberian jasa konseling bagi napi. Pelatihan dan konseling ini diharapkan dapat mencegah berkembangnya berbagai gangguan psikologis yang tidak diharapkan. Selain itu juga sebagai sarana peningkatan kualitas intelektual, kualitas sikap dan perilaku, serta moral napi agar tindak pidana korupsi tidak terulang lagi di kemudian hari.

c. Pihak Lapas diharapkan dapat melakukan peningkatan program-program yang sudah ada, karena program-program-program-program tersebut dapat

106

membantu napi dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di Lapas.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian kualitatif untuk lebih menggali secara mendalam permasalahan narapidana korupsi selama di Lapas, lebih menggali tipe kepribadian napi, cognitive appraisal, dan problem solving appraisal mereka. b. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk menggali aspek-aspek lain

selain tipe kepribadian, cognitive appraisal, dan problem solving appraisal, seperti pengaruh lingkungan atau kehidupan Lapas, serta pengaruh program pembinaan Lapas terhadap napi.

c. Instrumen penelitian diharapkan untuk lebih dikembangkan dan dimodifikasi supaya lebih bisa menggali dan mengukur variabel penelitian dengan baik. Instrumen tipe kepribadian dan cognitive appraisal perlu dikembangkan dan diperbaiki kosa katanya agar dapat mengukur aspek tipe kepribadian dengan lebih baik. Instrumen problem solving appraisal perlu diperbaiki kosa kata atau kalimatnya agar lebih mudah dimengerti subjek.

Angga Permana Putra, 2013

Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal

Dokumen terkait