BAB IV ANALISA DATA
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dan saran-saran yang berhubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian pertama akan dijabarkan kesimpulan dari penelitian ini yang dilanjutkan dengan diskusi mengenai hasil yang diperoleh dan terakhir akan dikemukakan saran-saran yang berguna bagi penelitian yang akan datang dengan topik yang sama.
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa data dapat disimpulkan bahwa :
1. Secara umum, subjek penelitian memiliki culture shock rendah. Perincian
culture shock pada mahasiswa asing adalah 120 subjek (58%) memiliki skor culture shock rendah, 65 subjek (31,4%%) memiliki skor culture shock sedang sedangkan 22 subjek (10,6%%) rendah. Secara umum subjek penelitian memiliki culture shock rendah.
2. Berdasarkan karekteristik-karekteristik culture shock, culture shock pada mahasiswa asing dapat disimpulkan bahwa :
a) Secara umum, culture shock pada karekteristik ketegangan dalam
penyesuaian psikologis berada pada culture shock sedang.
Perincian culture shock karekteristik ketegangan dalam
penyesuaian psikologis pada mahasiswa asing adalah 88 subjek (42,6%) memiliki skor culture shock rendah, 92 subjek (44,4%%)
memiliki skor culture shock sedang sedangkan 27 subjek
b) Secara umum, culture shock pada karekteristik merasa kehilangan teman, status, peranan sosial, dan posisi personal berada pada
culture shock rendah. Perincian culture shock karekteristik merasa kehilangan teman, status, peranan sosial, dan posisi personal pada mahasiswa asing adalah 117 subjek (56,5%) memiliki skor culture shock rendah, 66 subjek (31,9%) memiliki skor culture shock
sedang sedangkan 24 subjek (11,6%) rendah.
c) Secara umum, culture shock pada karekteristik merasa takut
ditolak oleh kebudayaan baru berada pada culture shock sedang. Perincian culture shock karekteristik merasa takut ditolak oleh kebudayaan baru pada mahasiswa asing adalah 93 subjek (45%) memiliki skor culture shock rendah, 108 subjek (52,2%) memiliki skor culture shock sedang sedangkan 6 subjek (2,8%) tinggi.
d) Secara umum, culture shock pada karekteristik bingung dalam
peran, peran yang diharapkan, nilai, perasaan dan identitas diri
berada pada culture shock sedang. Perincian culture shock
karekteristik bingung dalam peran, peran yang diharapkan, nilai, perasaan dan identitas diri pada mahasiswa asing adalah subjek (36,7%) memiliki skor culture shock rendah, 106 subjek (51,2%) memiliki skor culture shock sedang sedangkan 25 subjek (12,1%) tinggi.
e) Secara umum, culture shock pada karekteristik terkejut, cemas, bahkan jijik setelah menyadari perbedaan kebudayaan berada pada
culture shock rendah. Perincian culture shock karekteristik terkejut, cemas, bahkan jijik setelah menyadari perbedaan kebudayaan pada mahasiswa asing adalah 164 subjek (79,3%) memiliki skor culture shock rendah, 23 subjek (1,1%) memiliki skor culture shock sedang sedangkan 20 subjek (9,6%) tinggi. f) Secara umum, culture shock pada karekteristik merasa impotens
akibat ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru berada pada culture shock rendah. Perincian culture shock
karekteristik merasa impotens akibat ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru pada mahasiswa asing adalah 65 subjek (31,4%) memiliki skor culture shock rendah, 104 subjek (50,2%) memiliki skor culture shock sedang sedangkan 38 subjek (18,4%) tinggi.
3. Berdasarkan penyebaran subjek, culture shock pada mahasiswa asing
dapat disimpulkan bahwa: a) Jenis Kelamin
Secara umum subjek penelitian berjenis kelamin perempuan memiliki culture shock rendah. Perincian skor culture shock pada subjek berjenis kelamin perempuan adalah 70 subjek (33,8%) memiliki skor culture shock rendah, 41 subjek (19,8%) memiliki skor culture shock sedang sedangkan 13 subjek (6,3%) tinggi.
Secara umum subjek penelitian berjenis kelamin laki-laki memiliki culture shock rendah. Perincian skor culture shock pada subjek berjenis kelamin laki-laki adalah 49 subjek (59,1%) memiliki skor culture shock rendah, 26 subjek (31,3%) memiliki skor culture shock sedang sedangkan 8 subjek (9,6%) tinggi.
b) Angkatan
Secara umum subjek penelitian angkatan 2005 memiliki
culture shock rendah. Perincian skor culture shock pada subjek
angkatan 2005 adalah 49 subjek (69,8%) memiliki skor culture
shock rendah, 13 subjek (30,2%) memiliki skor culture shock
sedang.
Secara umum subjek penelitian angkatan 2006 memiliki
culture shock rendah. Perincian skor culture shock pada subjek
angkatan 2006 adalah 25 subjek (55,6%) memiliki skor culture
shock rendah, 18subjek (40%) memiliki skor culture shock
sedang, 2 subjek (4,4%) memiliki skor culture shock tinggi.
Secara umum subjek penelitian angkatan 2007 memiliki
culture shock rendah. Perincian skor culture shock pada subjek angkatan 2007 adalah , 27 subjek (58,8%) memiliki skor culture shock rendah, 18 subjek (39,1%) memiliki skor culture shock
sedang, 1 subjek (2,1%) memiliki skor culture shock tinggi.
Secara umum subjek penelitian angkatan 2008 memiliki
angkatan 2008 adalah 10 subjek (13,7%) memiliki skor culture shock rendah, 45 subjek (61,6%) memiliki skor culture shock
sedang, 18 subjek (24,7%) memiliki skor culture shock tinggi.
c) Suku
Secara umum subjek penelitian suku Melayu memiliki
culture shock rendah. Perincian skor culture shock pada subjek
suku Melayu adalah 10 subjek (13,7%) memiliki skor culture
shock rendah, 43 subjek (48,4%) memiliki skor culture shock
rendah, 37 subjek (41,5%) memiliki skor culture shock sedang, 9 subjek (10,1%) memiliki skor culture shock tinggi.
Secara umum subjek penelitian suku India memiliki
culture shock sedang. Perincian skor culture shock pada subjek suku India adalah 36 subjek (43,9%) memiliki skor culture shock
rendah, 40 subjek (48,8%) memiliki skor culture shock sedang, 6 subjek (7,3%) memiliki skor culture shock tinggi.
Secara umum subjek penelitian suku Cina memiliki culture shock sedang. Perincian skor culture shock pada subjek suku Cina adalah 13 subjek (36,2%) memiliki skor culture shock rendah, 17
subjek (47,2%) memiliki skor culture shock sedang, 6 subjek
(16,6%) memiliki skor culture shock tinggi. 4. Usia
Secara umum subjek penelitian berusia 19 tahun memiliki culture shock sedang. Perincian skor culture shock pada subjek berusia 19 tahun
adalah 5 subjek (26,3%) memiliki skor culture shock rendah, 11 subjek (57,9%) memiliki skor culture shock sedang, 3 subjek (15,8%) memiliki skor culture shock tinggi.
Secara umum subjek penelitian berusia 20 tahun memiliki culture shock sedang. Perincian skor culture shock pada subjek berusia 20 tahun adalah 9 subjek (26,5%) memiliki skor culture shock rendah, 16 subjek (47,1%) memiliki skor culture shock sedang, 11 subjek (32,3%) memiliki skor culture shock tinggi.
Secara umum subjek penelitian berusia 21 tahun memiliki culture shock sedang. Perincian skor culture shock pada subjek berusia 21 tahun adalah 13 subjek (28,2%) memiliki skor culture shock rendah, 28 subjek (60,9%) memiliki skor culture shock sedang, 5 subjek (10,8%) memiliki skor culture shock tinggi.
Secara umum subjek penelitian berusia 22 tahun memiliki culture shock sedang. Perincian skor culture shock pada subjek berusia 22 tahun adalah 31 subjek (70,6%) memiliki skor culture shock rendah, 12 subjek (27,2%) memiliki skor culture shock sedang, 1 subjek (2,2%) memiliki skor culture shock tinggi.
Secara umum subjek penelitian berusia 23 tahun memiliki culture shock rendah. Perincian skor culture shock pada subjek berusia 23 tahun adalah 22 subjek (53,7%) memiliki skor culture shock rendah, 18 subjek (43,9%) memiliki skor culture shock sedang, 1 subjek (2,4%) memiliki skor culture shock tinggi.
Secara umum subjek penelitian berusia 24 tahun memiliki culture shock rendah. Perincian skor culture shock pada subjek berusia 24 tahun adalah 16 subjek (69,6%) memiliki skor culture shock rendah, 7 subjek (30,4%) memiliki skor culture shock sedang.
B. Saran
1. Saran metodologis
Bagi pihak-pihak yang berminat dengan penelitian sejenis atau untuk mengembangkan penelitian lebih jauh, hendaknya memperhatikan hal berikut :
a) Dalam pemilihan subjek penelitian yang mengalami culture shock hendaknya
ditambah dengan proses wawancara sehingga akan memungkinkan mendapatkan data yang mendalam dan lebih jelas.
b) Penelitian culture shock selanjutnya lebih baik mengkontrol variabel sebanyak mungkin. Dalam penelitian ini, peneliti kurang mengkontrol variabel. Pengontrolan variabel akan membuat hasil penelitian lebih jelas dan dapat dipercaya.
c) Penelitian ini hanya berfokus pada mahasiswa asing yang menempuh pendidikan
di Universitas Sumatera Utara, penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat menjangkau mahasiswa asing di universitas lain sperti di Universitas Medan agar hasil penelitian dapat digunakan untuk generalisasi yang lebih luas.
d) Penelitian selanjutnya hendaknya mengangkat topik tentang kegiatan mahasiswa
asing sebagai varabel-varabel penelitian. Hal ini karena penelitian tentang culture shock masih sedikit.
a) Bagi mahasiswa asing
b) Bagi Universitas Sumatera Utara, khususnya Fakultas Kedokteran dan Fakultas
Kedokteran Gigi
Fakta bahwa adanya mahasiswa asing yang mengalami culture shock tinggi
mengindikasikan bahwa pihak universitas harus membuat suatu program untuk pengenalan budaya setempat untuk mahasiswa asing sebelum menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara. Dan memberikan pelatihan untuk para staf.